MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE BERCERITA DI PAUD MEKARSARI TAHUN AJARAN 2014/2015 - Repository UNRAM

  MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE BERCERITA DI PAUD MEKARSARI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru PAUD Oleh JUNIARTI E1F112044 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS MATARAM

  

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jalan Majapahit No.62 Telp.(0370)623873. Fax.634918

Mataram 83125

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

  Dengan Judul: Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode Bercerita Di PAUD Mekarsari Tahun Ajaran 2014/2015

  Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Mataram, Januari 2015

  Pembimbing I Drs. Syukran Ma’sum, M.Pd

  NIP. 19540407198403 1 001 Pembimbing II

  Ika Rachmayani, M.Pd NIP. 198101022005012001

  Menyetujui Ketua Prodi PG PAUD

  Nurhasanah, M. Pd NIP. 197904112005012001

  KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS MATARAM

  

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jalan Majapahit No.62 Telp.(0370)623873. Fax.634918

Mataram 83125

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

  Dengan Judul: Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Usia 5-

6 Tahun Melalui Metode Bercerita Di PAUD Mekarsari Tahun Ajaran 2014/2015.

  Telah disetujui tanggal : 11 Februari 2015 Mataram, Februari 2015

  Pembimbing I Drs. Syukran Ma’sum, M.Pd

  NIP. 19540407198403 1 001 Pembimbing II

  Ika Rachmayani, M.Pd NIP. 198101022005012001

  Mengesahkan Kajur Ilmu Pendidikan, Nurul Kemala Dewi, M.Sn.

  NIP. 19691011 20011220 001 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS MATARAM

  FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Majapahit No. 62 Telp (0370)623873 Fax. 6394918 Mataram

  83125

  

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI

  Skripsi Berjudul: Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Usia

  5-6 Tahun Melalui Metode Bercerita Di PAUD Mekarsari Tahun Ajaran 2014/2015.

  Telah Diuji Dan Disetujui Pada Tanggal 11 Februari 2015

  

Penguji I

Drs. Syukran Ma’sum, M.Pd

NIP. 19540407198403 1 001

Penguji II

  Ika Rachmayani, M.Pd

   NIP. 198101022005012001

Penguji III

Nurhasanah, M.Pd

   NIP. 197904112005012001

  Dr. H. Wildan, M. Pd NIP. 195712311983031037

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK USIA

5-6 TAHUN MELALUI METODE BERCERITA DI PAUD MEKARSARI

  

TAHUN AJARAN 2014/2015

ABSTRAK

JUNIARTI

EIF112044

  Kemampuan bahasa lisan merupakan kemampuan berbahasa kedua yang dikuasai anak. Secara alamiah setiap anak belajar berbahasa melalui proses menyimak. Melalui proses menyimak anak belajar berbicara. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah melalui metode bercerita kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun akan lebih baik di PAUD Mekarsari tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode bercerita dalam mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6 akan lebih baik di PAUD Mekarsari tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilaksanakan dalam dua kali pengembangan. Sumber data dalam penelitian ini adalah 13 orang anak usia 5-6 tahun di PAUD Mekarsari Tahun Ajaran 2014/2015. Data penelitian tentang kemampuan berbahasa lisan dikumpulkan dengan metode observasi, dan dokumentasi serta instrumen menggunakan lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Perkembangan bahasa lisan anak usia 5-6 tahun di PAUD Mekarsari Perumnas, Mataram Tahun Ajaran 2014/2015 melalui metode bercerita pada pengembangan I termasuk kriteria Berkembang Baik dengan hasil capaian persentase 76,21 %. Sedangkan pada pengembangan II terdapat perkembangan yang sangat signifikan atau berarti, yaitu kriteria Berkembang Sangat Baik dengan capaian persentase 96,7 % . Pada semua kemampuan berbahasa lisan anak. Dengan demikian bahwa melalui metode bercerita kemampuan berbahasa lisan anak meningkat atau berkembang lebih baik.

  Kata kunci : bahasa lisan, bercerita

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  Motto :

  “Jangan tunda sampai besok, apa yang bisa kamu lakukan hari ini”. “Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan,

  Istiqomah dalam menghadapi cobaan, YAKIN, IKHLAS dan ISTIQOMAH”.

