Studi deskriptif gambaran pengalaman aborsi pada remaja dalam kasus kehamilan pranikah - USD Repository

  

STUDI DESKRIPTIF:

GAMBARAN PENGALAMAN ABORSI PADA REMAJA

DALAM KASUS KEHAMILAN PRANIKAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  

Program Studi Psikologi

Oleh

Antonia Wahyuningsih

  

NIM : 029114059

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2007 Mei 2007

  

Motto

“Buat hidup lebih hidup sehingga aku dapat hidup

Dan

  

Mampu menghidupi sesamaku”

Lord....

  

Give me serenity to accept the things that i can not change....

  

Give me courage to change the things that i can change.....

  

And

Wisdom to know the difference.. amen

“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara, bisa jadi

dirasakan dalam semenit, sejam, sehari, setahun.

  

Namun menyerah dalam perjuangan,

rasa sakit itu akan terasa selamanya.”

(Lance Armstrong,, mantan atlit balap sepeda AS)

  

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan

bagi orang-orang yang hadir dalam hidupku,

yang dengan tulus mencintaiku

dan tetap membuat adaku menjadi berarti.

  

Terima kasih, kalian telah mengisi hidupku

dengan cara kalian masing-masing...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 5 mei 2007 Penulis

  Antonia Wahyuningsih

  ABSTRAK

  Gambaran Pengalaman Aborsi Pada Remaja dalam Kasus Kehamilan Pranikah Antonia Wahyuningsih

  Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengalaman abosi pada remaja dalam kasus kehamilan pranikah. Aborsi yang dimaksud adalah abortus

  

provokatus kriminalis atau tindakan pengeluaran kehamilan secara sengaja karena

  alasan-alasan lain selain alasan indikasi medis. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam untuk mengungkap latar belakang remaja melakukan aborsi, dampak dari aborsi dan upaya mengatasi Post Abortion Syndrome. Peneliti juga melakukan observasi terhadap perilaku nonverbal sebagai data pelengkap. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari tiga remaja yang berada dalam rentang usia antara 18-21 tahun dan pernah melakukan aborsi dalam kasus kehamilan pranikah.

  Berdasarkan data yang dianalisis, dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja yang melakukan aborsi adalah remaja yang cenderung terlibat aktivitas seksual yang tinggi dengan pasangannya. Alasan pengambilan keputusan aborsi pada remaja adalah karena ketidaksiapan dalam menjalani kehidupan selanjutnya baik dari secara ekonomi maupun secara sosial. Konsekuensi nyata dari tindak aborsi tersebut diantaranya, secara fisik mengandung resiko kesehatan dan secara psikis menyebabkan remaja mengalami Post Abortion Syndrome (PAS) atau Post

  

Traumatic Stress Syndrome . Upaya yang dilakukan untuk mengatasi PAS,

  diantaranya, remaja cenderung rajin berdoa minta ampun pada Tuhan, mendoakan janin yang telah diaborsi dan menyibukkan diri atau mulai menfokuskan diri pada masa depan.

  

ABSTRACT

The Depiction of Adolescent’s Experience of Abortion

in the Case of Premarital Pregnancy

  Antonia Wahyuningsih Faculty of Psychology

  Sanata Dharma University Yogyakarta

  This research aimed at depicting the adolescent’s experience of abortion in the case of premarital pregnancy. The abortion that was meant in this research was the criminality abortus provocatus or the intentional harsh act of stopping pregnancy due to some reasons other than the medical indication ones. This study was a qualitative research and qualitative descriptive was employed as the research method. The data gathering method was depth-interview which purpose was to reveal the motives of abortion by the adolescent, the impacts of abortion and the attempts to overcome the Post Abortion Syndrome. The researcher also carried out an observation on the nonverbal behavior as the complementary data.

  Based on the analyzed data, the author could draw a conclusion that the adolescent who committed abortion was the one who tended to involve most frequently in sexual activities with his/her couple. The reason of abortion decision making among adolescents was their being unready to go well through their further life both economically and socially. The real consequence of the abortion was, physically, bearing the risk of unhealthiness, and psychologically causing the adolescent to experience Post Abortion Syndrome (the PAS) or Post Traumatic Stress Syndrome. In order to overcome the PAS, the adolescent tended to try some efforts, e.g. praying obediently for God’s forgiving upon him/her and for the aborted embryo, making himself/herself busy with some meaningful activities, or starting to focus on his/her future.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan karya tulis ini untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi.

  Terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah mendukung penulis selama ini dengan kritik ataupun saran, semangat, kehadiran, perhatian, gurauan, bantuan baik mental, spritual dan materi. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

  1. Tuhan Yesus pemberi segalanya dan Bunda Maria yang selalu mendampingi.

  2. Ibu dan bapak yang telah menjadikanku tetap mampu berdiri dan merasakan kasih sayang. Terimakasih atas doa dan keringat yang terus mengalir untukku.

  Bu...selamanya, asih ada untuk ibu. Aku sayang bapak dan ibu....

  3. Buat Romo Woto, terima kasih atas spirit dan perhatiannya baik secara moril ataupun materiil dalam mendampingi kehidupanku hingga aku mampu sampai pada tujuanku. Romo Bas dan Romo Ratno, terimakasih atas perhatian dan bantuannya.

