BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Yunia Astrid BAB II

  1. Kehamilan

  a. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau dalam perhitungan bulan 9 atau 10 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2013).

  Kehamilan adalah proses pertemuan dan persenyawaan antara spermatozoa (sel mani) dengan sel telur (ovum) yang menghasilkan zigot dan berakhir sampai permulaan persalinan (Maritalia, 2012). Kehamilan merupakan waktu transisi yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki anak yang sekarang berada dalam kandungan dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Varney, 2007). Kehamilan normal berlangsung dalam waktu 40 minggu (10 bulan) dihitung saat hari pertama haid terakhir sampai lahirnya bayi. Dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah suatu proses penyatuan sel telur dan sperma yang berlangsung 40 minggu (Mochtar, 2011).Dengan demikian disimpulkan bahwa kehamilan merupakan proses pertemuan antara spermatozoa (sel mani) dengan sel telur (ovum) yang menghasilkan zigot dan kehamilan normal berlansung selama 40 minggu hingga berakhir proses berssalin.

  12 b. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Kehamilan Perubahan yang dapat terjadi pada wanita hamil antara lain:

  1) Uterus Selama kehamilan uterus akan beradaptasi dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada wanita tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gr dan kapasitas 10 ml atau kurang Selama kehamilan, uterus akan bertambah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) dengan menggukan pita sentimeter diukur dari tepi atas simfisis hingga fundus uteri (Prawirohardjo, 2013).

  2) Serviks Uteri Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks (Prawirohardjo, 2013).

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan

  Tinggi Fundus Uteri Usia kehamilan 1/3 diatas simfisis ½ diatas simfisis pusat 2/3 diatas simfisis Setinggi pusat 1/3 diatas pusat ½ pusat prosesus xifoidus Setinggi prosesus xifoidus 2 jari (4cm)dibawah prosesus xifoidus

  12 minggu 16 minggu 20 minggu 22 minggu 28 minggu 34 minggu 36 minggu 40 minggu

  Sumber: Manuaba, 2010

  3) Vagina dan Vulva Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda chedwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos (Manuaba, 2010).

  4) Ovarium Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal (Prawirohardjo, 2013).

  5) Kulit Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dan striae sebelumnya (Cunningham, 2013).

  6) Mammae Awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dengan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan disebut kolostrum dapat keluar (Manuaba, 2010).

  7) Perubahan Metabolik Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg (Manuaba, 2010).

  .

  8) Kekurangan Energi Kronik (KEK) Menurut (Kemenkes RI, 2010) Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil merupakan keadaan dimana kekurangan gizi selama hamil yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun). Risiko KEK dapat terjadi dimana remaja putri/wanita lebih mempunyai kecenderungan menderita KEK dari pada laki-laki( Arismas, 2009).

  KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi, malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa, 2011). Keadaan malnutrisi ini dapat dikatakan KEK apabila salah satu atau beberapa kriteria diantaranya berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg, tinggi badan ibu < 145 cm, berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg, Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 serta ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %) (Weni, 2010).

  Dari penelitian Surasih (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi KEK antara lain jumlah asupan energi, umur, beban kerja ibu hamil, penyakit/infeksi, pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga.

  Pengaruh KEK pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibumaupun pada janin yang dikandungnya (Waryono, 2010). Terhadap ibu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi antara lain anemia, perdarahan, berat badan tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Terhadap persalinan pengaruhnya yaitu dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan. Terhadap janin menimbulkan keguguran/abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

  a. Indeks masa tubuh (IMT) dan Berat badan Cara yang dipakai untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah dengan menggunakan indeks massa tubuh dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat dua.

