Studi deskriptif mengenai pendidikan seksualitas oleh orang tua pada individu autistik remaja - USD Repository

  

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PENDIDIKAN

SEKSUALITAS OLEH ORANG TUA PADA INDIVIDU

AUTISTIK REMAJA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Program Studi Psikologi

  Oleh: Tita Dian Wulansari

  NIM : 029114110

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  

SKRIPSI

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Tita Dian Wulansari

  Nomor Mahasiswa : 029114110 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Studi Deskriptif

  

Mengenai Pendidikan Seksualitas Oleh Orang Tua Pada Individu Autistik

Remaja.

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 23 Januari 2008 Yang menyatakan ( Tita Dian Wulansari )

  

Motto

Rahasia sederhana untuk tetap semangat mewujudkan mimpi

“Pada titik kehidupan itu, segalan ya jelas, segalan ya m un gkin .

  

Tidak takut berm im pi, m en dam bakan segala yan g diin gin kan

un tuk m em buatn ya terwujud dalam hidup...

Tapi kadan g kala den gan berlalun ya waktu, ada daya m isterius

yan g m ulai m en yakin kan kita bahwa m ustahil bisa m ewujudkan

m im pi itu...

Tapi seben arn ya daya itu m en un jukkan cara m ewujudkan

m im pi. Daya in i m em persiapkan rohm u dan kehen dak, sebab

ada satu keben aran m ahabesar di plan et in i. Siapa pun dirim u,

apa pun yan g kaulakukan , kalau kam u sun gguh-sun gguh

m en gin gin kan sesuatu, itu karen a hasrat tersebut bersum ber

dari jiwa jagat raya in i.

  

Dan saat kam u m en gin gin kan sesuatu den gan sepen uh hati,

seluruh jagat raya akan bersatu padu un tuk m em ban tum u

m eraihn ya....”

  The Alchemist – by Paulo Coelho

  

Aku persembahkan....

  Untuk Papi Mami tercinta.... Untuk setiap keringat dan air mata Demi sebuah kebahagian

  Untuk .....Adik-adik tersayang

  Uyab, Tika dan Nuel Untuk keceriaan, semangat dan rasa berharga

  Untuk Cintaku yang terhebat..... Untuk hidup, dunia dan warna baru Untuk kebahagiaan ditengah kehampaan

  Untuk Orang tua-orang tua spesial dari anak-anak berharga

  Untuk tetap setia menjadi malaikat dari makhluk Tuhan yang indah

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

       

  Dengan ini, saya menyatakan bahwa skrispi saya yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Pendidikan Seksualitas Oleh Orang Tua Pada Individu Autistik Remaja” ini tidak memuat karya atau sebagian karya orang lain kecuali yang telah saya sebut dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah Yogyakarta, 23 Januari 2008 Penulis, Tita Dian Wulansari

  

ABSTRAK

  Tita Dian Wulansari (2008). Studi Deskriptif Mengenai Pendidikan

  

Seksualitas Oleh Orang Tua Pada Individu Autistik Remaja. Yogyakarta:

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perkembangan seksualitas pada individu autistik remaja, mengetahui pemahaman orang tua tentang pendidikan seksualitas dan metode yang mereka gunakan dalam memberikan pendidikan seksualitas pada anak mereka. Selain itu penelitian ini juga berusaha memaparkan masalah-masalah yang dihadapi orang tua dalam memberikan pendidikan tersebut.

  Subyek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, yang merupakan orang tua dari individu autistik remaja yang berumur antara empat belas tahun sampai dua puluh tahun. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi untuk mengumpulkan data. Wawancara dilakukan kepada salah satu orang tua yang memiliki peran lebih besar dalam memberikan pendidikan seksualitas pada anak. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan seksualitas anak dan metode yang digunakan orang tua dalam memberikan pendidikan seksualitas tersebut. Observasi dilakukan pada individu autistik untuk melihat gangguan dan perilaku mereka yang berkaitan dengan seksualitas.

  Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan melakukan organisasi data dan koding yang dianggap paling efektif oleh peneliti. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa individu autistik remaja memiliki perkembangan fisik yang sama seperti remaja lainnya yang normal. Mereka juga memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis yang diekspresikan dengan cara yang mencerminkan adanya ketidakmatangan perkembangan emosi, sosial dan kognitif mereka. Metode yang digunakan oleh orang tua dalam memberikan pendidikan seksualitas sangat bervariasi tergantung pada gangguan yang dialami anak, perkembangan mereka dan perilaku seksual yang nampak. Hal ini juga membuat masalah yang dihadapi orang tua menjadi sangat beragam dan membutuhkan penanganan yang harus disesuaikan dengan kebiasaan anak.

