RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM)
BAB II PRO FIL KABU PATEN TIM O R TEN GAH UTARA Profil Kabupaten Timor Tengah Utara menggambarkan kondisi daerah dari berbagai
aspek. Dari profil Kabupaten tersebut diharapkan dapat tercermin kondisi daerah terkait dengan Rencana Program Investasi Jangka M enengah (RPIJM ). Profil Kabupaten Timor Tengah Utara terdiri dari gambaran kondisi geografis dan administratif wilayah, gambaran mengenai demografi, gambaran mengenai topografi wilayah, gambaran mengenai geohidrologi, gambaran mengenai geologi, gambaran mengenai klimatologi, dan gambaran mengenai kondisi sosial dan ekonomi.
2.1. W ilayah Administrasi Kabupaten Timor Tengah U tara.
Kabupaten Timor Tengah Utara terletak antara 9 02' 48" LS – 9 37’ 36” LS dan antara 124 04' 02" BT - 124 04' 00" Bujur Timur. Adapun batas-batas w ilayah administratif kabupaten ini adalah sebagai berikut :
Selatan : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Utara : berbatasan dengan wilayah ambenu (Timor Leste) dan Laut Saw u, Barat : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kupang dan TTS Timur : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Belu. 2 Luas w ilayah Kabupaten TTU ± 2,669,70 km atau sekitar 5,6 % dari luas daratan Provinsi
N usa Tenggara Timur, yang terbagi kedalam 24 kecamatan termasuk kecamatan yang mengalami pemekaran yang aw alnya 9 kecamatan sesuai Perda kabupaten TTU N o. 8 tahun 2007. Berdasarkan data topografi w ilayah ini berada pada kemiringan kurang dari 40 2 2 dengan luas 2,065,19 km atau 77,4 % dari luas w ilayah TTU; sedangkan sisanya 604,51 km atau 22,6 % mempunyai kemiringan lebih dari 40 , W ilayah dengan kemiringan kurang dari 40 sebagian besar berada pada ketinggian kurang dari 500 m dari permukaan laut yakni 2 seluas 1676,51 km atau 62,8 % . Dari 174 desa/ kelurahan terdapat 9 desa yang dikategorikan kedalam desa pantai yakni desa Oepuah (Biboki Selatan), Humusu C dan Oesoko (Insana Utara) serta Nonotbatan, M aukabatan, Tuamese, Oemanu, M otadik, dan Ponu (Biboki Anleu), sedangkan sisa 165 desa lainnya yang tersebar di 24 w ilayah kecamatan yang ada merupakan desa/ daerah bukan pantai. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Luas Tiap Kecamatan di Kabupaten Timor Tengah U tara Tahun 2015 N o Kecamatan Jumlah Desa/ Kel Luas (Km13 Kota Kefamenanu 9 74,00 2,77
24 Biboki Feotleu 5 124,70 4,67 Jumlah 174 2.669,70 100 ,00
23 Biboki Anleu 9 206,40 7,73
22 Biboki Utara 7 138,70 5,20
21 Biboki M oenleu 7 85,78 3,21
20 Biboki Tanpah 4 99,15 3,71
19 Biboki Selatan 8 164,17 6,15
18 Insana Fafinesu 6 52,88 1,98
17 Insana Tengah 5 124,00 4,64
16 Insana Barat 7 102,00 3,82
15 Insana Utara 5 53,84 2,02
14 Insana 13 333,08 12,48
12 Noemuti Timur 4 55,77 2,09
2 ) Prosentase (% )
11 N aibenu 4 88,00 3,30
10 Bikomi Utara 9 70,70 2,65
9 Bikomi N ilulat 6 82,00 3,07
8 Bikomi Tengah 8 61,50 2,30
7 Bikomi Selatan 8 48,68 1,82
6 Noemuti 12 155,60 5,83
5 M iomaffo Timur 11 101,45 3,80
4 M utis 4 90,50 3,39
3 M usi 6 82,17 3,08
2 M iomaffo Tengah 5 75,00 2,81
1 M iomaffo Barat 12 199,63 7,48
Sumber : TTU Dalam Angka 2016
Gambar 2.1. Dagram Pie Luasan Kabupaten Timor Tengah U tara per KecamatanBiboki
Maimaffo
MiomaffoFoetleu124,70 Biboki Utar a Bi boki Anleun
Bar at 199,63
Tengah 75,00Musi 82,17 206,40 138,70 Mutis 90,50
Biboki Monleu Mi om affo 85,78
Ti mur 101,45 Bi boki Tanpah Noemut i
99,15 155,60 Bikomi
Bi boki Selatan Selat an 48,68 164,17
Bi komi Insana Tengah 61,50 Fafi nesu
Bi komi Nilulat 52,88 82,00 Insana
Insana 333,08 Tengah Bi komi Utar a Kot a
124,00 70,70 Naibenu
Kefamenanu Insan Bar at Insana Utar a Noemut i 88,00 74,00
102,00 53,84 Timur 55,77
Penggunaan Lahan di Kabupaten TTU, lebih banyak digunakan untuk sektor pertanian, dari data BPS tahun 2016 diketahui bahw a luas w ilayah daratan yang digunakan untuk pertanian sebesar 97.948 ha, yang terdiri dari Saw ah : 11.366 ha, ladang : 24.466 ha, tegalan : 31.266 ha, perkebunan : 30.850 ha, hutan sebesar : 90.239 ha, atau secara keseluruhan mencapai 74% dari keseluruhan luas daratan di Kabupaten TTU. Dari data BPS juga diketahui bahw a luas lahan kritis mencapai 4.282 ha. Untuk kaw asan permukiman luasanya mencapai 20.685 ha, sedangkan sektor Industri / jasa berupa industri kecil atau rumah tangga sehingga belum ada kaw asan yang dikhususkan untuk pengembangannya.
