HUBUNGAN ANTARA FASILITAS KERJA, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN GAYA MENGAJAR INSTRUKTUR DI BALAI LATIHAN KERJA (BLK)

HUBUNGAN ANTARA FASILITAS KERJA, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN GAYA MENGAJAR INSTRUKTUR DI BALAI LATIHAN KERJA (BLK)

  Studi Kasus Pada Balai Latihan Kerja (BLK) Jogyakarta

  SKRIPSI Disusun Oleh: Astrina Dewi Dwi Wulandari

031334036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

  

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Astrina Dewi Dwi Wulandari

  Nomor Mahasiswa : 031334036

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Hubungan Antara Fasilitas Kerja, Pendidikan Dan Pelatihan (Diklat) Dan

Pengalaman Kerja Dengan Gaya Mengajar Instruktur Di Balai Latihan Kerja

(BLK)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me ngalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan

akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 31 Januari 2008 Yang menyatakan (Astrina Dewi Dwi Wulandari)

  

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA FASILITAS KERJA, PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN (DIKLAT) DAN PENGALAMAN KERJA DENGAN GAYA

MENGAJAR INSTRUKTUR DI BALAI LATIHAN KERJA (BLK)

  Studi kasus pada Balai Latihan Kerja Jogjakarta

  

Astrina Dewi Dwi Wulandari

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada-tidaknya hubungan antara (1) fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK), (2) pendidikan dan pelatihan (diklat) dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK), (3) pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK). Penelitian ini dilaksanakan di Balai Latihan Kerja (BLK) Jogjakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah para instruktur di BLK Jogyakarta yang berjumlah 52 orang instruktur.

  Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi

  Product Moment

  dengan taraf signifikansi α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur

  (r 0,312 > r =0,294). (2) ada hubungan antara pendidikan dan pelatihan

  hitung= tabel

  (diklat) dengan gaya mengajar instruktur (r 0,447 > r =0,294). (3) ada

  hitung= tabel

  hubungan antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur (r 0,299

  hitung= > r =0,294). tabel

  

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN WORK FACILITIES, TRAINING AND

EDUCATION AND WORK EXPERIENCE WITH INSTRUCTOR’S

TEACHING STYLE AT BALAI LATIHAN KERJA (BLK)

  A case study at Balai Latihan Kerja Jogjakarta

  

Astrina Dewi Dwi Wulandari

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

  The objective of this research is to know whether there are some correlations between (1) work facilities with instructor’s teaching style at Balai Latihan Kerja (BLK), (2) training and education with instructor’s teaching style at Balai Latihan Kerja (BLK), (3) work experience with instructor’s teaching style at Balai Latihan Kerja (BLK). This research done at Balai Latihan Kerja (BLK) Jogjakarta. The populations of this research were 52 instructors of Balai Latihan Kerja Jogjakarta.

  The data of this research analized with product moment correlation analysis technique with significant level α = 5%. The result of this research shows that: (1) there is correlation between work facilities and instructors teaching style (r = 0,312 > r = 0,294) (2) there is correlation between training and

  count table

  education and instructors teaching style (r = 0,447 > r = 0,294) (3) there is

  count table

  correlation between work experience and instructors teaching style (r = 0,299

  count > r = 0,294). table

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah yang telah mengajar dengan perantara pena, mengajar manusia tentang apa yang belum diketahuinya. Alhamdulilahi rahmani rahim hanya saya haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya sehingga penulisan skripsi dengan judul “Hubungan antara Fasilitas

  

Kerja, Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dan Pengalaman Kerja Dengan

Gaya Mengajar Instruktur di Balai Latihan Kerja” studi kasus pada Balai

  Latihan Kerja Jogjakarta ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW hingga hari akhir nanti.

  Penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

  Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak maka sudah sepantasnyalah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Drs. T. Sarkim., M.Ed., Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

  4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

  5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku dosen penguji skripsi yang telah mengevaluasi demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

  8. Bapak Djamil Ismail, ST dan Bapak Amirul Musthofa, SH terimakasih telah membantu penulis dalam pengumpulan data. Bapak Ibu instruktur BLK Jogjakarta yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.

  9. Bapak Ibu Instruktur BLK Sleman, terima kasih karena telah mengisi kuesioner untuk uji validitas dan reliabilitas.

  10. Kedua ortuku yang telah membesarkan, memberikan dukungan materi dan moral, doa dan kasih sayang yang selalu tercurahkan untuk penulis.

  11. Mba Yenni dan adik-adikku tersayang, Dek Titin dan Dek Bambang, terimakasih atas bantuan dan doanya selama penyusunan skripsi ini.

  12. Motorku, SUPRA X BN 7641 EA yang telah menjadi temanku dalam perjalanan dan selalu menghiburku.

  13. My Best Friend Now and Forever, Atik Maharani, trim’s ya dah mo susah untuk aku. Dewi, Tiara, Anti, Aci makan-makan kelulusannya kapan???.

