PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT PASCA GEMPA

  PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT PASCA GEMPA Studi Kasus : Industri Kerajinan Kulit di Kabupaten Bantul SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

  Oleh :

  MEYTA DIAH SUKMAWATI NIM : 031324002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  MOTTO “Jadilah  padaku 

Menurut

 apa yang 

  Engkau  kehendaki”  

  PERSEMBAHAN Karya tulis ini penulis persembahkan kepada :

  Allah Bapa di Surga Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Ayah dan Ibu Agus Pramuharjadi dan V. Sri Yulaeni

  Adik

D. Yuldi Satria Sukmana

  

ABSTRAK

PERKEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN KULIT

PASCA GEMPA

Studi Kasus : Industri Kerajinan Kulit di Kabupaten Bantul

Meyta Diah Sukmawati

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan industri kerajinan kulit pasca gempa dari aspek jumlah perajin, jumlah tenaga kerja, jangkauan pemasaran, jalur distribusi, volume produksi dan keuntungan sebelum dan sesudah gempa.

  Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang mencoba menggambarkan perkembangan industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi langsung dan dokumentasi. Sampel yang diambil sebanyak 49 responden. Teknik pengambilan sampel secara simple

  

random sampling dimana setiap sentra diambil 15% dari populasi. Teknik analisis

data menggunakan tabel dan t-test.

  Hasil analisis data menunjukkan bahwa : 1. tidak ada perbedaan jumlah perajin kulit sebelum dan sesudah gempa; 2. tidak ada perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah gempa; 3. a. tidak ada perbedaan jangkauan pemasaran industri tatah wayang sebelum dan sesudah gempa; b. ada perbedaan jangkauan pemasaran tas dan sepatu kulit sebelum dan sesudah gempa;

  4. tidak ada perbedaan jalur distribusi industri kerajinan kulit sebelum dan sesudah gempa; 5. tidak ada perbedaan volume produksi industri kerajinan kulit sebelum dan sesudah gempa; 6. tidak ada perbedaan keuntungan industri kerajinan kulit sebelum dan sesudah gempa.

  

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LEATHER HANDICRAFTS INDUSTRIES

AFTER EARTHQUAKE

A Case Study in Leather Handicrafts Industries in Bantul Regency

Meyta Diah Sukmawati

  

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  This research aims to know the development of leather handicrafts industries afther the earthquake viewed from the number of crafters, the number of workers, marketing, coverage, distribution channel, production volume and profit before and afther the earthquake.

  This is a descriptive research which trying to describe the development of leather handicrafts industries afther the earthquake in Bantul Regency, Yogyakarta Special Territory Province. The techniques of data collection were interview, direct observation and documentation. Forty nine responden were taken as samples. Samples were taken by simple random sampling where in each centre taken 15% of population. The technique of data analysis was table and t-test.

  The result of analysis shows that there is no difference in numbers of crafter, workers, distribution channel, production volume, profit and marketing coverage of leather shadow puppet crafters before and after the earthquake, but it doesn’t happen to marketing coverage of leather bags and shoes.

KATA PENGANTAR

  Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan petunjuk sehingga atas karunia- Nya pula penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini.

  Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan tenaga yang diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma.

  2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  4. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku pembimbing I yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  5. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, selaku pembimbing II yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  6. Bapak Indra Darmawan, SE, M.Si., yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam penulisan skripsi.

  7. Bapak Binarjono, selaku Lurah Kelurahan Sabdodadi yang telah memberikan ijin penelitian.

  8. Ibu Hadiah, selaku Kepala Dusun Karangasem yang telah memberikan ijin penelitian.

  9. Segenap dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  10. Masyarakat Dusun Karangasem dan Dusun Manding Kabupaten Bantul yang telah bersedia membantu dalam pengumpulan data.

  11. Ayah, ibu dan adik, yang telah memberikan dorongan dan doa sampai selesai studiku.

  12. Teman-teman penulis, Widyaningsih, Asti Vitaningrum, Eka Yulianti dan C. Yuyun K, atas bantuannya dan dorongannya.

  13. Teman-teman Pendidikan Ekonomi Angkatan 2003.

  Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan ada saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

  Yogyakarta, Agustus 2007 Penulis

  DAFTAR ISI

  5 BAB II. LANDASAN TEORI .....................................................................

  F. Penelitian yang Relevan........................................................... 23 G. Kerangka Pemikiran ................................................................

  E. Peranan Pemerintah dalam Pengembangan Dunia Usaha Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat........................................ 18

  D. Siklus Hidup Industri Kerajinan Kulit Pasca Gempa............... 14

  8 C. Tipologi Industri Kecil............................................................. 12

  6 B. Perkembangan Sektor “Off-Farm” dalam Perekonomian Pedesaan ...................................................................................

  6 A. Sumbangan Industri Kecil dalam Perekonomian Indonesia ....

  4 E. Manfaat Penelitian ...................................................................

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... iv HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii

  4 D. Tujuan Penelitian .....................................................................

  3 C. Batasan Masalah ......................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ....................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah...........................................................

  KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI.................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR DAN TABEL................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................