Tabel 2.2 Kisaran penambahan berat badan yang dianjurkan pada gestasi janin tunggal berdasarkan IMT pra hamil

  Kategori

  IMT Kilogram Rendah < 19,8 12,5 - 18 Normal 19,8 - 26 11,5 - 16 Tinggi 26 - 29 7 - 11,5 Obesitas > 29 < 7

  Sumber : Prawirohardjo, 2013

  Penambahan berat badan pada tabel diatas yang dianjurkan oleh Institute of Medicine (IOM) tahun 1990 menurut kategori IMT prahamil. American Academy of Pediatrics dan American College of Obstetricians and Gynecologist tahun 2007, menguatkan anjuran ini. Apabila nilai IMT dengan kategori rendah akan mengakibatkan bayi baru lahir rendah (BBLR), pertumbuhan janin terhambat (PJT), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, serta peningkatan resiko kesakitan dan kematian sedangkan dengan kategori obesitas kemungkinan akan menyebabkan hipertensi gestasional dan makrosomia (Cunningham, dkk. 2012).

  9) Sistem Kardiovaskuler Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan ke- 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi peningkatan preload (Prawirohardjo, 2013). 10) Traktus Digestivus

  Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan mortilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya sfingter esofagus bagian bawah (Prawirohardjo, 2013). 11) Traktus Urinarius

  Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga timbul sering kencing.

  Kedaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan, akan tetapi akan muncul kembali setelah kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul karena kandung kencing mulai tertekan kembali (Manuaba, 2010).

  c. Ketidaknyamanan Kehamilan Ketidaknyamanan merupakan suatu perasaan yang kurang menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil dan merupakan proses alamiah pada wanita yang menimbulkan berbagai perubahan rasa tidak nyamandan kadang menyulitkan ibu hamil namun demikian itu merupakan hal fisiologis (Hidayat, 2008). 1) Ketidaknyamanan pada Trimester I

  a) Ngidam Berkaitan dengan persepsi individu wanita hamil mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah sehingga indra pengecap menjadi tumpul jadi makanan yang lebih merangsang dicari-cari (ngidam) (Manuaba, 2010).

  b) Dinamika psikososial (perasaan sayang atau perasaan kacau) Adaptasi hormonal dan metabolik, perasaan mengenali peran wanita, seksualitas, waktu kehamilan, dan jarak perubaahan dalam satu kehidupan dan gaya hidup (Manuaba, 2010). c) Leukoria Adanya peningkatan kadar hormon estrogen yang tinggi, stimulasi cervix secara hormonal menjadi hipertropy dan hiperaktif, produksi mucus dalam jumlah berlebihan (Manuaba, 2010).

  d) Urgensi dan frekuensi kencing Perubahan fungsi kandung kencing yang disebabkan oleh hormon, berkurangnnya kapsitas kandung kemih oleh pembesaran uterus (Manuaba, 2010).

  e) Rasa Mual-Muntah Perubahan hormonal yaitu peningkatan kadar HCG, estrogen dan progesterone atau pada jaringan peristaltic melambat yang mengakibatkan meningkatnya hormon estrogen dan progesterone. 2) Ketidaknyamanan pada Trimester II

  a) Kram pada kaki Kram otot ini timbul karena pembesaran uterus yang memberikan tekanan pada pembuluh darah sehingga sirkulasi darah menjadi lambat saat kehamilan.

  b) Rasa nyeri ulu hati Peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot saluran cerna dan juga karena rahim yang semakin membesar yang mendorong bagian atas perut, sehingga mendorong asam lambung naik ke kerongkongan.

  c) Pembengkakan Hal ini terjadi karena peningkatan hormon progesteron yang bersifat menahan cairan. Pada trimester kedua ini akan tampak sedikit pembengkakan kaki dan tangan, hal ini sering terjadi karena psosisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.

  3) Ketidaknyamanan pada Trimester III

  a) Konstipasi Adanya peningkatan hormon progesteron konstipasi juga karena tekanan rahim yang semakin membesar ke daerah usus.

  b) Sering Kencing Pembesaran rahim dan ketika kepala bayi turun ke rongga panggul akan makin menekan kandung kencing ibu hamil.

  c) Terganggunya Tidur (Insomnia) Dimana keadaan perut membesar, bayi menendang semakin sering, sehingga ibu sulit untuk tidur nyenyak selain itu ada perasaan cemas menanti waktu persalinan.