  4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  5. Ibu Sylvia Carolina, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi, terima kasih telah membimbingku hingga sampai kelulusan.

  6. Ibu Agnes Indar E., S.Psi., Psi., M.Si. selaku dosen penguji dan Bapak Wijoyo Adi Nugroho selaku dosen penguji dan pembimbing akademik.

  7. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi. yang pernah mendampingi dalam studi.

  8. Seluruh dosen Psikologi, staf Fakultas Psikologi (Mbak Nani, Mas Gandung, Mas Muji dan Pak Gie) dan civitas akademika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terima kasih telah membantu kelancaran studi penulis.

  9. Seluruh staf dan karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terima kasih atas bantuan dalam peminjaman buku-bukunya.

  10. Mamak, Bapak, Mbah, Pakde, Bude, Bulek, Paklek, Mbak-Mbak, Mas-Mas, Mas Medi, Ika, Emi, Eni, Mbak Asih, Mbak Lina, Dek Novi dan keluarga

  lainnya. Makasih ya....telah melengkapi hidupku dengan berbagai kasih dan doa hingga jadi asih.

  11. Bulek Marta, Om WT (Om Muji) dan keluarga. Terimaksih ya....atas doa dan dukungannya.

  12. Mas Nano: si Ndut yang ngaku ganteng, “My Candy”. Terima kasih buat semua kasih, waktu, dan perhatian yang ada sehingga aku tidak sendiri. Tetap semangat ya....”Satu Tiket” menanti untuk diraih sehingga kau bisa mewujudkan citamu. Semoga segala sesuatunya indah pada waktunya.

  13. Keluarga besar Mama dan Papa, terimakasih atas kasih, doa, dan dukungannya selama ini.

  14. Sahabat-sahabatku yang imutz: Tika, Heny, Eka, Wi2en, Pita, Prima, Aning, Ri2s, Mas Di2k Terima kasih atas persahabatan dan persaudaraan selama ini, berkat kalian aku menemukan saudara baru. Don’t give up ya...I Love U All.... dan temen-temen mumet: Ria, mbak Diah, Sari, Dewi, Meme, Jean, Marto, Uni, Evi, Kuncup, Sigit, Perik, Beny, Oskar : aku kangen sama kalian.

  15. Fr. Dadang, terima kasih atas kasih dalam untaian doamu dan persahabatan yang membuatku tidak sendiri. Semoga terang jalanmu memenuhi Panggilan- Nya. Om Giono, makasih ya...dah jadi om yang baik, semoga juga jadi bruder yang baik. Hendar, makasih juga ya...atas dukungan dan pengalamannya

  16. Fr. Dwi, terima kasih telah membantuku membuka pengalaman mengarang.

  Bruder Trie, Makasih juga ya...kapan makan baksonya? 17. Tio, Encis, Yudi, Indro, Mas Becak, Mas Kuntul, Mas Osak, Mas Rusman,

  Wiwib, Mbak Oki, Mbak Eni, Mbak Ika, Bambang: makasih ya....atas kebersamaan selama ini dan dukungannya.

  18. Buat temen-temen kost (Shinta, Sinta, Amel, Wenny, Patmi), terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya, aku pasti akan merindukan saat-saat jadul bersama kalian. Buat Dodon dan Dek Beni, terimakasih atas bantuan Transletnya.

  19. Buat saudara-saudara di pegunungan Menoreh, terima kasih atas perhatian dan dukungan selama tinggal di Yogyakarta.

  20. Bulek Wiwin, Valya, Ocha, Lala dan Om, Mbak Tiwi, terima kasih atas doa dan dukungannya.

  21. Mbak Elen, mbak Tiwuk , Mbak Putri: aku senang bisa mengenal dan mendapat kakak yang baik seperti kalian, dan keluarga Tantra, semoga semakin tetap eksis menciptakan mahakarya seni hidup.

  22. NN, SS, CC, dan MM, terimakasih atas kerelaannya berbagi kisah hidup yang telah tertuang dalam pikiran, hati dan kertasku.

  23. Komunitas tari Genta Rakyat, terimaksih pernah memberiku kesempatan untuk menarikan tarianku.

  24. Teman-teman Fakultas Psikologi Angkatan 2000-2004: Roni, Ajeng, Desta, Hera, Astria, Ina, Tita, Iput, Weda, Lia, Nopek, Dani, Ana, Dias, Diana, ratih dan lain-lain yang belum tersebutkan, terimakasih atas dukungan dan kebersamaannya 25.

   Mbak Santi, Mas Tomi, dan Bapak-Bapak di PPM, terimakasih atas

  pengalaman berkaryanya, ilmu, kasih, perhatian, dan bimbingannya. I learned how to work and care to others.

  26. Tini “Hp 3744”, My com-com : makasih ya...berkat adamu, aku bisa menulis sepuasku. Galon “Motor” berkat adamu, aku bisa sampai kemana-mana & bertemu dengannya.

