RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Bab 2
PENGERTIAN RPIJM

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 1

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)

Kota Pangkalpinang Tahun 2013-2017

2.1

UMUM
Pada masa sekarang ini otoritas keuangan negara tidak hanya ditentukan oleh
pemerintah sendiri melainkan juga melalui persetujuan DPR. Hal ini berdampak
pada tidak semua kebijakan Pemerintah secara budgetair disetujui oleh DPR, oleh
karena itu pemerintah mau tidak mau harus dapat merumuskan setiap program

kebijakannya agar prosesnya dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan
dan hasilnya benar-benar bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam
bidang keuangan negara, sebagaimana diamanatkan UU No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dimana setiap kementerian/lembaga negara diwajibkan
untuk mengakomodasikan tiga komponen sitem penganggaran yang baru, yaitu
penganggaran terpadu, penganggaran dalam kerangka jangka menengah dan
penganggaran berbasis kinerja ke dalam dokumen RKA-KL.
Penyatuan anggaran ke dalam format anggaran terpadu menghindarkan
terjadinya duplikasi pendanaan suatu kegiatan, merupakan pendekatan kerangka
pembangunan jangka menengah dan menjaga kesinambungan fiskal serta
meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan proses penganggaran,
sedangkan pendekatan anggaran berbasis kinerja mengutamakan upaya
pencapaian output (keluaran) dan outcome (hasil) atas biaya input (masukan)
yang ditetapkan. Paradigma baru pengelolaan keuangan Negara tersebut
menuntut adanya perubahan yang mendasar dalam proses pemrograman dan
penganggaran pembangunan. Berbagai perubahan tersebut membutuhkan
dukungan sistem pemrograman dan penganggaran yang dapat memfasilitasi
upaya terpenuhinya tuntutan peningkatan kinerja, kualitas layanan dan efisiensi
pemanfaatan sumber daya. Upaya yang segera dan perlu dilakukan adalah upaya
peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan.

Efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan kegiatan akan sangat
bergantung pada pilihan bahwa program dalam arti pengelolaan program yang
meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian
merupakan instrumen kebijakan dan alternatif terbaik yang mencakup kegiatankegiatan yang paling efisien untuk menghasilkan keluaran dan pada gilirannya

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 2

paling efektif dalam mendukung pencapaian kinerja program. Dengan demikian
antara kebijakan, program dan kegiatan harus merupakan sebuah rangkaian yang
mencerminkan keutuhan konseptual. Dalam proses penyusunan dan penetapan
APBN/APBD, ada beberapa ketentuan yang harus dilalui sesuai dengan UU No.
17/2003 yaitu :
a) Penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah;
b) Penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan
penetapan anggaran;
c) Pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran
d) Penyempurnaan klasifikasi anggaran
e) Penyatuan anggaran.

Secara diagramatis, proses penentuan dan penyusunan APBD dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1
Penentuan dan Penyusunan APBD
Pemda

DPRD

Pemda + DPRD

Mengajukan Kebijakan
Umum APBD

Membahas Kebijakan
Umum APBD

Menyepakati Kebijakan
Umum APBD

Pemda + DPRD

Membahas prioritas & Palfon
Anggaran Mengacu kepada
Kebijakan Umum APBD

DPRD
Pemda
Mengajukan RPD tentang APBD
Disertai Penjelasan dan Dokumen
Pendukung

Membahas Rencana Kerja dan
Anggaran Satker
(Hasil Pembahasan Disampaikan kepada
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah)

Satker Perangkat Daerah
Menyusun Rencana Kerja dan
Anggaran Kerja SKPD + Prakiraan
Belanja Tahun Berikutnya.


Pemda + DPRD

DPRD

APBD

Membahas RPD,
DPRD dapat mengajukan
Usul Perubahan

Pengambilan Keputusan
Mengenai RPD
Tentang APBD

Yang disetujui DPRD Terinci
Sampai dengan Unit Organisasi, Fungsi
Program, Kegiatan dan Jenis Belanja

Sedangkan ruang lingkup Pembangunan Daerah berdasarkan UU No. 25 Tahun
2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dapat dilihat pada

Gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2
Skema Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Daerah

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 3

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dalam suatu proses pembangunan
diperluakan suatu perencanaan yang sinergi antar tingkatan perencanaan
pembangunan. Prinsip yang harus dianut dalam perencanaan pembangunan
adalah prisip Koordinasi Pengelolaan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi
Program pada skala prioritas tertentu. Dengan demikian kegiatan Penyusunan
Rencana Investasi Program Jangka Menengah di bidang ke-Cipta Karya-an
menjadi sangat strategis untuk pencapaian perencanaan pembangunan di bidang
prasarana dan sarana yang lebih terkoordinasi, terintegrasi, dan sinkron dengan
perencanaan pembangunan lainnya. Sehingga akan tercapai efisiensi dan
efektifitas pembangunan di daerah.