  ABSTRACT ...................................................................................................... viii

  26

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 28 A. Jenis Penelitian......................................................................... 28 B. Lokasi Penelitian...................................................................... 28 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................ 29 D. Subjek dan Objek Penelitian .................................................... 30 E. Variabel Penelitian................................................................... 31 F. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data .......................... 34 G. Teknik Analisis Data................................................................ 35 BAB IV. GAMBARAN UMUM .................................................................. 38 A. Diskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 38 B. Deskripsi Industri Kerajinan .................................................... 49 BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................... 52 A. Analisis Data ............................................................................ 52 B. Pembahasan.............................................................................. 98 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 114 A. Kesimpulan .............................................................................. 114 B. Saran......................................................................................... 117 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 119 LAMPIRAN .................................................................................................... 121

  DAFTAR GAMBAR DAN TABEL Daftar Gambar Gambar 1. Tahap-tahapan Siklus Bisnis ..........................................................

  15 Daftar Tabel Tabel 4.1. Jumlah Gedung, Guru dan Murid di Desa Wukirsari ................

  46 Tabel 4.2. Jumlah Gedung, Guru dan Murid di Desa Sabdodadi................

  48 Tabel 5.1. Jumlah Perajin Tatah Wayang ...................................................

  52 Tabel 5.2. Jumlah Perajin Kulit...................................................................

  53 Tabel 5.3. Jumlah Tenaga Kerja Kerajinan Tatah Wayang ........................

  54 Tabel 5.4. Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Tas dan Sepatu Kulit.........

  55 Tabel 5.5. Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang Sebelum Gempa

  56 Tabel 5.6. Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang 4 Bulan Sesudah Gempa..........................................................................

  57 Tabel 5.7. Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang 8 Bulan Sesudah Gempa..........................................................................

  58 Tabel 5.8. Jangkauan Pemasaran Industri Tatah Wayang 12 Bulan Sesudah Gempa..........................................................................

  59 Tabel 5.9. Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit Sebelum Gempa .........................................................................

  60 Tabel 5.10. Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit 4 Bulan Sesudah Gempa ............................................................

  61 Tabel 5.11. Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit 8 Bulan Sesudah Gempa ............................................................

  61 Tabel 5.12. Jangkauan Pemasaran Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit 12 Bulan Sesudah Gempa ..........................................................

  62 Tabel 5.13. Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang Sebelum Gempa ........................................................................................ 64

Tabel 5.14. Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang 4 Bulan Sesudah Gempa..........................................................................

  65 Tabel 5.15. Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang 8 Bulan Sesudah Gempa..........................................................................

  66 Tabel 5.16. Jalur Distribusi Produk Kerajinan Tatah Wayang 12 Bulan Sesudah Gempa..........................................................................

  66 Tabel 5.17. Nilai Produksi Industri Kerajinan Tatah Wayang Sebelum Gempa, dan 4 Bulan, 8 Bulan dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) .................................................................

  71 Tabel 5.18. Perkembangan Nilai Produksi Industri Kerajinan Tatah Wayang Sebelum Gempa dan 4 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) .............................................................................

  73 Tabel 5.19. Perkembangan Nilai Produksi Industri Kerajinan Tatah Wayang Sebelum Gempa dan 8 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) .............................................................................

  75 Tabel 5.20. Perkembangan Nilai Produksi Industri Kerajinan Tatah Wayang Sebelum Gempa dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) .................................................................

  77 Tabel 5.21. Nilai Produksi Industri Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit Sebelum Gempa, dan 4 Bulan, 8 Bulan dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah).....................................................

  79 Tabel 5.22. Perkembangan Nilai Produksi Industri Tas dan Sepatu Kulit Sebelum Gempa dan 4 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ........................................................................................ 80

Tabel 5.23. Perkembangan Nilai Produksi Industri Tas dan Sepatu Kulit

  Sebelum Gempa dan 8 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ........................................................................................ 81

Tabel 5.24. Perkembangan Nilai Produksi Industri Tas dan Sepatu Kulit

  Sebelum Gempa dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ........................................................................................ 83

Tabel 5.25. Keuntungan yang Diperoleh Industri Kerajinan Tata Wayang

  Sebelum Gempa, dan 4 Bulan, 8 Bulan dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah).....................................................

  85 Tabel 5.26. Perkembangan Keuntungan Industri Kerajinan Tatah Wayang Sebelum Gempa dan 4 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ........................................................................................ 87

Tabel 5.27. Perkembangan Keuntungan Industri Kerajinan Tatah Wayang

  Sebelum Gempa dan 8 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ........................................................................................ 89

Tabel 5.28. Perkembangan Keuntungan Industri Kerajinan Tatah Wayang

  Sebelum Gempa dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ........................................................................................ 91

Tabel 5.29. Keuntungan yang Diperoleh Industri Kerajinan Tas dan

  Sepatu Kulit Sebelum Gempa, dan 4 Bulan, 8 Bulan dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah)............................

