STUDI SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI DESA SELOSARI KECAMATAN MAGETAN TAHUN 2011

KECAMATAN MAGETAN TAHUN 2011

Skripsi

Oleh : Galih Nurmandito NIM : K5407022

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama

: Galih Nurmandito

NIM

: K5407022

Jurusan / Program Studi : P.IPS / Pendidikan Geografi

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ STUDI SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI DESA SELOSARI KECAMATAN MAGETAN

TAHUN 2011” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 27 April 2012 Yang membuat pernyataan,

Galih Nurmandito K5407022

commit to user

KECAMATAN MAGETAN TAHUN 2011

Oleh : Galih Nurmandito NIM K5407022

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

commit to user

commit to user

Bersujud dan memohonlah, Dia kan memberikan yang terbaik untukmu melalui caraNYA

(penulis)

Tidak akan pernah ada sesuatu yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh pengorbanan itu sia-sia, semua pasti terbalaskan dengan adil

(penulis)

Semua cobaan dan halangan itu akan mendewasakan dan menjadikan kita jauh lebih baik, layaknya pedang yang ditempa sehingga tajam kedua sisinya

(penulis)

commit to user

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Yang tercinta Bapak dan Ibu yang telah memberikan segalanya

2. Yang tersayang Adikku Rahadian dan Pungkas

3. Yang tersayang Tri Suraningsih

4. Teman-teman seperjuangan Geografi angkatan 2007

5. Teman-teman kost : Fuardhi, Taufik, Hendro, Eko-Sandris, Hutma, Andik-Nita, Solehan.

6. Almamater

commit to user

Galih Nurmandito. STUDI SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI DESA SELOSARI KECAMATAN MAGETAN TAHUN 2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Proses spasial munculnya sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011. (2) Faktor produksi dan faktor spasial yang mendukung keberadaan sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011. (3) dampak dari meningkatnya pendapatan di sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subyek penelitian adalah pengusaha kerajinan kulit di Kecamatan Magetan. Populasi pengusaha kerajinan kulit adalah 34 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Teknis analisis data yang digunakan berupa tabel frekuensi untuk mengetahui besar prosentase data.

Hasil penelitian menunjukan : (1) Sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari tidak muncul begitu saja, namun memerlukan waktu dan proses yang cukup lama. Tahun 1995 – 2000 telah ada 15 unit industri di Desa Selosari yang menjadi inti atau pusat perkembangan sentra tersebut, tahun 2001 – 2005 mengalami perkembangan dan penambahan unit industri sebanyak 15 unit. Sekarang sentra di Desa Selosari terus berkembang dan telah ada 34 unit industri kerajinan kulit. (2) Dilihat dari faktor produksi yang mendukung keberadaan industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011 adalah ketersediaan bahan baku untuk kelancaran dalam usaha industri kerajinan kulit, pengambilan bahan baku dekat dengan lokasi industri, tersedianya tenaga kerja yang cukup, kemudahan dalam transportasi guna pemasaran hasil produksi ke pihak konsumen dan jangkauan pemasaran sampai ke luar daerah Kecamatan Magetan. Faktor yang sangat dominan mendukung keberadaan industri kerajinan kulit di Kecamatan Magetan adalah bahan baku dan pemasaran. Faktor spasial yang

commit to user

adalah Pola Keruangan (Spatial Patern) dan struktur keruangan (Spatial Structure ). Dengan memiliki pola mengelompok dan struktur keruangan yang memanjang searah jalan, maka akan memberi keuntungan dalam pemasaran dan menarik perhatian masyarakat. (3) Dampak meningkatnya pendapatan sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari adalah : (a) Pendapatan tenaga kerja per bulan mayoritas Rp 300.000,00 – Rp 400.000,00. (b) tenaga kerja yang diserap sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari sebanyak 427 tenaga kerja yang mayoritas berasal dari Kelurahan Magetan sebanyak 281 tenaga kerja.

commit to user

Galih Nurmandito. A STUDY INDUSTRIAL SENTRA CRAFTING

HUSK IN COUNTRYSIDE SELOSARI OF MAGETAN SUBDISTRICT IN

2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, 2012.

This research aim to find out: ( 1) Process of industrial spasial appearance sentra crafting husk in Countryside of Selosari of Subdistrict of Magetan Year 2011. ( 2) Factors of production and factor spasial supporting industrial existence sentra of crafting husk in Countryside of Selosari of Subdistrict of Magetan Year 2011. ( 3) impact from the increasing of earnings in industrial sentra crafting husk in Countryside of Selosari of Subdistrict of Magetan Year 2011.

This study employed a descriptive qualitative method. The subject of research was the leather handicraft entrepreneur in Magetan Subdistrict. The population of research consisted of 34 leather handicraft entrepreneurs. Techniques of collecting data used were observation, interview, questionnaire, and documentation. Technique of collecting data used was frequency table to find out the percentage data.