Gambar 2.2. Dagram Pie Penggunaan Lahan di Kabupaten Timor Tengah U taraPerm ukim an Lain-lain 3,44% 15,02%
Pert anian 31,23% Non Produkt if
21,53% Hut an 28,78%
REN CAN A PRO GRAM IN VESTASI JAN GKA M EN EN GAH (RPIJM ) BIDAN G CIPTA KARYA KABUPATEN TIM O R TEN GAH UTARA
II-4 Gambar 2.3. Peta Administrasi Kabupaten Timor Tengah Utara
REN CAN A PRO GRAM IN VESTASI JAN GKA M EN EN GAH (RPIJM ) BIDAN G CIPTA KARYA KABUPATEN TIM O R TEN GAH UTARA
II-5 Gambar 2.4. Peta Administrasi Kota Kefamenanu
2.2. Potensi W ilayah Kabupaten
2.2.1. Pertanian Tanaman Pangan dan H ortikultura
Produksi tanaman pangan selama tahun 2015 secara umum mengalami fluktuasi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh kondisi curah hujan sepanjang tahun 2015. Bagi tanaman bahan makanan yang w aktu penanamannya relatif tepat dan adaptif terhadap fluktuasicurah hujan memperlihatkan hasil yang cenderung membaik seperti padi ladang, jagung, ubikayu, kacang tanah dan kacang hijau. Sedangkan produksi tanaman seperti padi saw ah dan ubi jalar mengalami sedikit penurunan karena rata- rata curah hujan baru normal setelah fase pembuahan tanaman tersebut sudah lew at. Ketersediaan produksi pangan dari komoditas padi selama tahun 2015 sebanyak 28 409 ton gabah kering giling (konversi ke beras: 18 374 ton) atau mengalami peningkatan sebesar 21,94% dari keadaan tahun sebelumnya. Secara parsial, produksi padi saw ah turun 13,98 % dan padi ladang yang mengalami peningkatan produksi 212,80 % . Peningkatan produksi padi pada tahun ini diduga lebih banyak disebabkan oleh faktor alam dan juga peningkatan luas lahan. Ketersedian produksi jagung yang menjadi makanan pokok sebagian besar masyarakat TTU selama tahun 2015 sebanyak 55. 948 ton pipilan kering atau mengalami peningkatan 78,01 % dari tahun sebelumnya. Produksi tanaman kacang-kacangan masing-masing adalah sebagai berikut: kacang tanah naik 0,14% , kacang hijau naik 200% , sedangkan produksi kacang kedele sama seperti tahun lalu yakni 3 ton. Ketersedian produksi untuk makanan berpati selama tahun 2015 yakni ubi kayu meningkat 77,93% , dan ubi jalar justru menurun 34,38% . Produksi komoditas sayur-sayuran selama musim panen tahun 2015 memperlihatkan hasil yang cukup beragam yakni untuk beberapa jenis sayursayuran seperti kacang panjang, cabai, tomat, dan bayam mengalami penurunan, sementara pada jenis lainnya baw ang merah, baw ang putih, kentang, kol, pitsai, kacang merah, labu siam, terung, ketimun, wortel, kangkung buncis, dan kangkung mengalami sedikit peningkatan produksi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Diduga karena kemampuan adaptif secara alamiah ataupun ketepatan w aktu tanam bagi beberapa komoditis dengan kondisi curah hujan yang bersifat fluktuatif tersebut. W ilayah pengembangan padi saw ah, tadah hujan dan padi ladang serta palaw ija (jagung, ubi-ubian dan kacang-kacangan) dan tanaman buah-buhan diprioritaskan di seluruh w ilayah Kecamatan. Sedangkan tanaman sayur-sayuran difokuskan di Kecamatan M iomaffo Barat. Penekanan pengembangan komoditas diutamakan pada komoditas jagung, kacang tanah dan baw ang putih sebagai komoditas potensial.
2.2.2. Perkebunan Rakyat
Pada umumnya baik produksi maupun luas panen komoditas perkebunan di Kabupaten TTU pada tahun 2015 belum memperlihatkan hasil dengan kapasitas yang cukup memadai. Hal ini dapat disebabkan penanganan budidaya perkebunan rakyat oleh sebagian besar petani masih diletakkan sebagai usaha komplementer dari usaha pokok yaitu pertanian tanaman pangan. Produksi tanaman kelapa pada tahun 2015 sebesar 574,18 ton atau mengalami penurunan sebesar 30,26 % , produksi tersebut dari luas panen 5.498 hektar. Tanaman kemiri sebagai salah satu tanaman potensial di daerah ini, pada tahun 2015 menghasilkan 1.480,73 ton dari luas panen 9.670 hektar atau mengalami penurunan 7,16 % dari keadaan tahun 2014. Jambu mente sebagai komoditas unggulan daerah,pada tahun 2015 menghasilkan 1.485,91 ton yang dihasilkan dari areal tanam seluas 11.265 ha atau dengan produktivitas rata-rata 1,31 kw intal per hektar dan mengalami penurunan hanya sebesar 0,09 ton. Komoditas perkebunan yang lainnya memiliki kapasitas produksi selama tahun 2015 adalah : pinang 462,85 ton (naik 2,40 % ), kapuk 107,57 ton (turun 39,23 % ), kopi 148,84 ton (naik 7,08 % ), dan kakao/ coklat 43,04 ton (naik 4,98 % ).
