Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya - Repository utu

  

GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN

ACEH BARATTAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

  NIM : 06C10104260

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

  

GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN

ACEH BARAT TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

  

NIM : 06C10104260

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

  

Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

  FAKTOR-F AKTOR YANG MEMPENG ARUHI IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA DAYAH B ARO KECAMATAN KRUENG SAB EE KABUP ATEN ACEH JAYA SKRIP SI OLEH : RATNA NINGSIH NIM : 06C10104015 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULAB OH-ACEH B ARAT

  

ABSTRAK

  Ratna N ingsih. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Di Bawah Bimbingan Bapak Jun Musnadi Is, SKM dan Sufyan Anwar, SKM, MARS.

  Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. Pemberian ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi sampai umur 6 bulan. Tanpa ASI dampak negatif bagi bayi sangat besar. Namun masih tingginya angka kesakitan bayi 0-6 bulan dan dan rendahnya cakupan ASI Eksklusif menunjukkan Aplikasi pemberian ASI Eksklusif masih sangat kurang. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah faktor pengetahuan, pendidikan, sikap dan pekerjaan mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Jenis Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Analitik Survey Research. Penelitian ini dilakukan di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee pada Bulan Januari 2013. Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Non Probability Sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini ialah 46 jiwa. Hasil penelitian dengan pengujian Chi-Square diketahui bahwa ada pengaruh pengetahuan, pendidikan, sikap dan pekerjaan responden dengan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini ditunjukkan dengan masing- masing nilai p value untuk pengetahuan 0.000, nilai p value untuk pendidikan 0.000, nilai p value untuk sikap 0.003 dan nilai p value untuk pekerjaan 0.000 lebih kecil dari nilai α yaitu 0,05. ASI Eksklusif memainkan peran penting dalam memberantas penyakit gizi buruk dan kurang, oleh sebab itu harus digiatkan sedini mungkin terutama dengan mengajak serta orang-orang yang memiliki kecenderungan tidak memberikan ASI secara Eksklusif dengan cara memberikan informasi dan contoh serta alasan yang baik mengapa pemberian ASI Eksklusif perlu dilakukan.

  Kata Kunci : Faktor- faktor, Ibu Menyusui, Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI Eksklusif. Konvensi Hak-hak Anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh kembang seca ra optimal merupakan salah satu hak anak. Berarti ASI selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak asasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya (Afifah, 2007).

  Menyusui adalah cara alamiah untuk memberikan kebutuhan makanan kepada bayi yang baru lahir. Dalam beberapa aspek, menyusui bayi adalah hal yang paling ideal, baik bagi ibu maupun bayinya. ASI adalah cara yang terbaik agar bayi mendapatkan nutrisi yang tepat, perlindungan kekebalan dengan imunisasi, dan curahan kasih sayang. Gerakan kembali ke ASI harus terus digalakkan agar bayi benar-benar mendapat haknya dalam perkembangan mental dan fisiknya.

  Menurut Roesli (2000), pengetahuan dan sikap merupakan faktor pendukung terwujudnya tindakan ibu untuk ingin selalu memberikan ASI. Tanpa pengetahuan serta persepsi yang benar tentang ASI maka ibu tidak akan memahami bahwa ASI merupakan makanan yang sangat penting dari pada makanan lainnya bagi bayi. Selanjutnya, ibu yang memiliki intensitas pekerjaan yang menyita banyak waktu dapat menghambat ibu untuk dapat meluangkan waktu memberikan ASI bagi bayi. Dengan banyaknya pekerjaan yang harus ibu lakukan ditempat kerja dapat membuat ibu lupa untuk memberikan ASI. Selain itu, ditempat kerja masih banyak yang tidak menyediakan tempat khusus bagi ibu memberikan ASI.

  Kementerian kesehatan RI (2010) menyatakan Pola pemberian makan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI.