The result of research showed that: (1) Industrial Sentra crafting husk in Countryside Selosari do not emerge off hand, but need the sufficient process and time. Year 1995 - 2000 there have 15 industrial unit in Countryside Selosari becoming nucleus core or center the the growth sentra, year 2001 - 2005 experiencing of growth and industrial unit addition as much 15 unit. Now sentra in Countryside Selosari non-stoped to expand and there have 34 industrial unit of crafting husk. (2) seen from factors of production supporting industrial existence of crafting husk in Subdistrict of Magetan Year 2011 is availibility of raw material for the fluency of in effort industry of crafting husk, intake raw material close to industrial location, the available of labour which enough, amenity in transportation utilize the marketing yield up the ghost to party of consumer and marketing reach to outside area of Subdistrict Magetan. Very dominant Factor support the industrial existence of crafting husk in Subdistrict Magetan is raw material and marketing. most influencing factor Spasial of existence of sentra industry crafting husk in Countryside Selosari is Spatial Patern and Spatial Structure. By owning pattern of group and unidirectional long column structure walke, hence will give the advantage in marketing and draw attention society. (3) Affect the increasing of industrial earnings sentra crafting of husk in Countryside Selosari : ( a) labour Earnings per month majority Rp 300.000,00 - Rp 400.000,00. ( b) absorbent labour of industrial sentra crafting husk in Countryside Selosari as much 427 labour which majority come from Chief of village Magetan as much 281 labour.

commit to user

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmad dan hidayah-Nya, karena penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu kelengkapan yang harus diselesaikan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, berbagai hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian untuk menyusun skripsi.

3. Bapak Dr. Moh Gamal Rindarjono, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi ; sekaligus sebagai Pembimbing I, dengan penuh kesabaran dan ketulusan dalam memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dari awal sampai akhir.

4. Bapak Danang Endarto, S.T, M.Si, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan dorongan, bimbingan, pengarahan, dari awal sampai selesai.

5. Bapak Camat Kecamatan Magetan yang telah memberikan ijin penelitian, petugas bagian kependudukan, perindustrian dan perdagangan, serta bagian pertanian atas peminjaman data-datanya.

commit to user

telah membantu dalam proses pengambilan data yang diperlukan demi kelancaran penelitian ini.

7. Saudara-saudaraku Geografi khususnya angkatan 2007 yang begitu kompak dan solid. Dan teman-teman geografi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

8. Semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu

Semoga semua bantuan, dorongan bimbingan dan segala kebaikan yang telah diberikan akan mendapat imbalan dari Alla SWT. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Surakarta, April 2012 Penulis,

Galih Nurmandito

K5407022

commit to user

9. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha Kerajinan Kulit……..

34

10. Kerusakan Lingkungan…………………………………………

34

11. Dampak negatif industri kerajinan kulit………………………..

35

12. Batasan operasional……………………………………………

45

B. Penelitian Yang Relevan…………………………………………...

47

C. Kerangka Berpikir………………………………………………….

50 BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………… 51

B. Bentuk dan Strategi Penelitian……………………………………..

51

C. Sumber Data………………………………………………………

53

D. Pengumpulan Data…………………………………………………. 54

E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………

55

F. Validitas Data………………………………………………………

56

G. Analisis Data……………………………………………………….. 56

H. Prosedur Penelitian…………………………………………………

59

I. Diagram Alir Penelitian…………………………………………….

60 BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian………………………………………..

61

1. Kondisi Fisik…………………………………………………… 61

2. Kondisi Penduduk……………………………………………… 63

B. Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………….

73

1. Proses Spasial Munculnya Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari Tahun 2011……………………………………...

73

2. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengusaha dan Tenaga Kerja Kerajinan Kulit di Kecamatan Magetan Tahun 2011…………..

87

3. Faktor Produksi dan Faktor Spasial Yang Paling Mendukung Keberadaan Sentra Industri Kerajinan Kulit di Kecamatan

Magetan Tahun 2011…………………………………………..

95

4. Dampak Meningkatnya Pendapatan Sentra Industri Kerajinan Kulit Di Desa Selosari Tahun 2011…………………………….

110

commit to user

A. Kesimpulan………………………………………………………… 116

B. Implikasi…………………………………………………………… 117

C. Saran……………………………………………………………...... 117 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 118 LAMPIRAN

commit to user

halaman

Tabel 1. Waktu Penelitian………………………………………………….

51

Tabel 2. Penggunaan lahan di Kecamatan Magetan Tahun 2011………….. 62 Tabel 3. Banyaknya penduduk menurut jenis kelamin Tahun 2011……….

64

Tabel 4. Luas dan kepadatan penduduk Tahun 2011………………………

65

Tabel 5. Jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin Tahun 2011… 66 Tabel 6. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian Tahun 2011…...

69

Tabel 7. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ………….

70

Tabel 8. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan Tahun 2011….. 72 Tabel 9. Penggunaan lahan di Desa Selosari Tahun 2000…………………. 73 Tabel 10. Penggunaan lahan di Desa Selosari Tahun 2011……………….

74

Tabel 11. Munculnya Unit Industri di Desa Selosari………………………

76

Tabel 12. Jarak antar unit industri Kerajinan Kulit………………………...

