PENDIDIKAN SEKS DALAM KITAB UQUDULUJAIN KARYA SYEKH MUHAMMAD BIN UMAR NAWAWI SKRIPSI

  PENDIDIKAN SEKS DALAM KITAB UQUDULUJAIN KARYA SYEKH MUHAMMAD BIN UMAR NAWAWI SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

  YUSI LAILI HAFIDOH NIM. 111 02 052

  | JURUSAN T ARBI YAH

  I PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  I SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

  I SALATIGA f t 2007

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudari : dengan Nomor Induk Mahasiswa :

  Yusi Laili Hafidoh

  11102052 yang berjudul PENDIDIKAN SEKS DALAM KITAB

  

UQUDUL UJAIN KARYA SYEKH MUHAMMAD BIN UMAR NAWAWI

  telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu, 10 Februari 2007 yang bertepatan dengan tanggal 22 Muharram 1428 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

  _ , .

  10 Februari 2007 M Salatiga,-------------------------

  22 Muharram 1428 H Panitia Ujian Pembimbing

  Jl. Stadion 0.3 T elp. (0 2 9 8 ) 3 2 3 7 0 6 , 3 2 3 4 3 3 F ax 3 2 3 4 3 3 Salatiga 50721 w w w . s t a i s a a i u a . a c

  W ebsite : n 1 t . id E - m a il:

D E K L A R A S I

  Bismillahirrahmanirrahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, Januari 2007 Peneliti

  YUSI LAILI HAFIDOH NIM. 111 02 052

  DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 T elp. (0 2 9 8 ) 3 2 3 7 0 6 , 3 2 3 4 3 3 Fax 3 2 3 4 3 3 Salatiga 50721 W ebsite : Dr. Mansur, M.Ag Posen STAIN Salatiga

  Salatiga, Januari 2007

NOTA PEMBIMBING

  Lamp. : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Sdr. Yusi Laili Hafidoh Ketua STAIN Salatiga di - SALATIGA Assalamu ’alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari: Nama : YUSI LAILI HAFIDOH NIM. : 111 02 052 Jurusan : Tarbiyah Progdi : PAI Judul : PENDIDIKAN SEKS DALAM KITAB

  UQUDULUJAIN KARYA SYEKH MUHAMMAD

  BIN UMAR NAWAWI Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

  Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  Pembimbing

  

MOTTO

CfiV

  

Katakanlah kebenaran walau itu menyakitkan

Kesempatan datangnya seperti awan berlalu.

  

Oleh karena itu pergunakanlah selagi ia tampak dihadapanmu

  

PERSEMBAHAN

  Teruntuk ayah dan ibu yang telah mendidikku dari kecil hingga dewasa dengan penuh kesabaran, semoga Allah SWT membalas jasa-jasa kebaikanmu dengan kebahagiaan dunia akhirat.

  Kakakku, mbak Diyah yang selalu memberiku motivasi dan arahannya serta adik-adikku, Tenti Isti’adah, dan Ahmad Daldiri.

  Teman-teman dekatku terima kasih atas segala motivasi selama ini, kalian memberi arti dan keceriaan bagiku dalam menjalani hari-hari selama belajar di kampus ini (Nafik, Siti Nurhayati).

  Tak lupa terima kasih yang sebesar-besamya for 3494CCAA yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Dan buat mas Yuli yang telah banyak membantu penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.

  

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang.

  Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayah, taufiq dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.

  Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada panutan umat Islam Nabi Muhammad saw, sanak kerabat dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang benar dengan perantara agama Islam.

  Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai syarat memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah.

  Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Yang terhormat Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.

  2. Yang terhormat Dr. Mansur, M.Ag selaku dosen pembimbing yang dengan kebijaksanaan, kesabaran, dan ketelitiannya memberikan bimbingan hingga terselesainya skripsi ini.

  3. Seluruh dosen beserta staf-stafnya yang telah mendidik dan memberikan jasanya sclama menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

  4. Pimpinan Ponpes Nurul Asna Drs. K.H. Nasafi yang telah membimbing, mendidik sclama menuntut ilmu di Ponpes tcrsebut.

  5. Ayah bunda yang tercinta atas do’a, kesabaran. motivasi dan dukungannya.

6. Teman-teman PAI 2002

  7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempumaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.

  Akhimya penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam.

  Salatiga, Januari 2007 Penulis

  Yusi Laili Hafidoh

  

DAFTARISI

  

  

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  E. M etode Pendidikan Seks

  29

  

  

  

  

   BAB IV

  ISLAM DALAM MENGATUR PENDIDIKAN SEKSUAL

  

  

  

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

  

PE N D A H U L U A N

B A B I

  A. Latar Belakang Masalah Dalam penciptaan manusia, Allah SWT melengkapi dengan berbagai macam nafsu. Salah satu di antaranya adalah nafsu seks atau nafsu berkelamin. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam surat An-Nur ayat 30 :

  >

  • ■ »

  ,

  4^ j ] |vJ> j A

  Ij^aio

  “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. (An-Nur ayat: 30)1 Di zaman Nabi Muhammad SAW, orang Islam laki-laki maupun perempuan tidak pemah bertanya kepada Nabi tentang segala permasalahan yang mereka hadapi, termasuk masalah-masalah pribadi seperti masalah hubungan seksual, terutama yang berkaitan dengan ajaran dan hukum-hukum yang berkaitan dengan hubungan seksual suami istri.

