BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I ANINDITA DWI SUSANTI PGPAUD'16

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh

  kembang anak dari lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikiran, emosional, dan sosial yang tepat agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur, 2007: 88).

  Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Usia dini juga dikatakan sebagai masa kreatif (Yuliani Nurani Sujiono, 2005: 134) yang diyakini bahwa kemampuan sains yang ditunjukkan anak merupakan bentuk kemampuan sains yang original dengan frekuensi kemunculannya seolah tanpa terkendali. Usia tersebut juga merupakan fase kehidupan yang unik dengan karakteristik khas, baik secara fisik, psikis, sosial, dan moral. Karakteristik ini ditandai dengan kemampuan belajar anak yang luar biasa, yakni keinginan anak untuk belajar aktif dan eksploratif.

  Salah satu amanat luhur yang tercantum dalam UUD 1945 adalah, "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa ." Setiap manusia memiliki potensi/bakat kecerdasan, tanggung jawab pendidik untuk memupuk dan mengembangkan secara sistematis. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I pasal 1, angka 14 menegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Hal ini dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

  Pada usia 0 – 6 tahun (menurut UU. No. 20 tahun 2003) atau 0 – 8 tahun (menurut para pakar) adalah usia keemasan/Golden AgeMoment karena pada usia ini perkembangan otak percepatannya hingga 80 % dari keseluruhan otak orang dewasa. Hal ini menunjukkkan bahwa seluruh potensi dan kecerdasan serta dasar -dasar perilaku seseorang telah mulai terbentuk pada usia tersebut.

  Secara filosofi pendidikan adalah suatu upaya untuk membantu memanusiakan manusia menurut Ahmad Tafsir (dalam Suyadi, 2011: 6) artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang lebih baik, dalam pengertian yang konkrit anak harus lebih baik daripada orang tuanya.Atas dasar ini disimpulkan bahwa untuk menciptakan generasi yang cerdas dan berkwalitas, pendidikan harus dilakukan sejak dini dan satu-satunya cara untuk memulainya adalah dengan menyelenggarakan lembaga pendidikan anak usia dini disingkat PAUD.

  Pada pendidikan formal seperti TK / RA atau yang setara terdapat 5 bidang pengembangan di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang terdapat dalam : 1.

  Pengembangan pembiasaan yang mencakup perkembangan nilai – nilai agama dan moral serta sosial, emosional dan kemandirian.

2. Pengembangan kemampuan dasar mencakup perkembangan bahasa, fisik motorik dan kognitif.

  Dari kedua bidang pengembangan tersebut tujuannya antara lain ; nilai- nilai agama dan moral dimana isi pembelajaran bertujuan menanamkan norma agama dan pembentukan akhlaq anak didik agar dapat berprilaku sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan tempat tinggalnya, selain norma agama perkembangan sosial emosional anak didik senantiasa dibimbing agar siswa dapat mengatur keadaan emosi dan bisa menjalankan kehidupannya sebagai mahluk sosial. Perkembangan bahasa juga diberikan di pendidikan PAUD formal dari kemampuan berbahasa verbal maupun nonverbal, dengan tujuan anak didik mampu memahami dan mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada anak didik. Perkembangan fisik anak juga diamati secara berkala dan berkesinambungan baik motorik halusnya ataupun motorik kasarnya, dengan tujuan kesehatan fisik jasmaninya dapat berkembang secara optimal. Selanjutnya mengamati perkembangan kognitif anak didik, yang berkaitan dengan perkembangan kognitif seperti baca tulis, mengenal angka, sains, konsep mengelompokkan, meningkatkan kemampuan sains, dll. Kelima bidang pengembangan tersebut diberi stimulasi agar perkembangannya optimal, sehingga anak akan mendapatkan ketrampilan hidupnya.

  Keberhasilan mendidik anak sejak usia dini merupakan kesuksesan bagi masa depan anak, sebaliknya kegagalan dalam memberikan pembinaan, pendidikan, pengasuhan dan perlakuan akan menjadi bencana bagi kehidupan anak di masa yang akan datang. Seorang guru atau pendidik harus dapat memahami karakteristik dan tujuan pendidikan serta pembelajaran yang akan diterapkan pada anak untuk dapat memberikan pembekalan yang optimal.

  Pembelajaran di PAUD meliputi beberapa pengembangan kemampuan dasar, yaitu pengembangan bahasa, kognitif, fisik motorik, serta pengembangan pembiasaan dalam aspek perkembangan moral agama dan sosial emosi, seni, dan sains, upaya pengembangan aspek-aspek tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.

  Pelaksanaan pembelajaran di PAUD termasuk Taman Kanak-kanak (TK) mempunyai prinsip bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain.

  Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Melalui bermain sambil belajar pengembangan kemampuan dasar anak dapat ditingkatkan dengan baik, begitu juga dengan pengembangan kemampuan sains anak yang pada dasarnya tidak lepas dari kegiatan bermain yang menyangkut kehidupan anak sehari-hari, yang dapat berfungsi memberikan pengalaman seperti melakukan pengamatan untuk melihat bagaimana suatu kejadian di alam dan di lingkungan tempat tinggal anak.

  Metode eksperimen merupakan sebuah kegiatan yang menarik dan juga digemari oleh anak-anak, apalagi jika ditunjang dengan penggunaan media yang bervariasi. Keterlibatan anak secara langsung dalam kegiatan eksperimen yang disajikan akan memberikan susana yang segar, menarik dan menjadi pengalaman yang unik bagi anak serta dapat mengembangkan pengetahuannya. Eksperimen mempunyai arti penting bagi perkembangan anak TK. Melalui eksperimen, anak akan terlibat langsung secara aktif dan dapat membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukannya, sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak secara logis.

  Metode eksperimen dalam kegiatan membatik adalah salah satu teknik menggambar dengan corak ragam hias dan sangat menarik di kalangan masyarakat. Hasil (karya) gambar anak dapat diamati dari berbagai sudut pandang misalnya : Kejiwaan (Psikologi), Kemasyarakatan (Sosiologi), gerakan tangan dan ide (Fisiologi). Kegiatan membatik menggunakan pipet merupakan kegiatan yang dapat dilakukan di taman kanak-kanak, anak akan merasa senang melakukan coretan.Dalam kegiatan ini anak dapat melakukan tentang pencampuran warna melalui hal-hal yang baru diketahui anak. Dalam observasi pendahuluan pada 11 anak atau 100 % kemampuan sains yang dimiliki anak masih rendah. Hal ini dikarenakan :

1. Anak belum mampumelakukan dan menyebutkan langkah-langkah dalam kegiatan membatik.

  2. Anak belum mampumenceritakan hasil gambar dalam kegiatan membatik.

  3. Anak belum mampumenyebutkan alat dan bahan (pipet, tissu, pewarna makanan, air, baskom, gelas plastik)dalam kegiatan membatik.

  4. Anak belum mampu mencampuran warna primer (biru, merah, kuning) yang indah melalui kegiatan membatik.

  Melihat realita tersebut diatas, langkah yang akan diambil peneliti agar kemampuan sains anak dalam melukis (membatik) meningkat yaitu dengan menggunakan media tissu dan pipet. Sebagai upaya untuk mengatasi kondisi tersebut perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti tertarik untuk mengadakan PTK dengan judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan SainsMelalui Kegiatan Membatik Menggunakan Tissu dan Pipet Pada Kelompok A TK Aisyah Bustanul Athfal Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas Semester Genap Tahun Ajaran 2015-2016.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian serta penjelasan yang telah dikemukakan pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui kegiatan membatik dengan media tissu dan pipet dapat meningkatkan kemampuan sains pada anak didik Kelompok A TK Aisyah Bustanul Athfal Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas Semester Genap Tahun Ajaran 2015-2016 ?”

  C. Tujuan Penelitian

  Adapun rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan kegiatan membatik dengan media tissu dan pipet dapat meningkatkan kemampuan sainspada anak didik Kelompok A TK Aisyah Bustanul Athfal Dukuhwaluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas Semester Genap Tahun Ajaran 2015-2016.

  D. Manfaat Penelitian a.

  Bagi Anak Didik 1) Siswa dapat percaya diri dalam menyelesaikan tugasnya. 2)

  Siswa dapat mencurahkan imajinasinya sesuai keinginan tanpa takut salah.

  3) Siswa jadi termotivasi dalam pembelajaran yang meningkatkan kemampuan sainsnya.

  4) Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya secara optimal.

  b.

  Bagi Guru 1) Untuk menambah pengetahuan penulis. 2) Untuk menambah khasanah ilmu bagi pendidik di TK. 3)

  Untuk memotivasi para guru TK khususnya, agar terus berusaha memberikan model pembelajaranya kepada anak didiknya jadi lebih menyenangkan. 4)

  Agar lebih kreatif dalam mengajar sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak monoton dan dapat menyenangkan bagi anak. c.

  Bagi Sekolah / penyelenggara pendidikan

1) Dapat menyelesaikan masalah pembelajaran yang terjadi disekolah.

  2) Dapat meningkatkan kreatif dan kinerja guru dalam mengajarsehingga dapat meningkatkan kwalitas dan kwantitas pendidikan.