81

Tabel 13. Komposisi pengusaha menurut umur Tahun 2011………………

87

Tabel 14. Komposisi tenaga kerja menurut umur Tahun 2011…………….

88

Tabel 15. Komposisi pengusaha menurut jenis kelamin Tahun 2011……...

88

Tabel 16. Komposisi tenaga kerja menurut jenis kelamin Tahun 2011……

89

Tabel 17. Komposisi pengusaha menurut tingkat pendidikan Tahun 2011..

90

Tabel 18. Komposisi tenaga kerja menurut tingkat pendidikan Tahun 2011

91

Tabel 19. Status penikahan pengusaha Tahun 2011………………………..

92

Tabel 20. Status pernikahan tenaga kerja Tahun 2011……………………..

92

Tabel 21. Tanggungan keluarga pengusaha kerajinan kulit Tahun 2011…..

93

Tabel 22. Tanggungan keluarga tenaga kerja Tahun 2011 ………………...

94

Tabel 23. Lama Usaha Kerajinan Kulit Tahun 2011………………………

95

Tabel 24. Komposisi pengusaha menurut modal Tahun 2011……………..

96

Tabel 25. Komposisi pengusaha menurut jam kerja ………………………. 98 Tabel 26. Besar Biaya Tenaga Kerja Upahan Per Hari…………………….

99

Tabel 27. Alat angkut yang digunakan memasarkan produk……………… 101 Tabel 28. Kapasitas produksi industri kerajina n kulit……………………... 103

commit to user

Tabel 29. Besarnya modal awal……………………………………………. 104 Tabel 30. Lokasi usaha industri kerajinan kulit……………………………. 105 Tabel 31. Fakktor produksi yang mempengaruhi eksistensi sentra industri

kerajinan kulit…………………………………………………...

106

Tabel 32. Pendapatan bersih pengusaha kerajinan kulit…………………… 111 Tabel 33. Besar Pendapatan Tenaga Kerja Per Bulan……………………... 113 Tabel 34. Asal Tenaga Kerja………………………………………………. 114

commit to user

Halaman

Gambar 1. Bahan kulit yang akan diproses………………………………... 27 Gambar 2. Penjemuran bahan kulit………………………………………

27

Gambar 3. Proses penggambaran pola…………………………………….. 29 Gambar 4. Pemotongan pola………………………………………………. 30 Gambar 5. Proses penjahitan pola…………………………………………. 31 Gambar 6. Proses pengeleman……………………………………………

31

Gambar 7. Mesin press…………………………………………………… 32 Gambar 8. Produk yang siap dipasarkan………………………………….. 33 Gambar 9. Gerai / toko produk kerajinan kulit…………………………… 33 Gambar 10. IPAL LIK magetan…………………………………………… 43 Gambar 11. Kerangka Berpikir……………………………………………. 50 Gambar 12. Diagram Alir Penelitian………………………………………. 60

commit to user

Halaman

Peta 1. Penggunaan Lahan Desa Selosari Tahun 2000……………………..

75

Peta 2. Penggunaan Lahan Desa Selosari Tahun 2011……………………... 77 Peta 3. Lokasi Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari Tahun 2011 86

commit to user

Halaman

Lampiran 1. Koordinat Unit Industri Kerajinan Kulit………………………

Lampiran 2. Lembar Kuesioner…………………………………………….

Lampiran 3. Lembar Hasil Kuesioner……………………………………….

Lampiran 4. Lembar Penyusunan Skripsi…………………………………..

15

Lampiran 5. Lembar Permohonan Ijin Penelitian…………………………... 16 Lampiran 6. Lembar Ijin Penelitian Dari KESBANGPOL dan LINMAS…. 17

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan wilayah. Hampir semua negara memandang bahwa industrialisasi adalah suatu keharusan karena menjamin kelangsungan proses pembangunan ekonomi jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan yang menghasilkan peningkatan pendapatan perkapita setiap tahun. Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut, yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor industri (Tambunan, 2001: 15).

Untuk lebih memaksimalkan pembangunan di sektor industri, diharuskan adanya kondisi ekonomi yang kondusif. Adanya keseimbangan dan kestabilan antara industri besar, industri sedang dan industri kecil. Dalam perkembangannya, industri besar dan industri menengah akan secara langsung dapat memicu pertumbuhan dan perkembangan industri kecil.

Penelitian empiris yang dilakukan oleh Chenery dan Syrquin tentang transformasi struktur ekonomi menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor pertanian (atau sektor pertambangan) menuju ke sektor industri, yang hal ini dapat dilihat indikasinya pada nilai tambah dari setiap sektor di dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB) atau pendapatan nasional (Tambunan, 2001: 15).