  d) Edema Dependen Edema berarti meningkatnya volume cairan di luar sel

  (ekstraseluler) dan di luar pembuluh darah (ekstravaskular) disertai dengan penimbunan di jaringan serosa. d. Komplikasi Kehamilan 1) Perdarahan pervaginam 2) Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang 3) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja) 4) Nyeri abdomen yang hebat 5) Bengkak pada muka dan tangan 6) Bayi kurang bergerak seperti biasa 7) Muntah-muntah yang berlebihan (Varney, 2007).

  e. Antenatal Care 1) Pengertian Antenatal Care (ANC)

  Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya. Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan (Kusmiyati, 2009). 2) Tujuan Antenatal Care (ANC)

  Tujuan utama dari pelayanan Antenatal Care (ANC) yaitu memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu dan bayinya dengan trauma semaksimal mungkin, serta mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif (Kusmiyati, 2009).

  a) Pemeriksaan Rutin Ibu Hamil (1) Identifikasi dan riwayat kesehatan :

  (a) Data umum pribadi : Nama, Usia, Alamat, Pekerjaan ibu/suami, Lamanya menikah, Kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan. (b) Keluhan saat ini : Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan ibu, Lamanya mengalami gangguan tersebut (c) Riwayat haid : Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT), Usia kehamilan dan Hari Perkiraan Lahir (HPL) dengan memakai rumus Neagle : HPHT bulan Januari-Maret, HPL =hari+7, bulan+9, tahun tetap, HPHT bulan April- Desember, HPL = hari+7, bulan-3, tahun+1.

  (d) Riwayat kehamilan dan persalinan : Asuhan (antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya, Cara persainan, Jumlah dan Jenis kelamin anak hidup, Berat badan lahir, Cara pemberian asupan bagi bayi yang dilahirkan, Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.

  (e) Riwayat kehamilan saat ini: Identifikasi kehamilan, Identifikasi penyulit, penyakit lain yang diderita, Gerakan bayi dalam kandungan.

  (f) Riwayat penyakit dalan keluarga: Diabetes melitus, Hipertensi, Hamil kembar, Kelainan bawaan

  (g) Riwayat penyakit ibu : Penyakit pernah diderita diabetus millitus, hipertensi, penyakit jantung, infeksi virus berbahaya, Alergi obat atau makanan tertentu

  (h) Riwayat penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan : Dilatasi dan Kuretase, Reparasi vagina, SC, Serviks inkompeten, Operasi non ginekolo (Kusmiyati dkk, 2009).

  b) Jadwal Pemeriksaan Kehamilan Kebijakan Program WHO, pemeriksaan kehamilan dilaksanakan minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu :

  (1) Satu kali pada triwulan pertama. (2) Satu kali pada triwulan kedua. (3) Dua kali pada triwulan ketiga (Rukiyah, 2009). 3) Standar Pelayanan Antenatal

  Unsur penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi adalah memberikan pelayanan dan pemeliharaan kesehatan sewaktu hamil secara memadai dan sesuai standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

  Pelayanan antenatal dapat ditentukan antara lain : a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

  b. Pemeriksaan tekanan darah (mengantisipasi terjadi pre-eklampsia dan eklampsia).

  c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas atau LILA).

  d. Pemeriksaan puncak rahim tinggi fundus uteri (TFU).

  e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

  f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi.

  g. Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.

  h. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan untuk mencegah anemia. i. Test laboratorium (cek haemoglobin, protein urine, glukosaurine). j. Tatalaksana kasus (Penyuluhan atau pengobatan). k. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

  Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan (Manuaba, 2010).

Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

  TT Interval % Perlindungan Masa Perlindungan

  • TT 1 0 % TT 2 1 bulan setelah TT 1 80 %

  3 Tahun TT 3 6 bulan setelah TT 2 95 %

  5 Tahun TT 4 1 tahun setelah TT 3 99 %

  10 Tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 99 % Seumur Hidup

Sumber : Depkes RI,PWS-KIA, 2009

  2. Persalinan

  a. Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyawati, 2010).Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir (Cunningham, 2013). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati & Nugraheny, 2013) Dengan demikian bahwa persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (spontan) mulai datangnya kontraksi (HIS) hingga pengeluaran janin dan plasenta.

  b. Jenis-jenis Persalinan 1) Menurut cara persalinan dibagi menjadi tiga yaitu :

  a) Persalinan Spontan Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

  b) Persalinan Buatan Persalinan yang dibantu oleh tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forcep atau dilakukan operasi secsio sesaria.