2.1.1. Orientasi Paradigma Baru Era Reformasi

Belajar dari pengalaman masa lampau, orientasi paradigma baru dalam melewati
krisis yang sedang terjadi, perlu re-intepretasi terhadap kebijaksanaan
pembangunan. Paradigma yang mendasari kebijaksanaan pembangunan
haruslah bervisi pemberdayaan yang didalamnya terkandung pengertian
keberpihakan kepada masyarakat. Paradigma pembangunan ini harus dimengerti
semua aktor pembangunan, pemerintah sebagai pemampu (enambler), pelaku
bisnis dan masyarakat itu sendiri. Konsep pembangunan haruslah pada
kebutuhan nyata. Peran fasilitator dan pendamping diarahkan untuk menembus
atau mengakses sumberdaya (modal, jasa dan teknologi) melalui keberadaan
sistem kelembagaan. Orientasi tindakan dimasa krisis lebih diarahkan kepada :
1) Pemecahan masalah dan diarahkan untuk lebih jeli melihat peluang-peluang
yang ada.
2) Didasarkan pada pencapaian tindakan partisipasi penuh dan mendorong
hubungan kemitraan yang adil dan setara.
3) Percaya pada pengetahuan dan keahlian.
4) Tidak terlalu percaya pada informasi yang lengkap, tetapi lebih percaya pada
informasi yang akurat.
5) Kecil dalam skala pembangunan dan berdasarkan pada kebutuhan nyata.
6) Segera memulai dan tidak perlu menunggu keadaan akhir diketahui pasti.
7) Cepat tetapi tidak tergesa-gesa.

8) Transparan (terbuka) dan dapat terukur hasil-hasilnya.

2.1.2 Keterlibatan Berbagai Aktor
Berdasarkan kerangka acuan kerja dapat disimpulkan tentang adanya penekanan
pada keterlibatan berbagai aktor (stakeholders) dalam pelaksanaan penyusunan
program pembangunan. Didalam penyusunan program dan anggaran, seluruh
pelaku pembangunan perlu memperhatikan :

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 4



Menginventarisasi program dan anggaran dengan visi pengembangan yang
berorientasi pada kepentingan bersama



Menginventarisasi rencana paket-paket program pengembangan




Menginventarisasi aspirasi dan keinginan seluruh pihak dalam perumusan
program dan anggaran serta paket-paket program pembangunan (swasta)



Merumuskan peran serta pemerintah daerah dalam komitmen programprogram pembangunan.

2.1.3 Pembangunan Yang Berkelanjutan
Konsepsi penting yang diperhatikan dalam pekerjaan ini adalah pembangunan
yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan adalah upaya-upaya untuk
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan
datang untuk memenuhi kebutuhannya. Penilaian-penilaian terhadap pelaksanaan
paket-paket program dan anggaran memberi solusi terhadap upaya-upaya
selanjutnya dalam rangka pengembangan wilayah dalam jangka panjang.

2.2. KEDUDUKAN RPIJM
Kedudukan RPIJM Bidang PU/Cipta Karya yaitu berada di bawah kebijakan

spasial dan kebijakan sektoral yang ada di setiap daerah sebagai Rencana
Pembangunan Infrastruktur (Inftastructure Development Plan) di masing-masing
daerah baik pada skala Provinsi maupun Kota. RPIJM pada hakekatnya
merupakan operasionalisasi dari RPJMN dan RPJMD. Kebijakan spasial dalam
RPIJM mengacu pada RTRW Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota sedangkan
kebijakan sektoral/program dalam RPIJM mengacu pada RPJMN dan RPJMD
2004-2009 atau lanjutannya serta Masterplan sektor yang ada. Bilamana suatu
daerah belum mempunyai Rencana Tata Ruang maupun Masterplan Sektor (RIS)
masih dapat dilakukan assessment berdasarkan kebijakan tata ruang maupun
kebijakan sektoral yang ada.
RPIJM pada hakikatnya merupakan operasionalisasi dari RPJMN dan RPJMD.
Kebijakan spasial dalam RPIJM mengacu pada RTRW Kota Pangkalpinang
sedangkan kebijakan sektoral/ program dalam RPIJM mengacu pada RPJMN
dan RPJMD 2009-2013 atau lanjutannya atau master plan sektor yang
ada.Untuk lebih dipahami, berikut ini disajikan gambar Diagram yang
diperlukan sebagai pedoman penyudunan RPIJM Kota.Kedudukan RPIJM
Bidang PU/ Cipta Karya Kota Pangkalpinang berada di bawah kebijakan
spasial dan kebijakan sektoral segai Rencana Pembangunan Infrastruktur
(Infrastructure Development Plan) di Kota Pangkalpinang .
Kedudukan RPIJM Kota Pangkalpinang dalam rencana pembangunan Kota

Pangkalpinang dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut :

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 5

Gambar 2.3
Kedudukan RPIJM dalam Rencana Pembangunan Nasional

RPIJM pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dari RPJMN dan RPJMD.
Gambaran kedudukan RPIJM dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut :

Gambar 2.4
Kedudukan RPIJM Secara Historis

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 6

2.3

PENGERTIAN RPIJM
Rencana Program Investasi (Infrastruktur) Jangka Menengah Bidang PU/Cipta
Karya atau disingkat sebagai RPIJM Bidang PU/Cipta Karya merupakan dokumen
rencana kerjasama pembangunan infrastruktur (Infrastructure Development
Plan:IDD) di Kabupaten/Kota yang bersifat lintas sektoral.
RPIJM merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility Study) untuk
rencana pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya
RPIJM bersifat sektortal dan terpadu merupakan Consolidated FS yang dapat
diterima semua pihak RPIJM dimaksudkan bukan untuk menggantikan fungsi
RPJMD sebagai dokumen politik sebagaimana Repelitada pada masa yang lalu,
akan tetapi RPIJM merupakan dokumen teknis kelayakan program (Feasibility
Study) untuk rencana pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya.
Sebagai dokumen teknis, RPIJM perlu dikerjakan secara profesional (oleh
ahlinya), namun tetap menekankan proses partisipasi melalui dialog kebijakan
dengan pihak-pihak terkait, masyarakat, profesional dan lain-lain pada tahap
penyusunan rencana pembangunan Kota dan melalui dialog investasi dengan
masyarakat dan dunia usaha maupun pihak-pihak yang terkait pada tahap
penyusunan prioritas program/kelayakan program investasi. Dengan demikian,
RPIJM yang bersifat sektoral dan terpadu merupakan Consolidated FS yang
dapat diterima semua pihak sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah.
sedangkan berdasarkan Buku Pedoman RPIJM, pengertian RPIJM adalah
seperti dibawah ini.

RPIJM (Rencana Program Investasi
Jangka Menengah)

Program Tahunan RPIJM

RPIJM Bidang PU/Cipta Karya

Rencana
Penyelenggaraan
Pembangunan prasarana dan sarana
(infrastruktur) Kabupaten/Kota yang di
susun sebagai Considated Feasibility
Study (CFS) dengan keterpaduan
penanganan fisik dan bukan fisik untuk
mendukung
pewujudan
wilayah
perkotaaan
Rencana
Kegiatan
yang
akan
dilaksananakan dalam jangka waktu
satu tahun dan merupakan bagain
RPIJM
Merupakan dokumen teknis bidang
PU/Ciptakarya sebagai Considated
Feasibility Study (CFS) yang berisi
rencana
penyelenggaraa
pembangunan infrastruktur bidang
PU/Ciptakarya dengan pendekatan
keterpaduan
dan
pengembangan
wilayah berkelanjutan

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 7

2.4

PEMAHAMAN
KECIPTAKARYAAN

TERHADAP

INFRASTRUKTUR

Komponen infrastruktur keciptakaryaan dalam kawasan permukiman, meliputi Air
Bersih, Sanitasi (Limbah), Drainase, Persampahan dan Jalan Lingkungan. Kelima
Infrastruktur keciptakaryaan tersebut nantinya akan menjadi komponen
perencanaan dalam Penyusunan Rencana Teknis Rinci (Detailed Engineering
Design/ DED) untuk penanganan prioritas di dalam kawasan. Berikut ini diuraikan
tentang komponen perencanaan kelima infrastruktur keciptakaryaan tersebut.
A. Air Bersih
Air bersih adalah air yang telah
memenuhi syarat kesehatan baik
ukuran kuantitas air itu sendiri. Air
bersih dapat berasal dari beberapa
macam, yaitu air tanah, sungai,
danau,
mata
air,
dan
salju.
Kesemuanya itu disebut dengan air
baku, yaitu air yang belum diolah dan
diambil langsung dari sumbernya.
Ketersediaan air bersih merupakan
salah
satu
prasyarat
mutlak
berlangsungnya peri-kehidupan dan penghidupan yang layak dalam suatu
wilayah. Untuk itu, dalam hal tidak tersedianya air baku yang memadai untuk
melayani suatu kawasan perumahan dan permukiman, maka jaringan air
bersih yang termasuk jaringan prasarana dasar perlu disediakan melalui
berbagai cara, antara lain dilayani melalui :






Menghubungkan kawasan perumahan
dan lingkungan permukiman yang
membutuhkan ke jaringan layanan air
bersih berskala kota (sistem jaringan
induk);
Membangun instalasi pengolah air bersih
setempat
dengan
memanfaatkan
berbagai sumber yang ada dan memadai
untuk dikembangkan sebagai sumber air
baku (sungai, saluran irigasi, sumur
dalam dll), melalui teknologi yang
memungkinkan;
Pengaturan penyediaannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan berbagai standar baku mutu air bersih.

Perencanaan air bersih terkait dengan penyediaan air bersih yang dapat
diperoleh secara individual maupun komunal, serta harus memenuhi syarat

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 8

baik kuantitas ataupun kualitasnya. Pada umumnya air harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Syarat Fisik, yaitu air tidak boleh berwarna, tidak boleh berasa, tidak boleh
berbau;
2. Syarat Kimia, yaitu air tidak boleh mengandung zat-zat kimia atau mineral
yang melebihi batas yang telah ditentukan;
3. Syarat Bakteriologis, yaitu air tidak boleh mengandung bakteri penyakit
dan bakteri coli melebihi batas yang telah ditentukan.

B. Sanitasi (Air Limbah)
Sanitasi/air limbah/ adalah semua
jenis air yang sudah tidak terpakai lagi
akibat penggunaan oleh manusia.
Sumber air limbah ini ada 2 (dua)
jenis, yaitu (1) Air Limbah Domestik
yang berasal dari kegiatan rumah
tangga, dan (2) Air Limbah Industri
yang berasal dari kegiatan industri.
Jika karakteristik air limbah domestik
adalah mengandung bahan organik,
maka karakteristik air limbah industri mengandung bahan kimia dan radioaktif.
Penyediaan jaringan air limbah (termasuk sistem pengolahannya) haruslah
dilakukan dalam sistem terpisah dan terintegrasi dengan sistem jaringan
perkotaan. Sistem pembuangan air limbah ini harus memenuhi SNI 03-17332004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.

