BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Siska Baning Oktania BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Zat Besi (Fe)

  1. Pengertian Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2002)

  2. Sumber Zat Besi Dua jenis zat besi yang ada didalam makanan adalah zat besi yang berasal dari hewani (heme iron) dan zat besi yang berasall dari tumbuhan (nonheme).

  Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, dan ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Di samping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi didalam makanan, dianamakan juga ketersediaan biologik (bioavailability). Pada umumnya besi didalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi si dalam serealia dan kacang- kacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah (Almatsier, 2002).

  3. Manfaat Tablet Zat Besi Fe merupakan mineral mikro paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa. Zat besi sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk menunjang aktivitas kerjanya. Di dalam tubuh berperan sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, sebagai alat angkut electron pada metabolism energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan. Manfaat lain dari mengkonsumsi makan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin

  A, karena makanan sumber zat besi biasanya merupakan Vitamin A (Waryana, 2010).

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Absorbsi Besi Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%. Banyak faktor berpengaruh terhadap absorbsi besi (Almatsier,2002 ):

  a. Bentuk Besi Di dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya. Besi-hem, yang merupakan bagian dari hemoglobin dan myoglobin yang terdapat di dalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi-nonhem.

  b. Asam Organik Vitamin C sangat membantu penyerapan besi-nonhem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Bentuk fero lebih mudah diserap. Asam organik lain adalah asam sitrat.

  c. Asam fitat,asam oksalat Faktor-faktor ini dapat menghambat penyerapan basi dengan mengikat besi, sehingga mempersulit penyerapannya. Vitamin dengan jumlah yang cukup dapat melawan sebagian pengaruh faktor-faktor yang menghambat penyerapan besi ini.

  d. Tanin dan Kalsium Tannin merupakan polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi, dan beberpa jenis sayuran dan buah juga menghambat asbsorbsi besi dengan cara mengikatnya.

  Kalisum dosis tinggi berupa suplemen menghambat absorpsi besi, namun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. e. Tingkat keasaman lambung Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam klorida di dalam lambung atau penggunaan obat-obat yang bersifat basa seperti antacid menghalangi absorpsi besi.

  f. Kebutuhan tubuh Kebutuhan tubuh akan berpengaruh besar terhadap absorpsi besi. Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat, absorpsi besi-nonhem dapat meningkat sampai sampai sepuluh kali, sedanngkan besi-hem dua kali.

  5. Kebutuhan Tablet Zat Besi dalam Kehamilan Menurut Waryana (2010), kebutuhan zat besi menurut triwulan kehamilan berbeda0beda, kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester I adalah

  1 mg/hari sedangkan trimester II dan III sebesar ± 5 mg/hari, selengkapnya adalah sebagai berikut: a. Triwulan I (umur kehamilan 0

  • – 12 minggu) zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan janin dan red cell masa 30 – 40 mg.

  b. Triwulan II (umur kehamilan 13-24 minggu) zat besi yang diberlakukan adalah ± 5 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass 300 mg dan conceptus 115 mg.

  c. Triwulan III (umur kehamilan 25

  • – 40 minggu), zat besi yang dibutuhkan adalah ± 5 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan red cell mass 150 mg dan conceptus 223 mg, maka kebutuhan pada triwulan II dan III jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang didapat dari makanan. Walaupun makanan mengandung zat besi yang tinggi bioavailabilitasnya, kecuali jika wanita itu pada sebelum hamil telah mempunyai reverva zat besi yang tinggi yaitu lebih besar dari 500 mg di dalam tubuhnya. Wanita yang mempunyai simpanan zat besi lebih dari 500 mg jarang ada walaupun pada masyarakat yang maju sekalipun apalagi
negar-negara yang sedang berkembang. Sehingga, ekstra zat besi diperlukan pada kehamilan. Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah: 1) 200

  • – 600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah 2) 200
  • – 370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya 3) 150
  • – 200 mg untuk kehilangan eksternal 4
  • – 170 mg untuk tali pusat dan plasenta 5) 90
  • – 310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan Penambahan asupan besi, baik lewat makanan atau pemberian suplementasi, terbukti mampu mencegah penurunan Hb akibat hemodilusi. Respon positif terhadap pengobatan dapat dilihat dari peningkatan kadar hemoglobin sebesar 0,1 g/dl sehari mulai dari hari kelima dan seterusnya. Dengan demikian, pemberian sebanyak 30 gram zat besi tiga kali sehari akan meningkatkan kadar hemoglobin paling sedikit sebesar 0,3 g/dl/minggu atau selama 10 hari (Arisman, 2004).