  c) Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pytocin atau prostaglandin ( Manuaba, 2010). 2) Menurut Umur Kehamilan dan Berat Badan Bayi a) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable), berat janin ± 500 gram, usia kehamilan dibawah 22 minggu.

  b) Partus Immaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable atau berat janin antara 500 sampai 1000 gram dan usia kehamilan antara 22 sampai dengan 28 minggu.

  c) Persalinan Prematurus adalah persalinan dari konsepsi pada kehamilan 26 sampai 36 minggu, janin hidup tetapi premature, berat janin antara 1000 sampai 2500 gram.

  d) Persalinan Mature atau aterm (cukup bulan) adalah persalinan pada kehamilan 37-40 minggu, janin mature, berat badan diatas 2500 gram.

  e) Persalinan postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang ditafsirkan.

  f) Partus Presipitatus adalah persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam. Partus presipitatus akan menimbulkan berbagai komplikasi terhadap ibu, diantaranya menimbulkan rupture uteri, laserasi yang luas pada uterus, vagina, dan perineum, serta perdarahan dari tempat implantasi plasenta (Prawirohardjo, 2012).

  3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Jalannya Persalinan a. Power 1) Kontraksi Uterus

  Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi ini terjadi diluar sadar (involunter), dibawah pengendalian sistem saraf simpatis dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh endokrin(Varney, 2007). 2) Tenaga Mengedan

  Refleks yang di timbulkan oleh adanya kontraksi otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdomenn sehingga klien menutup glotisnya, mengkontraksikan otot perut dan menekan diafragmanya ke bawah, menekan uterus pada semua sisi, sebagai usaha untuk mengeluarkan janin (Manuaba, 2010).

  b. Passage 1)Bagian lunak, yaitu terdiri dari otot dan ligamen jaringan ikat 2) Bagian keras, yaitu terdiri dari tulang panggul seperti :

  a) Os coxae (dua tulang pangkal paha) terdiri dari os ischium (tulang duduk), os pubis (tulang kemaluan), os illium (tulang usus)

  b) Os sacrum (satu tulang kelangkang) c) Os cocygis ( satu tulang tungging) (Manuaba, 2010). c. Passangge Pada persalinan, kepala anak adalah bagian yang terpenting, karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya kepala dan luasnya panggul merupakan hal yang menentukan. Jika kepala dapat melalui jalan lahir, bagian-bagian lainnya dapat menyusul dengan mudah (Manuaba, 2010).

  d. Psikis (psikologis) Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas kewanitaan sejati yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu keadaan yang belum pasti sekarang menjadi hal yang nyata (Manuaba, 2010).

  4. Tanda Gejala Menjelang Persalinan

  a. Lightening Penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada primigravida biasanya lightening terjadi sebelum persalinan.

  Lightening menyebabkan tinggi fundus uteri menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan delapan bulan (Cunningham, 2012). b. Perubahan Serviks Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk persalinan (Varney, 2007).

  c. Kontraksi Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi braxton hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan (Varney, 2007).

  d. Bloody show Pengeluaran plak lendir disekresi serviks sebagai hasil poliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody show. Bloody show paling sering terlihat sebagai rabas lendir bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan cermat dari perdarahan murni (Varney, 2007).

  e. Lonjakan Energi Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum mulainya persalinan. Setelah beberapa hari dan minggu merasa letih secara fisik dan lelah karena hamil, mereka terjaga pada suatu hari dan menemukan diri mereka bertenaga penuh. Umumnya para wanita ini merasa energi selama beberapa jam sehingga mereka semangat melakukan berbagai aktivitas sehari- hari (Cunningham, 2012).

  5. Proses Persalinan Proses persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :

  a. Persalinan Kala I Persalinan kala I dimulai dari his persalinan sampai pembukaan servik menjadi lengkap.Kala I adalah proses dimulainya dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm) dapat dinyatakan partus biladimulai timbul his dan mengeluarkan lender yang bersemu darah (blood show).

  Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Kanalis servikalis pecah karena pergerseran-pergeseran ketika serviks membuka (Kemenkes RI, 2009).