C. Sistem Persampahan
Sampah adalah suatu bahan
buangan yang tidak cair atau
disebut limbah padat atau ½
padat
yang
berasal
dari
berbagai aktivitas lingkungan
masyarakat.
Berdasarkan
klasifikasinya, sampah terdiri
dari 3 (tiga) jenis, yaitu :
(1) Sampah Basah (Garbage), yaitu jenis sampah yang susunannya
sebagian besar terdiri dari bahan organik dan mempunyai sifat
membusuk, seperti sayuran dan daging;

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 9

(2) Sampah Kering (Rubbish), yaitu sampah yang susunannya terdiri dari
bahan organik dan atau anorganik, serta mempunyai sifat yang tidak
mudah membusuk, seperti sampah logam;
(3) Sampah Lunak, yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik
dan an-organik, merupakan partikel-partikel kecil, ringan dan mempunyai
sifat mudah beterbangan, misalnya debu dan abu;
(4) Sampah Berbahaya, yaitu seperti sampah patogen dari Rumah Sakit,
sampah beracun (pestisida, insektisida), dan sampah radioaktif (bahan
nuklir).
Pada kawasan permukiman, ketersediaan sistem persampahan harus
memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan, kesehatan,
kebersihan, dan keindahan lingkungan. Sistem pembuangan sampah
mengikuti ketentuan SNI 03-3242-1994 tentang Tata Cara Pengelolaan
Sampah di Permukiman.

D. Drainase
Pada dasarnya fungsi drainase ada 2
(dua), yaitu sebagai pengendali banjir
dan drainase kota. Penyediaan drainase
sangat perlu karena merupakan tindakan
teknis untuk memperbaiki daerah lahan
yang becek, tergenang air, pengendalian
banjir atau menyalurkan buangan air
permukaan akibat akumulasi limpasan air
hujan yang berlebihan.
Penyediaan jaringan drainase dapat
berupa saluran terbuka maupun tertutup
dan harus direncanakan berdasarkan
daya resap tanah serta kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan
perumahan bebas dari genangan. Sistem drainase juga harus memenuhi SNI
03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan.

E. Jalan Lingkungan
Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun
meliputi apapun segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu-lintas

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 10

Dalam
suatu
lingkungan
permukiman, salah satu prasarana
penting yang harus disediakan
dengan baik dan memenuhi standar
adalah prasarana jalan, terutama
jalan lingkungan. Untuk itu, jalan
dengan
segala
kelengkapannya
seperti trotoar, drainase, lampu jalan,
dan
sebagainya,
harus
dapat
memberikan rasa aman dan nyaman
tidak hanya bagi pergerakan kendaraan bermotor tetapi jugapergerakan
pejalan kaki.

2.5

DASAR DAN HAKEKAT PENYUSUNAN RPIJM
Inti dasar dalam penyusunan RPIJM harus mempertimbangkan dasar dan
hakekat penyusunan itu sendiri, yaitu :
1.

P
roses Perencanaan yang Partisipatif : Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
dan pembangunan kota yang dinamis membutuhkan penyediaan fasilitas
infrastruktur yang layak, memadai, terjangkau, adil, serta bagi kepentingan
masyarakat luas. Untuk itu diperlukan perencanaan program investasi yang
partisipatif

2.

M
embangun Transparansi dan Persepsi Bersama : Permasalahan yang
dihadapi kota, baik persoalan ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, maupun
persoalan kapasitas institusi agar dapat menjadi persepsi bersama.

3.

K
eterpaduan dan Keberlanjutan : Perencanaan Program Investasi Jangka
Menengah Bidang PU/ Cipta Karya mengacu pada prinsip pengembangan
wilayah, RUTRW, RPJMN, RPJMD, dan Renstra PU/ Cipta Karya, dinas
terkait, masterplan sektor, strategi pembangunan kota, maupun peraturan
perundangan yang berlaku.

4.

K
elayakan Teknis, Sosial, Ekonomi dan Lingkungan : Penentuan prioritas
program dan kegiatan perlu mengacu pada hasil studi kelayakan (FS/DED),
kelayakan ekonomi dan sosial lingkungan.

5.

C
redit Worthiness dan Akuntabilitas : Perhitungan kemampuan penyediaan
dana perlu didasarkan pada hasil analisis keuangan. Demikian pula
kemampuan pelaksanaan perlu diperhitungkan dari hasil analisis

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 11

kelembagaannya,
pembangunan.

serta

perlu

mempertimbangkan

keberlanjutan

Untuk lebih jelasnya mengensi dasar dan hakekat penyusunan RPIJM dapat
dilihat pada gambit 2.5 di bawah ini.