  93 Tabel 5.30. Perkembangan Keuntungan Industri Tas dan Sepatu Kulit Sebelum Gempa dan 4 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ........................................................................................ 94

Tabel 5.31. Perkembangan Keuntungan Industri Tas dan Sepatu Kulit

  Sebelum Gempa dan 8 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ........................................................................................ 95

Tabel 5.32. Perkembangan Keuntungan Industri Tas dan Sepatu Kulit

  Sebelum Gempa dan 12 Bulan Sesudah Gempa (dalam jutaan rupiah) ........................................................................................ 97

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Pedoman Wawancara ................................................................. 121 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian.................................................................... 122 Lampiran 3. Daftar Perajin Kulit .................................................................... 125

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi harus diarahkan pada peningkatan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial. Dalam rangka itu perlu diberikan perhatian kepada usaha kecil dan tradisional serta golongan lemah pada umumnya. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi ada beberapa

  masalah pembangunan. Salah satu masalah pembangunan yang mendesak untuk dipecahkan oleh pemerintah adalah menciptakan lapangan kerja bagi rakyat khususnya yang hidup di daerah pedesaan yang merupakan tempat tinggal mayoritas penduduk Indonesia. Jumlah penduduk pedesaan yang terus meningkat, pemilikan tanah yang tidak merata, hal tersebut mengakibatkan timbulnya masalah pengangguran di masyarakat. Di antara mereka banyak yang lari ke kota untuk mencari pekerjaan. Akibatnya banyak di antara mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan dan akhirnya menganggur dan hal tersebut akan menjadikan timbulnya masalah pengangguran di kota dan jumlah orang miskin di kota akan bertambah (Soetrisno, 1993 : xix).

  Pemerintah menyadari hal itu dan berusaha mengatasinya. Salah satu cara yang digunakan oleh pemerintah untuk mengatasinya adalah dengan mengembangkan industri kecil pedesaan. Hal tersebut dimaksudkan agar memenuhi kesempatan kerja penduduk desa dan memperkecil laju arus urbanisasi. Untuk mengembangkan industri kecil tersebut pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas mulai dari perkreditan sampai pemasaran.

  Industri kerajinan kulit merupakan industri kecil dan rumah tangga dimana industri tersebut diselenggarakan oleh rumah tangga. Industri kerajinan kulit cukup memberikan sumbangan yang besar terhadap pembangunan ekonomi. Industri kerajinan kulit mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak akibat dari kelebihan tenaga kerja dari sektor ekonomi. Perajin kulit tidak hanya orang dewasa saja karena juga industri kerajinan rumah tangga, tidak sedikit anak-anak usia sekolah yang sepulang sekolah membantu orang tua mereka menghasilkan kerajinan kulit. Industri kulit mampu menambah penghasilan keluarga. Misalnya untuk kerajinan wayang, per wayang dapat diciptakan sekitar tiga hari tergantung ukurannya dengan harga Rp10.000,- sampai Rp1.000.000,- tergantung bahan dengan luasnya, waktu pembuatan dan rumitnya penggarapan.

  Pasar kerajinan kulit belakangan lesu akibat gempa 27 Mei 2006 yang lalu (Minggu Pagi, 2006). Sejak bom Bali tahun 2002 lalu omzet penjualan mereka sudah mengalami penurunan dan belum membaik ditambah dengan adanya gempa bumi sehingga industri kerajinan kulit semakin terpuruk.

  Akibat yang ditimbulkan oleh gempa menyebabkan rusaknya sebagian besar sarana produksi, sehingga kerajinan-kerajinan yang siap untuk dijual maupun bahan baku dan juga peralatan-peralatan yang ada di dalamnya ikut rusak. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan semenjak gempa tak ada atau jumlah kedatangan turis mancanegara mengalami penyusutan dan mereka tak lagi mendapat pesanan sehingga hanya memproduksi sedikit dan menyelesaikan sisa pesanan. Maka untuk tetap dapat bertahan para perajin lebih berkonsentrasi ke pasar domestik seperti pengirimam ke Solo, Semarang, Jakarta dan Surabaya. Untuk memproduksi lebih banyak lagi para perajin mengalami kesulitan modal dan pemasaran. Dari data yang ada 1.547 UKM di DIY dari sekitar 3.000 UKM mengalami kelumpuhan sehingga sekitar 8.280 orang terancam kehilangan pekerjaan, dan peralatan yang mengalami kerusakan yang cukup parah mencapai 800 unit UKM. (Minggu Pagi, 2006)

B. Rumusan Masalah

  1. Rumusan Masalah Umum Bagaimana perkembangan industri kerajinan kulit sebelum gempa dan sesudah gempa ?

  2. Rumusan Masalah Khusus

  a. Bagaimana perkembangan industri kerajinan tatah wayang sebelum gempa dan sesudah gempa ? b. Bagaimana perkembangan industri kerajinan tas kulit dan sepatu kulit sebelum gempa dan sesudah gempa ?

  C. Batasan Masalah

  Dalam penelitian ini perlu diberikan batasan agar tidak meluas ke objek lain yaitu hanya meneliti masalah perkembangan jumlah perajin, jumlah tenaga kerja, jangkauan pemasaran, jalur distribusi, volume penjualan dan keuntungan sebelum dan sesudah gempa di wilayah Kabupaten Bantul.

  D. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah perajin sebelum dan sesudah gempa

  2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah gempa

  3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jangkauan pemasaran sebelum dan sesudah gempa

  4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan jalur distribusi sebelum dan sesudah gempa

  5. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan volume produksi sebelum dan sesudah gempa

  6. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan keuntungan sebelum dan sesudah gempa

E. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Pemerintah Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi masukan pemerintah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan yang diambil untuk memajukan industri kerajinan kulit.

  2. Bagi Penulis Dengan adanya penelitian ini, dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis terutama mengenai industri kecil serta meningkatkan kemampuan melakukan penulisan tentang kerajinan dan industri kecil dan rumah tangga.