Pertumbuhan ekonomi cenderung terkonsentrasi pada daerah tertentu yang di dorong oleh adanya keuntungan Aglomerasi (Aglomeration Economies) yang timbul karena adanya konsentrasi kegiatan ekonomi tersebut (Sjafrizal, 2008: 127).

commit to user

pengelompokan kegiatan ekonomi, baik direncana atau tidak. Seperti bergerombolnya percetakan, warung-warung, industri (otomotif, tekstil, elektronik, dll) karena ada keuntungan lokasi yang dimanfaatkan bersama. Sedangkan sentra adalah pengembangan kegiatan ekonomi dan lebih menekankan pada menguatkan kerjasama antar kegiatan ekonomi dari hulu sampai dengan hilir serta fasilitas pendukungnya (pemasaran, aksesibilitas, jaringan komunikasi dan listrik)

Sentra Industri Kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan mengalami pengelompokan di daerah pinggiran kota Magetan. Hal ini timbul karena adanya proses dan interaksi yang menguntungkan di dalam pengelompokan tersebut. Dengan berbagai keuntungan yang timbul maka akan menjadi sebuah daya tarik untuk aglomerasi kegiatan penduduk, guna mendapatkan taraf hidup yang lebih baik.

Secara umum bahwa karakteristik industri kulit dan produk kulit di Magetan (Magetan Dalam Angka 2011) sebagai berikut :

1. Padat Karya, bahwa industri kulit dan produk kulit memerlukan tenaga kerja trampil dan ahli perkulitan.

2. Padat modal, artnya bahwa dalam pendiriannya industri kulit dan produk kulit memerlukan modal yang cukup besar untuk pembelian mesin-tenaga , tanah dan SDM yang ahli dalam perkulitam.

3. Padat Teknologi, artinya bahwa dalam proses produksinya kulit dan produk kulit memerlukan beberapa tahapan seperti dalam proses penyamakan, proses pewarnaan, proses penghalusan, dan proses dalam finising yang kesemuanya merupakan tahapan yang menggunakan teknologi.

4. Industri kulit dan produk kulit termasuk industri yang tidak ramah lingkungan, terutama dampak lingkungan yang disebabkan dalam proses penyamakan menjadi kulit jadi. Dimana prosesnya menggunakan bahan bahan kimia yang cukup berbahaya.

commit to user

dengan menanamkan modal besar begitu saja, tetapi suatu industri tumbuh pada suatu daerah disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya faktor lokasi. Selain lokasi industri, tumbuh berkembangnya suatu industri dapat dipengaruhi oleh faktor produksi.

Semakin berkembangnya sektor industri di Indonesia telah menyebabkan terjadinya percepatan munculnya bangunan industri. Keberadaan bangunan industri disamping memberikan dampak positif juga akan mempengaruhi potensi, kondisi, dan mutu sumber daya alam dan lingkungan yang dalam kurun waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan potensi dan mutu lingkungan menurun bila pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya untuk industri tidak bijaksana, maka kebijaksanaan yang harus diupayakan adalah dengan mempertahankan dan meningkatkan perkembangan industri yang dapat memperhatikan potensi dan mutu lingkungan sehingga upaya pengendalian dan pencegahan terhadap kerusakan lingkungan dapat dilokalisir.

Keberadaan Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan cukup dominan mempengaruhi kondisi sosial-ekonomi masyarakat setempat. Karena sifatnya padat karya, industri kerajinan kulit mampu mengurangi jumlah pengangguran dan memberi tambahan pendapatan.

Kemajuan industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan tidak lepas dari faktor-faktor produksi, diantaranya adalah bahan baku, modal, tenaga kerja, transportasi, dan pemasaran. Penentuan lokasi industri juga sangat penting untuk industri itu agar suatu daerah dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya.

Berdasarakan latar belakang masalah diatas maka peneliti mengambil judul penelitian Studi Sentra Industri Kerajinan Kulit di Desa Selosari

Kecamatan Magetan Tahun 2011.

commit to user

1. Bagaimanakah proses spasial munculnya sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan tahun 2011?

2. Faktor spasial dan faktor produksi apa saja yang mendukung keberadaan sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan tahun 2011?

3. Bagaimana dampak dari meningkatnya pendapatan di sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan tahun 2011?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui proses spasial munculnya sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan tahun 2011.

2. Mengetahui faktor produksi dan faktor spasial yang mendukung keberadaan sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan tahun 2011.

3. Mengetahui dampak dari meningkatnya pendapatan di sentra industri kerajinan kulit di Desa Selosari Kecamatan Magetan Tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian

Merupakan manfaat yang akan diperoleh dari penyusunan laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, meliputi :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan ilmu pengetahuan Geografi khususnya dalam aplikasi analisis Tetangga Terdekat (nearest-neighbour statistic) dan dinamika Sentra Industri.

commit to user

a. Bagi Pengusaha :

1) Sebagai gambaran tentang keadaan industri yang dijalankannya sehingga menjadi pertimbangan dalam setiap mengambil keputusan terkait usaha kerajinan kulit yang ditekuninya.

2) Sebagai informasi untuk memudahkan pengusaha kerajinan kulit agar usaha yang ditekuninya selalu eksis dan dapat memasarkan hasil produksinya dengan baik.

b. Bagi Pemerintah Kabupaten Magetan :

1) Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan kebijakan

terkait industri kerajinan kulit.

2) Sebagai pertimbangan dalam memaksimalkan perencanaan pembangunan industri kecil di Desa Selosari Kecamatan Magetan.

c. Bagi Penulis :

1) Dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan geografi khususnya materi persebaran dan pola industri.