  Persembahan :

  Skripsi ini aku persembahkan kepada :  Orang tuaku tercinta, terima kasih atas do’a dan motivasinya selama ini  Suamiku tercinta yang selalu mensuport dan memotivasiku dalam menyelesaikan tugas perkuliahan dan skripsi ini

   Saudara-saudaraku yang selalu memberikan motivasi untuk belajar

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nyalah, penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul

  

Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak Usia 5-6 Tahun

Melalui Metode Bercerita Di PAUD Mekarsari TahunAjaran 2014/2015.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis menyadari sepenuhmya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus di sampaikan kepada :

  1. Prof. Ir. H. Sunarpi, Ph.D, Rektor Universitas Mataram.

  2. Dr. H. Wildan, M.Pd, Dekan FKIP Universitas Mataram.

  3. Nurul Kemala Dewi, M.Sn, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

  4. Nurhasanah, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan dan Anak Usia Dini FKIP Universitas Mataram sekaligus dosen PA.

  5. Drs. Syukran Ma’sum, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I.

  6. Ika Rachmayani, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II.

  7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PG-PAUD FKIP Universitas Mataram.

  8. Kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan atau belum sempurna baik dari segi isi, bentuk maupun susunannya.

  Untuk itu diharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

  Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan insan pendidikan khususnya.

  Mataram, Januari 2015 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..

  

LEMBAR LOGO FAKULTAS..................................................................... i

PERSETUJUAN SKRIPSI........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ..................................... iv

ABSTRAK…………………………………………………………………... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………. vi

KATA PENGANTAR……………………………………………………… vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………… ix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang .................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5 E. Definisi Operasional .......................................................................... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA

  1. Pengertian Bahasa .......................................................................... 7

  2. Fungsi Bahasa................................................................................... 8

  3. Pengertian Berbahasa Lisan ......................................................... … 10 4. Aspek Berbahasa LIsan ...................................................................

  10 5. Karakteristik Perkembnagan Bahasa Anak......................................

  12

  6. Faktor Yang mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak………… 14

  B. Metode Bercerita……………………………………………………. 18

  1. Pengertian Metode Bercerita ………………………………......... 18

  2. Manfaat Bercerita ........................................................................... 19 3. Bentuk-bentuk Kegiatan Bercerita ..................................................

  21 4. Komponen Cerita Anak....................................................................

  22 5. Syarat-syarat Cerita ........................................................................

  24 C. Penerapan Metode Pembelajaran Melalui Bercerita …………………. 24 1. Menetapkan Tujuan dan Tema Cerita ..............................................

  25

  2. Menetapkan Bentuk Cerita............................................................... 25

  3. Menentukan Media .......................................................................... 26

  4. Merancang RKH............................................................................... 26

  5. Menetapkan Penilaian..................................................................... 26

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................................. 27 B. Sifat Penelitian .................................................................................. 27 C. Faktor Yang Diteliti ........................................................................... 28

  E. Prosedur Penelitian.............................................................................

  28 F.Metode Dan Instrumen Penelitian ………………………………………. 30

  G. Analisis Data……………………………………..............................…. 33

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……………………………………………………...

  34 B. Pembahasan………………………………………………………....

  70 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………….

  72 B. Saran………………………………………………………………...

  73 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75 LAMPIRAN……………………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Berbahasa Lisan…………………………………………… 1 Lampiran 2 Instrumen Observasi kemampuan bahasa lisan ………….. 3 Lampiran 3 Instrumen Observasi Kemampuan bahasa lisan Pengembangan I...... .………. .. ………………………….. 5 Lampiran 4 Instrumen Observasi kemampuan bahasa lisan Pengembangan II.................................................................. 7 Lampiran 5 Skor Jawaban angket Pengembangan I ……………………. 9 Lampiran 6 Skor jawaban angket Pengembangan II…………………… 10 Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan Penelitian………………………….. 12 Lampiran 8 Rencana Kegiatan Harian I………………………………… 17 Lampiran 9 Rencana Kegiatan Harian II ………………………………. 19 Lampiran 10 Rencana Kegiatan Harian III …………………………… 21 Lampiran 11 Rencana Kegiatan Harian IV……………………………. 23 Lampiran 12 Rencana Kegiatan Harian V……………………………… 25 Lampiran 13 Surat Izin BLHP………………………………………… 27 Lampiran 14 Kartu Pembimbingan Penulisan Proposal/Skripsi………. 28 Lampiran 15 Surat Keterangan Penelitian……………………………... 29 Lampiran 16 BIODATA……………………………………………… 30

  DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil analisis Capaian Perkembangan bahasa lisan

  Pengembangan I………………... ………………….. 37

Tabel 4.2 Hasil Analisis Capaian Perkembangan Bahasa Lisan

  Pengembangan II……….. …………………………… 57

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Analisis Capaian Perkembangan bahasa Lisan Pengembangan I dan Pengembangan II….. 66

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Pengembangan Penelitian………………………………… 29

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan

  pemerintah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4 dinyatakan bahwa “ melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan Bangsa “. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa “ Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” ( Rachmayani, 2014: 2). Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi Anak Usia Dini secara optimal.

  Sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai tahap perkembangannya. Agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan serta kehidupan selanjutnya. Dimasa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Karena masa ini sering disebut “

  golden age “ dimana anak sangat peka mendapatkan rangsangan- rangsangan.

  Secara umum dalam kehidupan sehari-hari bila ditinjau dari segi media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, kita menggunakan dua ragam bahasa yaitu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan. Ragam lisan atau disebut kemampuan bahasa lisan merupakan kemampuan berbahasa pertama yang dikuasai anak. secara alamiah setiap anak normal belajar berbahasa melalui proses mendengarkan atau menyimak. Melalui proses tersebut anak belajar berbicara ( Dhieni, dkk, 2005: 4.3).

  Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh ketrampilan menyimak, dan masa tersebutlah kemampuan berbicara dan berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca, (Tarigan, 2013: 3) Dengan menguasai keterampilan berbicara, Anak Usia Dini akan mampu mengekpresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat anak sedang berbahasa. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang komunikatif, jelas, dan mudah difahami.

  Untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan anak diperlukan suatu metode yang bervariasi. Lingkungan dan orang tua seharusnya anak. Salah satu metode yang dapat mengembangkan kemampuan bahasa kosa kata anak yaitu melalui metode bercerita. Metode ini sangat disenangi anak usia 4 sampai 6 tahun. Anak-anak usia 4 sampai 6 tahun umumnya senang diperdengarkan sebuah cerita sederhana yang sesuai dengan perkembangan usianya (Dhieni,dkk, 2005: 6.1). Saat ini terlihat pemerintah dalam penyelenggaraan dan penyediaan Pendidikan Anak Usia Dini lebih banyak diserahkan kepada swasta.

  Dimana penyelenggara swasta lebih bersifat komersil. Sehingga masih banyak anak bangsa yang berasal dari ekonomi lemah tidak dapat menyekolahkan anaknya pada usia prasekolah. Diperkirakan bahwa anak-anak yang mengulang kelas adalah anak-anak yang tidak masuk pendidikan prasekolah sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuanya memasuki SD. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan di sekolah dan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk PAUD mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia prasekolah. Metode yang digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak terutama kemampuan bahasa lisan masih monoton, hanya menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan penugasan. Selain itu menulis serta berhitung adalah salah satu tuntutan masuk Sekolah Dasar. Sehingga Anak Usia Dini kurang mampu mengungkapkan perasaan atau ide ketika menjawab pertanyaan dari guru dan tidak faham dengan informasi yang telah disampaikan guru. Dari hasil observasi di PAUD Mekarsari peneliti menemukan permasalahan kemampuan berbahasa anak usia 5-6 tahun khususnya pada kemampuan berbahasa lisan di mana anak belum banyak menguasai kosa kata. Hal ini terlihat dari komunikasi yang mereka gunakan sehari-hari di sekolah, kadang juga ada anak yang tidak mau berbicara jika ada pertanyaan dari guru atau dalam kegiatan lain.

  Berdasarkan kenyataan di atas maka peneliti beminat untuk meneliti tentang kemampuan berbahasa lisan anak melalui metode bercerita di PAUD Mekarsari Tahun Ajaran 2014/2015.

  B. Rumusan Masalah

   Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat

  merumuskan permasalahannya sebagai berikut: “Apakah melalui metode bercerita kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6 Tahun akan lebih baik di PAUD Mekarsari Kelurahan Tanjung Karang Permai tahun ajaran 2014/2015?