  27. Buat warga Paingan, terima kasih atas perhatiannya telah diterima dengan baik sebagai warga kost.

  28. Buat adik-adik: Diky, Tresa, Dek Nova, Dek Dina, Boby, Bagas dan yang lainnya, makasih atas keceriaannya.

  Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga dengan selesainya skripsi ini, dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

  Yogyakarta, 5 mei 2007 Penulis

  Antonia Wahyuningsih

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi ABSTRAK .................................................................................................... vii

  

ABSTRACT .................................................................................................... viii

  KATA PENGANTAR .................................................................................. ix DAFTAR ISI................................................................................................. xii DAFTAR TABEL......................................................................................... xv DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................

  1 A. LATAR BELAKANG.................................................................

  1 B. RUMUSAN MASALAH ............................................................

  6 C. TUJUAN PENELITIAN .............................................................

  7 D. MANFAAT PENELITIAN.........................................................

  7 BAB II. DASAR TEORI ..............................................................................

  9 A. REMAJA..................................................................................... 9 1.

  Pengertian Remaja ................................................................ 9 2. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja........................ 10

  3. Moralitas Remaja ................................................................. . 15 4.

  Seksualitas Remaja ............................................................... 16 B. KEHAMILAN PRANIKAH PADA REMAJA.......................... 18 1.

  Pengertian Kehamilan ........................................................... 18 2. Kehamilan Pranikah Pada Remaja........................................ 19 C. ABORSI ...................................................................................... 20 1.

  Pengertian Aborsi.................................................................. 20 2. Macam-macam Aborsi.......................................................... 21 3. Faktor-faktor yang Mendorong Aborsi ................................. 24 4. Pengambilan Keputusan Aborsi............................................ 25 5. Dampak Aborsi ..................................................................... 26 6. Upaya-upaya Mengatasi Post Abortion Syndrome ............... 27 D. GAMBARAN REMAJA YANG MELAKUKAN ABORSI DALAM KASUS KEHAMILAN PRANIKAH .........................

  28 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................

  31 A. JENIS PENELITIAN.................................................................. 31 B. SUBJEK PENELITIAN.............................................................. 32 C. METODE PENGUMPULAN DATA......................................... 32 1.

  Wawancara............................................................................ 33 2. Observasi............................................................................... 36 D. ANALISIS DATA ...................................................................... 37 E. KEABSAHAN DATA................................................................ 39

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................

  42 A. PELAKSANAAN PENELITIAN............................................... 42 B. HASIL PENELITIAN................................................................. 44 1.

  Deskripsi Subjek Penelitian .................................................. 44 2. Penyajian Data ...................................................................... 44 C. PEMBAHASAN ......................................................................... 111

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 119 A. KESIMPULAN .......................................................................... 119 B. SARAN ....................................................................................... 120 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 122

  

DAFTAR TABEL

TABEL I. Pedoman Umum Wawancara.......................................................

  33 TABEL II. Ringkasan Gambaran Pengalaman Aborsi Pada Remaja dalam Kasus Kehamilan Pranikah ...............................................................

  99

  DAFTAR BAGAN Bagan 1 : Bagan Hasil Penelitian Subjek I (SS) .....................................

  63 Bagan 2 : Bagan Hasil Penelitian Subjek II (CC) ...................................

  82 Bagan 3 : Bagan Hasil Penelitian Subjek III (MM)................................

  98

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap masyarakat, cepat atau lambat akan mengalami perubahan

  sosial. Salah satu perubahan ini adalah perilaku seksual yang menyimpang di kalangan remaja. Penyimpangan perilaku seksual yang dimaksud dalam konteks ini adalah hubungan seks bebas yang dilakukan oleh pasangan yang belum menikah (pranikah) (Hidayana, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Boyke, seorang ginekolog dan konsultan seks, di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu, dan Banjarmasin diperkirakan ada 30 % murid SLTA dan mahasiswa berumur antara 17-21 tahun pernah melakukan hubungan seks pranikah (Kusmaryanto, 2002).

  Salah satu dampak nyata dari hubungan seks bebas pranikah adalah kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted

  pregnancy) dan kemudian diikuti pertimbangan usaha aborsi (Kristinawati,

  2002). Menurut Vinita (dalam Hidayana, 2004) bahwa suatu kehamilan yang tidak diinginkan karena tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dapat mengakibatkan terjadinya aborsi sebagai salah satu pemecahan masalahnya. Aborsi merupakan tindakan penghentian dan pengeluaran hasil kehamilan dari rahim, sebelum janin bisa hidup di luar kandungan (viability), artinya dari trimester pertama kehamilan (pada usia janin 7-12 minggu) sampai awal trimester ke tiga yaitu pada usia janin kira- kira 24 minggu (Bertens, 2002).

  Data WHO di seluruh dunia memperkirakan bahwa setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman (abortus provocatus criminalis) dan 70.000 wanita meninggal akibat aborsi tidak aman. Abortus provocatus

  criminalis adalah penghentian kehamilan secara sengaja sebelum janin mampu

  hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain alasan indikasi medis (Therapeutik). Secara medis maupun secara hukum Abortus provocatus

  

criminalis ini dilarang karena dari segi cara dan dampaknya, tindakan ini

  menyebabkan kematian yang disengaja dan termasuk tindak pembunuhan (Kusmaryanto, 2002).