Gambar 2.5
Dasar dan Hakekat Penyusunan RPIJM

2.6

KOMPONEN RPIJM

2.6.1 Gambaran Kondisi Wilayah
Menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek. Dari gambaran umum
diharapkan dapat tercermin kondisi daerah, terkait permasalahan dan trend yang
dihadapai.
Gambaran kondisi wilayah mencakup beberapa hal, yaitu gambaran umum dan
gambaran prasarana. Gambaran umum, meliputi:gambaran geografis, gambaran
demografis, perekonomian daerah, dan gambaran kondisi sosial dan budaya.
Sedangkan gambaran prasarana mencakup gambaran kondisi seluruh sektor
yang ada dalam lingkup infrastruktur bidang PU/Cipta Karya, dan apabila
memungkinkan mencakup jalan dan transportasi serta pengendalian banjir.
Gambaran geografis diharapkan mampu menjabarkan posisi geografis daerah;
gambaran fisiografi daerah; letak daerah, apakah pembulutanllembahlpantai;
kondisi meteorologi; kondisi geologis dan beberapa kondisi lainnya. Gambaran
demografi daerah diharapkan menjabarkan informasi terperinci mengenai
kependudukan. Informasi kependudukan diharapkan dalam time series minimal 5
tahun antara lain: jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk, struktur umur,

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 12

jenis kelamin, tngkat pendidikan, ketenagakerjaan, matapencaharian, kemiskinan,
dan migrasi.
Gambaran perekonomian daerah mencakup data dan informasi kondisi ekonomi
daerah dan kondisi keuangan daerah. Kondisi perekonomian daerah mencakup
kondisi perkembangan PDRB, sektor-sektor andalan yang berkontribusi pada
PDRB dalam mendukung daerah, laju tingkat investasi (ICOR), tingkatllaju inflasi
daerah, dan potensi ekonomi (pertanian, pertambangan, industri, perdagangan
dan jasa, pariwisata). Sedangkan informasi keuangan daerah mencakup
perkembangan penerimaan, pembiayaan dan pendanaan daerah, pinjaman
daerah, perkembangan PAD yang menjabarkan retribusi dan paj ak daerah.
Kondisi sosial budaya menjabarkan kondisi-kondisi sosial yang menonjol, seperti
tingkat pengangguran; tingkat kemiskinan, aspek pendidikan, dan kesehatan.
Sedangkan gambaran budaya daerah memberikan gambaran antropologi daerah
serta kondisi masyarakat. Melalui gambaran budaya diharapkan mampu
tergambar kondisi menyeluruh dari masyarakat, termasuk di dalamnya potensi
pariwisata yang dimiliki.
Gambaran kondisi prasarana dijabarkan secara umum, meliputi: sistem
penyediaan; sistem pelayanan; cakupan area; cakupan pelayanan; kebocoran
pelayanan (khusus air minum); aset yang dimiliki; pendanaan dan pembiayaan;
kelembagaan, dan beberapa permasalahan yang dihadapi.

2.6.2 Rencana Pembangunan Kota
Visi dan misi ini dapat mengacu pada dokumen RPJMD bilamana sudah ada.
Adapun Visi dan Misi pembangunan adalah sebagai berikut:
Visi Pembangunan adalah gambaran atau pandangan tentang masa depan yang
diinginkan. Dalam konteks perencanaan, visi merupakan rumusan umum
mengenai keadaan yang diharapkan pada akhir periode perencanaan. Sebuah
visi diperlukan sebagai pegangan dalam menghadapi masa depan. Sehingga
gerak antisipatif dan inovatif organisasi diarahkan agar selalu fokus dan konsisten
menuju rumusan harapan yang diinginkan di masa depan.
Visi disusun dengan mempertimbangkan sintesa antara potensi dan kemampuan
realistis yang dimiliki dengan permasalahan, tantangan, serta keterbatasan yang
dihadapi, dan memperhatikan kesesuaiannya dengan kecenderungan
pertumbuhan daerah. Visi tersebut juga disusun dengan memperhatikan
kesesuaiannya dengan fungsi, dan peran daerah dalam konteks pembangunan
wilayah. Di dalam fungsinya, kegiatan-kegiatan yang dibangun untuk mewujudkan
visi dapat membuat kehidupan internal daerah berlangsung efektif. Kegiatankegiatan pembangunan itu juga diharapkan memiliki peran yang kuat sehingga
memberikan pengaruh dan turut mendukung kemajuan daerah dalam konstelasi
wilayah yang lebih luas. Selain itu, secara praktis visi haruslah mencerminkan
kondisi yang realistik, dapat dicapai dan terukur.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 13