  C. Tujuan Penelitian

   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode bercerita dalam

  mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6 akan lebih

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

  a. Bagi siswa Metode bercerita akan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa lisannya.

  b. Bagi guru

  Menambah informasi tentang mengembangkan kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun melalui metode bercerita.

  c. Bagi sekolah

  Sebgai informasi tambahan tentang bagaimana cara mengembangkan bahasa lisan anak usia prasekolah dan diharapkan dapat memberi variasi dalam metode pembelajaran.

  d. Bagi peneliti Hasil penelitian ini memberi informasi pada penelitian yang sejenis, untuk menjadikan penelitian lebih mendalam.

  E. Definisi Operasional

   Ada beberapa hal yang terpenting dalam melaksanakan penelitian,

  hal ini merupakan pokok dasar yang harus diketahui yakni:

  a. Kemampuan berbahasa lisan

   Kemampuan berbahasa lisan usia 5-6 tahun adalah kemampuan

  anak dalam mengucapkan bunyi-bunyian, menyatakan serta pengucapan secara jelas dan tepat. Kemampuan berbahasa lisan meliputi kemampuan setiap individu untuk menyimak dan berbicara yang menjadi satu kesatuan yang berhubungan untuk dimiliki dalam menggunakan bahasa.

  b. Bercerita

   Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang

  secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Bahasa Lisan

1. Pengertian Bahasa

   Bahasa adalah mencakup segala sarana komunikasi dengan

  menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock, 1997: 176). Sedangkan menurut Bromley (dalam Dhieni, 2005: 1.11) mendefinisikan bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual. Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang berartikulasi yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran, perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu bangsa, serta percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun, tingkah laku yang baik (Hildayani,dkk 2004: 11.3). Sedangkan menurut Hulit & Howard (dalam Hildayani, 2004: 11.3) bahasa adalah ekspresi kemampuan manusia yang bersifat innate atau bawaan.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah suatu tanda, baik lisan, gerakan maupun tulisan, yang mampu dimengerti oleh orang lain dan mampu menjadi media dalam bertukar pikiran, wawasan dan perasaan dalam kehidupan bermasyarakat sehari- hari.

  Bahasa apapun yang kita gunakan, sebaiknya memiliki nilai kesopanan dan etika, karena sesungguhnya, bahasa merupakan cerminan budaya seseorang, dan wajah bangsa penggunanya sendiri.

2. Fungsi Bahasa

  

Broomley (dalam Dhieni, 2005: 1.21) fungsi bahasa adalah

  dengan bahasa anak dapat menjelaskan keinginan dan kebutuhannya, merubah dan mengontrol perilaku, membantu perkembangan kognitif anak, dapat bersosialisasi dengan orang lain dan dapat mengemukakan pendapat dan perasaan dengan orang lain dan anak dapat mengemukakan pendapat dan perasaan melalui ekspresinya. Sedangkan menurut Halliday (1978) (dalam Dhieni, 2005: 4.1) mengemukakan fungsi bahasa bagi anak sebagai berikut: 1) Fungsi instrumental, bahasa digunakan sebagai alat perpanjangan tangan. “ Tolong ambilkan pensil”, 2) Fungsi regulatif, bahasa untuk mengatur orang lain. “ Jangan ambilkan bukuku!”, 3) Fungsi

  

interaksional, bahasa dipergunakan untuk bersosialisasi. “ Apa Khabar?”,

  4) Fungsi personal, bahasa digunakan untuk mengungkapkan perasaan, pendapat, dan sebagainya. “ Saya senang sekali!”, 5) Fungsi heuristic/ mencari informasi, bahasa digunakan untuk bertanya. “ Apa itu?” 6) Fungsi imajinatif, bahasa digunakan untuk memperoleh kesenangan misalnya bermain-main bunyi dan irama. 7) Fungsi refresentatif, bahasa digunakan untuk memberikan informasi/menyampaikan fakta. “ Sekarang hujan”.