  Setiap individu autistik memiliki manifestasi gangguan, perkembangan dan perilaku seksual yang berbeda-beda, untuk itu diperlukan penanganan khusus bagi masing-masing anak. Setiap orang tua menggunakan metode tersendiri untuk anak mereka dalam memberikan pendidikan seksualitas. Berkaitan dengan hal tersebut, maka sulit menyamaratakan metode-metode yang digunakan orang tua dalam memberikan pendidikan seksualitas bagi individu autistik remaja.

  Kata kunci: pendidikan seksualitas, individu autistik remaja

  

ABSTRACT

  Tita Dian Wulansari ( 2008 ). The Descriptive Study of Sexual Education for

  

the Autistic Teenagers by Their Parents. Yogyakarta, Psychology Faculty of

Sanata Dharma University.

  This study is led to accomplish the sexual development to the autistic teenagers, how their parents apply their understanding in the sexual education to their children. This study is also led to observe parents’ problems in giving that education.

  There are three autistic teenager’s parents whom their children are between fourteen to twenty ages that had been interviewed and observed to collect the data during this study. The interview is only done to one of the parent who has bigger role in giving the sexual education to the child. This interview is led to examine the teenagers’ sexual development and the parents’ method in giving the education to their children. While the observation is used for the autistic teenagers to examine their disorder and behavior related to their sexual attitude.

  The next step is to analyzing the colleted data by organizing and coding the data which is the most effective way. It is known by the result of the analysis that the autistic teenagers have the same psychical growth like the other normal teenagers. They also have interest to the different gender expresses by their way which is shown with the immature emotional, social and cognitive development, psychical growth and their sexual attitude. These problems have leaded another various problems for the parents which need the different treatment depend on the children’s habit.

  Each autistic child has different disorder manifestation, sexual attitude and development, therefore special treatment for each of them is needed. Each parent use different methods in giving the sexual education to their children. Related to that problem it is difficult to equalize the methods that are use by the parents in giving the sexual education to the autistic teenagers. key words: sexuality education, autistic teenagers individual

KATA PENGANTAR

  Tidak ada kata yang bisa menggambarkan betapa penulis berterima kasih kepada Peniup Nafas Kehidupan, Sahabat ( sangat ) Terbaik yang memberikan jalan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Pendidikan Seksualitas Oleh Orang Tua Pada Individu Autistik Remaja”. Semua berawal dari-NYA, segala ide, pikiran dan rasa yang menjadikan karya ini ada.

  Terima kasih untuk segala awal yang berharga.

  Selesainya skripsi ini merupakan jalan panjang yang membuat penulis menemukan dan bertemu dengan begitu banyak orang yang hebat. Semua memberikan kontribusinya masing-masing sesuai dengan kapasitasnya untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi yang penulis sadari banyak terdapat kekurangan. Untuk setiap jasa yang diberikan, penulis ingin mengucapkan rasa hormat, bangga, kasih dan terima kasih kepada:

  1. Ibu Sylvia CMYM S.Psi,. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik, yang berguna bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. Juga yang selalu bersabar menunggu karena butuh waktu lama untuk membimbing saya.

  2. Bapak Eddy Suhartanto S.Psi, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi dan seluruh dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma yang telah bersedia dengan senang hati berbagi banyak ilmu kepada penulis selama penulis menempuh kuliah.

  3. Segenap staf Fakultas, mas Gandung, bu Nanik, yang memberikan kemudahan dalam segala urusan perkuliahan, mas Doni yang bersedia melayani semua permintaan peminjaman buku dan fotocopy, mas Muji yang memberikan kesempatan untuk berbagi ilmu dengan teman-teman dalam praktikum serta pak Gie untuk selalu tersenyum dan menyapa betapa pun lelahnya.

  4. Bapak BR, Ibu Ss dan Ibu NF, terima kasih karena bersedia membagikan pengalaman yang berharga demi sebuah kelulusan. Begitu banyak hal yang saya dapat dari cerita tentang anak-anak “emas” bapak dan ibu. Membuat saya begitu menghargai rasa cinta dan kerja keras bapak dan ibu, yang pasti begitu berharga bagi mereka. Karena mereka pun berharga bagi bapak dan ibu.

  5. Teman-teman di P2TKP Pak Priyo, Pak Toni, Bu Tiwi, terima kasih sudah memberikan kesempatan untuk merasakan dinamika bekerja. Desta, Obeth, Otik, mas Kobo, Ina, Elvin, Abe, Lisna, Katrin, terima kasih untuk selalu menyemangati dan memperingatkan aku untuk segera lulus dengan cara meninggalkanku satu per satu hehehe….thanks banget!

  6. Mas Adi, special buat kamu karena mau selalu aku repotin. Makasih buat pinjeman hp-nya ya…dan makasih mau jadi teman diskusi yang menyenangkan.