  3. Bagi Perajin Dengan adanya penelitian ini, diharapkan agar para perajin tersebut dapat mengetahui kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat mengusahakan jalan keluar untuk mengatasi kekurangan yang terjadi dan agar dapat meningkatkan hasil yang lebih baik.

  4. Bagi Universitas Sanata Dharma Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memberikan inspirasi tentang kerajinan dan industri kecil khususnya bagi adik-adik yang ada di Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dan penelitianini dapat dijadikan tambahan dokumen kepustakaan mengenai industri kecil.

  5. Bagi peneliti lain, yang berniat meneliti dalam bidang kerajinan dan industri kecil, diharapkan dapat menjadi bahan referensi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumbangan Industri Kecil dalam Perekonomian Indonesia Sumbangan industri kecil dalam perekonomian Indonesia sangat besar,

  di antaranya dalam penciptaan kesempatan kerja sehingga mampu untuk mendorong kemajuan perekonomian pedesaan. Menurut Mubyarto, peran industri kecil dan kerajinan rumah tangga :

  1. Memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk pedesaan yang pada umumnya tidak bekerja secara penuh.

  2. Memberikan tambahan pendapatan bagi pekerja dan bagi anggota keluarga yang lain.

  3. Dalam beberapa hal mampu memproduksi barang-barang keperluan penduduk setempat dan daerah sekitarnya secara lebih efisien dan lebih murah dibanding industri besar. Peran industri kecil dalam perekonomian Indonesia yang lain adalah :

  1. Jembatan penghubung antara sektor tradisional dan proses modernisasi dalam tata perekonomian yang berlaku.

  2. Sebagai lembaga pendidikan dan latihan dunia usaha, karena sektor ini berfungsi sebagai coba-coba.

  3. Penunjang sektor ekonomi yang lain (pertanian).

  4. Menaikkan pendapatan masyarakat. Misal untuk industri tatah wayang, per wayang dapat dikerjakan dalam waktu 3 hari dengan harga 10.000 sampai dengan 1.000.000 tergantung bahan, tingkat kesulitan penatahannya dan ukuran wayang. Hal tersebut tentu saja dapat menambah penghasilan penduduk desa tersebut.

  5. Meningkatkan ekspor. Nilai ekspor kerajinan di Kabupaten Bantul cukup tinggi, yaitu pada tahun 2005 mencapai $ 53,2 juta dan tahun 2006 mencapai $ 42,62 juta.

  6. Memperkecil laju arus perpindahan penduduk ke kota. Perpindahan penduduk ke kota salah satunya disebabkan karena kurangnya pekerjaan di desa, dengan adanya industri kecil di pedesaan dapat mengurangi laju perpindahan penduduk ke kota, misalnya industri kecil keramik Kasongan Bantul saja pada tahun 2005 mampu menyerap 2.883 tenaga kerja dan untuk seluruh Kabupaten Bantul kurang lebih 8.280 perajin (Minggu Pagi, 2006).

  Di samping hal-hal tersebut di atas, pengembangan industri kecil juga menitikberatkan pada pertimbangan-pertimbangan pemanfaatan, yaitu (Irsan Azhari, 1986) :

  1. Menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah.

  2. Industri kecil mempunyai kedudukan melengkapi industri besar dan sedang karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif mudah dan sederhana yang pada umumnya tidak dihasilkan oleh industri besar dan sedang.

  3. Industri kecil turut mengambil peranan dalam meningkatkan tabungan domestik.

B. Perkembangan Sektor “Off-Farm” dalam Perekonomian Pedesaan

  Kegiatan off farm atau non pertanian di pedesaan yaitu kegiatan yang mengacu pada kegiatan non pertanian yang menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga dan anggota rumah tangga pedesaan tanpa memperhatikan apakah rumah tangga tersebut memiliki usaha tani atau tidak (Evers, 1988).

  Jadi kegiatan non pertanian tidak termasuk pekerjaan pertanian pada usaha tani atau perkebunan tetapi termasuk kegiatan lain yang berkenaan dengan produksi pertanian itu sendiri seperti produksi, suplai input pertanian, transport dan pengolahan hasil. Kegiatan yang menghasilkan pendapatan di luar desa dari anggota rumah tangga pedesaan yang bermigrasi secara musiman atau sirkuler ke daerah perkotaan termasuk juga kegiatan non pertanian atau off farm. Dengan demikian, kegiatan non pertanian atau off

  farm adalah semua kegiatan yang menghasilkan pendapatan bagi rumah

  tangga dan anggota rumah tangga pedesaan, tidak termasuk pekerjaan pertanian pada usahatani baik di desa maupun di kota.

  Perkembangan sektor off farm, berawal dari perubahan dari struktur agraris-tradisional menjadi industrial-modern. Perubahan struktur tersebut mempunyai tiga wajah :

1. Sumbangan sektor pertanian secara relatif akan merosot, sedangkan sektor lain semakin besar peranannya dalam produksi nasional.

  2. Mereka yang bekerja di sektor pertanian secara absolut jumlahnya bisa meningkat namun presentasenya dalam jumlah lapangan kerja keseluruhan menurun dan bagian yang bekerja di sektor lain meningkat.