  Fungsi bahasa menurut Lamuddin (2003: 2), ada 5 yaitu: 1) sebagai alat atau media komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari orang lebih sering memakai bahasa untuk berkomunikasi dengan teman bicaranya, 2) sebagai alat untuk ekspresi diri. Manusia sewaktu kecil menggunakan bahasa untuk mengekspresikan diri. Sebagai contoh bayi mengekspresikan kehendaknya dengan menangis demikian pula saat lapar atau haus, 3) sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Suku-suku yang berbeda dapat menjalin persatuan melalui bahasa dan inilah yang merupakan integrasi dari bahasa. Selain itu, bahasa sekaligus berfungsi sebagai alat adaptasi diri, 4) sebagai alat kontrol sosial. Kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang lain. Bahasa yang dipergunakan dengan sepatutnya dan wibawa dapat mempengaruhi bahkan mengendalikan kelompok sosial tertentu, 5) sebagai alat untuk berpikir. Dalam proses berpikir, bahasa selalu hadir bersama logika untuk merumuskan konsep. Semua kegiatan yang berlangsung melalui proses berpikir pasti disertai alatnya yang tidak lain adalah bahasa (zuwaily.blogspot.com/2012/11/fungsi-bahasa-menurut- para-ahli.html).

  Berdasarkan pendapat di atas, fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk bersosialisasi dengan orang lain dengan mengemukakan pendapat dan perasaan melalui ucapan tingkah laku, melalui simbol, isyarat, tingkah laku yang dapat menyampaikan dan memperoleh informasi.

  3. Pengertian Bahasa Lisan

Bahasa lisan adalah kemampuan berbahasa kedua yang dikuasai

  anak. Secara alamiah setiap anak yang normal berbahasa melalui proses mendengarkan atau menyimak. Melalui proses tersebut lalu anak belajar berbicara (Dhieni, dkk, 2005: 4.3). Bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasarnya, Dendy Sugono (dalam Dhieni, dkk, 2005: 4.3). Bahasa lisan mencakup aspek lafal, tatabahasa (bentuk kata dan susunan kalimat) dan kosa kata (Dhieni, 2005: 4.3) Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa berbahasa lisan adalah salah satu alat komunikasi yang paling efektif atau suatu bentuk bahasa di mana kata-kata atau suara digunakan untuk menyampaikan maksud kepada pendengar atau penyimak.

  4. Aspek Berbahasa Lisan

Kemampuan berbahasa lisan meliputi berbicara dan menyimak

(Dhieni, dkk, 2005: 4.3).

a. Menyimak

  Anderson (1969) (dalam Dhieni, 2005: 4.4) menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian.

  Sedangkan menurut (Tarigan, 1990: 25) bahwa menyimak adalah penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dan Sabarti (dalam Dhieni, dkk, 2005: 4.5) mengemukakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung didalamnya.

  Berdasarkan pendapat di atas menyimak merupakan proses mendengarkan lambang-lambang lisan yang diucapkan orang lain dengan penuh perhatian, untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Melalui proses menyimak anak mampu mengingat dan meneladani isi cerita yang didengarkan dan menunjukkan sikap tertarik mendengarkan cerita.

  b. Berbicara

   Berbicara merupakan ketrampilan berikutnya yang kita kuasai

  setelah kita menjalani proses latihan-belajar menyimak. Berbicara itu merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan secara lisan kepada orang lain (Nurjamal, dkk 2011: 4).

   Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting (Hurlock: 1978: 176).

   Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi

  merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan (Dhieni, dkk, 2005: 3.5). sedangkan menurut Hurlock (1997: 176) bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.

  Ada dua kriteria yang dapat digunakan untuk memutuskan apakah anak berbicara dalam artian yang benar atau hanya “membeo”.

  Pertama, anak harus mengetahui arti kata yang digunakan dan

  mengkaitkannya dengan obyek yang diwakilinya. Seperti kata “bola” harus mengacu pada bola, bukan pada mainan umumnya. Kedua, anak harus melafalkan kata-katanya sehingga orang lain memahaminya dengan mudah ( Hurlock, 1997: 176).

  Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan, berbicara merupakan bentuk bahasa yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dalam menyampaikan ide, perasaan dan gagasan kepada orang lain. Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang diperoleh anak dari kegiatan menyimak.

5. Karakteristik Perkembangan Berbahasa Anak Prasekolah

  

Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun menurut dari 2500 kosa kata. b) Lingkup kosa kata yang dapat diucapkan anak menyangkut warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, kecantikan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (kasar-halus). c) Sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik. d) Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. e) Percakapan yang dilakukan Anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain serta apa yang dilihatnya. Anak usia ini sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca bahkan berpuisi.

  Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 4-6 tahun menurut Hildayani, dkk (2004: 11.16) yaitu: a) Dapat menguasai kosa kata lebih dari 2600 kosa kata. b) Dapat bercerita dengan kata-kata yang kompten. c) Mulai melakukan private speech, yaitu bicara keras pada diri sendiri tanpa ada maksud untuk berkomunikasi. d) Dapat bercakap-cakap dengan kalimat lengkap dan dapat mengubah bentuk kalimat menjadi kata berita, dan kata tanya, Karakteristik perkembangan bahasa menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 sebagai berikut: a) Mengerti beberapa perintah yang diberikan bersamaan, b) Mengulang kalimat yang lebih komplit, c) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama (suku kata,atau bunyi yang sama), d) Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain, e) menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal.

  Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan kemampuan berbahasa anak terdiri dari menyebutkan berbagai bunyi atau suara-suara tertentu, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara urut, menyebutkan nama benda yang suara huruf awal sama, dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, di mana, berapa, dan siapa, serta dapat bertanya dengan kata tanya apa, mengapa, di mana, berapa, dan siapa.

  

6. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Perkembangan Bahasa atau

bicara anak

  Faktor yang mempengaruhi perkembangan berbahasa dan berbicara anatara lain:

a. Kondisi jasmani dan kemampuan motorik

   Kondisi jasmaniah anak meliputi kondisi fisik sehat, tentunya

  mempunyai kemampuan gerakan yang lincah, dan penuh energi. Anak demikian anak mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, kemudian benda tersebut diasosiasikan anak menjadi sebuah pengertian. Untuk selanjutnya pengertian tersebut dilahirkan dalam bentuk bahasa dan di ucapakan. Anak yang mempunyai kondisi fisik yang normal akan mempunyai kosep bahasa yang lebih dari anak yang kondisi fisiknya terganggu. Dengan demikian kemampuan bahasa dan keterampilan berbicara akan berbeda.

  b. Kesehatan umum “…. adanya gangguan pada kesehatan anak, akan

  mempengaruhi dalam perkembangan bahasa dan bicara. Hal ini terjadi sehubungan dengan berkurangnya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dari lingkungan. Selain itu, mungkin anak yang kesehatannya kurang baik tersebut menjadi berkurang minatnya untuk ikut aktif melakukan kegiatan, sehingga menyebabkan kurangnya input yang diperlukan untuk membentuk konsep bahasa dan perbendaharaan pengertian (Tarmansyah, 1996: 53). Faktor yang menimbulkan perbedaan dalam belajar berbicara tentang kesehatan anak yang sehat akan cepat belajar berbicara ketimbang anak yang tidak sehat, karena ada motivasi untuk bergabung dengan kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut (Hurlock, 1978: 186).

  c. Kecerdasan

  Kecerdasan pada anak usia dini meliputi fungsi mental intelektual. Anak yang memiliki intelegensi tinggi akan mampu berbicara lebih awal sedangkan anak yang memiliki intelegensi rendah akan terlambat dalam kemampuan berbahasa dan berbicara.

  Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan atau intelegensi berpengaruh terhadap kemampuan bahasa dan bicara. Anak yang memiliki kecerdasan tinggi belajar berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul ketimbang anak yang tingkat kecerdasannya rendah (Hurlock, 1978: 186).

  Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kelancaran keterampilan berbicara pada anak yang memiliki kecerdasan yang baik, umumnya tidak mengalami hambatan dalam berbahasa dan berbicara. Jadi, kelancaran berbicara menunjukan kematangan mental intelektual.

d. Sikap Lingkungan

   Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan

  bicara anak adalah lingkungan bermain baik dari tetangga maupun dari sekolah. Oleh karena itu lingkungan sangat mempengaruhi bahasa anak, maka lingkungan dari mana pun bagi anak hendaklah lingkungan yang dapat menimbulkan minat berkomunikasi anak. Proses perolehan bahasa anak diawali dengan kemampuan mendengar kemudian maniru suara yang didengar dari lingkungan. Proses semacam ini, anak tidak akan mampu berbahasa dan berbicara jika anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan yang pernah didengarnya. Oleh karena itu keluarga harus memberi kesempatan kepada anak belajar dari pengalaman yang pernah didengarnya. Kemudian berangsur- angsur ketika anak mampu mengekspresikan pengalaman, baik dari pengalaman mendengar, melihat, membaca dan diungkapkan kembali dalam bahasa lisan.