  Adapun hadist Nabi Muhammad SAW sebagai dasar pendidikan seksual adalah :

  Dcpartemen Agama Rcpublik Indonesia, A l-Q u r’an dan Terjem ahannya , Mckar,

  2 )1 y ij

  Ails •*’Ul ^AlaLai\ y

  

[ i j j

Udl t \ j j ]

  • 1>-j a

  3 pyaJl j l i p-ya^

  “Wahai para pemuda barang siapa diantara kamu sudah mempunyai kemampuan (untuk kawin) maka kawinlah, sebab itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Akan tetapi barang siapa belum mampu (untuk kawin) maka hendaklah ia berpuasa sebab puasa itu baginya merupakan pelindung”.2

  Pendidikan seks yang benar sangat penting diajarkan kepada anak-anak sesuai dengan perkembangan umur mereka, baik oleh orang tua mereka maupun guru-guru agama mereka di sekolah. Walaupun demikian pendidikan seks tersebut harus diajarkan dalam koridor idiologi dan ajaran-ajaran Islam.

  Sehingga anak didik atau para pemuda akan mendapatkan pengetahuan tentang seks yang benar terutama tentang aturan-aturan dan nilai-nilai kesucian hubungan seks dalam pandangan Islam. Pendidikan seks menurut kitab Vqudulujain adalah : Pendidikan ke arah pengendalian seksual yang berlandaskan pada aspek iman dan taqwa yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist, sedangkan seks dalam pandangan kitab Uqudulujain adalah syahwat (kesenangan) itu merupakan suatu fitrah dari Allah yang harus disalurkan lewat pemikahan yang syah.3

  Mengapa pendidikan seks Islam diperlukan? Jawabannya adalah bahwa kita selama ini terlalu banyak diberi pendidikan seks ala barat yang sama sekali jauh dari nilai-nilai agama. Baik itu berupa film vulgar ala barat,

  Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, Asy-Syifa, Semarang, 1992, hlm.71 ’Svckh Muhammad bin Umar An-Nawawi, Syaroh U qud Al-Lujain. Terjemahan A fif Bushtomi, Pustaka Amani, Jakarta, cet ke-11,2000, him. 89 gambar-gambar porno baik di media cetak maupun internet. Hal ini diperparah dengan anggapan masyarakat pada umumnya bahwa apa yang datang dari barat itu selalu baik dan menjadi standar dan memandang ketinggalan zaman atau bahkan jelek bila itu berasal dari budaya kita sendiri.

  Karena kita cenderung sealu dihadapkan pada pendidikan seks yang tidak bermoral ala barat seperti itu maka tidak heran kalau kerusakan dan kejahatan moral bahkan kadang di luar batas perikemanusiaan banyak terjadi di negara ini. Hampir tiap hari kita bisa baca koran atau lihat di televisi betapa kerusakan dan kejahatan moral anak-anak muda di Indonesia terutama yang berkaitan dengan praktik seks bebas. Maka akibatnya merekapun cenderung melakukan tindakan yang salah. Perkosaan, seks bebas adalah hasil dari pendidikan seks yang salah, karena itu pendidikan seks Islam mutlak diperlukan keberadaannya bahkan mendesak untuk diberikan pendidikan seks yang berlandaskan pada nilai-nilai keberagaman adalah salah satu alat untuk menghindarkan remaja muslim dari pengaruh-pengaruh buruk yang banyak mencekoki mereka baik dari media massa maupun teman-teman dekat. Dalam kchidupan kita sehari-hari banyak sekali terjadi kasus kejahatan birahi yang menyebabkan suatu kehancuran bagi pelakunya seperti rusaknya mahligai runiah tangga, kehamilan di luar nikah dan masih banyak lagi.

  4 Dari contoh kejadian dalam cerita di atas kita mendapatkan suatu

  gambaran akibat yang akan teijadi apabila kita tidak pandai-pandai menjaga nafsu. Hal tersebut bisa saja terjadi kapan dan di manapun serta kepada siapa dia akan datang taripa melihat usianya bisa terjadi pada orang tua, remaja bahkan anak-anak sekalipun.

  Hubungan seks yang seharusnya diletakkan dalarn tatanan yang terhormat yang hanya boleh dilakukan setelah adanya akad nikah. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Pengaruh modemisasi dan globalisasi dalam hal ini memegang peranan penting, tapi yang terpenting adalah pondasi moral tiap-tiap individu itu sendiri. Islam mengatur dan memberi arah juga kepada umat manusia dalam melaksanakan fungsi seksualnya, kc arah tujuan yang baik, scsuai dengan kedudukan manusia yang beradab dan terhormat.

  Dari uraian latar bclakang masalah tersebut maka terdorong untuk mclakukan penelitian dengan tcma "Pendidikan Seks Menurut Tradisi Rosul”

  (Studi Analisis Atas Kitab Uqudulujain).

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan pcnulis ungkap guna untuk mempermudah dalam proses penelitian ini adalah

  1. Bagaiinana sesungguhnya pendidikan seks menurut kitab Uqudulujain'?

  2. Bagaimanakah sesungguhnya etika seksual menurut kitab Uqudulujain'?

  3. Apa saja hal-hal yang diterapkan oleh Islam untuk memberikan rambu- rambu yang dapat digunakan dalam hubungan seksual?