  3. Sifat produksi disemua bidang akan berubah sifatnya yaitu lebih bersifat industrial.

  Di Indonesia juga terjadi pergesaran pekerja dari sektor pertania ke sektor non pertanian, walaupun sebagaian besar penduudk Indonesia masih tetap bekerja di sektor pertanian. Pergeseran proporsi angkatan kerja dari sektor pertanian ke luar pertanian di Indoensai disebabkan oleh:

  1. Adanya tekanan dari sektor pertanian yaitu dengan meleusanya penggunaan tehnologi baru dan mekanisme di bidang pertanian.

  2. Sektor tersier mengalami pertumbuhan pesat terutama di perkotaan seiring meningkatnya proyek-proyek pemerintahan dalam mengembangkan sarana dan fasilitas, kegiatan ini akan merangsang pertumbuhan kesempatan kerja terutama sektor pembangunan.

  3. Adanya perubahan aspirasi generasi mudah pedesaan terutama yang berpendidikan, ada kecenderungan mereka enggan bekerja di sektor pertanian karena dianggap berstatus rendah.

  Kegiatan non pertanian (off farm) dalam perekonomian sangat penting, karena peluang kerja non pertanian dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah yang terjadi di pedesaan, di antaranya yaitu adanya kelebihan pekerja dan di sisi lain kurangnya peluang kerja di pedesaan karena sempitnya kepemilikan luas tanah dan lamanya menunggu waktu panen mereka untuk menganggur. Alasan rumah tangga pedesaan melibatkan diri pada pekerjaan off farm antara lain :

  1. Usaha pertanian memerlukan masa menunggu yang cukup lama, sedangkan dilain pihak pengeluaran keluarga berlangsung terus sehingga suatu pendapatan lain yang lebih kontinu dari sektor pertanian diperlukan untuk mencukupi pendapatan.

  2. Mengurangi risiko ketidakpastian pendapatan dari pertanian karena kegagalan panen yang disebabkan oleh hama penyakit, kekeringan, banjir maupun kendala lain.

  3. Pendapatan dari sektor pertanian kurang mencukupi.

  Cara memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri biasanya dilakukan dengan menarik anggota keluarga pemilik usaha yang bersangkutan.

  Sering kali dijumpai dalam suatu industri kecil seluruh anggota keluarga adalah tenaga kerja dan mereka tidak diupah karena merupakan hasil usaha bersama keluarga dan hasilnya pun dinikmati oleh seluruh anggota keluarga. Biasanya dalam industri rumah tangga berlaku pola seperti itu, tetapi ada yang ambil tenaga kerja dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Dalam hal ini sistem kekerabatan pun tetap harus diutamakan sebagai ciri usaha rumah tangga.

  Peluang kerja non pertanian (off farm) mempunyai fungsi-fungsi dalam pengembangan pedesaan, yaitu :

  1. Mempunyai daya untuk menciptakan peluang kerja bagi pekerja pedesaan tanpa dukungan modal yang besar.

  2. Berkemampuan merangsang pertumbuhan ekonomi pedesaan karena kegiatan non pertanian (off farm) dapat bertindak sebagai sumber penghasilan utama untuk rumah tangga miskin. Peluang kerja non pertanian mempunyai efek jalinan yang kuat pada pengembangan pertanian dan industri.

  3. Pengembangan pekerjaan non pertanian (off farm) di pedesaan diharapkan mampu menahan arus migrasi ke kota.

  Masyarakat di Kabupaten Bantul sebagian besar bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 381.260 jiwa dan sebagian besar dari mereka memanfaatkan waktu senggang mereka, ketika menunggu waktu panen, dengan menghasilkan barang-barang kerajinan yang laku dijual untuk menambah penghasilan mereka. Kemampuan menghasilkan barang-barang kerajinan tersebut diperoleh secara turun-temurun: sebagai contoh kerajinan tatah wayang di Desa Pucung Imogiri Bantul sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai perajin tatah wayang. Kebanyakan perajinnya mempunyai kecakapan dan teknik yang diturunkan dari generasi tua ke generasi muda dalam lingkungan keluarga mereka, tidak jarang setiap pulang sekolah banyak anak kecil menatah wayang (Minggu Pagi, 23 April 2006).

  Di Kabupaten Bantul sektor off farm berkembang cukup pesat, hal tersebut terlihat dari 80% perajin di DIY berasal dari Bantul dan 60% nilai ekspor kerajinan di Propinsi DIY juga dari UKM Bantul dengan realisasi ekspor di DIY sampai dengan April 2006 mencapai 42,67 US $. Dengan banyaknya jumlah perajin dan besarnya nilai ekspor UKM di Kabupaten Bantul akan mengurangi surplus (pengangguran) tenaga kerja produktif dan juga menambah penghasilan perajin untuk mencukupi kebutuhan hidup yang disebabkan karena pendapatan dari sektor pertanian dirasakan kurang.

C. Tipologi Industri Kecil

1. Pengertian Industri Kecil

  Pembagian industri kecil bersumber dari BPS, berdasarkan skala perusahaan di Indonesia menghasilkan kelompok-kelompok industri (Purwanti, 1981 : 406-420) :

  a. Industri besar : unit usaha yang menyerap tenaga kerja 100 orang atau lebih.

  b. Industri sedang : unit usaha yang menyerap tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang c. Industri kecil dan rumah tangga : unit usaha yang menyerap tenaga kerja 15 sampai dengan 19 orang

  Menurut Heijrahman Ranupandoyo (1974), pengertian industri pedesaan adalah : a. Industri yang diusahakan terutama oleh rakyat pedesaan.

  b. Menjadi sumber penghidupan baik bersifat sampingan maupun pokok di luar kegiatan perekonomian.