  e. Sosial Ekonomi

  Elizabeth B. Hurlock (1978: 186) anak dari kelompok sosial ekonomi tinggi lebih mudah belajar berbicara, mengungkapkan dirinya lebih baik, dan lebih banyak berbicara ketimbang anak dari kelompok yang keadaan ekonominya lebih rendah. Penyebab utama adalah anak dari kelompok lebih tinggi lebih banyak didorong unutk berbicara dan lebih banyak di bimbing melakukannya.

  Makanan dapat mempengaruhi kesehatan. Makanan yang bergizi akan memberikan pengaruh positif untuk perkembangan sel otak.

  Perkembangan sel otak inilah yang akhirnya digunakan untuk mencerna semua rangsangan dari luar sehingga rangsangan tersebut akan melahirkan respon dalam bentuk berbahasa dan berbicara.

  f. Kedwibahasaan Kedwibahasaan atau bilingualism adalah kondisi dimana

  seseorang berada di lingkungan orang lain yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Kondisi demikian dapatlah mempengaruhi atau memberikan akibat bagi perkembangan bahasa dan berbicara anak. Meskipun ada anggapan bahwa anak usia dini dapat belajar bahasa yang berbeda sekaligus, namun jika dalam penggunaannya bersamaan dan bahasa yang digunakan berbeda, maka hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak.

g. Neurologi

   Neuro adalah syaraf, sedangakan neurologis dalam berbicara

  adalah bentuk layanan yang dapat diberikan kepada anak untuk membantu mereka yang mengalami gangguan bicara. Oleh karena itu gangguan berbicara penyebabnya dapat dilihat dari keadaan neurologisnya. Beberapa faktor neurologis yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara anak menurut Tarmansyyah (1996) adalah meliputi: 1) Bagaimana struktur susunan syarafnya. 2) Bagaimana fungsi susunan syarafnya. 3) Bagaimana peranan susunan syarafnya. 4) Bagaimana syaraf yang behubungan dengan organ bicaranya.

  

  B. Metode Bercerita

1. Pengertian Metode Bercerita

   Hidayat (dalam Rahayu, 2013: 80) Bercerita merupakan

  aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman, atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun hasil rekaan. Sedangkan menurut Heromon dan Jones ((dalam Rahayu, 2013: 80) mengemukakan bahwa bercerita merupakan salah satu seni, bentuk hiburan, dan pandangan tertua yang telah dipercayai nilainya dari generasi ke generasi berikutnya. Dhieni (2005: 6.3) Menyatakan bercerita adalah seni becakap- seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik. Untuk bertukar cerita tentang pengalamannya, pencerita dan pendengar bertatap muka (Larkin dalam Rahayu, 2013: 81). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode bercerita adalah cara penyajian secara lisan kepada orang lain untuk menyampaikan pesan, informasi, tentang suatu kejadian yang sungguh terjadi atau hanya rekaan saja dengan cara yang menarik sehingga pendengar merasa terhibur dengan apa yang kita sampaikan. Cerita adalah uraian, gambaran, atau deskripsi tentang peristiwa atau kejadian tertentu.

2. Manfaat Bercerita

   Musfiroh (dalam Rahayu, 2013: 82), menyatakan bahwa

  manfaat bercerita mengasah imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbahasa, aspek sosial, aspek moral, kesadaran beragama, aspek emosi, semangat berprestasi, dan melatih konsentrasi anak (Musfiroh dalam Rahayu, 2013: 82). Sedangkan menurut Moeslichatoen mengemukakan bahwa manfaat bercerita adalah dapat mengkomunikasikan nilai-nilai budaya, sosial, keagamaan, menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam, mengembangkan fantasi anak, dimensi kognisi anak, dan dimensi bahasa anak.