  5 C. Tujuan Penelitian

  1. Mendiskripsikan pendidikan seks menurut kitab Uqudulujain

  2. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan etika atau tatacara seksual yang diterapkan dalam kitab Uqudulujain.

  3. Menganalisis perihal apa saja yang diterapkan oleh Rasul di dalam mcmberikan acuan dalam seksual

D. Manfaat Hasil Penelitian

  Dari penelitian ini diharapkan akan mendapat berbagai manfaat yaitu:

  1. Manfaat teoritis, maka akan didapat suatu konsep pendidikan seks menurut tradisi Rasul.

  2. Manfaat praktis, setelah dapat konsep tersebut, maka akan dapat mengubah meluruskan persepsi atau pemahaman yang ada tentang pendidikan seks yang sebagian orang beranggapan bahwa pendidikan seks adalah tabu dan tidak pantas diberikan. Sehingga diperoleh kesadaran bahwa pendidikan seks itu temyata penting dan pantas didapat untuk siapapun.

  E.

  Fokus Penelitian

  Fokus penelitian adalah mengkaji muatan materi yang dibahas dalam masalah ini yaitu materi tentang pendidikan seks menurut tradisi Rasul.

  Sebelum melangkah pada pembahasan lebih lanjut perlu dijelaskan beberapa kata, yaitu:

  1. Pendidikan Pendidikan adalah bimbingan dan pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si pendidik untuk menuju terbentuknya kepribadian yang utama.4

  2. Seks Scks bcrasal dari bahasa asing “SEX” yang berarti jenis kelamin atau perkelaminan.5

  Syahwat (kesenangan) itu merupakan suatu fitrah dari Allah SWT yang harus disalurkan lewat pcmikahan yang syah.6

  Untuk dapat menarik kesimpulan dari pihak-pihak permasalahan yang dianalisis maka diadakan library research yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian kepustakaan mumi.7 Jadi yang dimaksud adalah pengumpulan data dcngan penelitian kepustakaan dengan cara mencari dan membaca serta menclaah buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang akan ditcliti.

  6

4Ahmad D. Marimba, P engantar Filsafat Islam , A1 Ma’afit, Bandung, 1962, him. 19.

3. Menurut kitab Uqudulujain

F. Mctode Pcnclitian

  5John Enclos dan Hasan Soddoly, Kamus Inggris Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1987, hlm.517. ASyekh Muhamad bin Umar An-Nawawi, Syarah U qitd Al-Lujain.

  M etodologi R esearch

  7

  1. Metode Berfikir Rasional Berfikir rasionalistik adalah berfikir bertolak dari filsafat rasionalisme, bukan sekedar menggunakan rasio.8 Dengan metode ini pcnulis mencoba memahami konsep pendidikan seksual, baik yang tcrdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist juga yang terdapat pada buku-buku yang tclah ditulis oleh para penulis sebelumnya.

  2. Metode Analisis Data yang telah dikumpulkan didiskripsikan,9 kemudian dilakukan interpretasi, lalu dianalisis untuk dicari data yang ada dengan data lain, kemudian dianalisis menurut isinya yang disebut content analysis.10

  3. Sumber Penelitian Adapun sumber data dalam penulisan ini dapat digabungkan menjadi dua macam a. Sumber data primer

  Yaitu hasil-hasil atau tulisan karya penelitian teoritis dan orisinil sumber data ini merupakan deskriptif langsung tentang kenyataan yang dibuat individu dengan mengemukakan teori yang pcrtama kali.11 Dari pcngertian ini penulis mengajukan buku Syarah

  Uqudulujain sebagai sumber data primer.

  • *Nocng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Rake Sarasin, Yogyakarta, Edisi III, 1989, him. 75. ’Anton Barker dan Ahmad Thoris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, cet. I, him. 65.

  10Ibid., him. 63.

  "ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan. Jakarta, Raja Grafindo, 1996, him. 83.

  8

  b. Sumber data sekunder Pengambilan data sekunder ini dimaksudkan adalali bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dakim kenyataan yang dideskripsikan bukan penemu teori.12 Adapun sumber data sekunder dalam penclitian ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan seks, di antaranya kitab qurratul ‘uyun dan terjemahnya, dan berbagai bacaan yang menjadi pelengkap dalam penulisan ini, Setclah data terkumpul maka penulis menerapkan metode analisis data, yaitu proses, cara, perbuatan mengkaji, menyelidiki (pelajaran yang mendalam) penelaahaan.

G. Si.stcmatika Penulisan Skripsi

  1. Bagian ini memuat bagian awal skripsi yang memuat halaman judul, notasi dinas, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman pengantar, halaman abstrak, dan daftar isi.

  2. Bagian utama Pada bagian ini terdiri atas lima bab, yaitu:

  Bab I Menguraikan latar belakang masalah, penjelasan istilah dan unsur dasar penelitian dan sistematika pembahasan yang keseluruhannya terangkum dalam bab pendahuluan.

  Bab II Penjelasan secara diskriptif pendidikan termasuk memaparkan problematika, pengertian, tujuan, serta fiingsi pendidikan Islam.

  9 Bab III Memaparkan bagaimana pengertian pendidikan seks menurut

  kitab Uqudulujain, tujuan, materi, serta relevansi antara pendidikan Islam dalam pembahasan pendidikan seks.