W ilayah pengembangan perkebunan rakyat diarahkan di seluruh w ilayah Kecamatan dan secara intensifikasi fokusnya pada Kecamatan Insana, Biboki Utara, Biboki Feotleu, M iomaffo Timur, Naebenu, Bikomi Utara dan Kecamatan Bikomi Tengah untuk komoditas perkebunan jambu mente dan kemiri, karena jenis tanaman ini sudah cukup familiar dengan kondisi masyarakat di Kabupaten TTU dan mempunyai prospek nilai perdagangan yang cukup tinggi.
2.2.3. Peternakan
Peternakan merupakan salah satu sektor vital yang mampu menyanggah kehidupan ekonomi sebagian besar keluarga tani di pedesaan. Paling tidak dengan memelihara ternak, rumah tangga tani dapat membiayai kebutuhan di luar pangan seperti menyekolahkan anak, membiayai kesehatan dan perumahan, bahkan pada saat kondisi kritis seperti gagal panen, komoditi ternak justru diandalkan untuk menopang pengadaan ketersediaan pangan keluarga. Jumlah rumah tangga usaha ternak di Kabupaten TTU pada tahun 2015 tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Bahkan jumlah rumah tangga usaha ternak jenis ayam ras petelur mengalami penurunan secara drastis. Sebagaian ternak besar maupun kecil mengalami peningkatan populasi dari tahun sebelumnya seperti ternak Sapi Bali naik 0,09 % , Babi naik 1,25 % , Ayam Buras/ Kampung naik 0,74 % , Kerbau naik 0,47 % , Kambing/Domba naik 0,06 % , dan Kuda naik 21,61 % . Sedang itik/itik manila turun 26,86 % . Upaya pemerintah Kabupaten TTU sebagai daerah “ Gudang Ternak” di Propinsi NTT, untuk meningkatkan populasi ternak andalan Sapi Bali menghadapi kendala yang semakin serius karena belakangan ini lalu-lintas mutasi ternak keluar, terutama bibit pejantan menjadi semakin sulit dikendalikan; ditambah ancaman penyakit bruccelosis yang sampai dengan saat ini terus menjadi momok yang menghantui perkembangan populasi ternak sapi, ketersediaan Hijauan M akanan Ternak (HM T) semakin berkurang dan rusaknya ketersediaan rumput di padang penggembalaan akibat tekanan dari rumput bunga putih (suf muti= bahasa lokal) atau
Crhomolaena Odorata. Kendala lainya adalah, sebagian besar petani ternak masih bertahan
pada pola budidaya ternak yang bersifat tradisional sebagai akibat dari kurang variatifnya pola pembinaan dan penyuluhan yang selama ini terkesan masih terpaku pada pola konvensional. Pola budidaya ternak yang bersifat sub sisten ini mengakibatkan pertambahan populasi ternak berjalan di tempat, dan terkesan berjalan secara alamiah tanpa rekayasa teknologi peternakan secara signifikan. M utasi ternak sapi selama tahun 2015 sebagai berikut: dipotong di RPH sebanyak 737 ekor dan di luar RPH 700 ekor, sedangkan yang diantarpulaukan melalui pelabuhan W ini ataupun transportasi darat sebanyak 14.100 ekor. Jumlah mutasi penggunaan yang cukup tinggi ini jika tidak diimbangi dengan pengadaan kembali terutama lahir baru dapat dipastikan populasi sapi Bali pada masa datang akan semakin berkurang. W ilayah pengembangan peternakan, terutama untuk komoditas ternak sapi diarahkan di Kecamatan Biboki Anleu, Biboki Feotleu, Biboki M oenleu; Insana, Insana Tengah dan Kecamatan M utis. Sedangkan komoditas unggas (ayam potong) diprioritaskan di Kecamatan Kota Kefamenanu
2.2.4. Perikanan
Komoditas perikanan memiliki nilai ekonomis tinggi karena selain menjadi bahan pangan yang memiliki kandungan protein tinggi, juga mampu memberikan tingkat kehidupan yang layak bagi keluarga tani nelayan. Dengan semakin terbatasnya lahan pertanian yang
GEM ALA
subur belakangan ini, sektor perikanan dengan program (Gerakan M asuk Laut) diharapkan menjadi alternatif lapangan kerja yang menjanjikan bagi pertambahan angkatan kerja baru. Produksi ikan di Kabupaten TTU sebagian besar berasal dari perikanan laut. Dari total produksi 444,87 ton pada tahun 2015, sebanyak 98,38 % atau 437,67 ton diantaranya adalah produksi perikanan laut, sedangkan sisanya 7,2 ton atau 1,62 % adalah produksi perikanan darat. Dari 789 rumah tangga nelayan pada tahun 2015, sedangkan nelayan dengan perahu tanpa motor 23,19 % , motor tempel 9,89 % , dan kapal motor hanya 2,41 % . Dengan sebagian besar rumah tangga nelayan yang memiliki sarana penangkapan ikan yang masih bersifat tradisional, maka dipastikan kemampuan w ilayah operasi penangkapannya masih sebatas w ilayah perairan pesisir dengan hasil tangkapan yang kurang maksimal. Jenis ikan yang dominan untuk produksi penangkapan di laut seperti kerapu, ikan merah, ekor kuning, tembang, ikan terbang, kembung, tuna/ cakalang, tongkol dan layur. Sedangkan jenis ikan untuk produksi budidaya kolam seperti ikan nila, gabus, mujair dan ikan mas. Wilayah pengembangan perikanan laut dan tambak diarahkan di Kecamatan Insana Utara, Biboki Selatan dan Biboki Anleu. Sedangkan untuk komoditas perikanan darat (budidaya kolam) dapat diarahkan di Kecamatan Insana, M iomaffo Barat, N oemuti dan Noemuti Timur.