  Masalah aborsi ini sangat memprihatinkan karena adanya kecenderungan peningkatan aborsi dari tahun ke tahun. Misalnya data dari sebuah klinik di Jakarta menunjukkan pelaku aborsi di atas usia 20 tahun (48%), 16-19 tahun (46,9%), dan usia 12-15 tahun (5,5%). Berdasarkan data tersebut, dapat kita ketahui bahwa kecenderungan aborsi lebih tinggi dilakukan oleh perempuan berusia di bawah 20 tahun dibandingkan dengan yang berusia di atas 20 tahun (Hidayana, 2004). Hal ini juga menunjukkan bahwa tindak aborsi lebih banyak dilakukan oleh remaja. Setiap tahunnya diperkirakan sekitar dua juta bayi diaborsi dan 750.000 di antaranya dilakukan oleh remaja putri yang belum menikah (Media Indonesia, Februari 2000). Departemen Kesehatan juga mencatat bahwa di kalangan remaja kita setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi, atau 30% dari keseluruhan kasus aborsi (sekitar 2 juta kasus) (BKKBN, 2005). Berdasarkan kasus di atas menunjukkan bahwa tindak aborsi telah menjadi salah satu pilihan bagi seorang perempuan khususnya remaja untuk mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan. Pilihan melakukan aborsi adalah suatu keputusan serius yang dapat memiliki dampak penting terhadap masa depan seseorang khususnya remaja (Alison &Catherine, 1991).

  Menurut Harjaningrum (2005), ada beberapa faktor yang mendorong seorang remaja melakukan aborsi yaitu faktor ekonomi dan sosial.

  Berdasarkan faktor ekonomi, aborsi dilakukan karena alasan ekonomi seperti kondisi ekonomi remaja yang belum mapan sehingga masih tergantung pada orang tua, dan alasan belum bekerja kerap menjadi faktor pendorong. Menurut faktor sosial, alasan remaja melakukan aborsi diantaranya karena adanya khawatir akan dampak sosial seperti putus sekolah/kuliah, malu pada lingkungan sekitar, takut mendapat ejekan dari masyarakat, sang pacar yang tidak mau bertanggung jawab, bingung siapa yang akan mengasuh bayi, atau karena takut terganggu karir masa depannya.

  Tindakan aborsi sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu aborsi yang dilakukan sendiri dan aborsi yang dilakukan oleh orang lain.

  Tindakan aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara meminum obat- obatan yang dapat membahayakan janin seperti jamu yang dapat menggugurkan janin atau minum pil aborsi (mifepristone) (Bertens, 2002). Adapun cara lainnya yaitu dengan sengaja melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan janin seperti melakukan olah raga lari atau lompat- lompat. Tindakan aborsi yang dilakukan oleh orang lain misalnya dengan bantuan dokter, bidan, atau dukun beranak.

  Salah satu contoh kasus, Mary Tan menjalani aborsi 13 tahun yang

lalu tetapi sampai sekarang ia masih mengenang anaknya yang

berkemungkinan lahir tanpa tempurung kepala. Pada saat-saat tertentu Ny.

Tan membicarakan hal itu dengan airmata mengalir. "Saya kira tidak ada

perempuan yang bisa sembuh dari trauma aborsi. Saya tidak bisa lupa pada

saat-saat ketika obat disuntikkan ke perut saya dan bagaimana bayi itu

berusaha melawan untuk tetap hidup," kata Ny. Tan dengan terisak-isak. Dia

menggugurkan kandungannya ketika hamil empat bulan. Ny. Tan yang kini

memiliki empat anak, menyimpan rapat emosinya hingga mengakibatkan

lahirnya tekanan di bawah sadar berupa keinginan bunuh diri pada momen- momen tertentu (Suara Pembaharuan, 2003).

  Berdasarkan kasus di atas, diketahui bahwa peristiwa aborsi dapat menyebabkan tekanan psikologis pada pelakunya. Seseorang perempuan yang secara diam-diam melakukan aborsi, setelah proses aborsi biasanya akan mengalami Post Abortion Syndrome (PAS) (Harjaningrum, 2005). Gejala yang sering muncul adalah depresi, kehilangan kepercayaan diri, merusak diri sendiri, mengalami gangguan fungsi seksual, bermasalah dalam berhubungan dengan kawan, perubahan kepribadian yang mencolok, serangan kecemasan, perasaan bersalah dan penyesalan yang teramat dalam. Mereka juga sering menangis berkepanjangan, sulit tidur, sering bermimpi buruk, sulit konsentrasi, selalu teringat masa lalu, kehilangan ketertarikan untuk beraktivitas, dan sulit merasa dekat dengan anak-anak yang lahir kemudian (Harjaningrum, 2005). Secara medis aborsi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti infeksi pada rahim, perdarahan hebat, embolisme (tersumbatnya pembuluh darah oleh bekuan darah), rahim yang terkoyak atau berlubang, komplikasi anastesi, kejang, dan luka leher rahim. Apabila kondisinya parah, rahim terpaksa diangkat, bahkan tak jarang nyawa pun

  Contoh kasus tindak aborsi lainnya, seperti yang dilakukan oleh Ika

gadis berusia 20 tahun, bukan nama sebenarnya, seorang mahasiswi sebuah

perguruan tinggi swasta di Jakarta. Saat itu janin Ika sudah berusia lebih 12

minggu. Semula keluarga Ika berusaha mencari sang pacar, tetapi jejaknya

pun tidak ada. Lelaki itu raib bagaikan ditelan bumi. Kemudian keluarga Ika

memutuskan bahwa Ika harus aborsi. ”Saya tidak berani menentang kehendak

keluarga, takut kalo jantung Babe kumat lagi,” kata Ika. Ika pun dibawa dari

satu klinik ke klinik lain, dari satu dokter ke dokter lain tetapi tetapi semua

menolak melakukan aborsi karena usia janin sudah lebih tiga bulan. Bahkan,

“Setelah perut saya diraba-raba dokter menasihati agar kandungan

dipelihara saja, sayang kalo diaborsi,” ujar Ika mengenang pengalamannya.