  6. Dosis dan Cara Pemberian Menurut Depkes RI (1996) dosis dan cara pemberian tablet zat besi yaitu:

  a. Dosis pencegahan Diberikan kepada kelompok sasaran yaitu ibu hamil sampai nifas dengan dosis sehari satu tablet (60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa kehamilannya sampai 42 hari setelah melahirkan. Mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu hamil memeriksakan kehamilannya.

  b. Dosis pengobatan Diberikan pada sasaran yang anemia (kadar Hb ‹ 11g%). Pada ibu hamil pemberian suplementasi zat besu menjadi tiga tablet sehari selama 90 hari pada masa kehamilannya sampai 42 hari setelah melahirkan. c. Dosis pada daerah dengan prevalensi anemia tinggi Daerah dengan prevalensi anemia pada ibu hamil ‹ 40% diberikan tablet besi folat dengan dosis 60 mg besi dan 400 µg asam folat per hari selama enam bulan masa kehamilan. Daerah dengan prevalensi ≥ 40% diberikan tablet besi folat dengan dosis 60 mg besi dan 400 µg asam folat per hari selama enam bulan masa kehamilan dan dilanjutkan selama tiga bulan setelah melahirkan. Jika selama enam bulan pemberian tidak menunjukkan adanya perbaikan terhadap status anemia ibu hamil, pemberian dilanjutkan pada ibu hamil setelah melahirkan selama enam bulan atau menambah dosis menjadi 120 mg besi selama kehamilan. Bila tablet besi folat denggan kandungan 400 µg atau asam folat tidak tersedia, suplementasi zat besi dengan kandungan asam folat rendah dapat digunakan.

  Pemberian suplemtasi zat besi kepada ibu hamil dilakukan sebulan sekali sebanyak 30 tablet. Efektifitas dari suplemtasi zat besi tergantung pada susunan makanan bagi orang yang melakukan diet, perubahan kondisi tubuh baik fisiologi atau patologi akibat kelebihan absorbsi zat besi atau kekurangan zat besi, komposisi dari suplementasi zat besi.

B. Kepatuhan

  1. Definisi Terminology kepatuhan dalam mengkonsumsi obat menurut Horne

  (2005) adalah Concordance, adherence and compliance . Horne mengemukakan compliance sebagai ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat sesuai dengan saran pemberi resep (dokter), sedangkan adherence sebagai perilaku mengkonsumsi obat yang merupakan kesepakatan antara pasien dengan pemberi resep. Pengertian adherence berkembang dari pengertian compliance, dimna adherence lebih menekankan pada kesepakatan.

  Sebagai sebuah perilaku, kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dapat diketahui dari metode yang digunakan untuk mengukurnya. Morisky mengukur kepatuhan dalam mengkonsumsi obat dengan membuat skala yang dinamakan MMAS (Morisky Medication Adherence Scale) dengan delapan item yang berisi pernyataan-pernyataan yang menunjukkan frekuensi kelupaan dalam meminum obat, kesengajaan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, kemampuan untuk mengendalikan dirinya untuk tetap minum obat (Morisky & Muntner, O. 2009).

  Selain itu juga dilakukan perhitungan sisa obat pasien (pill count) untuk menilai % kepatuhan (Ana et al, 2006):

  2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Menurut Notoatmodjo (2007) kesehatan seseorang atas masyarakat dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku.

  Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: faktor pendorong (presdisposing faktor) didalamnya termasuk pengetahuan, pendidikan, sikap, tindakan, tradisi atau tindakan dan lain sebagainya; faktor pendukung (enabling faktor) yang terwujud dalam aksesibilitas informasi, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan lain sebagainya; faktor penguat (reinforcing faktor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain, keluarga dan masyarakat yang semuanya bias menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Faktor-faktor dalam teori Lawrence Green diantaranya: a. Pendidikan

  Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2007).