Misi merupakan suatu yang luas yang harus diemban atau dilaksanakan agar
tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan visi yang telah
ditetapkan atau dengan kata lain, misi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
mewujudkan visi. Misi dituliskan dalam bentuk poin-poin misi yang akan
dilaksanakan.
Strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan dirancang secara konseptual,
analitis, realistis, rasional, dan komprehensif. Strategi yang diwujudkan dalam
kebijakan dan program. Strategi pembangunan dimaksudkan untuk
mengembangkan sistem sosial politik yang tangguh sehingga sistem dan
kelembagaan ketatanegaraan yang terbangun tahan menghadapi berbagai
macam goncangan sebagai suatu sistem sosial politik yang berkelanjutan. Di atas
landasan sistem sosial politik yang berkelanjutan tersebut dikembangkan sistem
peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat yang merupakan bagian
penting dari strategi pembangunan kedua. Sesuai amanat konstitusi, peningkatan
kapasitas dan kemampuan masyarakat harus dilakukan melalui penyediaan dan
pemenuhan hak-hak dasar rakyat.
Landasan yang kokoh diperlukan bagi pembangunan yang berkelanjutan dan
generasi mendatang yang lebih baik. Ruang gerak bagi kehidupan yang lebih baik
tersebut akan semakin terbuka apabila ekonomi stabil, mandiri, dan tumbuh
dengan cepat; ada jaminan dan kepastian hukum serta aturanaturan; serta
kapasitas diri dan kualitas kehidupan warga negara yang meningkat.
A. Skenario Pengembangan Wilayah
Skenario pengembangan daerah adalah alternatif dan gambaran dari
pelaksanaan strategi pembangunan dengan melihat lingkungan strategis yang
mempengaruhi. Melalui skenario ini dapat diperoleh ilustrasi terhadap kondisi
awal dan pencapaian serta kondisi pada akhir pelaksanaan. Adanya skenario
pengembangan daerah akan diperoleh gambaran yang utuh dengan adanya
intervensi strategis yang diambil. Skenario pembangunan daerah ini akan
membantu penyusun/aparat dalam memprediksi akhir perencanaan dari
seluruh aspek.
Skenario Pengembangan Kabupaten/Kota menguraikan tentang arah dan
strategi pengembangan kota dalam kurun waktu tertentu yaitu 10 sampai 20
tahun, yang meliputi aspek-aspek:
1. Arah Pengembangan Struktur Kota
Menguraikan tentang pembagian kawasan-kawasan kota, rencana struktur
kota, dan rencana penggunaan lahan. Uraikan mengenai arah
pengembangan struktur kota yang dilengkapi dengan tabel rencana
penggunaan lahan serta peta rencana struktur kota dan skenario
pengembangan kota.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 14

2. Fungsi dan Peran Kota
Menguraikan tentang fungsi dan peranan kota serta kawasan-kawasan
kota pada saat ini dan yang akan dikembangkan dalam jangka menengah.
3. Arahan Pengembangan Permukiman dan Kependudukan (proyeksi jumlah
penduduk)
Menguraikan tentang rencana pengembangan jumlah dan distribusi
penduduk dalam jangka menengah yang sejalan dengan rencana
pengembangan struktur kota serta rencana pengembangan fungsi dan
peran kota. Uraian ini dilampiri dengan tabel prediksi jumlah dan
persebaran penduduk jangka menengah.
4. Identifikasi Wilayah yang perlu dikendalikan
Menguraikan tentang kawasan-kawasan kota yang perlu dikendalikan
perkembangannya terutama berkaitan dengan tingkat pelayanan
infrastruktur dan adanya permasalahan yang disebabkan oleh kondisi fisik
kawasan yang bersangkutan. Disamping itu, uraian juga harus berkaitan
dengan peta indikasi permasalahan dan penanganannya.
5. Identifikasi Wilayah yang didorong pertumbuhannya
Menguraikan tentang kawasan-kawasan kota yang diarahkan sebagai
iokasi baru bagi pengembangan kegiatan-kegiatan perkotaan yang
mendukung strategi dan skenario pengembangan perkotaan. Di samping
itu, uraian ini dilampiri dengan peta indikasi pengembangan perkotaan di
masing-masing kawasan kota. Peta ini dapat digabung dengan peta
indikasi permasalahan dan penanganannya.
6. Arahan Rencana Induk Sistem Prasarana dan Sarana (Masterplan
Infrastruktur)
Menguraikan secara umum tentang rencana induk sistem prasarana dan
sarana dalam jangka panjang, uraian ini dilengkapi dengan peta lengkap.

B. Skenario Pembangunan Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya
Skenario Pembangunan Bidang PU/Cipta Karya adalah alternatif dan
gambaran dari perwujudan rencana pengembangan kota dan masterplan
prasarana. Skenario Pengembangan Bidang PU/Cipta Karya mencakup sektor
Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan,
Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Pengembangan Air Minum.
Disamping itu, melalui skenario pengembangan prasarana ini dapat
diwujudkan keterkaitan dan keterpaduan antar sektor. Skenario pembangunan
infrastruktur perlu mengacu pada masterplan sektor, RPJMD dan kebijakan
sektoral.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 15

2.6.3 Rencana Program Investasi Infrastruktur
Rencana program investasi PU/Cipta Karya merupakan perencanaan program
secara detail yang dijabarkan dari segi pendanaan, teknis yang sesuai hasil studi
kelayakan masing-masing sektor serta mengacu pada perundang-undangan
selama 5 tahun ke depan dengan didukung hasil analisis kelembagaan daerah
dan kapasitas keuangan daerah.
Rencana investasi Bidang PU/Cipta Karya mencakup kelayakan (FS) dari sektor
Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Penyehatan
Lingkungan Permukiman dan Pengembangan Air Minum.
Secara singkat proses untuk pengembangan pencapaian rencana program
investasi perlu mengacu pada hasil-hasil sebagai berikut: (i) Penyusunan strategi
pembangunan didasarkan pada RUTRK, potensi dan kondisi fisik, ekonomi, politik
dan kebijakan daerah yang terintegrasi dengan kebijakan nasional; (ii) Penilaian
terhadap kemampuan pendanaan, kemampuan melakukan pinjaman selama
periode perencanaan dan perlu dilihat kemampuan swasta dan masyarakat di
Kabupaten/Kota untuk melakukan investasi; (iii) Penilaian terhadap kemampuan
kelembagaan; (iv) Penyusunan program investasi sementara tanpa
memperhitungkan kendala yang ada dengan mempertimbangkan pendanaan dan
konsistensi dengan kebijakan daerah yang terintegrasi dengan kebijakan pusat;
(v) Penyusunan rencana tindak peningkatan pendapatan; (vi) Penyusunan
rencana tindak pengembangan kelembagaan; (vii) Penyusunan desain dan
penilaian terhadap kelayakan proyek yang mendapat prioritas; (viii) Penyusunan
Rencana Program Investasi Jangka Menengah yang meliputi suatu program
pembelanjaan, rencana pendanaan serta jadwal dan pengaturan pelaksanaan.