Namun, saran dokter tidak digubris oleh ibunya. “Kalo tak ada dokter yang

berani biar ku bawa ke dukun tulang, yang penting janin itu harus keluar dari

rahim kamu,”ujar Ika menirukan hardikan ibunya. Ika pun dibawa ke

kawasan Tangerang , Banten. Ika seakan tidak percaya ketika ia membaca

papan nama dengan tulisan “Dukun Tulang” di depan pondok yang mereka

datangi itu. Di sana sudah menunggu sepasang suami istri setengah baya. Ika

disuruh berbaring dan diberi minuman, “ Beberapa menit kemudian mataku

terasa berat sekali, ingin tidur saja,” kata Ika mengenang peristiwa yang

tidak akan pernah dilupakannya itu. Tiba-tiba ia merasakan perutnya seperti

dipelintir dengan keras sehingga menimbulkan bunyi gemeretak dari dalam

perutnya. Ika mengaku tidak merasakan sakit. Namun, dia merasa seakan-

akan tubuhnya putus menjadi dua bagian. Malam hari Ika mengalami

pendarahan hebat. Seluruh lantai kamar mandi penuh darah. Ika dilarikan ke

rumah sakit. “Untung segera dibawa, kalo beberapa menit saja terlambat

anak ini sudah tewas karena kehabisan darah, “ kata dokter di rumah sakit

itu. Setelah melalui perawatan yang intersif selama 30 hari secara medis Ika

dinyatakan sembuh. Namun, dokter dirumah sakit meminta kepada keluarga

agar Ika berkonsultasi dengan psikolog karena Ika juga mengalami persoalan

psikologis karena aborsi yang dialami Ika membuat jiwanya rapuh. Agar

tidak berkembang menjadi trauma yang permanen maka Ika harus ditangani

psikolog (InfoKESPRO, 2001)

  Bersadarkan kasus di atas, dampak aborsi baik secara fisik maupun psikis (post abortion syndrome) merupakan konsekwensi dari sebuah pilihan.

  Konsekwensi tersebut dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dan persoalan psikologis yang berkepanjangan pada diri remaja. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi dampak aborsi tersebut diantaranya, melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan pasca aborsi ke dokter, meminta bantuan konselor untuk mengatasi masalah dan perasaan negatif akibat aborsi, terbuka pada orang terdekat atau keluarga atas apa yang telah dialaminya, berdoa minta ampun pada Tuhan dan rajin mendoakan janin yang telah diaborsi, mencegah terjadinya kontak seksual dengan pasangan dan berusaha menyibukkan diri dengan aktivitas baru. Masalah-masalah akibat aborsi yang tidak segera diatasi maka dapat mengganggu perkembangan remaja baik secara fisik maupun psikis (Alison &Catherine, 1991).

  Dalam kasus aborsi remaja tidak hanya sebagai pelaku semata tetapi juga sebagai korban, namun hingga saat ini masih ada remaja yang tetap melakukan aborsi untuk mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan. Padahal tindak aborsi memiliki dampak negatif baik secara fisik maupun psikis.

  Adanya kenyataan tersebut, peneliti tertarik untuk memahami secara lebih mendalam tentang gambaran pengalaman aborsi yang masih dilakukan hingga saat ini khususnya pada remaja dalam kasus kehamilan pranikah. Pemahaman atas masalah ini dipandang perlu untuk dilakukan sebelum lebih banyak korban akibat tindak aborsi.

B. RUMUSAN MASALAH

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengalaman remaja yang melakukan aborsi dalam kasus kehamilan pranikah? Untuk memperoleh pembahasan yang lebih mendetail dari penelitian ini, maka peneliti membaginya dalam beberapa rincian pertanyaan, yaitu :

  1. Apakah yang menjadi dasar atau latar belakang seorang remaja memutuskan untuk melakukan aborsi?

  2. Apakah dampak dari keputusan melakukan tindak aborsi baik secara fisik maupun psikis pada remaja yang melakukan aborsi?

  3. Upaya apakah yang dilakukan oleh remaja yang melakukan aborsi untuk mengatasi Post Abortion Syndrome (PAS)?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan memahami secara lebih mendalam tentang pengalaman aborsi pada remaja dalam kasus kehamilan pranikah yang terkait dengan latar belakang melakukan aborsi, dampak aborsi baik secara fisik maupun psikis, dan upaya mengatasi Post

  Abortion Syndrome (PAS).

  D. MANFAAT PENELITIAN 1.

  Manfaat Teoritis Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan informasi bagi penelitian-penelitian dalam bidang Psikologi Sosial terutama dengan topik penelitian tentang aborsi.