  Menurut Yunadi (2011), pendidikan formal seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam menangkap informasi. Perbedaan tingkat pengetahuan ini berdasarkan dari lamanya seseorang menempuh suatu pendidikan formal. Semakain tinggi tingkat pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima informasi tentang manfaat tablet zat besi sehingga akan lebih mudah pula untuk mengkonsumsi tablet zat besi.

  b. Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

  Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Penegtahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain.

  Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara yang menanyakan sesuatu yang ingin diukur tentang pengetahuan dari subjek penelitian (Notoatmodjo, 2007). Untuk mengukur pengetahuan ibu hamil tentang zat besi maka perlu diketahui pengertiannya tentang kehamilan, manfaat dari sumber zat besi, akibat kekurangan zat besi, suplementasi zat besi serta cara mengkonsumsinya.

  c. Sikap Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa sikap adalah tanggapan atau persepsi seseorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak dapat langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan.

  Allport , seperti yang dikutip dari Notoatmodjo (2007), menjelaskan

  bahwa sikap terdiri atas 3 komponen pokok yaitu: 1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konse terhadap suatu objek 2) Kehidupan emosioanal atau evaluasi emosional terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

  Ketiga komponen ini seacar bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan siikap yang utuh ini pengetahuan berpikir, kenyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

  d. Tindakan Tindakan adalah realisasi dari pengetahuian dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2007).

  Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu disebut juga over behavior.Empat tingkatan tindakan adalah: 1) Persepsi (Perception)

  Mengenal dan memiliki berbagi objek sehubungan dengan tindakan yang diambil. 2) Respon terpimpin (Guided Response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3) Mekanisme (Mechanism)

  Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

  4) Adaptasi (Adaptation) Adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang denganbaik, artinya itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

  e. Ketersediaan Fasilitas Suatu sikap belom otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudny sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan adalah fasilitas (Notoatmodjo, 2007).

  f. Komitmen Pemerintah Di Indonesia, pemerintah melakukan program suplementasi gratis pada ibu hamil melalui Puskesmas dan Posyandu, dengan menggunakan tablet besi folat (mengandung 60 mg elemental besi dan 0,25 mg asam folat). Kendala utama dan efektifitas metode ini adalah dibutuhkan biaya yang cukup tinggi dan perlu motivasi yang berkelanjutan dalam mengkonsumsi suplemen (Depkes RI, 1996).

  g. Motivasi / Peran dari Petugas Kesehatan Motivasi dari petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Motivasi mereka terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal penting. Begitu juga meraka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu beroreintasi dengan program pengobatan (Niven, 2002).

  Jika petugas kesehatan memberikan motivasi untuk mengkonsumsi tablet zat besi pada ibu hamil maka konsumsi tablet zat besi akan lebih mudah tercapai. Namun jika petugas kesehatan kurang atau tidak sama sekali bisa mengakibatkan ibu hamil tidak mengkonsumsi tablet zat besi. Hal ini disebabkan karena dukungan social sangat besar pengaruhnya terhadap praktek/tindakan seseorang, terutama ibu hamil yang berada dalam fisiologi khusus.

  h. Dukungan keluaraga Banyak keberhasilan pencapaian tujuan yang berasal dari peran keluarga. Peran keluarga sangat penting, karena keluarga merupakan media utama seseorang dalam bersosialisasi. Peran keluarga merupakan indikator yang paling kuat dalam pembentukan dan pengembangan karakter dan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2004).

C. Kerangka Konsep Pada penelitian ini akan memaparkan variabel-variabel seperti di bawah ini.

  Variabel Bebas Variabel Terikat

  1. Tingkat Pendidikan Kepatuhan ibu hamil minum tablet

  2. Tingkat Pengetahuan zat besi

  3. Sikap

  4. Dukungan Keluarga Gambar 1. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

  1. Ada hubungan antara tingkat pedidikan dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet zat besi

  2. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet zat besi

  3. Ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet zat besi

  4. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet zat besi

  5. Ada pengaruh secara bersama-sama antara tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan ibu hamil minum tablet zat besi.