2.2.5. Kehutanan
Hutan memiliki peranan penting bagi kelestarian alam dan menopang kehidupan komunitas ekosistem alam di sekitarnya. Luas hutan di Kabupaten TTU adalah 126 235 hektar atau sekitar 47,3 % dari luas w ilayah daratan. Kecamatan yang memiliki hutan terluas adalah Kecamatan Biboki Selatan yaitu 18,1% dari luas hutan di seluruh Kabupaten TTU. Sebaliknya Kecamatan Kota Kefamenanu hanya memiliki hutan seluas 0,5 % atau terendah dari seluruh kecamatan. Bila diamati menurut fungsi hutan, maka komposisi luasnya sebagai berikut: hutan produksi terbatas 53,9 % , hutan lindung 32,5 % , hutan produksi yang dapat dikonversi 10,7 % , hutan cagar alam 1,6 % dan hutan produksi tetap 1,2 % . Primadona hasil hutan berupa kayu cendana, baik produksi maupun populasinya belakangan ini semakin menurun. Data tahun 2006 produksi kayu cendana sebesar 33.678 kilogram atau turun 35,4 % dibandingkan dengan tahun 2004 lalu. Diperkirakan untuk tahun-tahun yang akan datang produksinya akan terus anjlok mengingat populasinya sangat terbatas dan cenderung punah. Data populasi cendana hasil inventarisasi tahun 1997 lalu hanya 16.263 pohon atau turun sebanyak 36,3 % dari keadaan tahun 1996. Hasil hutan lainnya yang cukup menonjol adalah kayu jati bulat dengan produksi 50. 671 m3 di tahun 2015 atau turun 5,66 % dari tahun sebelumnya,kayu jati persegi jenis balok produksinya 17.566 m3 (naik 338,26 % ), asam biji 512,75 ton (naik 20,50 % ), madu 106 liter (naik 324 % ). Kerusakan hutan pada umumnya terjadi karena ulah manusia, antara lain, karena penebangan pohon secara besar-besaran (ilegal logging, kebakaran hutan, perambahan hutan secara berlebihan dan praktek konversi hutan karena perladangan beringsut. Berdasarkan data Balai Pengelolaan DAS Benain (Baca Benenain) –
N oelmina (2010) bahw a kerusakan hutan di Kabupaten TTU telah mencapai 63,270 Ha
dengan kondisi lahan kritis seluas 43,081 ha, lahan agak kritis seluas 18,743 ha dan lahan potensi kritis kritis seluas 1,446 hektar. Pengembangan kehutanan lebih diarahkan untuk kaw asan hutan lindung dan sempadan Daerah Aliran Sungai (DAS) Benenain (w ilayah tengah) dengan sub-sub DAS yang berada di w ilayah Kabupaten TTU yaitu Sub DAS M aubesi dan Bikomi.
2.2.6. Pertambangan dan Sumber Daya M ineral
Potensi sumberdaya mineral golongan A dan B yang menonjol di Kabupaten TTU adalah N ikel 2,637 ppm, Tembaga 223,8 ppm, Perak 31,7 PPm, dan Emas 223,9 ppm. Sedangkan untuk golongan C batu marmer 321.798.466 ton meyebar di beberapa kecamatan, namun yang bisa ditambang sampai dengan saat ini hanya di Kecamatan Biboki Selatan sebanyak 78.595 m3. Kegiatan penambangan mineral M angan (M n) di Kabupaten TTU, baru ramai dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun terakhir ini, sebagai akibat dari permintaan konsumsi M angan dunia, karena potensi deposit mineral M angan ini tersebar hampir di seluruh kaw asan w ilayah Kabupaten TTU dan dinilai cukup berkualitas yang berkisar antara 30 – 60 % atau mendekati standar proses pemurnian yang berlaku di pabrik pengolahan. Hasil penyelidikan geokimia regional sitematik di Kabupaten TTU dan TTS Propinsi N TT oleh Ramli dkk, (2002), bahw a penyebaran M angan sebagian besar berada di bagian Timur sampai dengan Timur Laut, yaitu di sekitar desa Haumeni (Kab. TTU) sampai Utara Niki-Niki; di Selatan sampai dengan Barat Daya sekitar Oetaman sampai Oetune (Kab. TTS). Hasil analisis kimia nilai kisaran tertinggi antara 1.726 ppm – 2.546 ppm. Dari data statistik M angan rata-rata 1.148 ppm dan standar deviasi 410 ppm. Sebaran pada umumnya menempati jenis tanah formasi kompleks Bobonaro. N amun demikian karena kegiatan pertambangan M angan (fatu metan atau fatu pah= istilah lokal) yang dimulai dari tahap pra penambangan dan proses penambangan masih dilakukan secara sederhana dan dalam kegiatan penambangannya masih menggunakan tenaga masyarakat-lokal (termasuk perempuan dan anak) sebagai pekerja utama, sehingga pertambangan M angan umumnya dapat memberikan peluang terhadap penurunan kualitas fisik lingkungan hidup dan dapat mempengaruhi proses sosial, ekonomi, dan peminggiran terhadap peran kaum perempuan dan anak, terutama dalam kaitannya dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Berdasarkan data dari Bapedalda Kabupaten TTU, tercatat dari periode Agustus 2009 s/ d Oktober 2010 pekerja tambang manual yang meninggal dunia akibat tertimbun tanah galian sebanyak 20 orang dan luka berat sebanyak 1 orang (diantaranya terdapat 9 orang perempuan), disamping itu ada peningkatan kunjungan pasien terhadap penyakit saluran pernapasan dan paru-paru di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu maupun puskesmas yang ada di Kecamatan. Wilayah pengembangan pertambangan harus memperhatikan aspek penyelamatan lingkungan yaitu DAS (sempadan sungai), kaw asan permukiman, kaw asan hutan lindung serta disesuakan dengan batas maksimal luasan perijinan untuk Ijin W ilayah Usaha Pertambangan (WUP) yang ditetapkan; baik berupa Ijin Usaha pertambangan (IUP) eksplorasi dan IUP operasi Produksi serta Ijin Pertambangan Rakyat (IPR) dengan tetap memperhatikan kondisi ketersediaan kandungan deposit,umur masa tambang dan dampak penting terhadap komponen lingkungan hidup.