  7. Buat sahabatku, Friska, makasih untuk kasih sayang dan semangatnya…maaf kalau aku ternyata tidak bisa menjadi yang seperti kamu harapkan, aku memilih caraku, but i always love you. Buat Echa…lama gak ketemu ya, terima kasih untuk tetap menganggapku adik, walaupun aku sering ngeselin.

  Kapan lulus mbak!

  8. Teman-teman kostku…Shinta, makasih pinjeman sepatunya ya…. Spadic, ternyata kadang-kadang enak juga jadi orang kayak kamu, thanks ya

  spongebob …. Ina, terima kasih untuk curhatnya, melegakan punya teman

  seperti kamu… Clare and Vivin (duet maut), thanks buat persahabatannya, membuatku merasa memiliki teman dan menghilangkan sepi, kapan kita gokil bareng lagi! Buat Fani, Wulan dan Vivi…makasih udah menuhin kostku hehehe….kita belum lama bersinggungan, tapi kalian tetap memberi arti tersendiri buatku, makasih ya.

  9. Mas Adri “Potter”…my partner…makasih ya, sudah mau berbagi ilmu dan pengalaman. Makasih untuk semua waktu yang kita habiskan bersama untuk berpusing-pusing mengerjakan skripsi. Untung ada kamu mas…kalau enggak aku pasti kesepian hehehe….Sukses buat kamu ya!

  10. Puthe……Comprade, sahabat tersayang, saudaraku yang cantik yang memberiku sayap untuk mempercantik diri. Terima kasih untuk semua cerita yang kita buat, terima kasih untuk mau terus ngingetin dan ngomelin aku biar cepet lulus. Langkah-langkah yang kita ambil bersama membuatku kaya akan rasa sayang terhadap sahabat, walaupun sekarang langkah kita mulai berbeda, tapi kita tetap bisa melangkah bersama. Aku yakin kita gak akan cuma sampai disini, kita masih punya mimpi bersama kan?

  11. Buat teman-teman angkatan 2002, terima kasih untuk setiap warna indah yang kalian berikan dalam hidup, special buat Nanut..ya ampun makasih banyak buat recordernya. Sampai-sampai kamu pindah masih ada di aku recordernya hehehe….

  12. Papi Mami tercinta, banyak hal yang berubah dalam hidup termasuk caraku menghargai kalian….maaf kalau selama ini aku tidak seperti apa yang kalian harapkan, termasuk lama sekali aku baru bisa lulus….Terima kasih memberiku jalan untuk kulalui dengan segala keindahannya, mempercayaiku untuk meraih mimpiku. Terima kasih untuk setiap tetes air mata dan keringat. Akhirnya aku lulus….

  13. Adik-adikku tercinta…Uyab, Tika, Nuel….Hei adik-adik yang menyenangkan walau tak jarang menjengkelkan. Terima kasih memberiku kesempatan menjadi seorang kakak yang berbangga terhadap adiknya. Uyab, banyak hal yang tak kumengerti darimu, tapi aku tahu kamu bahkan lebih dewasa dari aku, sukses ya Say, thanks udah ngertiin aku!… Tika yang cantik, terima kasih untuk semangat dan keceriaan yang menjadi senyumku, trus berprestasi ya Tik!....Nuel “toeng”…mbak Tita selalu tertawa setiap kali ingat kamu, makasih sudah membuatku merasa berharga, menerimaku walau apapun kondisiku, jangan menjadi kecil walau jadi yang terkecil ok!

  14. Teman-teman Aktor Studio 2 Teater Garasi, Desi, Laeli, Sita, Bahar, Gide, Wildan, Hario, Doni, kalian adalah dunia baruku, terima kasih untuk kebahagiaan dan keceriaannya, yang selalu memberiku semangat biar cepet lulus supaya bisa membebaskan diri untuk menjadi apapun. Ayo berjuang, tetap semangat dan rendah hati ya!

  15. Ricky Setiawan, yang tidak malu-malu kusebut sebagai Cintaku walau orang lain memandang sebelah mata. Aku tidak mau membatasi diri dengan kata untuk mengucapkan terima kasih ke kamu, kalau mau ditulis gak akan cukup satu skripsi nih cinta…. Nanti aku ngomong sendiri aja ke kamu ya,

  but …terima kasih untuk tetap bertahan denganku sesulit apapun jalan yang akan kita lalui, “mengalahkan dunia dan segala sesuatu diluar kita…” Salam jempol, telunjuk, jari kelingking….hehehe! Yogyakarta,

  23 Januari 2008 Hormat saya, Tita Dian Wulansari

  

DAFTAR ISI

  JUDUL .................................................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii MOTTO .................................................................................................................iv PERSEMBAHAN ...................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................vi ABSTRAK …...................................................................................................... vii ABSTRACT ....................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................xiv DAFTAR SKEMA .............................................................................................. xvi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii

  BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7 BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 9 A. Autisme...................................................................................................... 9