  14. Emilia Wahyu Ratna Ningrum (cepetan nyusul ya). Mas Andi, Adel, Mas Anto, Yiska, Mas Yuda, (jangan lupa undangan dan tiket nikahnya ya). Santy, Wawan, Anes, Mety, Ari, Dwi, Siska, Septi dan teman-teman PAK B’03, Don’t forget me pren!!!

  15. Teman-teman KOPMA, Sasma, Evan, Ari, Mba indah, Sorong, Endah, Katrin, Marsha, Lilis dan anggota lainnya, atas keceriaan yang menghibur.

  16. Teman-temanku dan semua pihak yang telah mengisi hari-hariku yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, penulis mohon maaf untuk itu. Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Yogyakarta, 23 Januari 2008 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................. vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

ABSTRACT

  .......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

BAB I.

  PENDAHULUAN A.

  Latar Belakang Masalah .................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7 C. Tujuan Penelitan............................................................................... 7 D.

  Batasan Penelitian ........................................................................... 8 E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 10

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Teks Sebagai Media Belajar Mengajar................................... 11 B. Peraturan Menteri Tentang Buku Teks Pelajaran............................ 13 C. Pengertian dan Arti Penting Buku Paket di Tingkat SMP.............. 15 D. Pengertian Akses Buku Paket......................................................... 19 E. Pengertian Pemanfaatan Buku Paket dalam Pembelajaran............. 23

  D.

  Populasi dan Sampel......................................................................... 29 E. Variabel dan Data Penelitian............................................................. 31 F. Teknik Analisis Data........................................................................ 34

  BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah SMP Negeri 6 Pangkal pinang............................................ 35 B. Daftar Guru...................................................................................... 36 C. Daftar Kepala Sekolah...................................................................... 37 D. Buku Inventaris perpustakaan SMP Negeri 6.................................. 37 E. Data Siswa........................................................................................ 39 F. Fasilitas............................................................................................. 39

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN.......................................... 41

A. Akses Buku Paket........................................................................... 41 B. Pemanfaatan Buku Paket................................................................. 46 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan....................................................................................... 50 B. Saran................................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 51

LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel III.1 Skor Nilai Item Pernyataan Kuesioner Fasilitas Kerja .................. 40 Tabel III.2 Kisi-kisi Kuesioner Fasilitas Kerja BLK Jogjakarta ..................... 41 Tabel III.3 Kisi-kisi Kuesioner Gaya Mengajar Instruktur BLK Jogjakarta ... 42 Tabel III.4 Skor Nilai Item Pernyataan Kuesioner Gaya Mengajar Instruktur 43 Tabel III.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Fasilitas Kerja ........................ 45 Tabel III.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Gaya Mengajar ...................... 46 Tabel III.7 Indeks Korelasi dan Interprestasi Reliabilitas ............................... 47 Tabel III.8 Hasil Pengujian Reliabilitas ........................................................... 48 Tabel IV.1 Data Normatif Pegawai Negeri Sipil BLK Jogjakarta ................... 56 Tabel IV.2 Data Fasilitas Kerja Kejuruan Otomotif BLK Jogjakarta .............. 64 Tabel

  IV.3 Data Fasilitas Kerja Kejuruan Teknologi Mekanik BLK Jogjakarta ....................................................................................... 66

  Tabel IV.4 Data Fasilitas Kerja Kejuruan Elektronika BLK Jogjakarta .......... 67 Tabel IV.5 Data Fasilitas Kerja Kejuruan Listrik BLK Jogjakarta .................. 68 Tabel IV.6 Data Fasilitas Kerja Kejuruan Bangunan BLK Jogjakarta ............ 70 Tabel IV.7 Data Fasilitas Kerja Kejuruan Bahasa Asing BLK Jogjakarta ...... 71 Tabel IV.8 Data Fasilitas Kerja Kejuruan Tata Niaga BLK Jogjakarta ........... 71 Tabel IV.9 Data Fasilitas Kerja Kejuruan Perhotelan BLK Jogjakarta ........... 72 Tabel IV.10 Data Fasilitas Kerja Kejuruan Aneka Kerajinan BLK Jogjakarta . 74 Tabel IV.11 Data Masa Kerja Instruktur BLK Jogjakarta ................................. 75 Tabel IV.12 Data Pendidikan Terakhir Instruktur BLK Jogjakarta ................... 78 Tabel V.1 Distribusi Frekuensi Fasilitas Kerja ............................................... 85 Tabel V.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ............... 86 Tabel V.3 Distribusi Frekuensi Pengalaman Kerja ........................................ 87 Tabel V.4 Distribusi Frekuensi Gaya Mengajar ............................................. 88

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar II.1 Teknik-teknik Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ....................... 23 Gambar II.2 Langkah-langkah Evaluasi ......................................................... 25 Gambar IV.1 Struktur Organisasi Balai Latihan Kerja ..................................... 55