2. Manfaat Praktis a.

  Bagi perkembangan psikologi konseling, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan atau sumber informasi bagi konselor dalam mendampingi para remaja yang melakukan aborsi. b.

  Bagi remaja yang melakukan aborsi pada kasus kehamilan pranikah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam memahami dirinya.

  c.

  Bagi keluarga, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam memahami dan memberi dukungan kepada remaja yang melakukan aborsi pada kasus kehamilan pranikah dalam menentukan pilihan hidupnya.

  d.

  Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat untuk memahami keadaan remaja yang melakukan aborsi pada kasus kehamilan pranikah sehingga masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan pengawasan terhadap remaja guna mencegah terjadinya hubungan seks pranikah yang dapat berakhir pada tindakan aborsi.

BAB II DASAR TEORI A. REMAJA 1. Pengertian Remaja Istilah remaja atau adolescence, berasal dari kata Latin

  “adolescere” , yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan di

  sini mempunyai arti yang lebih luas yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1996).

  Menurut Santrock (2003), masa remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan bilogis, kognitif, dan sosial-emosional. Beberapa ahli perkembangan menggambarkan remaja sebagai masa remaja awal dan akhir. Masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Masa remaja akhir (late adolescence) menunjuk kira-kira setelah usia 15 tahun. Masa remaja akhir lebih memiliki minat pada karir, pacaran, dan eksplorasi identitas yang seringkali lebih nyata dalam masa remaja akhir ketimbang dalam masa remaja awal (Santrock, 2003).

  Monks (1989) mengemukakan bahwa masa remaja secara global berlangsung antara umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagian sebagai berikut: 12-15 tahun termasuk sebagai remaja awal, 15-18 tahun termasuk sebagai remaja pertengahan, dan 18-21 tahun sebagai remaja akhir.

  Menurut Kartini-Kartono (1982), batasan usia remaja adalah 12 – 21 tahun. Masa remaja dibagi menjadi tiga periode, yaitu pra-pubertas dengan batasan usia 12-14 tahun, masa pubertas awal dengan batasan usia 14-17 tahun, dan pubertas akhir atau adolesensi dengan batasan usia 17-21 tahun.

  Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dengan segala perubahan-perubahan yang dialami meliputi perubahan fisik, sosial, dan mental termasuk perubahan minat dan tujuan hidup dengan batasan usia 12-21 tahun. Penulis membatasi subjek penelitian pada remaja akhir yang memiliki rentang usia antara 18-21 tahun dengan pertimbangan bahwa mereka lebih mampu memahami arah dan tujuan hidupnya dengan konsekuen, mampu bertanggung jawab dan berusaha hidup sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya (Kartini-Kartono, 1982).

2. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja Remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa.

  Beberapa karakteristik perkembangan remaja (Santrock, 2002) adalah sebagai berikut: a.

  Perkembangan Fisik Perkembangan fisik pada remaja ditandai dengan perubahan pubertas. Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual) yang ditandai dengan perubahan hormonal dan perubahan tubuh pada remaja.

  Ada empat perubahan tubuh yang paling menonjol pada perempuan yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche atau haid pertama, pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut kemaluan. Perubahan fisik pada laki-laki yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis dan rambut kemaluan (Malina; Tanne dalam Santrock, 2002).

  b.

  Perkembangan Kognitif 1) Remaja berada pada tahap pemikiran operasional formal.

  Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11-15 tahun dan sifatnya lebih abstrak.

  Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman konkret aktual sebagai dasar pemikiran. Mereka dapat membangkitkan situasi-situasi khayalan, mampu menggunakan pemikiran deduktif hipotesis dan penalaran yang abstrak. Pada tahap ini, remaja mampu memberi jawaban-jawaban terhadap masalah-masalah hidup yang selalu berkembang, termasuk masalah iman kepercayaan, apa artinya Tuhan dan nilai-nilai yang dipegang secara pribadi. 2) Pemikiran remaja bersifat egosentris.

  Piaget menamakan keterpikatan remaja pada pemikiran mereka sendiri sebagai “egosentrisme”, yaitu perasaan remaja yang mendalam atas kemampuan refleksi diri mereka sendiri. Egosentrisme remaja (adolescent egocentrism) meliputi dua bagian yaitu penonton khayalan dan dongeng pribadi. Penonton khayalan

  (imaginary audience) adalah keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri.

  Hal ini sering berkaitan erat dengan dengan kebutuhan akan tingkah laku yang bersifat mengundang perhatian orang lain (Charles, 1987).

  Dongeng pribadi (the personal fabel) ialah bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan unik seorang anak

  remaja, dimana mereka merasa bahwa tidak seorang pun dapat mengerti perasaan mereka sebenarnya. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa remaja yang tingkat egosentrisnya tinggi menyakini bahwa mereka memiliki kemungkinan yang kecil untuk hamil bila terlibat dalam hubungan seks tanpa alat kontrasepsi. 3)

  Remaja mulai berpikir tentang kepribadian sama seperti cara yang dilakukan oleh para ahli teori kepribadian.