  1. Pengertian Autisme ............................................................................. 9

  2. Gejala autisme ................................................................................. 11

  a. Gangguan Komunikasi .............................................................. 12

  b. Gangguan Interaksi sosial ......................................................... 13

  c. Gangguan Perilaku .................................................................... 14

  3. Penyebab autisme ............................................................................ 15

  B. Perkembangan Individu Autistik ........................................................... 17

  1. Perkembangan Fisik ....................................................................... 17

  2. Perkembangan Emosi ...................................................................... 19

  3. Perkembangan Kognisi ................................................................... 20

  4. Perkembangan Sosial ...................................................................... 20

  C. Seksualitas Pada Individu Autistik ....................................................... 21

  D. Pendidikan Seksualitas Pada Individu Autistik ..................................... 22

  E. Pendidikan seksualitas Oleh Orang Tua Pada Individu Autistik Remaja 27

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 35 A. Jenis Penelitian: Penelitian Deskriptif ..................................................... 35 B. Subjek Penelitian ..................................................................................... 35 C. Prosedur Pengambilan Sampel ................................................................ 35 D. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 36

  1. Wawancara ........................................................................................ 37

  2. Observasi ........................................................................................... 40

  E. Metode Analisis Data .............................................................................. 41

  F. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................. 43

  1. Validitas ............................................................................................ 43

  1.1. Validitas Internal ...................................................................... 44

  1.1. Data Demografi Subjek Penelitian ........................................... 56

  2. Karakteristik Utama ....................................................... 66

  1. Penerimaan Keluarga ..................................................... 62

  A. Subjek 1 .............................................................................. 62

  1.3. Hasil Wawancara ...................................................................... 62

  C. Latar Belakang Subjek 3 .................................................... 60

  B. Latar Belakang Subjek 2 .................................................... 58

  A. Latar Belakang Subjek 1 ................................................... 56

  1.2. Latar Belakang Subjek Penelitian ............................................ 56

  1. Hasil Wawancara .............................................................................. 56

  1.2. Validitas Eksternal .................................................................... 46

  B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 56

  b. Observasi ...................................................................................... 55

  a. Wawancara ................................................................................... 54

  3. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 54

  2. Pengambilan Data ............................................................................. 51

  1. Alur Penelitian .................................................................................. 50

  BAB IV PENELITIAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........... 50 A. Penelitian ................................................................................................. 50

  3. Objektivitas ....................................................................................... 48

  2. Reliabilitas ........................................................................................ 47

  A. Gangguan Komunikasi ............................................ 66

  B. Gangguan Interaksi Sosial ....................................... 67

  C. Gangguan Perilaku .................................................. 69

  3. Perkembangan Anak ...................................................... 70

  A. Perkembangan Fisik ................................................ 70

  B. Perkembangan Emosi .............................................. 71

  C. Perkembangan kognitif ........................................... 72

  D. Perkembangan Sosial .............................................. 73

  4. Perilaku Seks Anak ........................................................ 74

  5. Pendidikan Seksualitas Oleh Orang Tua ........................ 76

  B. Subjek 2 ............................................................................... 80

  1. Penerimaan Keluarga ..................................................... 80

  2. Karakteristik Utama ....................................................... 83

  A. Gangguan Komunikasi ............................................ 83

  B. Gangguan Interaksi Sosial ....................................... 86

  C. Gangguan Perilaku .................................................. 87

  3. Perkembangan Anak ...................................................... 89

  A. Perkembangan Fisik ................................................ 89

  B. Perkembangan Emosi .............................................. 90

  C. Perkembangan kognitif ........................................... 91

  D. Perkembangan Sosial .............................................. 93

  4. Perilaku Seks Anak ........................................................ 94

  5. Pendidikan Seksualitas Oleh Orang Tua ........................ 97

  C. Subjek 3 ............................................................................. 104

  1. Penerimaan Keluarga ................................................... 104

  2. Karakteristik Utama ..................................................... 107

  A. Gangguan Komunikasi .......................................... 107

  B. Gangguan Interaksi Sosial ..................................... 108

  C. Gangguan Perilaku ................................................ 109

  3. Perkembangan Anak .................................................... 111

  A. Perkembangan Fisik .............................................. 111

  B. Perkembangan Emosi ............................................ 112

  C. Perkembangan kognitif .......................................... 113

  D. Perkembangan Sosial ............................................ 114

  4. Perilaku Seks Anak ...................................................... 114

  5. Pendidikan Seksualitas Oleh Orang Tua ..................... 115

  2. Hasil Observasi Terhadap Individu Autistik .................................... 122

  A. Hasil Observasi Terhadap Nc ..................................................... 122

  B. Hasil Observasi Terhadap Os ..................................................... 126

  C. Hasil Observasi Terhadap Dd ..................................................... 129

  C. Dinamika Hasil Analisis dan Observasi ................................................. 133

  1. Subjek 1 ............................................................................................ 133

  2. Subjek 2 ............................................................................................ 140

  3. Subjek 3 ............................................................................................ 147

  D. Pembahasan ............................................................................................ 153

  1. Perkembangan Seksualitas Individu Autistik Remaja ..................... 153

  1.1. Peerkembangan Individu Autistik Remaja .............................. 153

  1.2. Perilaku Seksualitas Individu Autistik remaja ......................... 160

  2. Pendidikan Seksualitas Oleh Orang Tua Pada Individu Autistik Remaja ............................................................................................. 162