  Bab IV Menganalisis tentang bagaimana sesungguhnya berhubungan seksual menurut kitab Uqudulujain misi yang dikembangkan oleh Islam tentang pendidikan seks. Implikasi pendidikan seksual di lingkungan keluarga.

  Bab V Merupakan bagian akhir penulisan yang mencakup diantaranya kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

  3. Bagian akhir skripsi ini bcrisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran daftar riwayat hidup penulis.

BAB II PENDIDIKAN SEKS MENURUT KITAB UQUDULUJAIN A. Definisi Pendidikan Seks Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah perlu pendidikan seks

  untuk dipelajari dan diajarkan. Sebenamya pertanyaan seperti ini mudah dijawab dengan jawabannya, tapi tidak semua pihak mau memberikan jawaban di atas. Jauh-jauh sebelumnya Islam sudah memberikan konsep yang paling dasar untuk ketentuan seksual. Namun orang pada umumnya tidak tertarik untuk ikut membudayakan kepada anak-anaknya, hal ini disebabkan mereka berasumsi seks tidak perlu diajarkan, pada akhimya nanti anak akan mengerti dengan sendirinya. Dalam Islam pendidikan seks sudah diterapkan dan difitrahkan oleh Allah seperti orang-orang wanita yang sedang mengalami

  nifas, haid dan istihadloh, ini merupakan masalah-masalah yang banyak

  kaitannya dengan pendidikan seks walaupun tidak langsung bagaimana seks itu dan apa seks itu, hal ini memang perlu dikaji lebih lanjut dan lebih dalam.

  Dalam Islan sendiri kata seks diartikan sebagai satu kekuatan yang identik dengan syahwat yang ada dalam diri manusia.

  Kitab Uqudulujain adalah jenis kitab yang memaparkan hukum-hukum secara rasional, sebab kitab ini ditulis dan dikarang pada waktu beliau masih berada di tanah suci, berangkat dari sosiokultur masyarakat Arab pada waktu itu dan hukum yang dipakai negara tersebut adalah hukum Islam yang mumi. Pendidikan seks menurut kitab Uqudulujain adalah pendidikan ke arah pengendalian seksual yang berlandaskan pada aspek iman dan taqwa yang sesuai dengan A1 Qur'an dan hadits yang harus disalurkan lewat pemikahan yang syah.

  Seks memang sangatlah menarik untuk dibicarakan karena hal ini merupakan pembicaraan masalah kehidupan manusia umum dan sangat mendasar. Masalah seks senantiasa memiliki pengaruh terhadap berbagai aspek lainnya, seksual juga merupakan sebuah cara yang bersangkut-paut dengan keberadaan manusia, kelangsungan hidupnya dan tingkat kualitas kehidupan yang dijalaninya. Jadi tidaklah aneh apabila pembicaraan yang menyangkut seks tidak akan pemah habis-habisnya, sepanjang manusia hidup dan menjalani kehidupannya, selama itu pula pembahasan seks terus berlangsung.

  Pendidikan seks adalah ajaran yang mumi dari Islam, tetapi hal ini dilupakan oleh kebanyakan orang tua dan para pendidik. Seks mempunyai hukum sendiri yang khusus berkenaan dengan seks. Pengertian pendidikan seks juga telah dijelaskan dalam A1 Qur'an salah satunya adalah A1 Qur'an surat An Nisa ayat 19

  (A ^ i\j

  Dan bergaullah dengan mereka (wanita) secara patut (An Nisa: 19)1

1 Departemen Agama Republik Indonesia, A l Qur'an dan Terjemahnya, Mekar, Surabaya, 2004, him. 104.

  Adapun Hadits Nabi yang dijadikan dasar pendidikan seks adalah

  Barang siapa menikah dengan harapan ia agar terpelihara (dari maksiat) maka Allah pasti memeliharanya}

  Abdullah Nasih Ulwan mengemukakan, bahwa yang dimaksud pendidikan seks adalah “masalah mengajarkan, memberi pengertian dan menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks, naluri, dan perkawinan kepada anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami hal-hal di atas”.2

  3 Dengan demikian ketika anak mencapai usia remaja dan dapat memahami persoalan hidup, ia dapat mengetahui yang benar dan yang salah, bahkan tingkah laku Islam yang luhur menjadi adat dan tradisi bagi anak tersebut. Sehingga remaja diharapkan tidak mengikuti kehendak setan dalam menyalurkan syahwat dan hawa nafsu.

  Dari penjelasan di atas dapat diambil pengertian bahwa pendidikan seks adalah membimbing dan mengasuh seseorang agar mengerti arti, fungsi dan tujuan pendidikan seks.

  Ahmad Azhar dalam bukunya “Pendidikan Seks bagi Remaja Menurut

  Hukum Islam ” berkata ada pendapat yang menganggap bahwa pendidikan seks

  sama dengan penerangan tentang anatomi fisiologi seks manusia, tentang bahaya-bahaya penyakit-penyakit kelamin.4

  2Muhammad At Tihami, Terjemah Q u rra tu l’uyun, Bintang Terang, Jakarta, 2005, him. 35.

  3Abdullah Nasih Ulwan dn Hassan Hathout, Pendidikan Seks, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, him. 10.

  4Am. Ahmad Azhar, Pendidikan Seks B agi Rem aja M enurut Hukum Islam , Mitra Pustaka, Yogyakarta, 1997, him. 1.