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I. Kuesioner ................................................................................ 109 Lampiran II. Validitas dan Reliabilitas ........................................................ 113 Lampiran III. Data Induk Penelitian .............................................................. 119 Lampiran IV. Daftar Distribusi Frekuensi ..................................................... 121 Lampiran V. Pengujian Normalitas .............................................................. 126 Lampiran VI. Perhitungan Korelasi ............................................................... 127 Lampiran VII. Tabel Statistik ......................................................................... 128

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, kenyataan yang

  terjadi pada saat ini, pendidikan di Indonesia membutuhkan biaya yang cukup mahal. Oleh karena itulah, pendidikan di Indonesia mempunyai suatu dilema yaitu peningkatan mutu pendidikan dan biaya pendidikan yang mahal. Hal ini terjadi karena pendidikan di Indonesia sudah dimasuki kepentingan bisnis yang menekankan pada profit oriented. Menurut Ludin Lubis, Feli Kama dan Salman Habeahan (2003:142) terjadinya praktek bisnis dalam dunia pendidikan Indonesia disebabkan oleh kewajiban sekolah yang harus membayar pajak, sama seperti perusahaan atau lembaga bisnis. Sekarang ini, yayasan pendidikan sudah menjadi wajib pajak. Inilah juga yang merupakan faktor yang turut mempersulit kelangsungan hidup lembaga-lembaga pendidikan, sekolah-sekolah swasta untuk tetap mempertahankan idealisme dan otonomi pendidikan. Selain itu, pihak sekolah juga mengharapkan sumbangan yang besar-besar demi pengembangan fasilitas sekolah.

  Akibatnya yang masuk sekolah bermutu itu didominasi oleh anak-anak dari

  Hal ini didukung oleh komenter Eddy Al tentang biaya pendidikan yang ditulis di Bandung pada tanggal 24 Juli 2007, dalam website PintuNet.com. Menurut Eddy, saat ini sekolah sudah menjadi kapitalisme yang licik. Persoalan biaya sekolah yang semakin tinggi membuat harapannya untuk dapat menyekolahkan anak setinggi mungkin semakin mengawang tinggi. Untuk masuk sekolah, kerap si miskin berhadapan dengan birokrasi yang dibuat untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar miskin, hanya untuk mendapatkan dana BOS. Setelah diterima sebagai siswa pun, anak-anak orang miskin tetap merasakan kuatnya cekikan lembaga sekolah. Contoh kecil untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah murid harus mengerjakan di lembar atau buku LKS yang harus dibeli pula. Ada pula sekolah yang kreatif mencari pemasukan dengan kewajiban bagi muridnya membeli kertas ulangan atau buku yang telah diformat dan diberi kop sekolah tersebut. Inilah keanehan lembaga sekolah di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Sekolah dan lembaga bisnis tak ada bedanya. Tidak ada uang, rapor ditahan, tak ada uang, ijazah macet, tanpa uang, jangan harap bisa pintar.

  Hal senada juga dikemukakan oleh Ari S dalam website PintuNet.com yang ditulis di Jogjakarta pada tanggal 16 Juli 2007. Menurut Ari, Pendidikan yang harusnya menjadi hak setiap warga negara Indonesia justru diganti menjadi hak bagi mereka yang berduit saja. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kemajuan daripada pendidikan itu sendiri. pendidikan maka akan menimbulkan banyak anak didik putus sekolah. Akan tetapi yang terjadi saat ini adalah setelah anak putus sekolah, kebanyakan menjadi pengangguran. Hal ini juga dikarenakan sulitnya mencari pekerjaan dengan modal pendidikan yang rendah. Banyaknya pengangguran jelas sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis mereka, ketika menganggur sedangkan kebutuhan sehari-hari harus terpenuhi, seperti makan, minum dan biaya hidup yang lain yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Akibatnya banyak diantara mereka yang melakukan jalan pintas, seperti: mencuri, merampok, mengemis, dan lain sebagainya. Selain itu, Sudah bukan rahasia lagi bahwa saat ini banyak yang beranggapan bahwa kampus-kampus dan universitas-universitas di Indonesia lebih banyak menciptakan calon-calon pengangguran dibandingkan menciptakan pengusaha-pengusaha yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Dari puluhan ribu lulusan mahasiswa yang di wisuda setiap tahunnya, tidak kurang dari 5% lulusan yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu, lulusan yang bekerja menjadi pegawai, karyawan, Guru atau yang lain jumlahnya pun sangat sedikit, selebihnya menjadi pengangguran.

  Oleh karena itulah, pemerintah perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan kerja pengangguran baik pengangguran yang disebabkan oleh putus sekolah maupun pengangguran yang tidak mempunyai keterampilan atau keahlian kerja. Salah satu usaha pemerintah dengan lulusan SMU/SMK yang tidak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, remaja-remaja yang tidak mempunyai keterampilan serta warga masyarakat lain yang tertarik untuk menambah pengetahuan dan keterampilan selain dari bangku sekolah.