  Sedangkan menurut Mubyarto, industri kecil adalah industri berskala kecil dan industri rumah tangga yang diusahakan terutama untuk menambah pendapatan keluarga.

2. Ciri-ciri industri kecil

  Ciri-ciri industri kecil menurut Mubyarto (1979) adalah : a. Menggunakan modal yang relatif kecil.

  b. Bersifat padat karya.

  c. Sederhana dalam peralatan dan proses produksi. d. Bahan dasarnya umumnya diperoleh dari desa setempat/desa.

  e. Sebagian besar pekerjaannya sambilan untuk menambah pendapatan keluarga.

  f. Tak mempunyai ijin usaha.

  g. Tak menuntut tingkat keterampilan dan pendidikan khusus, sehingga secara luwes dapat menyerap bermacam-macam tingkat pendidikan tenaga kerja.

  h. Sebagian pekerjaannya dikerjakan oleh tangan.

i. Tak ada peraturan penggajian yang baik.

  Industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul merupakan industri kecil dimana masing-masing sentra kerajinan kulit di Kabupaten Bantul para perajinnya adalah penduduk desa dan merupakan sumber penghasilan sampingan maupun pokok di luar kegiatan pertanian atau merupakan industri berskala kecil atau industri rumah tangga yang diusahakan terutama untuk menambah pendapatan keluarga.

  Berdasarkan ciri-cirinya industri kerajinan kulit di Kabupaten Bantul menggunakan model yang relatif kecil dan bersifat padat karya, semua anggota keluarga membantu membuat kerajinan tersebut. Peralatan yang digunakan dan prosesnyapun sederhana, para perajin pada umumnya memilih ketrampilan tersebut karena keturunan bukan dengan pendidikan khusus. Hasil kerajinan tersebut biasanya dibuat dengan tangan tanpa mesin dan tidak ada pekerjaan yang pasti karena para perajin biasanya dalam 1 keluarga.

D. Siklus Hidup Industri Kerajinan Kulit Pasca Gempa

  Siklus bisnis terjadi apabila aktivitas perekonomian mengalami percepatan ataupun mengalami perlambatan. Fluktuasi-flusktuasi kegiatan ekonomi (pasang surut kegiatan ekonomi) dirasakan terutama di negara- negara industri tetapi Indonesia juga merasakannya, paling tidak ikut mengalami akibat-akibatnya misalnya melalui ekspor-ekspor. Gejala pasang surut kegiatan ekonomi sudah dikenal sejak masa revolusi industri dan menjadi salah satu alasan bagi Karl Marx untuk meramalkan hancurnya sistem ekonomi kapitalis. Pada jaman dulu orang menerima saja gejala pasang surutnya ekonomi sebagai hal yang tidak dapat dihindarkan. Tetapi terutama sejak krisis dunia pada tahun 1930-an yang dikenal dengan nama The Great

  Depresion, para ahli ekonomi mulai mempelajari gejala naik turunnya

  kegiatan ekonomi tersebut dan mencari jalan bagaimana mengatasi paling tidak meredakan kegoncangan tersebut.

  Siklus bisnis adalah satu lompatan dalam output, pendapatan dan kesempatan kerja nasional secara total, yang biasanya berlangsung selama satu periode yang terdiri dari 2 sampai 10 tahun dan ditandai oleh ekspansi atau kontraksi dalam berbagai sektor perekonomian (Samuelson, 1994 : 280). Para analis modern membagi siklus ke dalam beberapa tahapan. “Masa-masa puncak (peaks)” dan “lemah (troughs)” menandakan titik balik dari setiap siklus, sementara “resesi” dan “ekspansi” merupakan tahapan-tahapan utamanya.

  Gambar 1 Tahap-tahapan Siklus Bisnis

  Persen Puncak

  Ekspansi Pemulihan Garis Normal Resesi

  Lembah Waktu

  Tahapan-tahapan siklus bisnis (Gilarso, 1991 : 396) : ƒ Ekspansi (pertumbuhan cepat)

  Karena dorongan “stater” kegiatan ekonomi meningkat. Stater yaitu suatu perubahan ekonomi yang cukup kuat untuk menimbulkan atau memancing suatu reaksi dari masyarakat khususnya dunia bisnis, yang dapat berfungsi sebagai stater ada bermacam-macam, misalnya penemuan-penemuan baru (kereta api, mobil, listrik, kapal terbang, komputer, chips, tenaga atom atau nuklir), perubahan teknologi pertanian, penemuan bahan tambang dan faktor-faktor eksternal seperti perang (perang Korea), revolusi, cuaca maupun faktor alam. Karena permintaan masyarakat kuat dan jumlah penjualan meningkat, para pengusaha atau perajin memperluas usahanya. ƒ Resesi (kemunduran atau kelesuan)

  Kegiatan ekonomi mulai mengalami kemunduran, setidak-tidaknya sudah tidak tumbuh. Ada perusahaan yang macet atau rugi terutama di sektor industri dasar. Reaksi bermula pada satu masa puncak dan berakhir pada satu titik lembah.