  

Dhieni, dkk (2005: 6.6) menyatakan bahwa manfaat bercerita

  adalah: 1) Melatih daya serap atau tangkap anak TK, artinya anak usia TK dapat dirangsang untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan, 2) melatih daya pikir anak. Untuk terlatih memahami proses cerita, mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan-hubungan sebab-akibat, 3) Melatih daya konsentrasi anak, untuk memusatkan perhatiannya kepada keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian tersebut anak dapat melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam cerita, 4) mengembangkan daya imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak dengan daya fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berada diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya ini berarti membantu mengembangkan wawasan anak, 5) menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab ssesuai dengan tahap perkembangannya, anak usia TK senang mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat menyajikannya dengan menarik, 6) membantu perkembangan bahasa anak dalam bekomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat bercerita adalah dapat mengembangkan kemampuan anak dalam berbicara, mengembangkan imajinasi anak. Dapat melatih keberanian anak untuk tampil di depan, mengembangakan kosa kata, mengembangkan aspek sosial, aspek emosi, aspek nilai agama dan moral, dan aspek kognisi.

3. Bentuk- Bentuk Kegiatan Bercerita

  Kegiatan becerita merupakan salah satu aktivitas pembelajaran Anak Usia Dini. Penerapan bercerita dapat dilakukan dengan berbagai bentuk yaitu: a) Kegiatan bercerita tanpa alat peraga yaitu kegiatan bercerita dengan hanya mengandalkan kemampuan verbal, b) Kegiatan bercerita dengan alat peraga yaitu kegiatan bercerita yang dalam pelaksanaannya menggunakan alat peraga langsung maupun tidak langsung seperti boneka, gambar-gambar, papan flannel, buku, atau benda-benda lain ( Rahayu, 2013: 88).

   Gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar

  dalam buku gambar dalam buku, atau gambar seri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan jalannya cerita. Pilih cerita yang sederhana dan mudah dipahami anak. Yaitu, yang terpusat pada kejadian dan testruktur dengan baik sehingga anak dapat menebah kelanjutan ceritanya, kejadian yang sering terjadi, serta karakter utama yang dapat dikenali anak ( Rahayu, 2013: 88).

  Kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga sangat membantu mengembangkan imajinasi, maupun perkembangan berpikir anak diantaranya adalah kognisi, emosi, social, bahasa dan kretivitas anak. Kegiatan dengan alat peraga akan menambah semangat dan menyenangkan bagi anak untuk mengikuti cerita yang disajikan atau diceritakan.

4. Komponen Cerita Anak

   Whitehead (dalam Arianti, 2013: 84) menyatakan bahwa anak

  usia Pra-TK membutuhkan cerita yang pendek dan langsung pada intinya. Adapun dalam Rahayu (2013: 84,85,86) cerita memiliki berbagai komponen, yang hadir dan tidak dapat dipisahkan. Komponen cerita meliputi:

  a. Tema

Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE BERMAIN PERAN MAKRO TERHADAP ASPEK PERKEMBANGAN BERBAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD NURUL IKHLAS BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

11 90 51

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE TANYA JAWAB DI TK PUTRI PARIMA MEDAN TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 2 20

UPAYA MENGEMBANGKAN MORAL ANAK USIA 5-6 MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DI PAUD ADINDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN AJARAN 2015-2016.

0 2 26

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI PAUD DIRAS TAHUN AJARAN 2014/2015.

1 1 18

UPAYA MENGEMBANGKAN SOSIAL ANAK MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ELIDA KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN.

0 1 22

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE BERCERITA DI TK HOSANNA DESA PERIA-RIA DUSUN II KEC SIBIRU-BIRU T.A 2012/2013.

0 0 23

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK MELALUI METODE BERCERITA GAMBAR SERI PADA KELOMPOK A DI PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK MELALUI METODE BERCERITA GAMBAR SERI PADA KELOMPOK A DI TK ABA DOMPYONGAN JOGONALAN KLATEN TAHUN AJARAN 2011/20

0 0 17

PENDAHULUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK MELALUI METODE BERCERITA GAMBAR SERI PADA KELOMPOK A DI TK ABA DOMPYONGAN JOGONALAN KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 3 8

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DALAM MENGEMBANGKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD SE-KECAMATAN SEKARBELA TAHUN AJARAN 2013-2014 - Repository UNRAM

0 0 15

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DALAM MENGEMBANGKAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 5-6 TAHUN DI PAUD KECAMATAN SELAPARANG TAHUN PELAJARAN 2013-2014 - Repository UNRAM

0 0 24