  Meskipun pemerintah telah menghimbau pemberian ASI Eksklusif, angka cakupan pemberian ASI Eksklusif masih rendah. Dalam sambutan Kepala Perwakilan WHO Indonesia pada Pekan ASI Sedunia 2010 menyatakan Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007, pemberian ASI Eksklusif di bawah 6 bulan menurun, dibandingkan dengan survei yang sama dilakukan pada tahun 2002. Angka kematian bayi dan balita belum secara nyata membaik selama 5 tahun tersebut. Selain itu, angka kematian bayi di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara- negara ASEAN lainnya.

  Strategi komprehensif kelangsungan hidup anak merupakan upaya wajib untuk dimulai termasuk mengukur bagaimana meningkatkan cakupan pemberian ASI (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

  Data Susenas (2009) terdapat 61,3% bayi usia 0-5 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif dengan rentang terendah dan tertinggi antara 48,8% sampai 78,3%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah Nusa Tenggara Barat, Bengkulu, dan N usa Tenggara Timur. Sedangkan Provinsi dengan cakupan terendah adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Aceh (Kementerian Kesehatan, 2010).

  Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2011 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0

  • – 6 bulan adalah 63,1% dari 713 bayi. Sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Calang di Tahun 2011 cakupan ASI eksklusif adalah 23,7% dari 224 bayi usia 0-6 bulan atau sebanyak 53 bayi. Data Puskesmas Calang dari laporan bulanan kegiatan pembinaan gizi masyarakat diwilayahnya, cakupan pemberian ASIEksklusif Tahun 2012 periode Januari sampai dengan Mei Tahun 2012 adalah 13,3% dari 172 bayi (0-6 bulan) atau sebanyak 23 bayi. Dari laporan kunjungan Poli KIA Puskesmas Calang periode Bulan Januari hingga Mei Tahun 2012 diketahui bahwa angka kesakitan bayi 0-6 bulan adalah sebanyak 21 kunjungan (21 orang bayi sakit) dan bayi umur 7 bulan -5 tahun sebanyak 120 kunjungan (120 orang bayi sakit).Dari data tersebut juga diketahui Desa Dayah Baro merupakan desa yang paling rendah cakupan ASI eksklusifnya dibandingkan 5 desa lainnya yaitu pada Tahun 2011 sebesar 10,8 %atau sebanyak 7 dari 65 bayi (0-6 bulan) dan 33,3% atau sebanyak 14 dari 42 bayi (0-6 bulan) di Bulan Januari hingga Mei Tahun 2012.

  Hal tersebut di atas menunjukkanbahwa targetpemberian ASI Eksklusif masih jauh dari apa yang diharapkan. Dalam Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat oleh Depkes RI (

  2005) target cakupan ASI eksklusif untuk tahun 2010 adalah 80 %. Bila dilihat dari data survei awal, penulis mendapatkan keterangan bahwa pencapaian ASI eksklusif di desa Dayah Baro sangat rendah sebagian besar disebabkan karena perilaku ibu menyusui kurang mendukung pemberian ASI, terutama ASI Eksklusif.

  ASI Ekslusif merupakan makanan penting bagi bayi sampai umur 6 bulan. Tanpa ASI dampak negatif bagi bayi sangat besar. Namun, apakah sikap, pengetahuan, pendidikan dan pekerjaan ibu dapat mempengaruhi pemberian ASI di Desa Dayah Baro? Apalagi jika dilihat dari data di atas bahwa persentase cakupan ASI di Desa Dayah Baro masih di bawah angka target. Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2012”.

1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa faktor- faktor yang mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apasaja faktor- faktor yang mempengaruhi ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

  1.3.2 Tujuan Khusus 1.

  Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

  2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI

  Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

  4. Untuk mengetahui pengaruh status pekerjaan ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 ManfaatPraktis 1.

  Peneliti Menambah pengetahuan, wawasan, serta pengalaman, baik itu dalam melakukan penelitian atau penulisan skripsi maupun tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ASI eksklusif.

2. Bagi Puskesmas Calang Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan bahan masukan untuk lebih mengoptimalkan berbagai pendekatan yang dapat dilakukan oleh bidan desa dan tenaga kesehatan lainnya dengan masyarakat khususnya para ibu dalam meningkatkan pelaksanaan ASI Eksklusif.