  2.1. Pemahaman dan Cara Orang Tua Memberikan Pendidikan Seksualitas ............................................................................... 162

  2.2. Masalah Yang Dihadapi Orang Tua Dalam Memberikan Pendidikan Seksualitas ............................................................ 173

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 176 A. Kesimpulan ............................................................................................ 176 B. Saran ...................................................................................................... 178 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 180 LAMPIRAN ...................................................................................................... 182

  

DAFTAR SKEMA

  1. Skema 1: Skema Pendidikan Seksualitas Oleh Orang Tua Pada Individu Autistik remaja ............................................................................................... 34

  2. Skema 2: Skema Hasil Penelitian Subjek 1 ................................................. 232

  3. Skema 3: Skema Hasil Penelitian Subjek 2 ................................................. 233

  4. Skema 4: Skema Hasil Penelitian Subjek 3 ................................................. 234

  

DAFTAR TABEL

  1. Tabel 1: Panduan Wawancara ........................................................................ 38

  2. Tabel 2: Pedoman Observasi Kondisi Individu Autistik ................................ 41

  3. Tabel 3: Pelaksanaan Wawancara .................................................................. 54

  4. Tabel 4: Pelaksaan Observasi ......................................................................... 55

  5. Tabel 5: Data Demografi Subjek Penelitian ................................................... 56

  DAFTAR LAMPIRAN

  1. Koding hasil wawancara subjek 1 ................................................... 182

  2. Koding hasil wawancara subjek 2 ................................................... 194

  3. Koding hasil wawancara subjek 3 ................................................... 212

  4. Tabel ringkasan Analisis ................................................................. 222

  5. Tabel ringkasan hasil observasi ...................................................... 232

  6. Skema hasil penelitian subjek 1 ...................................................... 233

  7. Skema hasil penelitian subjek 2 ...................................................... 234

  8. Skema hasil penelitian subjek 3 ...................................................... 235

  9. Surat Ijin Penelitian 1....................................................................... 236

  10. Surat Ijin Penelitian 2 ...................................................................... 237

  11. Surat Keterangan Penelitian dari Fredofios ..................................... 238

  12. Surat Keterangan Penelitian dari Putra Mandiri .............................. 239

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan masalah seksualitas pada anak autis memang

  mengundang daya tarik tersendiri, karena memang belum banyak dibahas dan diteliti khususnya di Indonesia. Hal ini karena pengenalan terhadap individu autistik baru mulai pada tahun 90-an yang kemudian menjadi terkenal pada tahun 2000-an. Terlebih sebagai masyarakat Timur yang seringkali merasa sungkan membicarakan masalah seksualitas. Perasaan malu akan muncul ketika membicarakan masalah seksualitas ( Yoga, 2005:1 ; Puspita, 2003:1).

  Individu autis adalah individu yang sudah mendapat diagnosa memiliki gangguan perkembangan sebelum usia tiga tahun, dengan manifestasi gangguan komunikasi, gangguan perilaku dan gangguan interaksi sosial ( Puspita, 2003:1 ). Wenar dan Kerig ( 2000:79-80 ) mendeskripsikan gangguan autisme ini sebagai gangguan dengan tiga karakteristik utama yaitu ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan dengan, ecolalia atau bahkan mutism, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturannya dalam lingkungannya.

  Safaria ( 2005:2 ) menambahkan bahwa autisme merupakan suatu gangguan perkembangan pervasive yang secara menyeluruh mengganggu fungsi kognitif, emosi dan psikomotorik anak. Hal ini membuat individu autis mengalami gangguan dalam keterampilan sosial mereka. Perkembangan keterampilan sosial yang tidak berimbang cenderung menghambat mereka dalam berinteraksi secara positif dan efektif dengan orang lain. Gangguan autisme yang dialami tampaknya menghambat mereka dalam memahami tanda-tanda tersirat yang selalu ada dalam hubungan antar manusia.

  Gangguan dalam keterampilan sosial terkadang membuat mereka melakukan hal-hal yang dianggap melanggar norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, seperti anak autis yang tidak malu berjalan tanpa busana, membuka celana di depan orang lain dan sebagainya ( Ujianto, 2005:1 ). Fakta yang menunjukkan bahwa individu autis mengembangkan perilaku seksual yang tidak semestinya disebabkan karena ketidakmampuan mereka memahami norma dan aturan sosial, dan karena ketidakmampuan mereka berkomunikasi dengan efektif serta membentuk hubungan timbal balik. Perilaku tersebut sebenarnya menunjukkan ketidakmatangan perkembangan sosial, kognitif dan emosional mereka.