  13 Untuk membatasi dan memahami arti pendidikan seks dalam skripsi

  ini, penulis kemukakan beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan seks.

  Pendapat Salim Sahli yang dikutib oleh Ahmad Azhar mengemukakan

  

“sex education atau pendidikan seks adalah penerangan yang bertujuan untuk

  membimbing serta mengasuh tiap laki-laki dan perempuan sejak anak-anak sampai dewasa, perihal pergaulan antar kelamin umumnya dan keidupan sosial khususnya, agar mereka dapat melakukan sebagaimana mestinya, sehingga kehidupan berlaku kehidupan berkelamin itu mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia”. Pendapat di atas menitikberatkan tujuan pendidikan seks adalah untuk kebahagiaan seorang saat memasuki gerbang rumah tangga.

  Reno Sulistyo membedakan pengertian pendidikan seks menjadi dua, yaitu: dalam pendidikan seks dapat membedakan antara sex intruction dan

  

education in sexuality. Sex intruction ialah penerangan mengenai anatomi dan

  biologi dari reproduksi dan metode reproduksi, termasuk pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi. Sedangkan eduction in sexuality meliputi bidang- bidang etnik, moral fisiologi, ekonomi dan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang dibutuhkan seseorang untuk dapat memahami dirinya sendiri sebagai individu seksual, seperti untuk mengadakan hubungan inter personal yang baik.5

  5Sarlito Wirawan, P sikologi Rem aja, Rajawali Pers, Jakarta, 1997, him. 183.

  Sarlito Wirawan mengemukakan pendapatnya tentang pengertian dari pendidikan seks yaitu pendidikan yang menyangkut persoalan-persoalan seksualitas manusia yang dibicarakan di sini adalah tentang proses berketurunan (reproduksi), perkembangan seksual manusia, tingkah laku seksual, perkawinan, hubungan seks, aspek-aspek kesahatan serta psiko-sosial kewajiban dan kemasyarakatan dan seksualitas.6 7

  Menurut Ali Akbar, pendidikan sek ialah ilmu tentang perbedaan kelamin laki-laki dan perempuan ditinjau dari sudut anatomi, fisiologi dan

  n psychologi.

  Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks adalah bimbingan serta pengasuh kepada seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi serta tujuan seks sehingga dapat menyalurkannya ke jalan yang benar.

  Dengan demikian pendidikan seks merupakan gabungan dari kedua pengertian tersebut, dengan kata lain sex intruction harus disertai education in

  

sexuality. Karena sex intruction tanpa education in sexulity dapat

  menyebabkan promiscuity (pergaulan dengan siapa saja), serta hubungan- hubungan seks yang tidak bertanggung jawab.

  Ahmad Azhar Abu Miqdad setelah mengutip beberapa pendapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan seks ialah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks, sehingga ia dapat menyalurkan ke jalan yang legal.8

  6Ibid., him. 183.

  7Ali Akbar, M eraw at C inta K asih, Pustaka Antara, Bandung, 1997, him. 95 8Azhar Miqdad, op. cit., him. 8.

  Pendapat Sarlito Wirawan dalam buku Psikologi Remaja menurut penulis dapat dijadikan sebagai acuan pengertian pendidikan seks.

  Menurut Sarlito, pendidikan seks bukanlah penerangan mengenai seks semata, melainkan pendidikan seks ini sebagaimana pendidikan lain pada umumnya (pendidikan agama, PPKn, dan sebagainya), mengandung pengalihan nilai- nilai dari pendidik ke subjek didik. Informasi seks tidak diberikan telanjang sebagaimana adanya terhadap masyarakat, baik norma agama maupun adat istiadat. Ruang lingkup pendidikan seks secara kontekstual, ini menjadi sangat luas tidak hanya terbatas pada perilaku hubungan seks antar individu, tetapi menyangkut pula nilai-nilai lain, seperti peran pria dan wanita dalam masyarakat, hubungan pria dan wanita.

B. Tujuan Pendidikan Seks

  Tujuan merupakan cita-cita yakni suatu yang ingin dicapai atau diwujudkan dan dihasil. Dalam dunia pendidikan tujuan merupakan salah satu faktor dari komponen yang selalu menjadi dasar dalam melaksanakan pendidikan moral seks, terlebih dahulu harus dirumuskan tujuan apa yang hendak dicapai.

  H. Ali Akbar dalam bukunya Merawat Cinta Kasih mengemukakan bahwa: Tujuan dari sex education dalam Islam adalah untuk mencapai hidup yang bahagia dalam rumah tangga.9 Secara khusus pendidikan seks dapat dilihat pada pemikiran yang diangkat oleh A. Kirr Kendall, dalam bukunya

  9Ali Akbar, op. cit., him. 78.

  16 Helping Children Understand yang diterjemahkan oleh Zakiah Daradjat, di

  sana dikatakan bahwa tujuan pendidikan seks adalah sebagai berikut:

  1. Membantu anak-anak untuk merasakan seluruh anggota badannya dan semua tahap-tahap perkembangan, pertumbuhan adalah sesuatu yang disukai dan mempunyai tujuan tertentu.

  2. Menjadikan si anak mengerti dengan jelas tentang proses keturunan, karena ia seharusnya tahu bahwasanya setiap gambaran kehidupan yang serupa dan berketurunan teijadi dalam berbagai macam bentuk.