  ƒ Pemulihan Kegiatan ekonomi sudah mulai normal kembali. Penjualan sudah mulai bertambah naik dan harga mulai naik sehingga ada dorongan untuk menghidupkan kembali kegiatan produksi.

  Siklus bisnis merupakan ekspansi dan kontraksi dalam aktivitas ekonomi yang tidak teratur (Paul Samuelson, 1994 : 282). Tidak ada dua siklus bisnis mempunyai pola yang sama. Tak ada rumus yang pasti yang dapat digunakan untuk memperkirakan lama dan saat terjadinya suatu siklus bisnis. Meskipun siklus bisnis yang tidak kembar identik tetapi antara siklus- siklus tersebut terdapat juga beberapa persamaan sifat.

  Pada umumnya siklus bisnis terjadi sebagai akibat dari pergeseran permintaan agregat. Meskipun interpretasi utama terhadap siklus bisnis dilihat dari perubahan permintaan agregat tetapi para ahli menggolongkan teori-teori yang ada menjadi 2 kategori yaitu eksternal dan internal. Teori eksternal menyatakan bahwa akar siklus bisnis yang terletak pada fluktuasi sesuatu hal yang berada di luar sistem ekonomi. Misalnya disebabkan oleh perang, revolusi, pemilihan umum, penemuan tambang, pertumbuhan penduduk, migrasi, penemuan lahan dan sumber daya, perkembangan ilmu dan pengetahuan, inovasi dan teknologi, bahkan juga panasnya sinar matahari ataupun cuaca atau faktor-faktor yang berasal dari alam. Teori internal menyatakan bahwa mekanisme yang terdapat di dalam sistem ekonomi itu sendiri yang akan menimbulkan terjadinya siklus bisnis. Dalam pendekatan ini, setiap ekspansi akan menyebabkan reaksi dan kontraksi, dan setiap kontraksi akan menyebabkan pula pemulihan dan ekspansi ekonomi dalam satu rangkaian yang bersifat quasi-reguler dan berkurang.

  Siklus bisnis kerajinan kulit sempat mengalami kemunduran yang disebabkan oleh gempa bumi yang melanda Kabupaten Bantul 27 Mei 2006 lalu. Hal tersebut dapat dimasukkan kesalah satu teori penyebab eksternal dalam taori siklus bisnis yaitu akar siklus bisnis terletak pada fluktuasi sesuatu hal yang berada di luar sistem ekonomi yang di sini adalah berakar dari alam yaitu gempa bumi. Gempa bumi 27 Mei 2006 lalu mengakibatkan rusaknya sarana prasarana produksi dan kegiatan produksipun sempat berhenti untuk sementara waktu sampai pulih atau diperbaikinya sarana prasarana yang rusak dan sampai adanya dana atau modal baru untuk melakukan kegiatan produksi karena para perajin harus mulai dari awal lagi untuk menjalankan usahanya.

  Kemunduran industri kerajinan kulit tersebut juga terlihat dari penurunan nilai ekspor keseluruhan di Kabupaten Bantul setelah gempa bumi

  27 Mei 2006 lalu. Pada tahun 2005 nilai ekspor Kabupaten Bantul mencapai $ 53,2 juta dan pada akhir tahun 2006 mengalami penurunan dan hanya mencapai $ 42,67 juta. Para perajin kerajinan kulit di Kabupaten Bantul tidak terpuruk oleh kondisi tersebut, mereka segera bangkit kembali membangun usahanya yaitu dengan memperbaiki sarana prasarana produksi yang rusak dan mulai memproduksi kerajinan kulit kembali dengan modal yang terbatas dan sarana prasarana yang seadanya. Pemerintahanpun telah berupaya membantu para perajin untuk bangkit kembali, salah satunya dengan memberikan bantuan dana. Pemerintahan mengalokasikan dana untuk seluruh kerajinan sebesar Rp. 47,33 milyar dan untuk kerajinan kulit sendiri mendapat dana sebesar 12,7 milyar. Dalam pengadaan dana perbankan pun membantu para perajin kecil dengan kemudahan-kemudahan dalam pemberian kredit dan penangguhan angsuran pinjaman bagi para korban gempa bumi 7 Mei 2006 lalu.

  Industri kerajinan kulit sempat mengalami kemunduran karena gempa

  27 Mei 2006 lalu yang melumpuhkan kegiatan produksi akibat rusaknya sarana prasarana pendukung yang dalam siklus bisnis digambarkan menurun dari titik puncak ke titik lembah dan sesudah beberapa saat mengalami kelumpuhan dan kegiatan produksi berhenti untuk sementara. Para perajin kembali berusaha mengembangkan usaha kembali dengan bantuan pemerintah dan swasta sehingga perekonomian kembali bangkit. Hal tersebut dalam siklus bisnis tergambar dalam tahap pemulihan yaitu dari titik lembah merangkak naik kembali ke titik puncak.

  

E. Peranan Pemerintah dalam Pengembangan Dunia Usaha Industri Kecil

dan Kerajinan Rakyat

  Dunia usaha di Indonesia mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting. Selain sebagai sumber penghasilan masyarakat juga merupakan sumber kesempatan kerja bagi sebagian besar penduduk. Dalam rangka pembangunan nasional, maka dunia usaha perlu dikembangkan, sebab dunia usaha di Indonesia belum berkembang sebagaimana mestinya. Banyak pula hambatan yang masih harus di atasi untuk mengembangkan usaha tersebut.