  Pada dasarnya individu autis mengalami perkembangan fisik yang kurang lebih sama dengan individu yang tidak mengalami gangguan perkembangan. Mereka juga akan masuk dalam usia remaja, dimana pada masa itu individu autis mengalami proses pubertas yang menyebabkan perubahan pada fisik mereka. Perubahan fisik mereka ditandai dengan pertumbuhan seksual sekunder yaitu pertumbuhan payudara pada wanita, pembesaran testis pada laki-laki, tumbuhnya rambut di wajah, ketiak dan di daerah kemaluan, pertumbuhan rambut diseluruh tubuh serta perubahan suara pada pria. Karakteristik seksual primer juga mengalami perubahan yang ditandai dengan menstruasi yang pertama pada anak wanita (menarche) dan ejakulasi yang pertama kali berupa mimpi basah pada anak laki-laki ( Yoga, 2005:3 ).

  Tidak hanya perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas seperti anak menjadi suka menyembunyikan sesuatu yang berhubungan dengan seks dan bertambahnya kepekaan organ-organ seksual. tapi juga perubahan- perubahan psikologis seperti adanya perasaan dan kebutuhan akan pemuasan dorongan seksual. Selain itu juga muncul kontradiksi-kontradiksi dalam diri anak seperti kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan ketergantungan ( Hutt & Gibby, dalam Rusmawati, 2002:3 ).

  Yoga ( 2005:4 ) menjelaskan bahwa individu autistik ketika mengalami pubertas memiliki minat yang bertambah terhadap orang lain.

  Dewey dan Everad ( dalam Puspita, 2003:2 ) menegaskan bahwa individu autis bisa merasa tertarik pada orang lain, tapi gaya dan ekspresi seksualitas mereka seringkali naïf, tidak matang dan tidak sesuai dengan usianya. Hal ini membuat lingkungan seringkali cenderung menentang minat mereka terhadap orang lain termasuk terhadap lawan jenis.

  Perkembangan fisik pada individu autis yang kurang lebih sama dengan individu yang tidak mengalami gangguan, membuat individu tersebut juga membutuhkan suatu pendidikan khusus mengenai seksualitas. Namun pendidikan seksualitas bagi anak autis bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan karena terkait dengan gangguan yang mereka alami. Gangguan komunikasi dimana individu autis tersebut tidak mampu berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal dengan orang lain, menyebabkan sulitnya menyampaikan suatu informasi. Kemudian gangguan interaksi sosial yang menyebabkan sulitnya menjalin hubungan atau berinteraksi secara positif dengan orang lain. Hal ini juga membuat mereka tidak mampu menerjemahkan begitu banyak pesan tersirat dan aturan sosial dalam masyarakat ( Puspita, 2003:2,3 ). Masalah-masalah yang mereka hadapi membuat mereka sulit beradaptasi dengan lingkungan sehingga seringkali menghambat individu autis untuk berbaur dengan masyarakat.

  Pemberian pendidikan pada individu autis juga terkait dengan ciri khas mereka dalam memproses informasi dan mempersepsi dunia. Setiap individu autis memiliki manifestasi gangguan-gangguan yang berbeda-beda. Hal ini menjadikan setiap individu autis sangat unik sehingga dalam memberikan pendidikan dibutuhkan cara yang berbeda untuk setiap individu tergantung pada kemampuan mencerna informasi dan respon mereka terhadap proses pengajaran ( Puspita, 2005:3 ).

  Menurut Adams ( dalam Puspita, 2003:3 ) pendidikan seksualitas bagi individu autis pada dasarnya memiliki tujuan untuk memahami ciri seksualitas diri sendiri, menjadi mandiri dan bertanggung jawab, serta memahami norma masyarakat mengenai perilaku seks yang pantas di lingkungannya. Puspita ( 2003:6 ) menambahkan pendidikan dan informasi mengenai seksual memperhatikan masalah yang membuat individu tersebut cemas terutama yang berkaitan dengan perubahan fisik dan emosi, serta membantu mereka dalam menghindari dan menyelesaikan masalah ‘pelecehan seksual’.

  Lingkungan keluarga merupakan tempat yang tepat untuk memberikan pendidikan seksualitas sejak dini pada anak. Orang tua adalah pihak yang bertanggung jawab atas proses pengajaran seksualitas pada anak. Rumah adalah daerah ‘pribadi’ dimana anak diharapkan mengekspresikan kebutuhan seksualitasnya. Orang tua berkesempatan memperkenalkan nama anggota tubuh melalui kegiatan sehari-hari, orang tua bisa membentuk kebiasaan yang secara rutin dilakukan anak sehingga anak paham konsep-konsep ‘publik’

  

versus ‘pribadi’. Orang tua dan saudara kandung juga bisa menjadi model bagi

perilaku anak ( Puspita, 2003:5 ).