  BLK merupakan Unit Pelaksana Teknis Tenaga Kerja dan Transmigrasi dibawah naungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

  Pada prinsipnya, BLK diharapkan mampu untuk mencetak lulusan yang siap kerja dan benar-benar diminati pasar kerja. BLK juga berupaya memfasilitasi masyarakat agar mampu mendayagunakan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. BLK selalu dituntut untuk memberikan berbagai pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja sehingga tujuan diselenggarakannya Latihan Kerja Institusional tersebut adalah untuk membekali ketrampilan kepada peserta dalam berbagai bidang kejuruan dengan kualifikasi tingkat dasar dan memberikan motivasi untuk berusaha mandiri dengan sasaran agar terciptanya tenaga kerja yang terampil, disiplin dan memiliki etos kerja produktif sehingga mampu mengisi kesempatan kerja yang ada serta mampu menciptakan lapangan kerja melalui usaha yang mandiri

  Untuk itulah, BLK terus berupaya meningkatkan kualitas pelatihan sehingga lulusannya juga memiliki kualitas yang memadai. Dalam meningkatkan kualitas pelatihan, sangat erat kaitannya dengan kualitas adalah orang yang bertugas mengajarkan sesuatu dan sekaligus memberikan latihan dan bimbingan. Salah satu faktor yang bisa dilihat secara nyata dalam menentukan kualitas instruktur adalah gaya mengajar instruktur tersebut. Gaya mengajar instruktur adalah perilaku mengajar seorang instruktur dalam kelas praktek pada setiap kali mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar di BLK, instruktur bertindak sebagai pengajar dan pelatih. Instruktur dituntut tidak hanya mampu menyampaikan materi secara lisan melainkan juga mampu mengaplikasikan bahan ajarannya dalam bentuk praktek. Bagi BLK, instruktur merupakan sumber daya yang sangat berharga yang dimiliki. Hal ini dikarenakan instruktur merupakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan untuk berpikir secara rasional dan menampakkan kemampuan dirinya baik dalam bentuk positif maupun negatif. Oleh karena itulah, instruktur ikut menentukan keberhasilan bagi setiap kegiatan di BLK. Dalam proses belajar mengajar, gaya mengajar instruktur mempunyai peranan yang sangat dominan dalam menciptakan antusias siswa untuk mengikuti setiap kegiatan di BLK. Ada banyak faktor yang berhubungan dengan gaya mengajar instruktur di BLK. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada 3 (tiga) faktor yaitu: fasilitas kerja yang disediakan BLK, pendidikan dan pelatihan (diklat) instruktur di BLK dan pengalaman kerja instruktur di BLK.

  Fasilitas kerja adalah segala hal yang dapat memudahkan perkara (misalnya untuk kelancaran tugas, pemanfaatan waktu dan sebagainya). berupa sarana dan prasarana yang mendukung kelancaran program yang telah ditetapkan termasuk program-program latihan yang ditawarkan oleh BLK.

  Sebagai tempat penelitian, program-program latihan yang ditawarkan oleh (BLK) Jogyakarta meliputi sembilan kejuruan yaitu: (1). tata niaga. (2). bahasa asing. (3). otomotif. (4). teknologi mekanik. (5). listrik. (6). elektronika. (7). bangunan. (8). perhotelan. (9). aneka kerajinan. Kinerja seorang instruktur termasuk gaya mengajar instruktur tersebut tidak terlepas dari fasilitas kerja yang disediakan BLK. Untuk mengoptimalkan gaya mengajar instruktur maka fasilitas kerja yang disediakan BLK harus mendukung. Berdasarkan hasil penelitian dari Nakertrans dalam abstraknya menyatakan bahwa kinerja BLK belum optimal. Belum optimalnya kinerja tersebut terutama disebabkan oleh faktor peralatan yang dimilliki. Peralatan yang dimiliki BLK banyak yang rusak selain sudah ketinggalan jaman (Out of

  

Date ). Hal ini pun mengakibatkan kendornya semangat instruktur untuk

  memvariasikan gaya mengajarnya. Namun, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa instruktur dari kejuruan yang berbeda-beda menyatakan bahwa setiap instruktur tetap memfokuskan pengajarannya dengan menggunakan fasilitas praktek yang ada walaupun para instruktur tersebut mendapatkan fasilitas praktek yang berbeda-beda di setiap kejuruan. BLK memang menyediakan fasilitas praktek yang berbeda-beda untuk masing-masing kejuruan. Contohnya saja, fasilitas praktek untuk misalnya mesin logam, mesin frais dan sebagainya. Sedangakan fasilitas praktek kejuruan otomotif misalnya mesin sepeda motor, mobil, diesel dan sebagainya. Dengan demikian fasilitas kerja yang diterima oleh instruktur tidak mempengaruhi gaya mengajarnya dalam suatu kelas praktek.

  Pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan. Tujuan diklat diantaranya adalah meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap agar dapat melaksanakan tugas pekerjaan, baik yang bersifat umum pemerintahan maupun pembangunan, yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman dan pengembangan partisipasi masyarakat. Setiap BLK yang menginginkan agar instruktur dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien maka tidak boleh mengabaikan diklat bagi instrukturnya. Sebagai tempat penelitian, instruktur di BLK Jogjakarta pun telah mengikuti berbagai macam diklat baik yang diselenggarakan di dalam negeri maupun diklat di luar negeri contohnya di Irlandia, Jepang, Australia dan sebagainya. Setiap instruktur yang telah mengikuti diklat dapat mengembangkan kompetensi yang dimilikinya khususnya dalam mengkreasikan gaya mengajar instruktur tersebut. Dengan pengalaman dan ilmu yang didapat setelah mengikuti diklat maka instruktur menjadi percaya diri dalam mengajarkan bahan praktek kepada siswanya sehingga instruktur tersebut mampu menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar-mengajar. Selain itu, instruktur akan gagasan, pemikiran, dan pendapat mengenai pemahaman suatu materi pelajaran.

  Pengalaman kerja merupakan salah satu pertimbangan utama dalam memberikan tanggung jawab atas pekerjaannya. Agar dapat meningkatkan keterampilan dalam mengajar diperlukan juga pengalaman kerja instruktur. Pengalaman kerja atau masa kerja instruktur biasanya mempengaruhi dalam menyampaikan materi dan memberikan pelatihan kepada siswa-siswanya.

  Dengan pengalaman kerja yang dimiliki, seseorang akan dapat bekerja dengan lebih efisien. Menurut salah seorang instruktur BLK Yogyakarta, banyak siswa yang berpraktek di BLK Yogyakarta lebih senang diajar oleh instruktur yang senior. Hal ini dikarenakan instruktur senior dapat menciptakan suasana belajar yang harmonis, tidak kaku atau tidak membosankan dalam menyampaikan materi praktek. Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja seorang instruktur dapat mempengaruhi gaya mengajar instruktur tersebut dalam satu kelas praktek.

  Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara Fasilitas Kerja, Pendidikan

  dan Pelatihan (Diklat) dan Pengalaman Kerja dengan Gaya Mengajar Instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK)”.

  B. terhadap penelitian. Peneliti memfokuskan penelitian pada hubungan antara fasilitas kerja, pendidikan dan pelatihan (diklat) dan pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja.

  C. Rumusan Masalah

  Dari batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

  1. Apakah ada hubungan antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK)?

  2. Apakah ada hubungan antara pendidikan dan pelatihan (diklat) dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK)?

  3. Apakah ada hubungan antara pengalaman kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK)?

  D. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Ada-tidaknya hubungan antara fasilitas kerja dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK);

  2. Ada-tidaknya hubungan antara pendidikan dan pelatihan (diklat) dengan gaya mengajar instruktur di Balai Latihan Kerja (BLK);

  3.

E. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan harapan mampu memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait. Pihak-pihak yang memperoleh manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini memberikan tambahan referensi bahan bacaan dan bahan acuan yang dapat digunakan oleh setiap mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan.

  2. Bagi Balai Latihan Kerja Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas gaya mengajar instruktur agar kualitas pelatihan di BLK pun ikut meningkat.

  3. Bagi penulis Penulis memperoleh tambahan pengetahuan tentang pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi era kompetisi.

BAB II LANDASAN TEORITIK A. Fasilitas Kerja Lingkungan kerja dalam arti fisik dapat berupa fasilitas kerja yang

  disediakan dalam suatu Balai Latihan Kerja (BLK). Fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan sesuatu usaha (Arikunto, 1990:81). Oleh karena itulah, fasilitas yang disediakan oleh BLK merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam menarik dan mempertahankan instruktur di BLK tersebut. Ahyari (1986:207) menyatakan bahwa jika lingkungan kerja yang baik dalam suatu instansi dapat terealisasi maka akan menjadikan produktivitas kerja karyawan instansi tersebut akan meningkat. Untuk menyediakan fasilitas yang memadai bagi karyawannya, perusahaan perlu mengadakan perencanaan fisik. Perencanaan fisik hendaknya mempertimbangkan beberapa hal-hal (Mudhoffir, 1986:103-104) sebagai berikut.

  1. Ruang-ruang yang ada hendaknya disesuaikan dengan rancangan pengembangan instruksional yang sangat efektif untuk belajar atau mengajar.

  2. Tersedia peralatan praktek yang cukup untuk instruktur yang akan melakukan kegiatan latihan, workshop, demontrasi maupun rapat atau diskusi.

  3. Fasilitas yang ada dapat digunakan pada jam-jam di luar jam praktek.

  4. Mebel/perabotan hendaknya fungsional dan menarik serta dilengkapi dengan perlengkapan yang memadai.

  5. Mudah mendapatkan aliran listrik pada tiap ruangan, lampu cukup terang, disediakan telepon dan intercom serta air conditioning.

  6. Kelembaban udara dijaga agar tidak mempercepat kerusakan peralatan.

  7. Kebutuhan ruangan didasarkan atas kegiatan dan kecenderungan perkembangan untuk masa yang akan datang dengan memperhitungkan juga perabotan dan peralatan yang digunakan.