1.4.2. ManfaatTeoritis

  Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menjawab permasalahan kesehatan Ibu dan Anak terutama mengenai Asi Eksklusif pada masyarakat yang berdomisili di Desa Dayah Baro.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI dan Menyusui

2.1.1 Pengertian ASI

  Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam- garam organik yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu (Mammae), sebagai makanan utama bagi bayi. ASI sebagai makanan yang alamiah juga merupakan makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya dan komposisinya yang sesuai untuk pertumbuhan bayi serta ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit. ASI merupakan sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi dalam dan jumlah yang cukup dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama

  4 – 6 bulan pertama ( Media et.al, 2007).

  Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bayi dibagi menjadi 3, yaitu ASI kolostrum, ASI transisi atau peralihan, dan ASI matur. ASI kolostrum atau sering disebut susu ”Jolong” merupakan cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara, dan keluar pada hari kesatu sampai hari ketujuh. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari. Kolostrum merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding susu matur dan merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadarkarbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan ASI matur.

  Selain itu kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dari ASI matur. Total energinya lebih rendah bila diba ndingkan ASI matur dan volumenya berkisar antara 150-300 ml/24 jam.

  Sedangkan ASI transisi adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4 sampai ke-7 atau hari ke-10 sampai ke-14. Kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya meningkat. Volume juga semakin menigkat. ASI matur merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya. Komposisi ASI jenis ini relatif konstan. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik bagi bayi sampai usia 6 bulan (Roesli, 2000).

2.1.2 Produksi ASI

  Air susu ibu diproduksi atau dibuat oleh jaringan kelenjar susu atau pabrik ASI (mammary alveoli). Kemudian disalurkan melalui saluran susu ke dalam gudang susu (sinus lactiferous) yang terdapat di bawah daerah yang berwarna gelap atau coklat tua di sekitar punting susu. Gudang susu ini sangat penting artinya, karena merupakan tempat penampungan ASI. Punting susu mengandung banyak sekali saraf sensoris sehingga sangat peka (Roesli, 2001).

  Roesli (2009) menyatakan pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu refleks prolaktin dan refleks let down. 1)

  Refleks prolaktin/Produksi ASI Setiap kali bayi menghisap, ia merangsang ujung saraf di sekitar payudara. Rangsangan ini disalurkan ke otak dan merangsang kelenjar hipopisis bagian depan untuk memproduksi hormon prolaktin. Prolaktin dialirkan ke pabrik ASI, merangsang sel-sel alveoli pembuat ASI untuk memproduksi ASI. Semakin banyak ASI dikeluarkan dari payudara, semakin banyak produksi ASI. Selain itu, hormon prolaktin akan menekan fungsi indung telur (ovarium) sehingga menyusui secara eksklusif akan dapat memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Menyusui eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.

  2) Refleks let down ( reflek oksitoksin/ reflek pengaliran ASI )

  Isapan bayi akan merangsang bagian belakang kelenjar hipofisis di otak. Kelenjar hipofisis bagian belakang akan memproduksi hormon oksitiksin. Hormon oksitoksin dialirkan melalui darah menuju payudara, kemudian akan merangsang otot-otot yang mengelilingi pabrik untuk berkonsentrasi sehingga ASI diperas keluar dari pabrik ke saluran ASI. Hanya ASI dalam saluran ASI yang dapat dikeluarkan oleh isapan dan atau diperas ibu. Jika refleks oksitoksin tidak bekerja dengan baik, bayi tidak mendapatkan ASI yang memadai walaupun produksi ASI dalam pabrik cukup karena ASI saluran ASI kurang (Roesli, 2009).