2.6.4 Aspek Safeguard Sosial Dan Lingkungan
Sejak awal perencanaan suatu proyek, pemerintah sudah menghendaki diadakan
studi Penyajian Informasi Lingkungan atau PIL. PIL merupakan suatu alat
pemerintah untuk memutuskan apakah proyek yang diusulkan ini perlu ANDAL
atau tidak. Dengan mempelajari laporan PIL, pemerintah sebagai pengambil
keputusan menilai apakah proyek yang diusulkan ini potensial menimbulkan
dampak yang besar atau tidak. Kalau dianggap berpotensi besar untuk
menimbulkan dampak terutama yang negatif, maka pengambil keputusan akan
mengharuskan pemilik proyek melakukan ANDAL. Sebaliknya apabila dianggap
tidak menimbulkan dampak yang berarti, maka pemilik proyek tersebut tidak perlu
melakukan ANDAL dan dapat mulai membangun proyeknya dengan diberikan
pedoman pengelolaan dan pemantauannya.
Keputusan yang dapat diambil adalah:
 Proyek tidak boleh dibangun;
 Proyek boleh dibangun sesuai dengan usulan (tanpa persyaratan);

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 16

 Proyek boleh dibangun, tetapi dengan saran-saran tertentu yang harus diikuti
pemilik proyek (dengan syarat).
Dengan mempelajari ANDAL, pengambil keputusan mencoba melihat:
 Apakah akan ada dampak pada kualitas lingkungan hidup yang melampaui
toleransi yang sudah ditetapkan;
 Apakah akan menimbulkan dampak pada proyek lain sehingga dapat
menimbulkan pertentangan;
 Apakah akan timbul dampak negatif yang tidak akan dapat ditoleransi
masyarakat serta membahayakan keselamatan masyarakat;
 Sejauh mana pengaruhnya pada pengaturan lingkungan yang lebih luas.
Dan masih banyak lagi pertimbangan yang akan digunakan dan biasanya tiap
negara mempunyai urutan prioritas di dalam menggunakan pertimbangan.

2.6.5 Aspek Keuangan Daerah
Penilaian kapasitas keuangan daerah perlu mempertimbangkan:
a. Beban belanja;
b. Kondisi daerah;
c. Penerimaan;
d. Proyeksi keuangan;
Aspek keuangan dalam penyusunan RPIJM perlu diproyeksikan dan dianalisa.
Kapasitas pendanaan daerah pada dasarnya adalah dalam rangka membuat
taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana
Kabupaten/Kota, yang meliputi:
a. Pembelanjaan untuk pengoperasiaan dan pemeliharaan prasarana yang telah
terbangun;
b. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada;
c. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.
Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM yang diperhatikan adalah
hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber
yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara
keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa
dalam masyarakat yang menerima hasil proyek tersebut. Komponen yang
merupakan bagian dari aspek daerah adalah berikut:
A. Komponen Penerimaan
Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang berupa hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan kekayaan bersih.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 17

Penerimaan Pendapatan terdiri atas: (1) Pendapatan Ash Daerah (PAD); (2)
Dana Perimbangan; dan (3) Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan
dijelaskan satu persatu sub komponen pendapatan dan gambaran umum
tentang sub komponen pendapatan di daerah pada umumnya.
B. Belanja Daerah
Belanja daerah merupakan pengeluaran biaya yang dilakukan daerah untuk
memenuhi kebutuhannya, belanja daerah terdiri dari pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan yang terdiri dari:
1. Belanja Operasi;
2. Belanja Modal;
3. Transfer ke Desa/Kelurahan;
4. Belanja Tak Terduga.
C. Proyeksi Keuangan
Menguraikan kondisi keuangan selama rencana 5 tahun ke depan baik dari
komponen penerimaan dan melakukan belanja daerah sehingga akan didapat
gambaran secara umum mengenai kapasitas keuangan daerah. Adapun
proyeksi yang harus dilakukan yaitu:
1. Proyeksi penerimaan dan belanja;
2. Proyeksi PAD dan dana perimbangan;
3. Proyeksi public saving.
D. Kapasitas Pendanaan Pembangunan
Dengan adanya proyeksi penerimaan dan belanja daerah akan diperoleh
gambaran umum mengenai kapasitas keuangan daerah. Baik kemampuan
daerah dalam melakukan pembiayaan pembangunan dari proyeksi keuangan
berupa keuntungan atau produktifitas daerah, atau kapasitas daerah untuk
melakukan pinjaman modal dengan cicilan sebesar keuntungan atau
produktifitas hasil proyeksi.
E. Rencana Tindak Peningkatan Pendapatan Daerah
Rencana tindak penguatan pendapatan adalah serangkaian kegiatan yang
mencakup kegiatan analisis sumber-sumber pendapatan daerah sebagai
salah satu sumber pendanaan infrastruktur bidang PUICipta Karya. Kegiatan
ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Faktorfaktor internal merupakan faktor yang berpengaruh dan berada di dalam
kendali manajemen. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang
berpengaruh, namun berada di luar kendali manajemen. Dimana faktor
eksternal bersifat unccertainty.
Tujuan dari pengembangan Rencana Tindak Peningkatan Pendapatan daerah
adalah meningkatnya pendapatan, khususnya pendapatan Kabupaten/Kota,