  Ketertarikan peneliti untuk melihat pendidikan seksualitas yang diberikan oleh orang tua terhadap anak mereka yang mengalami autisme dikarenakan banyak orang tua yang cenderung kurang memahami bahwa pendidikan seksualitas bagi anak autis yang memerlukan penanganan khusus juga penting. Puspita ( 2003:6 ) menjelaskan ada kecenderungan dari orang tua untuk menunda memberikan pendidikan seksualitas hingga anak tersebut menghadapi masalah. Padahal peran orang tua sangat menentukan dalam mempersiapkan anak-anak autis ini menghadapi masa remaja dan dewasa mereka yang penuh dengan problematika seksualitas. Tanpa persiapan dalam diri individu autis tersebut, maka akan muncul kecemasan dalam menghadapi perubahan fisik dalam dirinya. Selain itu berdasarkan keterangan dari beberapa orang tua yang memiliki anak dengan gangguan autisme, ternyata banyak perilaku dari anak mereka yang kurang sesuai dengan norma dalam masyarakat.

  Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pendidikan seksualitas bagi anak autis merupakan bagian penting dalam pendidikan untuk masa depan mereka. Orang tua yang banyak menghabiskan waktu bersama anak memiliki kesempatan besar untuk mengajarkan anak tentang pendidikan seksualitas. Mereka dapat membantu anak agar mampu mengembangkan tingkah laku seksual yang sehat sehingga mereka dapat diterima dalam lingkungan masyarakat. Hal ini akan bermanfaat bagi mereka ketika mereka menginjak dewasa ( Rusmawati, 2002:6-7 ).

  Hal lain yang juga membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini adalah belum adanya penelitian yang membahas tentang pendidikan seksualitas bagi individu autistik remaja. Hingga saat ini, berdasarkan survey yang dilakukan peneliti, penelitian tentang individu autistik yang ada lebih banyak tentang deteksi dini ( Haryanti, 2006 ), peranan orang tua dalam penanganan anak penyandang autisme ( Haniman, 2001 ) dan berbagai terapi untuk mengurangi gejela-gejala autisme ( Nugraheni, 2006; Kuwanto dan Natalia, 2001 ).

  Pendidikan seksualitas yang diberikan pada individu autis mencakup beberapa hal yaitu, batasan tentang public vs private, dasar-dasar keterampilan sosial dan membantu mereka mengatasi masalah pelecehan seksual. Selain itu pihak orang tua sebaiknya memperhatikan masalah yang berkaitan dengan perubahan aspek fisik dan emosi yang terjadi pada mereka sehingga mampu memberi pengertian kepada mereka tentang hal tersebut.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

  1. Bagaimana perkembangan seksualitas pada individu autistik remaja ?

  2. Bagaimana pemahaman orang tua tentang pendidikan seksualitas dan metode yang digunakan untuk memberikan pendidikan seksualitas pada individu autistik remaja ?

  3. Masalah-masalah apa yang dihadapi oleh orang tua dalam mengarahkan anak autisnya terutama yang berhubungan dengan seksualitas ?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui perkembangan seksualitas pada individu autistik remaja.

  2. Mengetahui pemahaman orang tua tentang pendidikan seksualitas dan metode yang digunakan untuk memberikan pendidikan seksualitas pada individu autistik remaja.

  3. Mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh orang tua dalam mengarahkan anak autisnya terutama yang berhubungan dengan seksualitas.

  D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat secara teoritis adalah memberikan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Psikologi Klinis mengenai pendidikan seksualitas yang diberikan orang tua pada anak autisnya dengan berbagai permasalahan yang menyertai.

  Sedangkan manfaat praktis penelitian ini adalah menambah referensi bagi orang tua dalam mendampingi anak mereka yang autis sehingga mereka lebih mampu memberikan pendidikan yang lebih baik bagi anak mereka. Selain itu juga menambah pengetahuan bagi orang tua dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan seksualitas bagi anak autis sehingga masyarakat tidak mengambil keuntungan dari kekurangan anak autis.

BAB II LANDASAN TEORI A. Autisme 1. Pengertian Autisme Autisme berasal dari kata Yunani yang terdiri dari kata “autos” yang

  berarti tiada-kepunyaan, tidak boleh berinteraksi sosial. Autisme adalah perkataan yang digunakan untuk menerangkan suatu jenis penyakit ( Setia, 2001:8 ).

  Istilah autisme pertama kali diperkenalkan oleh Kanner pada tahun 1943. Kanner menjelaskan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain, gangguan komunikasi seperti mutism,

  echolalia dan gangguan perilaku yang ditunjukkan dengan gerakan yang repetitive dan stereotipik, rute ingatan yang kuat, keinginan untuk selalu

  mempertahankan keteraturan dalam lingkungan ( Safaria, 2005:1 ).