  Pertama, remaja mulai mempertimbangkan informasi yang diperoleh sebelumnya dan informasi yang diperoleh saat ini, serta tidak semata-mata bersandar pada informasi konkret yang ada. Kedua, remaja cenderung mendeteksi perubahan-perubahan kontektual atau situasional pada perilaku mereka sendiri dan orang lain. Ketiga, remaja mulai mencari lebih dalam, lebih kompleks tentang diri mereka sendiri atau orang lain (Santrock, 2002). c.

  Perkembangan Sosial – Emosi 1)

  Dalam Keluarga

  a) Otonomi dan attachment

  Otonomi dan tanggung jawab merupakan tuntutan remaja kepada orang tuanya. Ada kemungkinan orang tua menerapkan pola pengasuhan otoriter pada remaja sehingga cenderung memutuskan segala sesuatu yang berkenaan dengan remaja tanpa memperdulikan pendapat dari remaja (Yulia&Novita dalam Gunarsa, 2004). Pada orang tua yang bijaksana, cenderung melepaskan kendali namun tetap memberikan bimbingan pada remaja untuk mengambil keputusan yang masuk akal. Selain itu, adanya kelekatan (secure attachment) dengan orang tua mampu meningkatkan kompetensi sosial pada remaja dan kemampuan menjelajahi dunia sosial yang lebih luas dengan cara-cara yang sehat.

  b) Konflik orang tua-remaja

  Konflik dengan orang tua seringkali meningkat pada awal masa remaja. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor: perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealisme dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian, identitas, dan perubahan kebijaksanaan pada orang tua.

  2) Dalam Hubungan dengan Teman-teman Sebaya

  a) Tekanan teman sebaya dan tuntutan konformitas

  Tekanan teman sebaya sangat berpengaruh dalam kehidupan remaja. Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja bersifat positif maupun negatif. Umumnya remaja terlibat dalam semua bentuk perilaku konformitas yang negatif, seperti mabuk-mabukan, seks bebas, dan lain sebagainya. Remaja cenderung memiliki keinginan untuk meluangkan waktu dengan anggota-anggota suatu klik.

  b) Klik dan kelompok

  Kelompok (crowd) adalah kelompok-kelompok remaja

  yang terbesar dan kurang bersifat pribadi. Terbentuknya kelompok karena adanya kepentingan atau minat yang sama dalam berbagai kegiatan, bukan karena mereka saling tertarik.

  Klik (cliques) adalah kelompok-kelompok yang lebih kecil,

  memiliki kedekatan yang lebih besar di antara anggotanya, dan lebih kohesif daripada kelompok.

  c) Berkencan

  Berkencan dapat merupakan suatu bentuk seleksi pasangan, rekreasi, sumber status dan prestasi, serta suatu lingkungan untuk belajar tentang relasi yang akrab. Dalam berkencan dikenal istilah skenario berkencan (dating scrips) yaitu model-model kognitif yang digunakan untuk memandu dan mengevaluasi interaksi berkencan. Skenario berkencan laki-laki bersifat proaktif sedangkan perempuan bersifat reaktif.

  Berkencan berbeda-beda secara lintas budaya.

3. Moralitas Remaja

  Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang mampu menunjukkan bahwa suatu perbuatan itu benar atau salah (Poespoprodjo, 1986). Menurut psikolog Ervin Staub, moralitas adalah serangkaian aturan, kebiasaan atau prinsip yang mengatur perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama (Shelton, 1988). Secara mendasar, moralitas dapat dicapai dengan cara menyesuaikan diri dengan hukum eksternal atau aturan-aturan kelompok dan menginternalisasi nilai-nilai atau norma- norma masyarakat melalui interaksi memberi dan menerima.

  Remaja juga menerima moralitas kelompok atau moralitas eksternal sebagai norma untuk pembentukan keputusan moral yang tepat (Poespoprodjo, 1988). Keputusan moral adalah keputusan yang mampu mencerminkan mana hal yang baik untuk dijalani dan mana hal yang buruk yang harus dihindari. Dalam pengambilan keputusan moral, agama menekankan pentingnya peranan suara hati dalam menentukan kebenaran atau kekeliruan (Shelton, 1988).

  Suara hati merupakan inti terdalam dari diri manusia yang menuntun, mengarahkan dan menggerakkan manusia untuk melakukan yang baik dan menolak yang buruk sehingga manusia semakin berusaha menyesuaikan diri dengan azas-azas kesusilaan yang benar (Ensiklopedi,

  1992). Suara hati berperan dalam mengarahkan manusia untuk menentukan suatu kebenaran atau kesalahan dalam membuat suatu keputusan moral yang tepat. Suara hati muncul dari kesadaran moral terdalam dari dasar hati kita sebagai manusia. Suara hati merupakan perintah, larangan, penilaian, teguran yang dimunculkan oleh hati nurani (Poespoprodjo, 1988).

  Hati nurani pada dasarnya adalah kesadaran moral yang dimiliki oleh individu, yakni kesadaran untuk membedakan mana hal yang baik untuk dilakukan dan hal yang buruk untuk dihindarkan (Poespoprodjo, 1988). Sebagai contoh, ketika seorang remaja putri diajak pacarnya berhubungan seks, dalam batinnya akan muncul kesadaran bahwa yang baik untuk dilakukan adalah menolak ajakan pacarnya, sedangkan yang tidak baik untuk dihindari adalah menuruti ajakan berhubungan seks.