2.2.7. Sumberdaya Alam dan Lingkungan H idup
Peranan SDA dan LH sangat penting dalam pembangunan daerah Kabupaten TTU, baik sebagai penyedia bahan baku bagi pembangunan ekonomi maupun sebagai pendukung sistem kehidupan masyarakat. Sesuai dengan fungsinya tersebut, SDA dan LH perlu dikelola dengan bijaksana agar dapat terjaga dan lestari untuk generasi saat ini dan di masa yang akan datang sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (Sustainable development). Disamping itu karena lonjakan jumlah penduduk di Kabupaten TTU akan berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan akan SDA untuk bahan baku industri maupun kebutuhan konsumsi. Peningkatan kebutuhan tersebut dapat berakibat pada peningkatan pemanfaatan SDA secara berlebihan dan tidak ramah lingkungan yang pada akhirnya akan menurunkan daya dukung dan daya tampung atau fungsi dari LH. Kondisi ini sudah mulai dirasakan di Kabupaten TTU, terutama timbulnya permasalahan pemenuhan akan kebutuhan pangan, energi serta kebutuhan akan sumber daya air di berbagai w ilayah Kecamatan, adanya perubahan iklim mikro dan cuaca yang cukup ekstrim maupun terhadap perubahan lingkungan biologis terutama di kaw asan perdesaan. Hal yang mendorong terjadinya berbagai fenomena ini dikarenakan penduduk akan berlomba mencari nafkah dalam mendukung kehidupan sehariharinya dengan memanfaatkan berbagai potensi SDA dan LH yang ada sehingga cenderung bersifat destruktif dan tidak lagi memperhatikan daya dukung dan daya tampung dari LH tersebut. Persoalan yang timbul antara lain adanya konversi lahan dan penebangan hutan secara berlebihan; apalagi ditambah dengan kebiasaan penduduk melaksanakan pola usaha tani lahan kering secara berpindah dan tebas bakar (dalam bahasa daw an disebut kono), maka dapat menyebabkan nilai kesuburan tanah/ lahan yang berkurang dan pada gilirannya berpengaruh terhadap produktivitas hasil usaha pertanian yang relatif akan berkurang juga. Persoalan lainnya, bahw a pandangan SDA dan LH merupakan milik bersama (common property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access), sehingga setiap pengguna sumberdaya berkeinginan untuk memaksimalkan keuntungan sebesar-besarnya maka dapat menyebabkan terjadinya kerusakan SDA dan pencemaran LH dan konflik pemanfaatan ruang sebagai akibat dari over-eksploitasi dan deplesi terhadap ketersediaan potensi SDA. Berdasarkan pada hasil analisa pengujian kualitas air (air permukaan, air limbah, air laut) dan udara maupun kualitas tanah untuk produksi biomassa di Kabupaten TTU dapat dikatakan bahw a tingkat pencemaran lingkungan belum memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan kehidupan manusia dan daya dukung lingkungan karena secara fisik data-data analisis masih berada di baw ah standar baku mutu yang dipersyaratkan. Namun adanya perubahan kondisi ekologis, telah menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati; terutama parameter Indeks Nilai Penting (INP) flora dan fauna, sebagai akibat dalam persaingan usaha di bidang LH (seperti kasus pertambangan M armer dan M angan) maupun perburuan liar dan penebangan hutan secara illegal, telah menyebabkan kondisi kualitas hutan merosot dengan antara lain karena berkurangnya keanekaragam flora dan fauna bahkan potensi untuk punah seperti Rusa Timor (Cervus
timorensis), Kakatua (Cacatua sulphurea), Ayam Hutan M erah (Gallus gallus), Gagak Hitam
(Corvus corone), M erpati (Columba livia), Cendana (Santalum album), Gaharu (Aquilaria
malaccensis), Ampupu (Eucalyptus urophylla).Secara umum indikator dan parameter kerusakan SDA dan pencemaran LH harus terus dikelola dan diaw asi agar diketahui tingkat pencemaran dan kerusakannya sehingga dapat dirumuskan strategi yang tepat untuk mengatasi dan menanggulangi persoalan yang mungkin akan terjadi di kemudian hari. Pengembangan SDA dan LH difokuskan untuk mendukung peningkatan ekonomi rakyat dengan fokus w iilayah perlindungan dan pengelolaan di prioritaskan pada kaw asan cagar alam M utis (2 Ha), kaw asan DAS Benenain (w ilayah tengah) seluas 150,080 ha, kaw asan sentra pertanian/ perkebunan rakyat, kaw asan w ilayah pesisir sepanjang 50 km dan laut seluas 900 km² dan kondisi lingkungan permukiman padat penduduk untuk tetap menjaga keseimbangan ekologis.
2.2.8. Pariwisata
Pengembangan pariw isata harus dikaitkan dengan pengembangan ekonomi daerah, ruang w ilayah dan potensi obyek wisata andalan yang nantinya dapat berperan sebagai prime
mover dan secara interaktif terkait dengan pengembangan sektor-sektor lainnya.