  Dalam kamus psikologi ( Chaplin, 2005:46 ) autisme dijelaskan sebagai cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri. Selain itu autisme juga dijelaskan sebagai keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri. Individu dengan autisme menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapannya sendiri serta menolak realitas.

  Chaplin ( 2005:46 ) juga menjelaskan istilah autistic child atau anak autistic, namun masih dalam pengertian yang sama. Autistic child atau anak autistik yaitu anak dengan kecenderungan diam dan suka menyendiri yang ekstrim. Individu ini bisa duduk dan bermain-main dengan jari-jarinya sendiri atau dengan serpihan-serpihan kertas. Mereka itu seakan tenggelam dalam satu dunia fantasi batiniah sendiri.

  Dalam PPDGJ ( 1993: 328 ), autisme digolongkan dalam gangguan perkembangan pervasive. Kelompok gangguan ini ditandai oleh abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial dan pola komunikasi, dan kecenderungan minat dan gerakan yang terbatas, stereotipik dan berulang.

  Autisme sendiri adalah gangguan perkembangan pervasive yang ditandai adanya kelainan dan atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun dan dengan ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi dan perilaku yang terbatas dan berulang. Biasanya gejala autisme mulai tampak pada usia 18 bulan tapi baru bisa terdeteksi pada usia 36 bulan.

  Autisme merupakan “ketidakmampuan” dalam perkembangan yang kompleks dengan gejala-gejala yang biasanya nampak pada tiga tahun pertama masa kanak-kanak dan berlanjut seumur hidup. Autisme termasuk dalam gangguan perkembangan yang diistilahkan dengan Autism Spectrum

  

Disorders (ASDs) atau Pervasive Developmental Disorders (PDDs)

  ( www.healthline.com ). Autism Society of America menjelaskan bahwa individu autis tidak bisa keluar dari autismenya, namun gejala-gejalanya dapat dikurangi dengan memberikan treatment dan pendidikan ( www. Autism-Society.org ).

  Safaria ( 2005:2 ) menerangkan bahwa autisme digolongkan ke dalam gangguan perkembangan pervasive dan bukan gangguan perkembangan spesifik karena dua alasan, yaitu :

  1. Pada gangguan perkembangan spesifik hanya satu fungsi spesifik saja yang terkena, sedangkan pada gangguan perkembangan pervasive beberapa fungsi psikologis dasarnya terganggu.

  2. Dalam gangguan perkembangan spesifik seorang anak seperti mengalami gangguan yaitu keterlambatan perkembangan sedangkan gangguan perkembangan pervasive anak menunjukkan gangguan kualitatif yang berat dan tidak normal pada setiap tahap perkembangan.

2. Gejala Autisme

  Yuspendi ( 2001:42 ) dan Puspita ( 2005:1 ) menyatakan bahwa gejala-gejala autisme mulai timbul sebelum anak mencapai usia tiga tahun.

  Hal ini juga ditegaskan oleh Safaria ( 2005:7 ) yang mengungkapkan bahwa sebelum tiga puluh bulan timbulnya autisme sudah dapat diketahui.

  Walaupun demikian sering sulit dipastikan usia kemunculan gangguan ini untuk pertama kalinya bila dilihat mundur ke masa lalu anak (retrospektif).

  Beberapa sumber mengungkapkan kesamaan dalam menjelaskan gejala-gejala autisme. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan gejala-gejala autisme yang berupa gangguan sebagai berikut:

a. Gangguan komunikasi

  Yuspendi ( 2001:45 ) menerangkan bahwa anak yang mengalami gangguan autisme menunjukkan kelainan pada kemampuan komunikasinya baik komunikasi secara verbal maupun nonverbal. Bahkan terkadang anak tidak mampu berbahasa sama sekali atau tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Kondisi ini dikenal dengan istilah mutism ( Wenar&Kerig, 2000:80 ). Gangguan komunikasi yang terjadi ini menyebabkan anak autis mengalami kesulitan untuk mengekspresikan dirinya ( Puspita, 2005:1 ).

  Puspita ( 2005:1 ) dan Safaria ( 2005:5-6 ) juga menambahkan bentuk gangguan komunikasi lain pada anak autis yang mengalami perkembangan bahasa yaitu seperti sering membeo ucapan orang lain atau bunyi-bunyian (echolalia), mengucapkan kata-kata yang tidak memiliki arti, menggunakan struktur bahasa yang tidak teratur dan pemutarbalikan kata ganti orang, misalnya mengucapkan “kamu” padahal yang dimaksud adalah “saya”. Hal ini menyebabkan kesulitan untuk bertanya jawab yang sesuai dengan pembicaraan.