  8. Kebutuhan perabotan (furniture) hendaknya didasarkan atas kegunaan, keluwesan, kenyamanan dan aman.

  Fasilitas kerja biasanya berhubungan langsung dengan pekerjaan instruktur di BLK. Fasilitas kerja yang tersedia di tempat kerja juga harus dirawat dengan baik. Bertens (2002:193) menyatakan bahwa tempat kerja bisa dianggap sehat kalau bebas dari resiko terjadinya gangguan kesehatan atau penyakit sebagai akibat kondisi kurang baik di tempat kerja. Fasilitas yang disediakan oleh suatu perusahaan (Ahyari, 1986:216) antara lain.

  1. udara yang terlalu panas akan menurunkan gairah kerja dari para instruktur. Oleh karena itulah, ventilasi harus cukup lebar terutama pada daerah-daerah yang panas sehingga menimbulkan pertukaran udara yang baik yang dapat menyehatkan badan. Selain ventilasi, konstruksi gedung dan luas ruangan dapat berpengaruh pula pada pertukaran udara. Pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan dan menimbulkan rasa kesegaran sehingga semangat dan gairah kerja dapat pula ditingkatkan.

  2. Penerangan Penerangan sangat berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar. Penerangan yang baik adalah penerangan yang penyebarannya merata di seluruh tempat kerja. Beberapa keuntungan dari adanya penerangan yang baik adalah mempertinggi gairah kerja instruktur, memperbaiki kualitas kerja instruktur, mengurangi tingkat kecelakaan yang terjadi, memudahkan pengamatan dan pengawasan serta mengurangi terjadinya kerusakan dari barang-barang yang dikerjakan.

  3. Penggunaan warna Pemilihan warna dalam ruang kerja BLK akan mempengaruhi kondisi kerja para instruktur di BLK tersebut. Warna yang dipergunakan dalam ruang kerja ini erat hubungannya dengan sistem penerangan dalam ruang kerja BLK terutama untuk sistem penerangan yang menggunakan akan sangat dipengaruhi oleh warna yang digunakan dalam ruang kerja para instruktur tersebut.

  4. Tata ruang gerak Tata ruang gerak adalah pengorganisasian atas penataan ruang kerja yang layak dan didukung dengan desain yang fungsional. Untuk dapat bekerja dengan baik, ruang gerak instruktur sangat perlu diperhatikan. Ruang gerak yang terlalu sempit bagi instruktur mengakibatkan instruktur tidak dapat bekerja dengan baik. Akan tetapi, ruang gerak yang terlalu besar akan mengakibatkan pemborosan bagi BLK.

  5. Kebersihan Kebersihan adalah tempat kerja yang bersih yang dapat menimbulkan rasa senang sehingga bisa mempengaruhi semangat para instruktur.

  6. Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana adalah alat-alat yang berada di tempat kerja yang dapat digunakan untuk menambah kinerja yang optimal bagi instruktur.

  7. Keamanan kerja Apabila BLK dapat memberikan jaminan terhadap keamanan maka ketenangan dalam bekerja akan dapat ditimbulkan sehingga semangat dan gairah kerja akan dapat ditingkatkan. BLK harus menyediakan alat

  Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada perencanaan fisik yang dikemukakan oleh Mudhoffir (1986:103-104). Hal ini dikarenakan perencanaan fisik yang dikemukakan oleh Mudhoffir tersebut lebih menunjuk pada fasilitas kerja yang dimaksud oleh penulis dalam penelitian ini.

B. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) 1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

  Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaniahnya ke arah kedewasan (Purwanto, 1995:10). Menurut siagian (1988:179), pendidikan adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan suatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain. Pengertian pendidikan di atas mengandung tiga hal pokok yaitu: (1). pendidikan merupakan salah satu proses belajar mengajar dangan mempergunakan teknik dan metode tertentu. (2). sebagai salah satu proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung relatif lama dan diselenggarakan dengan pendekatan formalitas dan struktural. Struktural artinya pendidikan diselenggarakan oleh satuan kerja yang melembaga dan kegiatannya diarahkan kepada seseorang atau kelompok orang yang dipandang menguasai materi yang hendak dialihkan kepada orang lain kurikuler yang telah disusun dan dipersiapakan sebelumnya, standar pengetahuan tertentu ingin dialihkan kepada yang diajar oleh yang mengajar. Artinya sesuatu program pendidikan diarahkan kepada pemenuhan standar pengetahuan dan akademik tertentu. Menurut Heidjrachman (1984:77), pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan keterampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.

  Pelatihan secara sederhana dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang diarncang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman dan perubahan sikap pada seorang individu. Menurut Heidjrachman (1984:80), pelatihan adalah keinginan untuk memperbaiki kerja seseorang dan memahami pengetahuan praktis guna meningkatkan keterampilan, kecakapan, sikap yang diberikan oleh organisasi dalam usaha mencapai tujuan. Menurut siagian (1988:180), pelatihan adalah proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknik dan metoda tertentu yang dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang.