2) Sebagai tolok ukur kemampuan penulis agar selalu termotivasi guna

mempelajari disiplin ilmu khususnya geografi.

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Industri

Industri merupakan suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem perekonomian atau sistem mata pencaharian dan merupakan suatu usaha manusia dalam menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari sumber daya lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia.

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) Tahun 2011 mendefinisikan industri pengolahan (termasuk jasa industri) adalah suatu kegiatan pengubahan barang jadi/setengah jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual. Perusahaan/usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan untuk mengubah barang-barang (bahan baku) dengan mesin atau kimia atau dengan tangan menjadi produk baru, atau mengubah barang-barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dengan maksud untuk mendekatkan produk tersebut dengan konsumen akhir.

Sektor industri di anggap sebagai jalan yang terbaik untuk mengatasi permasalahan ekonomi di Negara-negara berkembang. Peraturan dan kebijakan yang di tempuh seringkali tidak mempertimbangkan keadaan dan kondisi lingkungan yang ada. Dalam arti beberapa aspek kurang digunakan sebagai bahan pertimbangan, seperti ketersediaan bahan mentah, kemajuan teknologi, kualitas tenaga kerja, ketersediaan modal, keadaan sosial-ekonomi dan sebagainya.

Industri sebagai suatu sistem terdiri dari unsur fisik dan unsur perilaku manusia. Unsur fisik yang mendukung proses produksi adalah komponen tempat meliputi kondisinya, peralatan, bahan mentah/baku dan sumber energi.

commit to user

keterampilan, tradisi, transportasi dan komunikasi, keadaan pasar dan politik. Perpaduan antara unsur fisik dan manusia tersebut akan mengakibatkan terjadinya aktivitas industri yang melibatkan berbagai faktor.

2. Klasifikasi Industri.

a. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian

Pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :

1) Industri Kimia Dasar (IKD) Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut :

a) Industri kimia organik, misalnya : industri bahan peledak dan

industri bahan kimia tekstil.

b) Industri kimia anorganik, misalnya : industri semen, industri asam

sulfat, dan industri kaca.

c) Industri agrokimia, misalnya : industri pupuk kimia dan industri

pestisida.

d) Industri selulosa dan karet, misalnya : industri kertas, industri pulp,

dan industri ban.

2) Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)

Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut :

a) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya : mesin

traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.

commit to user

buldozer, excavator, dan motor grader.

c) Industri mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor, mesin

gergaji, dan mesin pres.

d) Industri elektronika, misalnya : radio, televisi, dan komputer.

e) Industri mesin listrik, misalnya : transformator tenaga dan

generator.

f) Industri kereta api, misalnya : lokomotif dan gerbong.

g) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil, motor,

dan suku cadang kendaraan bermotor.

h) Industri pesawat, misalnya : pesawat terbang dan helikopter.

i) Industri logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja,

industri alumunium, dan industri tembaga. j) Industri perkapalan, misalnya : pembuatan kapal dan reparasi

kapal. k) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya : mesin produksi,

peralatan pabrik, dan peralatan kontruksi.

3) Aneka Industri (AI) Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut :

a) Industri tekstil, misalnya : benang, kain, dan pakaian jadi.

b) Industri alat listrik dan logam, misalnya : kipas angin, lemari es,

dan mesin jahit, televisi, dan radio.

c) Industri kimia, misalnya : sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik,

obat obatan, dan pipa.

d) Industri pangan, misalnya : minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi,

garam dan makanan kemasan.

e) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya : kayu gergajian,

kayu lapis, dan marmer.

commit to user

Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya : industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).

5) Industri Pariwisata Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa wisata seni dan budaya (misalnya : pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya : peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya : pemandangan alam di

pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya : melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan).

b. Berdasarkan Lokasi Usaha

Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan industri. Berdasarkan lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi :

1) Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.

2) Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.

3) Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu industri yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan. Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).

commit to user

tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.

5) Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industry ), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.

c. Berdasarkan Proses Produksi

1) Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.

2) Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri mebel.

d. Berdasarkan Pembangunan Industri Kecil Dan Rumah Tangga

1) Industri Lokal Adalah kelompok jenis industri yang menggantungkan

kelangsungan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas, sehingga dalam pemasaran yang sangat terbatas telah menyebabkan kelompok ini hanya menggunakan sarana transportasi yang sederhana seperti gerobak, sepeda dan pikulan. Karena pemasaran hasil produksinya ditangani diri sendiri maka pada kelompok ini jasa pedagang perantara kurang menonjol.

1) Industri Sentra Adalah kelompok jenis industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil, tetapi membentuk pengelompokan atau

commit to user

menghasilkan barang sejenis. Ditinjau dari segi pemasarannya kategori kedua ini pada umumnya menjangkau pasar yang lebih luas, sehingga peran pedagang perantara sangat menonjol.

Sedangkan sentra industri kecil adalah suatu pengelompokan industri sejenis yang berdekatan satu sama lain dengan tujuan untuk mempermudah dalam usaha pengembangan yang tidak dibatasi unit administrasi.