  Untuk mengembangkan dunia usaha, maka dalam Repelita direncanakan beberapa kebijaksanaan dan langkah-langkah untuk pengembangan dunia usaha. Kebijaksanaan dan langkah-langkah yang diambil pemerintah, antara lain :

1. Kebijaksanaan umum

  a. Membantu para pengusaha untuk memperoleh dana atau modal Mislanya dengan meningkatkan daya guna dan pelayanan sistem perbankan, pengembangan pasar modal dan mendorong lembaga keuangan non-bank agar membantu menyediakan dana untuk keperluan investasi.

  Gempa bumi 27 Mei 2006 lalu berdampak parah terhadap sektor- sektor dalam perekonomian. Kerugian pada sektor produktif diperkirakan sebesar 30% dari jumlah seluruh kerugian karena gempa. Banyak UKM yang rusak sedangkan para pelaku kegiatan ekonomi tidak mampu membangun dan mengembangkan usahanya yang hancur karena gempa. Oleh karena itu, pemerintah dan perbankan DIY bekerja sama dalam pendanaan atau pengadaan modal di antaranya dengan penjadwalan ulang utang di bank, pinjaman baru untuk modal kerja dan tempat sementara untuk bekerja kembali.

  b. Membantu para pengusaha meningkatkan mutu hasil produksi Langkah yang diambil pemerintah untuk meningkatkan mutu hasil produksi di antaranya dengan memberi perlindungan yang wajar bagi produsen dalam negeri, menunjang usaha peningkatan efisiensi produk dan pemasaran dan juga mengusahakan kemudahan ekspor barang non migas.

  Beberapa saat setelah gempa bumi 27 Mei 2006 lalu pengurus Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Propinsi DIY dan Dinas Perdagangan dan Perindutrian Propinsi DIY pada tanggal 20 sampai dengan tanggal 24 Juni 2006 melakukan promosi dan mengikuti pameran Dagang Enterprise Asia di Malaysia dalamr angka mempromosikan dan membantu pemasaran industri kerajinan DIY dan juga membuktikan di mata dunia bahwa industri kerajinan di Jogja tetap eksis.

  c. Menyediakan prasarana produksi yang membantu menekan biaya produksi untuk meningkatkan daya saing Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah di antaranya dengan pengembangan sistem perhubungan, jalan raya, jalan lokal, rel kereta api, pelayanan perintis, listrik masuk desa dan juga pengembangan lembaga pemasaran seperti trading house.

  Gempa bumi 27 Mei 2006 selain merusak sarana prasarana produksi juga rusaknya sarana perhubungan seperti jalan raya yang rusak, listrik yang rusak dan sentra-sentra industri yang roboh. Untuk itu pemerintah sesegera mungkin memperbaiki sarana perhubungan tersebut untuk memperlancar saluran distribusi.

  d. Meningkatkan daya guna administrasi pemerintahan, khususnya yang menyangkut sistem perijinan dan pajak e. Pendidikan kejuruan dan ketrampilan dengan kursus, penataran dan sebagainya f. Memperbaiki sistem informasi pasar dan informasi lain yang perlu untuk dunia usaha, calon penanam modal dan pengusaha yang tengah membangun atau memperluas pasar Langkah yang sudah diambil pemerintah di antaranya dengan mengikutkan UKM dan kerajinan rakyat pada pameran-pameran di luar negeri, sebagai contoh mengikutkan UKM DIY di pameran Dagang Enterprise Asia di Malaysia untuk mempromosikan UKM DIY dan membuktikan UKM DIY tetap eksis pasca gempa 27 Mei 2006 lalu.

2. Khusus untuk dunia usaha industri kecil dan kerajinan rakyat

  Langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk mengembangkan industri kecil dan kerajinan rakyat, antara lain dengan : a. Bantuan perangkat lunak dan perangkat keras

  • Perangkat lunak meliputi : bantuan dalam hal manajerial, keusahawanan, ketrampilan teknis, konsultasi dan informasi.
  • Perangkat keras meliputi : penyediaan bahan baku, bahan penolong, desain mesin atau peralatan untuk peningkatan mutu dan ragam produksi.

  b. Peningkatan sarana pendidikan dan latihan industri

  c. Dikembangkan unit informasi, seperti informasi pasar, informasi usaha, informasi kebijakan pemerintah d. Didirikan pusat pelayanan industri kecil diberbagai propinsi dan diberbagai daerah tingkat II yang dilengkapi dengan unit pelayanan teknis. Dalam hal ini pemerintah membentuk Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah)

  Industri kerajinan rakyat yang akan dikembangkan terutama industri dan kerajinan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Industri tersebut banyak menyerap tenaga kerja

  b. Hasil produksinya dapat memenuhi kebutuhan rakyat banyak

  c. Berkaitan dengan pembangunan sektor ekonomi lainnya

  d. Hasilnya mempunyai prospek untuk diekspor Industri kerajinan kulit di Bantul mampu menyerap banyak tenaga kerja. Kerajinan kulit tatah sungging di Pucung Wukirsari Bantul saja dari