  Dari pengertian pendidikan dan pelatihan diatas, maka dapat disimpulkan pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan pelatihan, kedua-duanya berhubungan dengan pemberian bantuan kepada pegawai agar pegawai tersebut dapat berkembang ke tingkat kecerdasan, pengetahuan dan kemampuan yang lebih tinggi. Pendidikan sifatnya lebih teoritis (pengetahuan) sedangkan pelatihan lebih bersifat penerapan segara (praktis). Dalam penelitian ini, pendidikan dan pelatihan akan dipergunakan secara bergandengan karena yang ditonjolkan bukan perbedaan-perbedaan yang terdapat antara kedua istilah tersebut melainkan pentingnya kedua jenis kegiatan itu sebagai perwujudan kemauan pimpinan organisasi untuk melakukan investasi di bidang sumber daya manusia.

2. Tujuan dan Sasaran Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

  Menurut PP nomor 101 tahun 2000 tentang pendidikan dan pelatihan PNS yang dikutip dalam website www.sdm.depkeu.go.id tujuan pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah sebagai berikut.

  a.

  Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi; b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa; c.

  Memantapkan sikap dan semangat pegabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat; d.

  Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang baik.

  Sedangkan sasaran diklat menurut PP nomor 101 tahun 2000 tentang pendidikan dan pelatihan PNS yang dikutip dalam website

  www.sdm.depkeu.go.id adalah untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan jabatan masing-masing.

3. Macam-macam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

  Menurut PP nomor 101 tahun 2000 tentang pendidikan dan pelatihan PNS yang dikutip dalam website www.sdm.depkeu.go.id macam-macam pendidikan dan pelatihan (diklat) adalah sebagai berikut.

  a.

  Diklat Prajabatan Pelaksanaan Diklat Prajabatan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun setelah pengangkatannya sebagai CPNS. Adapun tujuan dari diklat prajabatan adalah untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan negara, bidang tugas, dan budaya organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat b. Diklat Dalam Jabatan

  Adapun tujuan dari diklat dalam jabatan adalah untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya, terdiri dari: 1).

  Diklat Kepemimpinan Adapun tujuan dari diklat kepemimpinan adalah untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Diklat kepemimpinan terdiri dari: diklatpim Tk. IV adalah diklatpim untuk Jabatan Struktural Eselon IV; diklatpim Tk. III adalah diklatpim untuk Jabatan Struktural Eselon III; diklatpim Tk. II adalah diklatpim untuk Jabatan Struktural Eselon II; diklatpim Tk. I adalah diklatpim untuk Jabatan Struktural Eselon I.

  2).

  Diklat Fungsional Adapun tujuan dari diklat fungsional adalah untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang

  Jabatan Fungsional masing-masing. 3).

  Diklat Teknis Adapun tujuan dari diklat teknis adalah untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS.

4. Prinsip-prinsip Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

  Dale Yoder (Manullang, 1981:86) mengemukankan sembilan a.

  Individual differences Dalam merencanakan dan melaksanakan suatu diklat harus tetap diingat adanya pebedaan-perbedaan perseorangan baik dalam latar belakang pendidikan, pengalaman maupun keinginan. Oleh karena itu, waktu, sifat dan cara diklat harus direncanakan dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga diklat tersebut memberikan hasil yang memuaskan bagi peserta diklat.

  b.

  Relation to job analysis Bahan-bahan yang diajarkan dalam diklat harus berhubungan erat dengan job specification jabatan para peserta diklat. Hal ini dimaksudkan agar setelah diklat, para peserta diklat dapat melaksanakan tugasnya dengan berhasil.

  c.

  Motivation Orang akan besungguh-sungguh dalam melaksanakan sesuatu tugas tertentu bila ada daya perangsangnya (motivasi). Kenaikan jabatan, upah ataupun mendapat promosi merupakan beberapa upaya untuk memotivasi peserta diklat agar belajar dengan sungguh- sungguh selama mengikuti diklat.

  d.

  Active participation Dalam mengikuti diklat, peserta diklat harus turut aktif mengambil bagian dalam kegiatan diklat. Oleh karena itu, dalam e.

  Selection of trainees Diantara peserta diklat terdapat perbedaan baik dalam latar belakang pendidikan, pengalaman maupun keinginan. Untuk menjaga agar perbedaan itu tidak terlalu besar maka calon pengikut latihan harus diseleksi. Diklat sebaiknya diberikan kepada mereka yang berminat dan berkemauan mengikuti diklat dengan berhasil.

  f.

  Selection of trainer Dalam diklat, tersedianya tenaga pelatih yang terdidik, berminat dan mempunyai kesanggupan untuk mengajar merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itulah, tenaga pengajar haruslah orang yang diseleksi pula. Efektivitasnya suatu diklat tergantung pada ada- tidaknya perhatian dan kesanggupan mengajar dari para pelatih. Adapun kriteria seleksi tenaga pengajar yang sering digunakan (Siagian, 1988:187) adalah sebagai berikut.