2) Industri Mandiri Adalah kelompok jenis industri yang masih mempunyai sifat- sifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadaptasi teknologi produksi yang cukup canggih. Pemasarannya tidak tergantung pada pedagang perantara saja.

3. Lokasi Industri

a. Teori Lokasi Industri Oleh Alfred Weber.

Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan mempertimbangkan resiko biaya atau ongkos yang paling minimum. Dengan asumsi sebagai berikut :

1) Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki : topografi, iklim dan penduduknya relatif homogen.

2) Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.

3) Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu seperti upah minimum regional (UMR)

4) Hanya ada satu jenis alat transportasi.

5) Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.

6) Terdapat persaingan antar kegiatan industri.

7) Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.

b. Teori Lokasi Industri Optimal Oleh Losch.

Teori ini didasarkan pada permintaan (demand) sehingga dalam teori ini diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri

commit to user

dapat dihasilkan pendapatan paling besar. Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat (industry) volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya ongkos transportasi. Berdasarkan teori ini setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Di samping itu, teori ini tidak menghendaki pendirian pabrik-pabrik secara merata dan saling bersambung sehingga berbentuk heksagonal, hal ini akan menyebabkan harganya semakin turun/murah.

c. Theory Of Central Place (Teori Tempat Sentral) Oleh Walter Christaller.

Teori ini dasarkan pada konsep range (jangkauan) dan Threshold (ambang). Range adalah jarak tempuh yang diperlukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan Threshold adalah jumlah minimal anggota masyarakat yang di perlukan untuk menjaga keseimbangan suplai barang.

Teori ini akan lebih tepat jika digunakan untuk daerah dataran dimana tiap lokasi memiliki peluang yang sama untuk berkembang. Contoh : sebuah daerah dataran yang luas yang dihuni oleh penduduk secara merata. Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat tentu memerlukan berbagai barang dan jasa, seperti : sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Lokasi yang menyediakan barang dan jasa tersebut hanya ada pada tempat tertentu saja. Sehingga ada jarak antara tempat tinggal dengan lokasi penyedia barang dan jasa. Jarak tempuh dari tempat tinggal menuju pusat penyediaan barang atau jasa disebut range.

Persaingan dalam penyediaan barang dan jasa tidak akan cukup dengan mengandalkan pada kualitas barang atau jasa layanan yang terbaik,

commit to user

(masyarakat) harus menjadi perhatian. Untuk menerapkan teori ini diperlukan beberapa syarat diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Topografi atau keadaan bentuk permukaan bumi dari suatu wilayah relatif seragam sehingga tidak ada bagian yang mendapat pengaruh lereng atau pengaruh alam lain dalam hubungannya dengan jalur angkutan.

2) Kehidupan atau tingkat ekonomi penduduk relatif homogen.

4. Perkembangan Lokasi.

Faktor-faktor penyebab Aglomerasi menurut Hadi Sabari Yunus (1999) yaitu:

a. Fasilitas – Fasilitas Yang Khusus Tertentu (specialized facilities)

Kegiatan-kegiatan tertentu membutuhkan fasilitas-fasilitas tertentu, sebagai contoh “daerah-daerah pengecer/retail districts” dalam

kegiatannya sangat membutuhkan aksesibilitas yang maksimal (Hadi Sabari Yunus, 1999: 45).

Dalam suatu Aglomerasi akan dijumpai beberapa hal yang sangat menonjol yang mencirikan jenis aglomerasi tersebut. Adanya fasilitas- fasilitas tertentu yang befungsi sebagai pendukung adanya aglomerasi di daerah tertentu. Seperti daerah industri padat karya akan sangat menguntungkan apabila berada di sekitar permukiman yang padat penduduk, sehingga akan mudah dalam mencari tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Daerah konsentrasi industri tersebut sangat membutuhkan aksesibilitas yang bagus, sehingga dapat ditemui pada daerah-daerah aglomerasi industri saat ini memiliki tata ruang dan aksesibilitas yang teratur.

b. Faktor Ekonomi Eksternal (external economies) Seperti terjadi di kota-kota besar, adanya pengelompokan fungsi- fungsi yang sejenis menimbulkan keuntungan tersendiri. Pengelompokan

commit to user

memudahkan dalam membandingkan satu sama lain (Hadi Sabari Yunus, 1999: 46).

Aglomerasi industri adalah pengelompokan industri-industri yang memiliki karakteristik yang sama. Dengan adanya pengelompokan akan sangat menguntukan karena akan menjadi konsentrasi dari pelanggan. Pelanggan akan lebih mudah dan mengetahui tempat untuk mencari dan membeli barang dalam suatu wilayah. Keuntungan lainnya adalah pelanggan dapat membandingkan baik kualitas dan harga yang ditawarkan, karena di dalam suatu aglomerasi akan memiliki karakteristik barang yang sama atau hampir sama. Dengan keadaan seperti ini pelanggan dapat memilih dan membandingkan antara produk yang satu dengan produk yang lain. Akan timbul persaingan harga dan persaingan untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan agar menjadi lebih baik secara kuantitas dan kualitas.

c. Faktor Saling Merugikan Antar Fungsi Yang Tidak Serupa

Antagonisme

antara pengembangan

pabrik-pabrik dan pengembangan permukiman klas tinggi merupakan contoh yang sangat nyata (Hadi Sabari Yunus, 1999: 46).