  3. Membantu remaja untuk mengetahui bahwasannya perubahan seks harus didasarkan atas penghargaan yang tulus dari orang lain.

  4. Menjadikan anak merasa bangga dengan jenis kelamin, dimana ia merasa berada dalam kelompoknya, disamping itu ia memandang keistimewaan terhadap kelebihan lawannya.

  5. Menciptakan perasaan bahwa perasaan seks satu sisi positif dan konstraktif dan terhormat dalam manusia.

  6. Mempersiapkan si anak menghadapi perubahan yang akan teijadi akibat dari pertumbuhannya.10 Tujuan pendidikan seks secara umum, sesuai dengan kesepakatan

  International Conference o f Sex Education and Family Planning tahun 1962

  yang dikutip oleh Akhmad Azhar Abu Miqdad adalah:

  

H elping C hildren Understand,

l0Lister Kirr Kendall, Terjemahan, Zakiyah Darodjat,

  “Untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan yang bahagia karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta bertanggungjawab terhadap dirinya dan terhadap orang lain".11 Tujuan umum tersebut mengandung arti sangat luas, karena sasaran dan tujuan pendidikan seksual adalah melahirkan individu-individu yang senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya, serta bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

  Menurut Sikun Pribadi, dalam bukunya yang berjudul Mutiara-

  

Mutiara Pendidikan di sana dikatakan bahwa: tujuan pendidikan seks adalah

  supaya anak menjadi pria yang dewasa dan wanita yang dapat mengadakan hubungan seksual dengan sehat.12 Salim Sahli sebagaimana dikutip oleh Abu Miqdad menyatakan bahwa tujuan utama bimbingan seks dalam Islam yang suci dan mumi adalah:

  Melangsungkan keturunan yang akan tercapai karena kehidupan seks teijalin dengan tuntutan agama akan menumbuhkembangkan suasana yang harmonis lahimya generasi demi generasi yang bertanggungjawab dan berbudi pekerti luhur, serta akan mendorong semangat hidup dalam suasana cinta kasih yang abadi.13 Masalah tujuan pendidikan sex tidak dapat dilepas dari tujuan pendidikan pada umumnya. Para ahli pendidik telah menyepakati, bahwa tujuan pendidikan ialah untuk mencapai kedewasaan, karena yang mendidik itu selalu orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa. Ciri-ciri kedewasaan ialah kemandirian tidak tergantung kepada orang lain dalam 11 Akhmad Azhar Abu Miqdad, op. cit., him. 10.

  12Sikun Pribadi, M.H., M utiara-M utiara Pendidikan, Erlangga, Jakarta, 1987, him. 35.

  13Akhmad Azhar Abu Miqdad, op. cit., him. 53.

  18

  menentukan sikap dan perbuatan, rasa tanggung jawab yang mantap, kehidupan emosi sudah stabil tidak cengeng, tidak mudah tersinggung, tidak mudah iri hati, tidak suka membenci orang, melihat dunia dengan sikap realisme yang cukup mantap, berpikir lebih objektif, kritis dan logis, hubungan sosial lancar dan konstruktif terhadap masyarakat.14

  Menurut Abdullah Nasih Ulwan dan Hassan Hathout, seks juga dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan yang lain, yakni melanjutkan kehidupan manusia dengan melahirkan keturunan. Di dalam Islam seks tidak dipandang kotor atau maksiat, konsep penyucian diri dengan tidak menikah, bertentangan dengan fitrah dan ajaran Islam. Tujuan di atas Tuhan telah menetapkan lembaga keluarga sebagai satu-satunya jalan yang sah. Laki-laki dan perempuan sebagai suami istri begitu suci sehingga Islam berusaha memelihara dan melindunginya, ikatan pemikahan harus disahkan dalam perjanjian khusus yang disebut akad nikah. Pada ikatan pemikahan, hak dan tanggung jawab moral dan legal ditegakkan, dalam naungan pemikahan, anak- anak dilahirkan dengan jaminan hukum yang kokoh.15

  Menumt Hassan Hathout hubungan seks memiliki dua tujuan, yakni reproduksi dan kesenangan seksual. Hubungan seks adalah ekspresi fisikal yang paling intim dan intens dari seksualitas manusia. Seluruh ekspresi seksual lainnya hanya mempakan persiapan baginya kesenangan seksual dalam perkawinan adalah normal. Hubungan seks adalah perlu guna l4Sikun Pribadi, op. cit., him. 35.

  Pendidikan Seks, l5Abdullah Nasih Ulwan dan Hassan Hathout, Rosdakarya, Bandung, 1996, him. 129. menghasilkan anak, anak adalah anugerah dari Allah SWT, hubungan seks juga bermanfaat bagi kesehatan. Diketahui bahwa hubungan seks dapat menjaga kestabilan prikologis dan emosional.16

  Ma'ruf Zurayk lebih menekankan tujuan pendidikan seks di sekolah, yaitu membekali sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan masalah seks, memberi pandangan yang alamiah dan sehat pada masalah ini dan membuat murid bangga akan anugerah kejenisannya.17 Dengan pendidikan seks di sekolah ini diharapkan terbentuk pandangan tentang keluarga yang sendinya mendasarkan atas rasa hormat atas hubungan seksual dan menganggapnya sebagai sarana kelangsungan kehidupan.