  Ibu mungkin bisa mengamati tanda dan sensasi refleks oksitoksin aktif. Tanda dan sensasinya diantaranya adalah sensasi diperah atau geleyar (tingling Sensation ) di dalam payudara sesaat sebelum menyusui atau pada waktu proses menyusui berlangsung. ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya, atau mendengar bayinya menangis. ASI menetes dari payudara sebelah, bila bayi menyusu pada payudara yang lainnya. ASI memancar halus ketika bayi melepas payudara pada waktu menyusui. Ada nyeri berasal dari kontraksi rahim, kadang diiringi keluarnya darah selama menyusui di minggu pertama. Hisapan yang lambat, dalam dan tegukan bayi menunjukkan bahwa ASI mengalir ke dalam mulut bayi (Depkes RI, 2007).

  Hal-hal yang mengurangi oksitoksin adalah ibu takut bentuk payudara berubah dan takut gemuk, ibu bekerja, ibu merasa atau takut ASI nya tidak cukup, merasa kesakitan terutama saat menyusui, merasa sedih, cemas, marah, kesal, dan bingung, malu menyusui, suami dan keluarga kurang mendukung dan mengerti ASI (Roesli, 2009).

2.1.3 Komposisi ASI

  ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, dan zat kekebalan,dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang satu dengan lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini bagai suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi” sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia. Komposisi ASI berubah dari menit ke menit, ASI yang keluar pada 5 menit pertama dinamakan foremilk.

  Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian ( hindmilk ) (Roesli, 2000).

  ASI yang berkualitas akan dapat menyediakan asam amino bagi bayi. ASI merupakan makanan utama yang paling ideal untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikilogik bayi, merupakan satu-satunya jenis pangan atau cairan yang perlu diminum oleh anak manusia dalam waktu enam bulan pertama kehidupannya. ASI memiliki unsur- unsur seperti kalsium dan zat besi sehingga bayi yang diberi ASI hampir tidak pernah mengalami anemia (Budiyanto, 2001).

  Bayi yang diberi ASI mendapat pasokan vitamin dan mineral yang adekuat kecuali jika diet ibunya sangat kurang. ASI ( Air Susu Ibu ) adalah makanan yang terbaik untuk bayi (Juffrie,M & Darmawan,I, 2003).Kebutuhan Fe bayi di bawah 6 bulan hanya 0,5 mg/dl, sangat kecil, mengingat pada bayi cukup bulan, maka setelah lahir hingga 3 bulan bayi masih punya simpanan Fe yang cukup (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI, 2007).

  Air susu ibu bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup (seperti darah). ASI mengandung sel-sel darah putih, antibodi, hormon dan faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat membunuh bakteri dan virus. Susu formula adalah cairan berisi zat yang mati. Di dalamnya tidak ada sel yang hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh bakteri, antibodi, enzim, hormon, dan juga tidak mengandung zat pembunuh (Roesli, 2000).

  Walaupun ASI dipandang lebih unggul dibanding susu formula untuk bayi normal, banyak bayi mendapat susu formula sejak lahir. Pola perubahan sosial dan budaya dapat mendorong pemberian susu formula. Karena mereka bekerja di luar rumah, banyak ibu enggan menyusui bayinya (Nelson, 1999).

  Bayi yang diberi susu formula sangat rentan terserang penyakit. Berikut ini deretan penyakit yang mengintai bayi susu formula (menurut Roesli, 2008) : 1.

  Infeksi saluran pencernaan (muntah, mencret).

  2. Infeksi saluran pernapasan.

  3. Meningkatkan resiko alergi.

  4. Meningkatkan resiko serangan asma.

  5. Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif.

  6. Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas).

  7. Meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

  8. Meningkatkan resiko kencing manis.

  9. Meningkatkan resiko kanker pada anak.

  10. Meningkatkan resiko penyakit menahun.

  11. Meningkatkan resiko infeksi telinga tengah.

  12. Meningkatkan resiko infeksi yang berasal dari susu formula yang tercemar.

  13. Meningkatkan risiko efek samping zat pencemar lingkungan.

  14. Meningkatkan kurang gizi.

  15. Meningkatkan risiko kematian.

2.1.4 Manfaat Pemberian ASI

   Bagi ibu dan bayi ASI eksklusif, mudahnya terjalin ikatan kasih

  sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru merupakan awal dari keuntungan menyusui secara eksklusif. Bagi bayi, tidak ada pemberian yang lebih berharga dari ASI. Hanya seorang ibu yang dapat memberikan makanan terbaik bagi bayinya. Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih (Roesli, 2000).