Suatu aglomerasi tidak muncul begitu saja, namun ada beberapa proses yang cukup lama untuk membentuk suatu kawasan aglomerasi tertentu. Tidak akan ada wilayah yang sejak awal terbentuk memiliki satu fungsi yang sama. Suatu wilayah pastilah akan memiliki beberapa fungsi di dalamnnya, seperti permukiman, lahan potensial, area pemakaman, dan fungsi lainnya.

Hal inilah yang akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membentuk suatu aglomerasi. Salah satu fungsi akan mendesak fungsi lain untuk bergerak menjauh atau pindah dari fungsi yang lebih dominan.

Dalam suatu kawasan industri, mulanya akan ada fungsi lain di dalamnya, seperti permukiman atau lahan potensial. Namun fungsi industri yang lebih dominan akan memaksa fungsi lain untuk menjauh atau pindah

commit to user

potensial yang ada, lahan tersebut akan digunakan sebagai bagian dari industri yang ada. Proses seperti ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Fungsi yang lebih dominan akan menetap di kawasan tersebut dan fungsi yang lain akan bergerak menjauh dan biasanya akan membentuk suatu aglomerasi yang baru.

d. Faktor Ekonomi Fungsi Yang Berbeda Sering sekali terjadi bahwa fungsi tertentu justru tidak menempati lokasi yang sebenarnya ideal karena ketidakmampuan ekonomi (Hadi Sabari Yunus, 1999: 46).

Suatu fungsi tertentu akan membutuhkan lahan atau lokasi yang memiliki karakteristik tertentu pula. Sebuah permukiman membutuhkan lokasi atau wilayah yang datar, memiliki kondisi lingkungan yang baik, dan dapat mendukung kehidupan yang lebih baik. Namun lokasi atau wilayah yang seperti ini pasti memiliki harga yang tinggi. Bagi yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi akan mampu menempati tempat tersebut, dan bagi kelas menengah kebawah akan tersingkir dan menempati wilayah lain yang lebih murah meskipun wilayah tersebut tidak memberikan kenyamanan untuk tempat tinggal serta kondisi lingkungan yang tidak bagus. Contohnya perumahan elit akan ditempati oleh kaum ekonomi menengah keatas dengan berbagai fasilitas yang mewah dan kondisi lingkungan yang bagus, namun karena ketidakmampuan secara ekonomi, kaum menengah kebawah akan menempati wilayah yang buruk, bahkan mereka yang tidak berpenghasilan tetap akan menempati tempat seadanya, seperti pinggiran kota bahkan bantaran sungai dapat menjadi area permukiman.

Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi ideal, maka sangat dimungkinkan akan munculnya pengelompokan atau pemusatan atau terkonsentrasinya industri pada suatu wilayah tertentu yang disebut dengan istilah aglomerasi industri. Misalnya industri konveksi, dan

commit to user

pemukiman penduduk.. Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat terkonsentrasinya beberapa faktor yang dibutuhkan dalam kegiatan industri misalnya : bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar, kemudahan dalam perizinan, pajak yang relatif murah, dan penanggulangan limbah merupakan pendukung sentra industri.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka penyebab terjadinya sentra industri antara lain :

1) Terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu lokasi.

2) Kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi tertentu.

3) Adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata ruang dan fungsi wilayah.

4) Adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan industri lainnya yang lengkap.

5) Adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu produk. Sentra industri yang muncul di suatu kawasan, dapat diakibatkan oleh faktor alamiah dan dapat juga diakibatkan secara disengaja dengan perencanaan yang matang. Sentra industri yang terbentuk secara alamiah apabila pemusatannya diakibatkan oleh secara kebetulan karena lokasi tersebut memiliki beberapa faktor yang menunjang dan dibutuhkan dalam proses perkembangan industri.

Model sentra industri yang berkembang akhir-akhir ini dapat dikategorikan menguntungkan, diantaranya adalah :

1) Mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena terjadi pemusatan kegiatan sehingga memudahkan dalam penanganannya.

2) Mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat disiapkan di sekitar pinggiran kota.

commit to user

tidak mengikuti ketentuan yang telah disepakati.

4) Tidak mengganggu rencana tata ruang.

5) Dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah mungkin. Model sentra industri yang berkembang akhir-akhir ini dapat dikategorikan merugikan, diantaranya adalah :

1) Terjadi kerusakan lingkungan karena beban lingkungan yang terlalu tinggi.

2) Terjadi pengurasan sumberdaya alam tertentu akibat pemanfaatan oleh semua industri yang ada di lokasi tersebut, misalnya : air tanah, air bersih, dan kebutuhan udara bersih.

3) Penataan lingkungan yang kurang ideal bagi sebagian tenaga kerja yang tinggal di daerah sekitarnya.