  Proses membukannya serviks akibat his dibagi menjadi 2 fase : 1) Fase laten

  Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang pada umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase aktif.Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm (Cunningham, 2012).

  2) Fase aktif Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan menjadi lengkap dan mencakup fase transisi. Dibagi menjadi 3 fase kembali , yakni :

  a) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.

  b) Fase dilatasi maksimal, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

  c) Fase deselerasi yaitu, pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

  Fase-fase tersebut di jumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek (Manuaba, 2010). 3) Asuhan Persalinan Kala 1

  a) Penggunaan Partograf Patograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan. Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan (Sarwono, 2007). b) Kegunaan utama partograf Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi serviks saat pemeriksaan dalam.Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.

  c) Bagian-bagian dari partograf Partograf berisi ruang untuk pencatatan hasil pemeriksaan yang dilakukan selama kala I persalinan termasuk kemajuan persalinan, pembukaan serviks, penurunan kepala janin, kontraksi uterus, keadaan janin, penilaian detak jantung janin (DJJ), warna dan jumlah air ketuban, molase tulang kepala janin, keadaan ibu (nadi, tekanan darah, suhu, pengeluaran urin volume dan protein, obat-obatan dan cairan IV, serta memberikan dukungan persalinan.

  d) Metode-metode Dukungan Persalinan (1) Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan udkunagn selama persalinan (orang terdekat: suami,orang tua).

  (2) Pengaturan posisi : duduk atau setengah duduk, posisi merengkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri. (3) Relaksasi dan pernafasan (memejamkan mata dengan menarik nafas panjang melalui hidung, membayangkan seolah-olah oksigen mengalir keseluruh tubuh, lalu buang nafas melalui mulut).

  (4) Memberi rangsangan alternatif yang kuat untuk mengurangi nyeri dan menghambat rasa sakit dengan kompres hangat, kompres dingin dan sentuhan atau pijatan (pada daerah punggung atau tumit).

  Pengurangan rasa sakit, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam proses persalinan normal.

  e) Perubahan Fisiologi pada Kala I Persalinan (1) Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan.

  (2) Perubahan bentuk uterus (3) Perubahan pada serviks (4) Perubahan pada vagina dan dasar panggul (5) Bloody show (Varney, 2007). b. Persalinan Kala II Kala dua persalinana dimulai sejak pembukaan serviks lengkap

  (10cm) atau saat kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm (Sarwono, 2009).

  1) Tanda fisik dini pada kala dua persalinan

  a) Secara subjektif, adanya tekanan rektum, sensasi ingin defeksi selama kontraksi b) Secara objektif

  (1) Ketuban pecah spontan saat pembukaan serviks lengkap (2) Perlambatan DJJ pada puncak kontraksi (3) Garis ungu memanjang pada anus, mencapai bokong

  2) Tanda lanjut kala dua

  a) Secara subjektif (1) Ibu memiliki keinginan untuk meneran (2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada vagina atau rektumnya (Varney, 2007).

  b) Secara objektif (1) Perineum menggembung atau menonjol (2) Vulva-vagina membuka atau melebar (3) Anus mendatar, seringkali ibu membuka anusnya saat mengejan selama kontraksi berlangsung

  (4) Bagian presentasi tampak dan terus berlanjut selama kontraksi c) Tanda pasti kala dua, ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah:

  (1) Pembukaan serviks telah lengkap (2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

  3) Asuhan persalinan Kala II

  a) Menyiapkan peralatan pertolongan persalinan (1) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial yang siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set.

  (2) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik (3) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku.

  Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang megalir dan mengeringkan tangan dengan handuk 1x pakai/handuk pribadi yang bersih

  (4) Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (5) Menyiapkan oksitosin 10 unit kedalam spuit (dengan memakai sarung tangan) dan meletakannya kembali di partus set tanpa dekontaminasi spuit.

  b) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

  (1) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT

  (2) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap (bila ketuban belum pecah maka lakukan amniotomi)

  (3) Mendekontaminasi sarung tangan (4) Memeriksa DJJ setelah berakhir setiap kontraksi (batas normal 120-160x/menit) c) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran

  (1) Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman

  (2) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (3) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran d) Persiapan pertolongan kelahiran

  (1) Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 4-5 cm, meletakan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi

  (2) Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu (3) Membuka partus set (4) Memakai sarung tangan steril

  e) Memulai meneran (1) Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu pilihkan posisi yang nyaman (2) Jika ibu merasa ingin meneran namun pembukaan belum lengkap, berikan semangat dan anjurkan ibu untuk bernafas cepat dan bersabar agar jangan meneran dulu

  (3) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantulah ibu memilih posisi yang nyaman untuk meneran dan pastikan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi

  (4) Jika pembukaan sudah lengkap namun belum ada dorongan untuk meneran, bantu ibu memilih posisi yang nyaman dan biarkan berjalan-jalan

  (5) Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah pembukaan lengkap selama 60 menit, anjurkan ibu untuk memulai meneran pada saat puncak kontraksi, dan lakukan stimulasi puting susu serta berikan asupan gizi yang cukup (6) Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit, lakukan rujukan (kemungkinan CPD, tali pusat pendek)(Varney, 2007).

  f) Cara meneran (1) Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi (2) Jangan menganjurkan untuk menahan nafas selama meneran (3) Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan segera beristirahat diantara kontraksi (4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada

  (5) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran (6) Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur uteri

  g) Menolong kelahiran bayi (1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain, letakan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak mengahmbat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat saat kepala lahir

  (2) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa bersih (3) Memeriksa lilian tali pusat dan jika kendurkan lilitan jika memang terdapat lilitan dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi

  (4) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan (5) Tempatkan kedua tangan pada sisi kedua muka bayi. (6) Menelusurkan tangan mulai dari kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perienum tangan membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut

  (7) Menelusurkan tangan yang berada diatas anterior dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki (Manuaba, 2010). h) Penanganan bayi baru lahir (1) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya. (2) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.

  (3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat/umbilical bayi.

  (4) Memegang tali pusat dengan satu tangan smabil melindungi bayi dari gunting, dan tangan yang lain memotong tali pusat diantara dua klem tersebut. (5) Mengganti handuk basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut bersih, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. (6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya

  4) Yang harus diperhatikan pada saat pengeluaran bayi

  a) Posisi ibu saat melahirkan bayi

  b) Cegah terjadinya laserasi atau trauma

  c) Proses melahirkan kepala

  d) Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi e) Proses melahirkan bahu

  f) Proses melahirkan tubuh bayi

  g) Mengusap muka, mengeringkan dan rangsang taktil pada bayi.

  h) Memotong tali pusat 5) Kebutuhan Ibu pada Kala II

  a) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan cara: (1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman (2) Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu

  b) Menjaga kebersihan ibu (1) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi (2) Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan c) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara d) Menjaga privasi ibu

  (1) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu (2) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan

  e) Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dari infeksi.

  f) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesesring mungkin.

  g) Memberikan cukup minum dan memberi tenaga serta mencegah dehidrasi.

  h) Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai APGAR rendah. i) Ibu diminta bernafas sebagai kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.

  c. Persalinan Kala III Dimulai dari setelah lahirnya bayi hingga pengeluaran plasenta dan selaput ketuban yang lamanya 5-30 menit, biasanya primigravida dan multi gravida berlangsung 6-15 menit (Baety, 2011).

  1) Mekanisme pelepasan plasenta Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus karena plasenta tidak elastis seperti uterus dan tidak dapat berkontrasi atau beretraksi.Pada area pemisahan, bekuan darah retroplasenta terbentuk.Bekuan darah ini manambah tekanan pada plasenta dan selanjutnya membantu pemisahan. Kontraksi uterus yang selanjutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorong plasenta keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta (Rohani, 2011)

  2) Metode pelepasan plasenta

  a) Schultze Metode yang paling sering terjadi (80%), lepasnya seperti menutup payung, biasanya perdarahan tidak ada sebelum plasenta lahir dan banyak setelah plasenta lahir yaitu dimulai dari bagian tengah terlebih dahulu yang terlepas, kemudian diikuti bagian lain yang terlepas.

  b) Duncan Lepasnya plasenta dimulai dari bagian pinggir plasenta, diikuti bagian tengah sampai lahir keseluruhan, kemudian darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban (Rohani, 2011).