  Kesadaran seperti itu muncul bagaikan suara dari dasar hati kita sehingga biasa disebut “suara hati”. Suara tersebut mendesak seseorang untuk mengikutinya, namun bukan tanpa alasan yang disadarinya melainkan karena ia sadar bahwa hal tersebut baik dan mencerminkan tanggung jawabnya sebagai manusia.

4. Seksualitas Remaja a.

  Sikap dan Tingkah Laku Seksual Remaja 1)

  Peningkatan tingkah laku seksual remaja Tingkah laku seksual remaja biasanya bersifat meningkat atau progresif. Biasanya diawali dengan necking (berciuman sampai ke daerah dada), kemudian diikuti oleh petting (saling menempelkan alat kelamin, atau pada beberapa kasus, seks oral, yang secara besar meningkat pada masa remaja selama beberapa tahun belakangan ini.

  2) Aturan seksual bagi remaja perempuan dan laki-laki

  Aturan seksual adalah pola yang khas berupa gambaran

  peran seseorang mengenai bagaimana individu harus bertingkah laku secara seksual. Perempuan dan laki-laki disosialisasikan agar mengikuti aturan seksual yang berbeda. Remaja perempuan belajar untuk mengaitkan hubungan seks dengan cinta (Michael dalam Santrock, 2001). Mereka sering merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengaitkan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta.

  Alasan lain untuk melakukan hubungan seks adalah karena didorong oleh kekasih, mencoba-coba sebagai cara untuk memperoleh kekasih, keingintahuan, dan keinginan seksual yang tidak berhubungan dengan mencintai dan menyayangi. Pada remaja laki-laki merasakan adanya tekanan yang berarti dari teman-teman sebayanya untuk melakukan hubungan seks dan untuk menjadi aktif secara seksual. 3)

  Remaja yang rawan dan seksualitas Remaja yang rawan cenderung menunjukkan tingkah laku seksual yang tidak bertanggung jawab. Remaja rawan yang dimaksud adalah remaja yang merasa tidak berarti, tidak memiliki kesempatan yang memadai untuk belajar dan bekerja, dan merasa memiliki kebutuhan untuk membuktikan sesuatu pada dirinya sendiri dengan seks. Tingkah laku mereka yang tidak bertanggung jawab dan tiadanya dukungan sosial dapat menyebabkan terjadinya kehamilan, munculnya penyakit menular seksual, dan stres psikologi (Scott-Jone & White dalam Santrock, 2001).

B. KEHAMILAN PRANIKAH PADA REMAJA 1. Pengertian Kehamilan

  Kehamilan terjadi karena adanya pembuahan pada sel telur oleh sperma yang nantinya dapat berkembang menjadi janin. Hubungan seks atau kontak intim antara alat kelamin perempuan dengan alat kelamin pria dalam masa-masa suburnya, sangat memungkinkan terjadinya kehamilan.

  Tanda-tanda terjadinya kehamilan menurut Gilarso (2003), diantaranya: a.

  Tanda-tanda awal terjadinya kehamilan, yaitu: tidak mengalami siklus haid; payudara membengkak dan terasa kencang; ibu sering merasa mual pada pagi hari sampai ingin muntah; lebih sering buang air kecil; sembelit; lebih sulit tidur; sering sakit kepala. Banyak ibu mulai menyukai makan yang masam-masam.

  b.

  Pada usia kehamilan selanjutnya (3 bulan ke atas), rahim mulai membesar dan mulai ada hiperpigmentasi pada wajah yang disebut “Topeng kehamilan, pada perut mulai tampak garis-garis yang disebut

  strie , dan lingkaran disekitar puting payudara tampak lebih hitam disebut ariola mamae.

  c.

  Pada kehamilan lima bulan, denyut jantung anak sudah bisa didengar oleh pemeriksa, ibu mulai merasa adanya gerakan anak di dalam kandungannya.

  Secara emosional, perempuan hamil akan lebih mudah mengalami stres karena emosinya yang tidak stabil. Tekanan emosi yang kuat akan menyebabkan ketegangan pada otot sehingga dapat mengubah susunan kimia dalam darah dan mempengaruhi kehamilan ibu (Snow, 1989).

  Selama masa kehamilan “ Si ibu” akan merasakan terjadinya perubahan tidak hanya dalam tubuhnya tetapi juga pada perasaannya (Gilarso, 2003).

2. Kehamilan Pranikah Pada Remaja

  Adanya fenomena pergaulan seks bebas sebelum menikah di kalangan remaja yang kita jumpai dewasa ini, masih dianggap sebagai peristiwa tabu dan melanggar norma pribadi dan masyarakat (Kristinawati, 2002). Salah satu penyebab terjadinya seks pranikah adalah karena ketidakmampuan remaja dalam mengendalikan nafsu atau dorongan seksual yang semakin meningkat pada masa remaja.

  Salah satu akibat yang nyata dari pergaulan seks bebas pranikah adalah kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan

  (unwanted pregnancy) dan diikuti pertimbangan usaha aborsi

  (Kristinawati, 2002). Menurut Vinita (dalam Hidayana, 2004), bahwa kehamilan yang tidak diinginkan disebabkan karena kehamilan tersebut dianggap tidak sesuai dengan tuntutan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.