4) Muncul berbagai penyakit akibat limbah yang dibuang, misalnya ; sesak napas, gatal, ISPA, dan penyakit lainnya. Dalam sentra industri dikenal istilah kawasan industri atau sering disebut industrial estate, yaitu suatu kawasan atau tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana, misalnya : lahan dan lokasi yang strategis. Selain itu, terdapat pula fasilitas penunjang lain, misalnya : listrik, air, telepon, jalan, dan tempat pembuangan limbah, yang telah disediakan oleh perusahaan pengelola kawasan industri.

5. Industri Kecil

a. Pengertian Industri Kecil

Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, definisi industri kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200.000.000,00

commit to user

Industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Indonesia, berdasarkan eksistensi dinamisnya dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

1) Industri lokal, yaitu kelompok industri yang menggantungkan kelangsungan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas serta relatif tersebar dari segi lokasinya. Pada umumnya skala usaha kelompok ini sangat mencerminkan suatu pola perusahaan yang sistematis. Pemasaran yang sangat terbatas telah menyebabkan kelompok ini pada umumnya menggunakan transportasi yang sangat sederhana dan jasa pelayanan perantara bisa dikatakan kurang menonjol.

2) Industri sentra, yaitu kelompok industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan usaha yang sejenis. Dari segi pemasarannya kelompok ini umumnya menjangkau pasar yang lebih luas dan peran pedagang perantara/ pedagang pengumpul menjadi cukup menonjol.

3) Industri mandiri, yaitu kelompok industri yang masih mempunyai sifat-sifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadaptasi teknologi produksi yang cukup canggih. Pemasaran hasil produksi tidak tergantung pada pedagang perantara dan tenaga kerja yang diserap hanya sedikit. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, klasifikasi industri dibedakan menjadi (BPS, 1999: 250):

a) Industri rumah tangga, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja

antara 1-4 orang.

b) Industri kecil, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja antara 5-

19 orang.

c) Industri sedang, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja antara

20-99 orang.

d) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari

100 orang.

commit to user

Sebagai salah satu bentuk industri, maka industri kecil memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :

1) Mempunyai skala yang kecil, baik modal, tenaga kerja atau orientasi pasarnya.

2) Banyak berlokasi di wilayah perdesaan dan kota-kota kecil atau daerah pinggiran kota besar.

3) Status usaha milik pribadi atau keluarga.

4) Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan sosial budaya (etnis geografis) yang direkrut pola pemagangan (apprenticeship) atau melalui pihak ketiga.

5) Pola kerja sering kali part time atau sebagai sampingan kegiatan ekonomi lain.

6) Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi,

pengelolaan usaha, dan admistrasinya sederhana.

7) Struktur permodalan sangat tergantung pada fixed assets, yang berarti kekurangan modal kerja sangat tergantung pada modal sendiri atau lingkungan.

8) Izin usaha sering kali tidak dimiliki dan persyaratan resmi tidak di penuhi.

9) Strategi perusahaan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah. Selain itu ada beberapa ciri lainnya yang sering digunakan sebagai kelemahan industri kecil (Liedholm dalam Fatmawati, 2008: 26), yaitu:

1) Intensitas perubahan usaha sering terjadi sehingga sulit untuk

membangun spesialisasi atau profesionalisme usaha.

2) Ketidakstabilan mutu produk dan adanya sifat untuk cenderung mencari keuntungan jangka pendek sehingga spekulatif, tiru meniru, situasi persaingan mengarah pada persaingan tidak sehat.

3) Menajemen keuangan sering kali kurang baik, belum ada pembedaan

antara konsumsi rumah tangga dengan biaya produksi.

commit to user

modal tidak tercipta melainkan tersebar diantara sanak saudara.

5) Memiliki rasa kebersamaan yang menyebabkan persaingan menjadi terbatas.

6) Kebanyakan merupakan usaha untuk mempertahankan hidup, bukan usaha yang produktif. Industri kecil yang berkembang di Indonesia sebagian besar termasuk sektor informal, karena sektor industri kecil dilihat dari kapasitas dan pola produksinya merupakan kegiatan dari kelompok masyarakat dan tidak teratur, berkembang sesuai dengan pola ketenagakerjaan yang ada di masyarakat.

Hal tidak dilihat dari ciri industri kecil yang berkembang di Indonesia yaitu:

1) Tujuh puluh lima persen populasi industri kecil dan kerajinan rumah tangga berlokasi di daerah perkotaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang relatif makin berkurang, industri kecil dapat dipakai sebagai alternatif untuk mencari jalan keluar bagi berkurangnya lapangan kerja.

2) Beberapa jenis kegiatan industri kecil dan kerajinan rumah tangga banyak menggunakan bahan baku dari sumber-sumber di lingkungaannya yang terdekat, disamping tingkat upah yang murah. Keadaan tersebut dapat menekan biaya produksi serta memanfaatkan sumber daya secara optimal

3) Harga jual yang relatif murah serta tingkat pendapatan kelompok petani yang rendah, memungkinkan tetap adanya permintaan terhadap komoditi yang tidak diproduksi secara maksimal, seperti barang- barang yang fungsional, sehingga industri dapat bertahan.

commit to user

a. Pengertian Sentra Industri Kecil