  1) Pengetahuan yang memadai tentang organisasi dimana para peserta diklat bekerja, terutama yang menyangkut filsafat organisasi, tujuan, tugas pokok, fungsi, dan aktifitasnya

  2) Mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuannya

  3) Penguasaan materi yang menjadi tanggungjawabnya untuk diajarkan

  6) Sedapat mungkin telah pernah mengikuti latihan bagi pengajar

  (instructors training course) g. Trainer training

  Para pelatih dalam suatu diklat harus sudah mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi tenaga pelatih. Hal ini dikarenakan tidak setiap orang yang pandai dalam sesuatu bidang tertentu dapat mengajarkan kepandaiannya kepada orang lain.

  h.

  Training methods Antusiasme peserta untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, dedikasi para penyelenggara melaksanakan tugasnya serta kebolehan para pengajar mengemban misinya masih harus diimbangi oleh metode yang tepat. Ketepatan dari metode diklat biasanya didiskusikan terlebih dahulu antara pimpinan organisasi, penyelenggara dan para pengajar. Salah satu keuntungan utama dari adanya diskusi tersebut adalah makin jelasnya tugas dan kewibawaan para pengajar serta pengetahuan yang dini dari para penyelenggara tentang implikasi-implikasi operasional dari metode yang disepakati bersama. i.

  Principles of learning Pada umumnya orang lebih mudah menangkap pelajaran jika pelajaran diberikan dari hal yang lebih mudah ke hal yang sulit. Tidak

5. Teknik-teknik Pendidikan dan Latihan (Diklat)

  Teknik-teknik pendidikan dan pelatihan (diklat) akan diperlihatkan dalam skema (Maryoto, 1987:61) sebagai berikut.

  Gambar II.1 Teknik-teknik Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

  On the job training Off the job training Simulasi

  Metode kuliah Metode studi kasus Role playing Busi ness ganes

  Presentasi informasi

  Program pengem- bangan Latihan labora- torium

  Progra med instructi on

  Self study Analisa transak-

  Metode kompen Persentasi video

  Rotasi Metode kuliah Sistem penilai- an Penuga san sementa

  Magang Instruk- si pekerja an

  Vestibu le training

  Teknik-teknik pendidikan dan pelatihan

6. Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

  Evaluasi terhadap pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan (diklat) sangat penting dilaksanakan. Hal ini dikarenakan evaluasi (penilaian) adalah suatu cara untuk mengukur efisiensi dan efektifitas dari diklat yang baru selesai diselenggarakan. Efisiensi diklat (Siagian, 1988:199) dapat terlihat dari, antara lain sebagai berikut: terlaksananya seluruh program diklat sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan; rapinya penyelenggaraan seluruh kegiatan diklat berkat disiplin kerja, dedikasi dan kemapuan para penyelenggara; kehematan dalam penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia; terdapatnya tertib administrasi dalam seluruh proses penyelenggaraan kegiatan diklat dan tercapainya sasaran yang telah ditetapkan bagi program diklat. Sedangkan efektifitas diklat (Siagian, 1988:200) tercermin pada tercapainya sasaran, yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta, perubahan sikap, produktifitas yang meningkat, makin tingginya disiplin, semakin mantapnya loyalitas dan hal-hal lain yang bersifat manifestasi dari kepribadian organisasional yang mendukung tercapainya tujuan organisasi. Adapun langkah-langkah evaluasi (Maryoto, 1987:62) dapat digambarkan sebagai berikut.

  Gambar II.2 Langkah-langkah evaluasi

  Kriteria evaluasi Test purna (post test)

  Test pendahuluan Transfer atau promosi

  (pre test) Para karyawan

  Tindak lanjut dilatih atau dikembangkan C.

   Pengalaman Kerja Pengalaman kerja merupakan lamanya waktu instruktur bekerja.

  Pengalaman kerja instruktur harus diperhatikan oleh pihak BLK agar tujuan pelatihan di BLK dapat tercapai. Pengalaman kerja banyak mempengaruhi keahlian dan keterampilan kerja instruktur yang bersangkutan. Pengalaman kerja yang banyak memberikan kecenderungan bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang relatif tinggi. Sebaliknya terbatasnya pengalaman kerja yang dimiliki maka semakin rendah tingkat keahlian dan keterampilan tenaga kerja yang bersangkutan. Oleh karena berpengalaman dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas yang nantinya akan dikerjakan (Maryoto, 1987:48).

  Instruktur yang berpengalaman sering dianggap sebagai instruktur senior. Senioritas berarti orang yang bekerja lebih lama pada suatu perusahaan atau instansi (Bertens, 2000:212). Oleh karena itu, instruktur yang senior memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak daripada instruktur yang baru saja bekerja di BLK. Hal itu pun sering membuat instruktur tersebut menjadi tenaga kerja yang lebih berharga.