  Seks adalah sebuah topik yang paling kontroversial di dalam masyarakat kita masyarakat muslim. Kebanyakan masyarakat memandang seks sebagai sesuatu yang menyeramkan, kotor dan karenanya tidak pantas dibicarakan secara terbuka untuk alasan apapun.18 Dengan segala prasangka dan kesalahkaprahan kultural yang disematkan padanya seks, adalah penting dan mendesak bagi kita untuk mulai membicarakan dan membahas permasalahan ini guna menyingkirkan kebekuan dari fikiran-fikiran kita. Kondisi salah kaprah terhadap seks ini berkembang disebabkan latar belakang budaya, kebodohan dan perilaku munafik masyarakat kita. Seks ditutup-tutupi dan dibatasi menjadi sekadar ritual rutin di kamar tidur, orang yang membicarakannya dianggap berdosa dan berkarakter buruk. Setiap muslim

  l6Hassan Hathout, Seks Islam i, Pustaka Zahra, Jakarta, 2004, him. 32.

  17Ma'ruf Zurayk, Aku dan Anakku, Bimbingan P raktis M endidik Anak Menuju Rem aja, A1 Bayan, Bandung, 1994, him. 124.

  18Hassan Hathout, op. cit., him. 113. bahkan anak-anak yang belajar ngaji, pasti menemukan bahwa A1 Qur’an membicarakan masalah seksualitas dengan terbuka, dalam A1 Qur'an alasan menemukan bahasan reproduksi dan penciptaan manusia, menstruasi, kehidupan keluarga, posisi-posisi seksual bahkan ejakuasi.

  Dasar-dasar pendidikan seks Islam adalah memperlakukan seks sebagai anugerah dari Allah SWT hadiah bagi umat manusia, sumber kedamaian dan ketentraman, dan juga sebagai kebaikan dalam cahaya etika- etika sosial dan moral.19 Seks bukanlah suatu kata yang kotor, seks adalah anugerah Allah SWT kepada umat manusia. Islam menyediakan sarana-sarana yang halal untuk menikmati anugerah ilahi ini, seks bukan hanya sarana reproduksi, seks juga merupakan sarana dalam memperoleh kesenangan dan kenikmatan. Jika seks dipraktikan dalam kerangka yang benar sesuai dengan syariat Islam, bukan hanya kesenangan dan kepuasan yang didapat, melainkan juga pahala dari Allah SWT.

  Sebagai muslim haras membebaskan diri dan fikiran kita dari dogma- dogma yang tidak mendasar, haras memahami konsep modern kehidupan dalam Islam, membuang jauh-jauh pengaruh-pengarah buruk budaya dan tradisi yang hanya membawa masyarakat kita pada kemunduran. Pendidikan seks haras dimulai dari rumah atau sekolah-sekolah kapanpun memungkinkan. Pendidikan seks haras didukung secara aktif oleh para orang tua. Ada beberapa yang haras diajarkan seperti aspek-aspek anatomis dan psikologis, skema pubertas, bersama dengan perabahan-perabahan fisikal. Kebutuhan 19 Ibid., him. 115. akan kehidupan keluarga, dan yang paling penting pandangan dan standar Islam mengenai itu semua tentu saja masalah yang dibahas dan cara pembahasannya disesuaikan dengan kebutuhan, menyangkut usia, latar belakang, dan aspek-aspek penting lainnya dari peserta didik. Konsultasi pra nikah hams diadakan, termasuk di dalamnya pendidikan seks, melepaskan diri dari beban-beban dan tekanan-tekanan tradisi yang telah menyertai masyarakat kita selama berabad-abad. Mempraktekkan secara benar konsep modem kehidupan sebagaimana diajarkan oleh Islam.20

  Peran orang tua yang lain adalah membantu anak-anak mereka dalam membuat keputusan yang tepat, dalam Islam apapun yang mengarah pada keburukan adalah buruk. Oleh karena itu orang tua hams bisa mengontrol musik apa yang didengarkan anak-anak, program TV apa dilihat, majalah apa yang dibaca, dan pakaian apa yang dipakai. Ikut dalam kegiatan sosial boleh mereka lakukan tetapi tetap dengan pengawasan, sementara kencan sama sekali jangan diperbolehkan.

  Sebagai kesimpulan, para orang tua muslim hams menanamkan pada anak-anak bahwa mereka berbeda dengan orang-orang nonmuslim dalam hal sistem nilai dan cara hidup. Memiliki perasaan senang dengan lawan jenis memang tidak bisa ditolak, tetapi pengekspresian perasaan tersebut melalui hubungan seks sehamsnya dapat dikendalikan. Anak-anak bukan hanya hams diajari untuk tidak minum alkohol, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, tetapi juga diajari untuk tidak melakukan hubungan seks pra nikah.

20 Ibid., him. 116.

C. Materi Pendidikan Seks

  1. Materi Secara Umum Manusia diciptakan Allah berjenis laki-laki dan perempuan.

  Masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri walaupun banyak pula persamaannya. Kedua makhluk yang bernama manusia ini mempunyai rasa saling tertarik. Pria tertarik pada wanita begitu pula sebaliknya wanita tertarik kepada laki-laki.