  3) Tehnik memastikan pelepasan plasenta

  Menurut Rohani (2011), untuk memastikan plasenta sudah lepas dapat dilakukan pemeriksaan dengan 3 tekhnik yaitu : a) Kustner

  Meletakkan tangan disertai tekanan diatas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berati plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau maju berarti plasenta sudah lepas.

  b) Klien Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau turun berarti plasenta sudah lepas.

  c) Strassman Menegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tetapi bila tidak bergetar berati plasenta sudah lepas

  4) Tanda pelepasan plasenta Menurut Rohani (2011), tanda pelepasan plasenta dibedakan menjadi: a) Uterus globuler dan perubahan tinggi fundus

  b) Tali pusat bertambah panjang

  d) Semburan darah tiba-tiba

  5) Manajemen aktif kala III Tujuannya untuk mempersingkat kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, dan mengurangi kejadian retensio plasenta dengan pemberian suntikan oksitosin 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri (Rohani, 2011). 6) Asuhan Persalinan Kala III

  Kesalahan penatalaksanaan kala tiga adalah penyebab utama perdarahan kala tiga. Kesalahan penatalaksanaan kala tiga dapat juga menjadi penyebab inversi uterus serta syok yang mengancam jiwa. (Varney, 2007). Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III menurut buku Asuhan Persalinan Normal (2008) adalah sebagai berikut: a) Pemberian Suntukan Oksitosin

  (1) Letakkan bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah disiapkan di perut bawah ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi tersebut.

  (2) Pastikan tidak ada bayi lain (Undiagnosed twin) di dalam uterus. Alasan pemberian Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat menurunkan pasokan oksigen kepada bayi. Hati-hati jangan menekan kuat pada korpus uteri karena dapat terjadi kontraksi tetanik yang akan menyulitkan pengeluaran plasenta.

  (3) Beritahu ibu bahwa akan disuntik. Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 Unit

  IM pada 1/3 paha bagian luar atas (aspektus lateralis). Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilagan darah. Aspirasi sebelum penyuntikan akan mencegah penyuntikan oksitosin ke dalam pembuluh darah.

  (4) Penegangan Tali Pusat Terkendali atau PTT (CCT/ Controled Cored Traction). Berdiri di samping ibu, Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala II) pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.

  Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi.Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis pubis.

  Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan lain (pada dinding abdomen) menekan uterus kee arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversion uteri.Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan. Tetapi jika langka 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya pennegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.

  Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perenium pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.

  Kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.Plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir).

  Segera melepaskan plasenta yang ttelah terpisah dari dinding uterus akan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa diikuti dengan tekanan dorso cranial secara serentak pada bagian bawah uterus (diatas simfisis pubis). Plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.

  Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.

  (5) Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.

  (6) Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uterus:Jelaskan tindakan kepada ibu, katakana bahwa ibu mungkin merasa tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam dan perlahan serta rileks.

  Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri.

  Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh. Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum bisa berkontraksi dengan baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.

  Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selam 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua pascapersalinan.

  d. Persalinan Kala IV Setelah plasenta lahir : 1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.

  2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tengah anda secara melintang dengan pusat sebagai patokan . umumnya fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. 3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan 4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi) perineum 5) Evaluasi keadaan umum ibu (JNPK-KR, 2014). Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam pasca persalinan :

  1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala empat. 2) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selam a1 jam kedua kala empat.

  3) Pantau temperatur suhu tubuh setiap jam dalam 2 jam pertama pascapersalinan 4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit setiap 1 jam pertama dan setiap 30 menit jam kedua pada kala empat. 5) Ajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase uterus jike uterus menjadi lembek 6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi.

  6. Partograf Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.

  Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :

  a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

  b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Prawirohardjo, 2013).

  Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, patograf akan membantu penolong persalinan untuk: a. Mencatat kemajuan persalinan

  b. Mencatat kondisi ibu dan janinnya c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

  d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan.

  e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (Prawirohardjo, 2013).

  3. Bayi Baru Lahir