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 18

dalam upaya mencukupi kebutuhan pembiayaan program investasi
pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya termasuk dalam mendanai
operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang ada.
Peningkatan Pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan antara lain
melalui optimalisasi sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari
retribusi dan pajak, termasuk di dalamnya peningkatan fungsi dan peran
kelembagaan yang terkait.
Pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya hanya dimungkinkan
terjadi pembangunan yang melampaui batas wilayah administrasi
Kabupaten/Kota. Untuk itu pada kasus seperti ini diperlukan pembahasan
bersama dengan koordinasi dari Pemerintah Provinsi. Dalam kaitan ini, pada
kasus lintas wilayah, perlu disusun Rencana Pembiayaan yang memadai.

2.6.6 Aspek Kelembagaan
Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langung dengan pembangunan
prasarana Kabupaten/Kota bidang PU/Cipta Karya, yaitu agar investasi
pembangunan dan dioperasionalkan secara maksimal oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Dalam hal pembangunan kota mencakup wilayah lebih dari satu
wilayah Kabupaten/Kota, perlu dikaji kelembagaan secara lebih mendalam dan
melibatkan peran pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat sehingga dapat
diwujudkan kerjasama antar Kabupaten/Kota dan fungsi koordinasi yang bersifat
sinergi.
A. Analisis Tinjauan Kemampuan Kelembagaan Yang Ada
Untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya
dibutuhkan dukungan kelembagaan yang ada. Kemampuan Kelembagaan
sendiri merupakan manajemen yang dibutuhkan untuk mempersiapkan,
melaksanakan dan memelihara suatu Rencana Tindakan Pengembangan
Kelembagaan Pemerintah Daerah baik Pemerintah Provinsi maupun
Kabupaten/Kota dan juga merupakan alat operasional yang dipergunakan
untuk mengembangkan kelembagaan dan sumber daya manusia, terutama
untuk mendukung pelaksanaan Rencana Program Investasi Jangka
Menengah Bidang PUlCipta Karya.
Program peningkatan kemampuan kelembagaan dalam rangka mendukung
pelaksanaan pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya terdiri dari
dua faktor, yaitu: i) Pengorganisasian dan Staffing, ii) Pelatihan. Adapun
program pengorganisasian, staffing, dan pelatihan harus diletakkan dalam
kerangka program peningkatan kemampuan kelembagaan daerah secara
menyeluruh. Oleh karena itu, agar upaya peningkatan kelembagaan dapat
dilaksanakan dengan baik, diperlukan adanya kebutuhan yang dirasakan
untuk mengadakan perubahan serta motivasi dan kemampuan untuk
melaksanakannya.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 19

Dengan demikian, diharapkan kinerja organisasi kelembagaan meningkat
yang mengakibatkan pelayanan program dapat dilaksanakan secara efisien
dan efektif sesuai visi dan misi Kabupaten/Kota.
Adapun dalam melakukan analisis terhadap kemampuan kelembagaan
daerah, maka dapat dilihat tinggi rendahnya prestasi serta kinerja lembaga
daerah yang akan ditentukan oleh hal-hal berikut ini, yaitu: i) Organisasi; ii)
Prosedur; iii) Tenaga dan Pelatihannya; iv) Fasilitas Kerja dan Perlengkapan
yang tersedia.
B. Rencana Tindak Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Tujuan dari peningkatan kapasitas kelembagaan terkait dengan pembangunan
infrastruktur bidang PU/Cipta Karya terutama agar instansi pembangunan
yang diselenggarakan dapat dilaksanakan dengan baik, dan dapat terpelihara
dan diperankan secara optimal oleh pemerintah daerah selaku penyelenggara
pembangunan daerah.
Berkaitan
pembangunan
infrastruktur
meliputi
wilayah
beberapa
Kabupaten/Kota, maka aspek kelembagaan perlu dibahas pada tingkat
Provinsi agar koordinasi antar pemerintah Kabupaten/Kota dapat
terselenggara dengan baik. Kelembagaan daerah perlu dioptimalkan dan perlu
dikoordinasi dan dilakukan sinkronisasi sesuai dengan sesuai dengan Tugas
Pokok dan Fungsi serta kedudukan dari masing-masing perangkat daerah,
guna mendukung kapasitas kelembagaan yang mampu mendorong
pembangunan infrastruktur bidang PU Cipta Karya yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, analisis dalam penyusunan rencana tindak meliputi: Bappeda,
Sekretariat Daerah, Dinas PU atau sepadannya, Dinas Kebersihan, PDAM,
BPKD (Badan Pengelola Keuangan Daerah), dan instansi-instasi terkait.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

2- 20