  1. Manfaat ASI untuk bayi (Roesli, 2000) a.

  ASI sebagai nutrisi b.

  ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi c. ASI meningkatkan kecerdasan d.

  ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang e. Menyebabkan pertumbuhan yang baik f. Mengurangi kejadian karies dentis g.

  Mengurangi kejadian maloklusi

  2. Manfaat ASI untuk ibu dan keluarga a.

  Mengurangi perdarahan setelah melahirkan b.

  Mengurangi terjadinya anemia c. Menjarangkan kehamilan d.

  Mengecilkan rahim e. Lebih cepat langsing kembali f. Mengurangi kemungkinan menderita kanker g.

  Memberi kepuasan bagi ibu h. Mengurangi resiko keropos tulang dan resiko rheumatoid artritis i. Mengurangi risiko diabetes maternal j. Mengurangi stres dan gelisah k.

  Mudah dibawa kemana-mana (portabel) dan praktis

  3. Manfaat ASI untuk keluarga a.

  Lebih ekonomis dan murah b.

  Tidak merepotkan dan hemat waktu

  4. Manfaat ASI untuk Negara Pemberian ASI dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, mengurangi devisa untuk membeli susu formula dan meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.

  5. ASI Sayang Lingkungan Air susu ibu akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi didunia ini. Dengan hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik, dan dot karet. ASI tidak menambah polusi udara karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan transfortasi yang mengeluarkan asap, juga tidak perlu menebang hutan untuk membangun pabrik susu yang besar-besar (Roesli, 2000).

2.2. ASI Eksklusif

2.2.1. Pengertian ASI Eksklusif

  ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi Air Susu Ibu (ASI) saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli, 2000). Jadi ASI Eksklusif adalah Air Susu Ibu Yang diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan tanpa memberikan makanan dan minuman. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Depkes RI, 2005).

  Berdasarkan hal tersebut di atas, WHO / UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 tersebut bertujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberikan dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditanda tangani oleh Indonesia ini memuat hal- hal yaitu

  “Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4 - 6 bulan. Setelah berumur 4 - 6 bayi diberi makanan pendamping / padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptaka n pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu- ibu dapat menyusui secara eksklusif”. Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Asembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Roesli, 2000).

  Kementrian kesehatan RI (2010) menyatakan Pola pemberian makan pada bayi yang baik dan benar adalah me nyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi ciptaan Tuhan sehingga tidak dapat digantikan dengan makanan dan minuman yang lain. ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI.

  Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau di dapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik. Namun, sebelum diberi makanan ta mbahan, sebaiknya coba diperbaiki dulu cara menyusuinya (Roesli, 2000).

  Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan, karena para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat /tambahan pada usia 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan dan pertumbuhannya. Efek negatif pemberian makanan padat yang terlalu dini telah cukup menunjang pembaharuan definisi ASI eksklusif menjadi,”ASI saja sampai usia sekitar 6 bulan” (Roesli,2000).

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ibu Menyusui Te rhadap Pemberian ASI Eksklusif.

   Menurut Roesli (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui

  terhadap pemberian ASI eksklusif kepada bayinya adalah sebagai berikut : 1.

  Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

  Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

  Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

  a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. O leh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Misalnya, ibu tahu tentang arti ASI Eksklusif.

  b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaska n secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya, ibu dapat menjelaskan pentingnya pemberian ASI Eksklusif. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

  Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengalaman hukum- hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Misalnya ibu dapat mengaplikasikan cara menyusui yang benar.

  d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

  e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

  f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat dan sebagainya.

  Menurut Roesli (2007) dalam Afifah (2009), bahwa hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena k urang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui, berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seseorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dengan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai makanan tambahan di pedesaan

2. Sikap

  Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan s uatu perilaku (Notoatmodjo, 2007).

  Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa suatu bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik

  • – buruk, positif – negatif, menyenangkan – tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristalkan sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.

  Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan dimana dia dididik. Misalnya, apabila pemikiran tentang menyusui dianggap oleh penduduk setempat tidak sopan dan memalukan maka let down reflek (reflek keluar) akan terhambat. Sikap negatif terhadap menyusui antara lain ialah menyusui merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya (Afifah, 2007).

3. Pekerjaan

  Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak menyusui adalah karena mereka harus bekerja. Wanita selalu bekerja, terutama pada usia subur, sehingga selalu menjadi masalah untuk mencari cara merawat bayi. Bekerja bukan hanya berarti pekerjaan yang dibayar dan dilakukan di kantor, tapi bisa juga berarti bekerja di ladang, bagi masyarakat di pedesaan (Afifah.ND, 2007).

  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2003), pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007, yang terdiri dari 64,63% adalah laki- laki dan 35,57% adalah perempuan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerja yang maksimal, tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita termasuk dalam memberikan ASI (Depkes RI, 2007).

  Secara ideal setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempua n hendaknya memiliki tempat penitipan bayi/anak. Namun bila tidak memungkinkan, karena tempat kerja jauh rumah, tidak memiliki kendaraan pribadi, tidak ada mobil jemputan dari kantor, atau lingkungan tempat kerja kurang sehat bagi bayi maka ada cara lain yang mudah. Berikanlah ASI perah/pompa pada bayi saat ibu bekerja. Untuk itu diperlukan fasilitas dan peraturan-peraturan perusahaan yang memungkinkan seorang ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, misalnya dengan menyediakan ruangan untuk memerah ASI yang memadai, memberi izin dan waktu untuk memerah ASI, dan cuti hamil yang fleksibel. Tempat kerja yang memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara eksklusif dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu.

  Banyak situasi dimana memerah ASI berguna dan penting untuk memungkinkan seorang ibu memulai dan melanjutkan menyusui. Manfaat pemerahan ASI adalah sebagai berikut : a.

  Bayi tetap memperoleh ASI saat ibu bekerja b. Untuk memberi minum bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) atau bayi sakit yang belumdapat menyusu langsung pada ibu karena terlalu lemah.

  c.

  Menghilangkan bendungan ASI.

  d.

  Menjaga kelangsungan persedian ASI saat ibu sakit atau bayi sakit.

  e.

  Menghilangkan rembesan/penetesan ASI.

  f.

  Memudahkan bayi minum bila ASI terlalu banyak.

  Semua Ibu dapat belajar memerah ASI. Ibu dapat memulai belajar selama kehamilan dan dapat menerapkannya segera setelah melahirkan. Memerah dengan tangan tidak memerlukan alat bantu sehingga seorang ibu dapat melakukannya dimana saja dan kapan saja. Memerah dengan tangan mudah dilakukan bila payudara lunak. Namun, jika payudara sangat berbendung dan nyeri maka akan sulit dilakukan pemerahan (Roesli, 2000).

  ASI adalah cairan hidup. Selain makanan, ASI pun mengandung zat anti- infeksi. Cara penyimpanan ASI perah akan menentukan kualitas anti- infeksi dan makanan yang dikandung ASI. Anti- infeksi yang dikandung dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI perah yang disimpan. Tempat penyimpanan ASI perah yang dianjurkan adalah tempat dari gelas atau tempat (botol) plastik keras dengan volume 80-100 cc. Sebaiknya ASI perah jangan disimpan di botol susu. Tulis jam, hari, dan tanggal saat diperah. Setelah dicairkan, ASI harus habis dalam 1 jam. Sisa ASI jangan dimasukkan lagi kedalam lemari es. ASI tahan 6 - 8 jam di udara luar, 24 jam dalam termos es, dua kali 24 jam dalam lemari es, 2 minggu di freezer 1 pintu, 3 bulan di freezer lemari es 2 pintu (Roesli, 2009).

  Pada pekan ASI sedunia (1993) tema peringatannya adalah Mother Friendly Workplace atau tempat kerja sayang bayi menunjukkan bahwa adanya perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja (Depkes RI, 2007).

  Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara Eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif.(Roesli, 2000).

4. Pendidikan

  Pendidikan adalah proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah yaitu pada jenjang yang lebih dari pada pendidikan menengah dijalur pendidikan sekolah (Depdiknas, 2003).

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

  Berdasarkan teori yang dikemukakan di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut :

  Variabel Independen Variabel Dependen

  Pengetahuan Pendidikan

  Pemberian ASI Eksklusif Sikap

  Pekerjaan

2.5. Hipotesis

  Hipotesis variabel independen yang akan diuji terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut: a.

  Ada pengaruh antara pengetahuan denganpemberian ASI Eksklusif.

  b.

  Ada pengaruh antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif c. Ada pengaruh antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif.

  d.

  Ada pengaruh antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

  Jenis Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Analitik Survey Research yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat melalu pengujian hipotesis, serta menggunakan pendekatan Cross

  Sectional karena antara variabel bebas dan variabel terikat diukur secara bersamaan dalam satu waktu.

  3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

  3.2.1 Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee merupakan salah satu desa yang berada di pusat kota Kabupaten Aceh Jaya dimana pencapaian program ASI Eksklusif jauh di bawah target yaitu hanya mencapai 10,8% pada tahun 2011, sedangkan target pencapaiannya adalah 80%.

  3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 15 hari pada Bulan Januari 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

  3.3.1 Populasi

  Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 7 (tujuh) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya yaitu sejumlah 46 jiwa (Data Puskesmas Bulan Januari sampai Agustus, 2012).

  3.3.2 Sampel

  Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Hidayat, 2008). Jenis pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah Non Probability Sampling yaitu pengambilan sampel tidak secara acak karena tidak memberikan peluang bagi populasi lain. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu sampling jenuh yaitu dengan me ngambil semua anggota populasi menjadi sampel. Hal ini mengacu pada teo ri yang dikemukakan oleh Arikunto (2006), bahwa bila jumlah populasi masih dalam jumlah kurang dari 100 maka anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian. Sehingga, jumlah sampel dalam penelitian ini ialah 46 jiwa yaitu seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 7 (tujuh) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun di Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya .

3.4 Metode Pengumpulan Data

  Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan dalam 2 jenis data yaitu :

1. Data Primer

  Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang berpedoman pada kuesioner penelitian yang sudah ditetapkan, guna memperoleh informasi dari responden untuk mengetahui pengaruh sikap, pengetahuan, pekerjaan dan dukungan keluarga ibu menyusui terhadap pemberian ASI Eksklusif Desa Dayah Baro Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya. Pengumpulan data ini menggunakan alat ukur angket dan chek list. Angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup atau berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada. Checklist yang digunakan ialah chek list tertutup dengan pilihan setuju atau tidak setuju pada lembar pernyataan sikap dan pilihan bekerja atau tidak bekerja pada lembar pernyataan pekerjaanserta memberikan ASI Ekslusif atau tidak memberikan ASI Ekslusif pada lembar pernyataan status pemberian ASI Ekslusif pada balita. Jumlah soal dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan chek list pada variabel independen yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan tentang ASI Eksklusif, 10 pernyataan sikap tentang pemberian ASI Eksklusif dan lembar chek list tentang ada atau tidak ibu bekerja. Pilihan jawaban pertanyaan pada alat ukur kuesioner ialah dengan pilihan ganda a, b dan c.

2. Data Sekunder

  Data sekunder diperoleh melalui : a.

  Puskesmas Calang Kabupaten Aceh Jaya.

  b.

  Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya.

  c.

  Studi Kepustakaan.

  d.

  Data lain yang mendukung penelitian ini.

3.5 Definisi Operasional

  1. Variabel : Pengetahuan Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

  : Wawasan yang dimiliki oleh ibu tentang pemberian Asi Eksklusif

  

Variabel Independen

  2. Cukup

  3. Kurang : Ordinal

  2. Variabel : Pendidikan Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

  : Tingkatan sekolah formil yang telah responden peroleh : Responden menjawab kuesioner : Angket : 1. Tinggi

  2. Menengah

  3. Rendah : Ordinal

  3. Variabel : Sikap Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

  : Pendapat atau keyakinan seorang ibu menyusui Tentang pemberian ASI eksklusif kepada bayinya

  : Responden menjawab kuesioner : Chek list : 1. Positif

  2. Negatif : Ordinal

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

  : Responden menjawab kuesioner : K uesioner : 1. Baik

  4. Variabel : Status Pekerjaan Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

  : Suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan responden (ibu menyusui) secara rutin dengan mendapatkan imbalan berupa uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. : Responden menjawab kuesioner : Chek list : 1. Tidak Bekerja

  2. Bekerja : Ordinal

  No. Variabel Dependen

  1. Variabel : Pemberian ASI Eksklusif Defenisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

  : Pemberian ASI (Air Susu Ibu) saja kepada bayi selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain dan tanpa tambahan makanan padat lainnya

  : Responden menjawab kuesioner : K uesioner : 1. Memberikan ASI Eksklusif

  2. Tidak Memberikan ASI Ekslusif : Ordinal

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Pengetahuan

  Sebelum menentukan kategori baik, cukup dan kurang pada angket variabel pengetahuan terlebih dahulu ditentukan kriteria yang dijadikan patokan penilaian (Arikunto, 2006).

  1. Skor jawaban yang benar adalah 2

  2. Skor jawaban yang salah adalah 1 Setiap kategori ditentukan oleh bobot nilai yaitu baik, cukup, dan kurang. Kriteria yang dijadikan patokan penila ian ialah menurut Arikunto

  (2006) yaitu :

  1. Untuk kategori Baik, jika responden mampu memperoleh skor 76% - 100%.

  2. Untuk kategori Cukup, jika responden mampu memperoleh skor 56% - 75%.

3. Untuk kategori Kurang, jika responden mampu memperoleh skor ≤ 55%.

  3.6.2 Pendidikan

  Untuk skor penilaian pendidikan dibagi ke dalam dua bentuk kategori, yaitu: a.

  Ibu yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tinggi setelah sekolah menengah dengan nilai 3.

  b.

  Ibu yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan menengah setelah sekolah dasar dengan nilai 2 c.

  Ibu yang hanya menyelesaikan tingkat pendidikan sekolah dasar dengan nilai 1

  3.6.3 Sikap

  Untuk skor penilaian sikap merujuk pada ketentuan penilaian sikap menurut Hidayat (2008) yaitu dengan menyatakan bentuk pernyataan positif dan pernyataan negatif. Sebelum menyatakan bentuk pernyataan sikap dalam penelitian ini peneliti menggunakan ketentuan nilai menurut skala likert dengan menggunakan empat kategori penilaian yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

1. Kriteria penilaian dalam bentuk pernyataan positif ialah : a.

  Sangat Setuju (SS) diberikan skor 4 b.

  Setuju (S) diberikan skor 3 c. Tidak Setuju diberikan skor 2 d.

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI(Air Susu Ibu) Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara Kabupaten Aceh Utara

26 191 73

Analisis Determinan Perilaku Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

3 45 188

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Bandar Selamat Lingkungan II Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013

1 107 66

1.83. Cermin Krueng Sabee dan Panga Aceh Jaya

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada Perawat Menyusui Yang Bekerja Di Rumah Sakit Sultan Agung Semarang - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI(Air Susu Ibu) Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara Kabupaten Aceh Utara

0 0 11

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI(Air Susu Ibu) Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara Kabupaten Aceh Utara

0 0 1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI(Air Susu Ibu) Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara Kabupaten Aceh Utara

0 0 5

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI(Air Susu Ibu) Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Dewantara Kabupaten Aceh Utara

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI Eksklusif 2.1.1 Pengertian ASI Eksklusif - Analisis Determinan Perilaku Ibu Menyusui Dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013

2 2 39