Pengembangan pariw isata dengan pendekatan pengembangan ekosistem, yaitu melalui penatan ruang yang dilakukan dengan pendekatan secara terpadu dan terkoordinasi, berkelanjutan dan berw aw asan lingkungan. Berdasarkan kepada konsep pengembangan w ilayah di Kabupaten TTU, maka potensi pariw isata perlu didorong dengan mengembangkan
Daerah Tujuan W isata (DTW ) untuk menarik kunjungan w isata ke w ilayah Kabupaten TTU sebagai suatu daya tarik khusus yang berbeda dari daerah lain seperti peningkatan produk pariw isata alam dan religius/ budaya seperti potensi cagar alam M utis, cagar budaya Oelolok dan Tam Kesi serta aktraksi jenis tarian budaya maupun w ilayah cagar alam laut saw u yang ada di w ilayah Kabupaten TTU.
2.3. Demografi dan U rbanisasi
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Kabupaten Timor Tengah U tara Tahun 2015
N O KECAM ATAN17 Insana Tengah 124 4,64 2.164 10.962 4,52
70
13 Kota Kefamenanu 74 2,77 8.635 42.394 16,70 573
14 Insana 333,08 12,48 4.938 19.918 8,09
60
15 Insana Utara 53,84 2,02 2.296 9.778 3,88 182
16 Insana Barat 102 3,82 2.553 9.765 3,94
96
88
61
18 Insana Fafinesu 52,88 1,98 1.400 5.382 2,21 102
19 Biboki Selatan 164,17 6,15 2.219 9.456 3,94
58
20 Biboki Tanpah 99,15 3,71 1.423 6.031 2,47
61
21 Biboki M oenleu 85,78 3,21 1.928 7.774 3,14
91
12 Noemuti Timur 55,77 2,09 1.033 3.929 1,62
11 N aibenu 88 3,30 1.196 5.346 2,22
Luas W ilayah (KM 2 ) % JU M LAH KK PEN DU DU K (JIW A) % KEPADATAN (JIW A/ KM 2)
79
1 M iomaffo Barat 199,63 7,48 3.989 15.840 6,47
79
2 M iomaffo Tengah 75 2,81 1.532 6.145 2,29
82
3 M usi 82,17 3,08 1.272 4.335 1,78
53
4 M utis 90,5 3,39 1.760 7.190 2,87
5 M iomaffo Timur 101,45 3,80 3.233 11.385 4,60 112
Berdasarkan data BPS tahun 2015 (Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam Angka 2016) jumlah penduduk di Kabupaten TTU tahun 2015 sebanyak 246.685 Jiw a, yang terdiri dari laki-laki 122.277 jiw a dan perempuan 124.408 jiw a, dengan tingkat pertumbuhan penduduk diperkirakan 1,53% per tahun, sedangkan kepadatan penduduk di Kabupaten TTU sebesar 92 jiw a per Km 2 Sebaran penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara pada 24 kecamatan disajikan dalam tabel 2.2.
6 Noemuti 155,6 5,83 2.770 11.485 4,77
74
7 Bikomi Selatan 48,68 1,82 2.438 10.810 4,29 222
8 Bikomi Tengah 61,5 2,30 2.000 7.132 2,93 116
9 Bikomi N ilulat 82 3,07 1.267 4.465 1,87
54
10 Bikomi Utara 70,7 2,65 1.539 5.958 2,44
84
22 Biboki Utara 138,7 5,20 2.532 10.865 4,53
78
23 Biboki Anleu 206,4 7,73 3.894 16.206 6,69
79
24 Biboki Feotleu 124,7 4,67 934 4.134 1,72
33 Timor Tengah U tara 2.669,7 10 0 58.945 246.685 10 0
92 Sumber : TTU Dalam Angka 2016
Tabel di atas memperlihatkan, jumlah penduduk perkotaan jauh lebih banyak dibandingkan penduduk perdesaan. W ilayah perkotaan yang dicirikan oleh banyaknya jumlah dan jenis fasilitas pelayanan masyarakat, yakni di Kecamatan Kota Kefamenanu memiliki jumlah penduduk sebanyak 42.394 jiw a. Sedangkan w ilayah perdesaan memiliki jumlah penduduk yang relatif kecil yakni di Kecamatan N oemuti Timur dengan jumlah penduduk terkecil 3.929 jiw a.
Gambar 2.5 Piramida Penduduk Kabupaten TTU Tahun 2015Sumber : TTU Dalam Angka 2016 Tabel 2.3
Jumlah Kepala Keluarga Fakir M iskin dan Perumahan Tidak Layak H uni
Kabupaten Timor Tengah U tara Tahun 2015
JU M LAH PERU M AH AN TIDAK N O KECAM ATAN KK M ISKIN LAYAK H UN I (U nit)1 M iomaffo Barat 1.435 1.345
2 M iomaffo Tengah 473 724
3 M usi 226 582
4 M utis 945 591
5 M iomaffo Timur 998 1.429
6 Noemuti 891 1.497
7 Bikomi Selatan 964 1.425
8 Bikomi Tengah 737 1.442
9 Bikomi N ilulat 605 468
10 Bikomi Utara 515 1.284
11 N aibenu 410 431
12 Noemuti Timur 349 816
13 Kota Kefamenanu 1.191 2.214
14 Insana 1.464 2.569
15 Insana Utara 856 1.343
16 Insana Barat 787 1.284
17 Insana Tengah 737 939
18 Insana Fafinesu 844 384
19 Biboki Selatan 764 1.601
20 Biboki Tanpah 517 739
21 Biboki M oenleu 612 772
22 Biboki Utara 908 1.769
23 Biboki Anleu 1.818 1.450
24 Biboki Feotleu 517 873 Timor Tengah U tara 19.330 27.971
2.4. Isu Strategis Sosial, Eknomi dan Lingkungan
2.4.1. Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Struktur ekonomi Kabupaten TTU masih didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini teridentifikasi dari besaran kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan indikator untuk menggambarkan perekonomian suatu w ilayah. Berdasarkan data dari BPS (Kab.TTU dalam Angka 2016) sektor pertanian menyumbang 42,83% dari total PDRB. Dari data yang sama juga menunjukan bahw a secara keseluruhan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) untuk tahun 2015 mengalami peningkatan 11,75% jika dibandingkan dengan tahun 2014, dari 1,161 triliun menjadi 1,257 triliun, namun PDRB pada harga konstannya hanya tumbuh sebesar 25 M ilyar atau 4,92% . Seperti yang sudah dinyatakan di atas bahw a struktur pembentuk ekonomi kabupaten TTU sangat didominasi oleh sektor pertanian. sedangkan kontribusi terkecil berasal dari sektor Listrik, gas dan air minum.
Keuangan Daerah
Untuk Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten TTU pada tahun anggaran 2015, pendapatan sebesar Rp. 783.648.995.000,- dan pengeluaran sebesar Rp. 725.723.544.000,-, dari realisasi pengeluaran tersebut yang digunakan untuk belanja tidak langsung sebesar Rp. 156.625.428.000,- atau 21,58% dan belanja langsung sebesar Rp. 569.098.017.000,- atau 78,42% dimana untuk belanja pegaw ai sebesar 55,04% , untuk belanja M odal sebesar 21,58% sedangkan untuk belanja barang dan jasa sebesar 20,61% . Dengan anggaran yang sangat terbatas dan hanya 51,62% dari APBD yang dapat dipakai untuk belanja modal maka sudah tentu berbagai infrastruktur khususnya infrastruktur permukiman belum dapat dibangun untuk memberikan standar pelayanan yang minimal.
Tabel 2.5 Distribusi Presentase PDRB Kabupaten TTU Atas Dasar H arga Berlaku
Tahun 2013-2015
Sumber : TTU Dalam Angka 2016Gambar 2.6 Diagram Pie Distribusi Ekonomi Kabupaten Timor Tengah U tara Tahun 2015Sumber : TTU Dalam Angka 2016
Tabel 2.6. PDRB Kabupaten TTU Atas Dasar H arga Berlaku M enurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2015(Jutaan Rupiah)
Sumber : TTU Dalam Angka 2016
Tabel 2.7 Rencana dan Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Kabupaten TTU Tahun 2015Sumber : TTU Dalam Angka 2016
Tabel 2.8 Rencana dan Realisasi Anggaran Belanja Pemerintah Kabupaten TTU Tahun 2015Sumber : TTU Dalam Angka 2016
2.4.2. Data Pendapatan Per Kapita dan Proporsi Penduduk M iskin
Tabel 2.9 Pendapatan Per Kapita Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten TTU Tahun 2010-2015
Tabel 2.10 Garis Kemiskinan, Presentase Penduduk M iskin dan Penduduk M iskin
Di Kabupaten TTU Tahun 2009-2014
(Dalam Ribuan)
Sumber : TTU Dalam Angka 2016Sumber : TTU Dalam Angka 2016
Tabel 2.11 Jumlah dan Presentase Penduduk M iskin M enurut Kabupaten/ Kota
Di Provinsi N TT Tahun 2013
Sumber : TTU Dalam Angka 20162.4.3. Data Kondisi Lingkungan Strategis
A. Gambaran Topografi 2 Dipandang dari aspek topografis, sebanyak 177,60 km (6,63% ) memiliki ketinggian 2 kurang dari 100 m dari atas permukaan laut; sementara 1.449,45 km (56,17% ) 2 berketinggian 100 m - 500 m dan sisanya 993,19 km (37,20% ) adalah daerah dengan
ketinggian di atas 500 m. Keadaan ketinggian topografi di Kabupaten Timor Tengah Utara adalah sebagai berikut :
Tabel 2.12 Klasifikasi Ketinggian Kabupaten Timor Tengah U tara N o Kelas Ketinggian Luas (H a)1
2
3
1 Ketinggian 0 m – 25 m 651.969
2 Ketinggian 26 m - 100 m 11.186.000
3 Ketinggian 101 m – 500 m 149.994.935
4 Ketinggian 501 m - 1000 m 88.908.875
5 Ketinggian diatas 1000 m 10.410.500
Jumlah 261.152.279
Dilihat dari aspek rona fisik tanah, w ilayah dengan kemiringan kurang dari 40 % 2 meliputi areal seluas 2.065,19 km atau 77,4 % dari luas w ilayah TTU, sedangkan 2 sisanya 604,51 km atau 22,6 % mempunyai kemiringan lebih dari 40 % . W ilayah dengan kemiringan kurang dari 40 % sebagian besar berada pada ketinggian kurang 2 dari 500 m dari permukaan laut yakni 1676,51 km atau 62,8 % .
B. Gambaran Geohidrologi
Daerah yang kaya dengan sumber mata air terletak disebelah utara Kabupaten TTU yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Ambenu (w ilayah negara Timor Leste). Sumber-sumber air tersebut terletak di dataran yang agak tinggi. Hal ini memang menguntungkan, karena air dari letak ketinggian tersebut dapat dialirkan ke daerah- daerah yang lebih rendah. N amun sayangnya debit air dari sumber-sumber tersebut tidak cukup besar, sehingga sumber air tersebut hanya dimanfaatkan oleh daerah sekitarnya yang jangkauannya tidak terlalu luas. Selain sumber-sumber mata air tersebut, ternyata Kabupaten TTU juga banyak ditemukan aliran sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun, meskipun pada musim kemarau debitnya menurun banyak. Sungai-sungai tersebut antara lain N oeltoko, N abesi, Taisola, Noel M uti, Haekto, N aen, M aubesi, M ena/ Kaubele, Ponu dan beberapa anak sungai lainnya. Daerah yang memiliki produksi air tanah sedang, secara sporadis berada di sekitar pantai utara dan bagian tengah Kabupaten TTU. Dibagian utara kabupaten TTU juga terdapat potensi air tanah dalam. Sedangkan air dangkal pada umumnya terdapat di daerah pelapukan.Daerah yang memiliki air tanah produktif dalam penyebaran luas terdapat di bagian selatan dan sedikit di bagian timur w ilayah Kabupaten TTU dekat perbatasan dengan Kabupaten Belu. Di baw ah permukaan tanah dengan debit lebih dari 5 liter/ detik. Selain itu bagian selatan dan sedikit di bagian timur w ilayah kabupaten TTU terdapat daerah yang memiliki potensi air tanah pada celahan dan rekahan, dengan debit yang kecil. Penyebaran sungai dan Panjang sungai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.13 N ama Dan Panjang Sungai tiap Kecamatan di Kabupaten Timor Tengah U tara N o Kecamatan N ama Sungai Panjang (km)1 M iomaffo Barat N oeltoko
40 N aebesi
50
2 M iomaffo Timur Taisola
40
3 Noemuti Noemuti
30
4 Noemuti Timur Haekto
30
5 Kota Kefamenanu Naen
30
6 Insana Tengah M aubesi
40
7 Biboki M oenleu M ena/ Kaubele
40
8 Biboki Anleu Ponu
40 C. Gambaran Geohidrologi Dari kandungan tanah atau potensi tanah, kabupaten TTU memilki 3 jenis tanah yang membentuk muka bumi wilayah ini antara lain tiga jenis tanah yaitu litosal, tanah kompleks dan grumosal. 2 Tanah litosal meliputi areal seluas 1,666,96 km atau 62,4 % ; tanah kompleks seluas 2 2
479,48 km atau 18,0 % dan tanah grumosal 522,26 km atau 19,6 % dari luas w ilayah TTU. Komposisi kedelaman efektif tanah Kabupaten TTU memeperlihatkan tanah dengan kedalaman efektif kurang dari 30 cm seluas 35.316 Ha (13,2% ); kedalaman 30-60 cm seluas 73.201 Ha (27,4 % ); 60-90 cm seluas 16.354 Ha (6,1 % ) dan kedalaman efektif diatas 90 cm dengan luas 142.099 Ha (53,2% ). Kemampuan dan daya tahan tanah yang raw an erosi seluas 105.226 Ha (39,4 % ), dan sisanya 161.744 Ha (60,6 % ) merupakan tanah dengan struktur yang relatif stabil. Secara parsial tanah labil yang raw an erosi terdapat pada tiga w ilayah kecamatan yakni M iomaffo barat 37.921 Ha, Biboki Selatan 28.538 Ha, dan Biboki Utara 28.538 Ha.
D. Gambaran Klimatologi
Sesuai dengan klasifikasi iklim oleh Schmidt dan Ferguson Kabupaten TTU termasuk w ilayah iklim tipe D (iklim semi arid) dengan koefisien 2 sebesar 71,43 % atau beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau dan hujan. Curah hujan rata-rata selama 5 tahun (2005-2009) sebesar 1.286,70 mm/ bulan dengan jumlah hari hujan adalah 133,17 hari/ tahun. Suhu udara berkisar antara 22º - 34º C, kelembaban udara 69 – 87 % dan intensitas penyinaran matahari 50 – 98 % . Seperti halnya di tempat lain di Provinsi NTT, pada bulan Juni – September arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember – M aret arus angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melew ati masa peralihan pada bulan April – M ei dan Oktober – November. W alaupun demikian mengingat TTU dekat dengan Australia, arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik sampai di w ilayah TTU kandungan uap airnya sudah berkurang yang mengakibatkan hari hujan di TTU lebih sedikit dibanding w ilayah yang dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan TTU sebagai w ilayah yang tergolong kering di mana hanya 4 (empat) bulan yaitu bulan Januari, Febuari, M aret, dan Desember
2.4.4. Data Resiko Bencana Alam
2.4.5. Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktut Cipta Karya
Berbagai isu strategis terkait pembangunan infrastruktur cipta karya di kabupaten TTU yang berpengaruh terhadap pengembangan perumahan dan permukiman saat ini adalah : Pengembangan Kaw asan Permukiman Perdesaan Pengembangan Kaw asan Agropolitan Pengembangan Kaw asan M inapolitan Pengembangan Prasarana dan Sarana Kaw asan Perbatasan Pengembangan Kaw asan Permukiman Perkotaan Terbangunnya perumahan dan permukiman yang layak huni.
Terpenuhinya kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan permukiman kumuh.
Tertatanya lingkungan permukiman kumuh menjadi lingkungan sehat, indah, aman, nyaman, dan adanya peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakat. M eningkatkan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk bangunan gedung dan rumah negara M enjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya). Terciptanya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang mampu menata lingkungan perumahan. Terciptanya pertumbuhan usaha ekonomi produktif dan kesw adayaan masyarakat. Penyediaan Studi terkait pengembangan SPAM Peningkatan debit dan suplai air baku Pengembangan cakupan dan tingkat pelayanan air minum Pengurangan angka kehilangan air Pengembangan SPAM IKK Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan SPAM dengan PAMSIM AS Peningkatan akses air minum untuk masyarakat yg inovatif dan hemat energi Peningkatan akses air minum untuk masyarakat berpenghasilan rendah Penanganan air minum pada daerah bencana kekeringan dan raw an air Penyediaan Studi terkait Sanitasi (limbah dan persampahan) Peningkatan Cakupan pelayanan air limbah dan persampahan Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi / air limbah dan persampahan Pengelolaan air limbah sistem off site Pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah dan persampahan Penyediaan regulasi tentang pengolahan limbah dan persamapahan Peningkatan pengelolaan persampahan melalui program 3R