  Sebenamya dorongan seksual tersebut adalah salah satu karunia dari Allah SWT kepada makhluknya, karena dengan dorongan tersebut perasaan dan cita-cita hidup serta iramanya akan berbeda dan semakin berarti. Dorongan tersebut jika dipahami dan mampu mengendalikan akan memberikan manfaat yang lebih besar dalam kehidupa mereka.21

  Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pendidikan seks itu tidak berdiri sendiri melainkan terkait erat dengan pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak, dalam aplikasinya di dalam kehidupan hal tersebut benar-benar haras diterapkan didalam penyampaian pendidikan seks, lanjutkan pendidikan seks yang lepas dari unsur aqidah, ibadah dan akhlaq hanya akan mendasarkan hawa nafsu manusia semata-mata.22

  Pendapat di atas kiranya dapat dibenarkan sebab pendidikan seks dalam konteks pendidikan Islam bukanlah untuk mempertontonkan dan membuka-buka aurat dan bukan hanya bertujuan agar hubungan seksual

  2'Hasan Basri, R em aja Berkualitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cet ke-11, 1996, him. 23.

  Islam dan Pendidikan Seks Anak,

  22Safrudin Ayip, Pustaka Muntiq, Bandung, 1991, him. 33. memperoleh kenikmatan biologis semata. Tetapi pendidikan seks dalam konteks pendidikan Islam berisi tentang pengajaran-pengajaran yang mampu mendidik sedemikian rupa sehingga mereka lebih mengimani, mencintai dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

  2. Materi Secara Khusus Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam, merupakan ajar an agama yang lengkap, mengatur segala aspek kehidupan manusia termasuk masalah hubungan seks. Namun begitu Islam tidak mengajarkan ajarannya secara terperinci, dan jalan ijtihadlah atau tugas para pemikir Islam untuk membuat rinciannya, dan harus diperhitungkan sesuai dengan lingkungannya (kontekstual). Demikian juga dalam pendidikan seks mengemukakan sebagai berikut:

  a. Menanamkan jiwa maskulinitas anak laki-laki dan feminitas pada anak perempuan.

  b. Mengenalkan makhramnya.

  c. Melarang berikhtikhlaf.

  d. Melarang berkhalwat.

  e. Memerintahkan berkhitan.

  Syamsudin di dalam menetapkan pendidikan seks telah mengadakan langkah-langkah yang khusus untuk mengadakan pendidikan seks sebagai berikut: 23 Ibid., him. 59. a. Menetapkan syariat Islam

  b. Menetapkan syariat perkawinan

  c. Menetapkan syariat yang mengatur hubungan antara laki-laki dengan perempuan.24 Dari kedua pendapat tersebut tidak ada yang bertentangan, hanya

  Syafrudin lebih rinci daripada Syamsudin. Sebenamya masih banyak pendapat yang ada, tetapi hanya kedua pendapat tersebut yang menurut hemat penulis yang paling representatif untuk mewakili pendapat-pendapat lain yang ada.

  Abdullah Nasih Ulwan berpendapat bahwa pendidikan seks yang perlu diperhatikan oleh pendidik terbagi ke dalam beberapa tahap berikut: a. Pada usia antara 7 - 1 0 tahun anak diajari tentang sopan santun meminta izin masuk rumah dan sopan santun memandang.

  b. Pada usia antara 1 0 - 1 1 tahun, yang dinamakan masa pubertas, anak harus dijauhkan dari hal-hal yang membangkitkan birahi.

  c. Pada usia antara 1 4 - 1 6 tahun, yang disebut usia remaja, anak diajari etika bergaul dengan lawan jenis bila ia sudah matang untuk menempuh perkawinan.

  d. Setelah melewati usia remaja, yang disebut usia pemuda, anak diajari etika menahan diri bila ia tidak mampu kawin.25

  24Samsudin, op. cit., him. 65.

  25Abdullah Nasih Ulwan dan Hassan Hathout, op. cit., him. 1.

  Menurut Abu Zakaria, untuk menerapkan seks pada kedudukan yang sebenamya, maka perlu sekali pendidikan seks diajarkan seperti a. Biologi dan fisiologi yaitu mengenai fungsi reproduksi yang meliputi pembuatan, kehamilan, kelahiran.

  b. Etika, yaitu menyangkut kebahagiaan itu sendiri.

  c. Moral, yaitu yang mengenai hubungan dengan orang lain, misalnya dengan partnemya dan anak-anaknya.

  d. Sosiologi, yaitu mengenai pembentukan keluarga.

  Materi pendidikan seks di sekolah bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Berdasarkan survei yang dilakukan Margarett Terry Orr 61982 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pada umumnya materi pendidikan seks di sekolah sebagai berikut: a. Masalah-masalah yang dibicarakan di kalangan remaja sendiri

  1) Pemerkosaan 2) Masturbasi 3) Homoseksualitas 4) Disfungsi seksual 5) Eksploitasi seksual

  b. Kontrasepsi dan pengaturan kesuburan 1) AlatKB

  2) Pengguguran 3) Altematif-altematif dari pengguguran 6YusufMadan, Sex Education, CV. Aneka, Solo, 1994, him. 12-13.

D. Metode Pendidikan Seks

  Untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan diperlukan metode atau cara yang dapat mengantarkan ke arah tujuannya. Oleh karena itu hubungan antara tujuan pendidikan seks dan metode pendidikan moral seks sangatlah erat dan tidak bisa dipisah-pisahkan.

  Adapun metode pendidikan seks yang ada dalam Islam mungkin dapat dilihat melalui pemikiran Nasih Ulwan sebagai berikut: