I. PENDAHULUAN - PERAN PENDAMPINGAN DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK MANDIRI DI DAERAH LAHAN KERING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Studi Kasus Program PIDRA Di Kabupaten Dompu - Repository UNRAM

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Sejak Indonesia merdeka (1945) kemiskinan merupakan persoalan utama yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan karena pembangunan yang dilakukan pada hakekatnya adalah merupakan suatu proses perubahan dari satu tahapan ke tahapan yang lebih baik. Perhatian pemerintah terhadap pengentasan kemiskinan semakin signifikan terlihat setelah pasca krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997.

  Selama ini berbagai model penanganan kemiskinan yang telah banyak dijalankan baik oleh pemerintah maupun swasta, misalnya program Kesejahteraan Sosial Kelompok Usaha Bersama Keluarga Muda Mandiri (Prokesos KUBE KMM), Tabungan Kesejahteraan Rakyat (Takesra), kredit Usaha Kesejahteraan Rakyat (Kukesra) Inpres Desa Tertinggal (IDT), Proyek Peningkatan Pendapatan Petani- Nelayan Kecil, Jaring Pengaman Sosial, Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), dan lain-lain.

  Pada tahun 1976 – 1996 prosentase penduduk miskin Di Indonesia mengalami penurunan yaitu dari 54,2 juta jiwa menjadi 22,5 juta jiwa, namun pada tahun 1998 mengalami peningkatan menjadi 49,5 juta jiwa (KPK, 2005). Selama periode Maret 2006 – Maret 2007, presentase kemiskinan mengalami penurunan yaitu 39,30 juta jiwa (17,75%) menjadi 37,17 juta jiwa (16,58%) (Kuswaraharja, 2007).

  Di Propinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa penduduk miskin pada Maret 2007 - Maret 2008 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dari 1.118.452 orang (24,99 %) menjadi 1.080.613 orang (23,81 %) (BPS, 2008).

  Memperhatikan angka kemiskinan tersebut, tanpa mengurangi arti pentingnya pembangunan yang sudah dilakukan selama ini melalui program-program penangulangan kemiskinan belum berhasil mengatasi masalah kemiskinan, angka kemiskinan tersebut mengindikasikan konsep model yang dibangun belum mampu membentuk sosial ekonomi masyarakat yang tangguh.

  Salah satu permasalahan yang mendasar adalah orientasi pembangunan ekonomi yang kurang berpihak pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah (grass root). Anonim (2008) menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan, yaitu, Pertama program-program penanggulangan kemiskinan yang selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin dan faktor kedua adalah kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda untuk setiap daerah.

  Konsep pembangunan masih menekankan pada konsep pertolongan (rescue), konsep mengobati (cure) dan pendekatnya adalah pendekatan diagnotistik, dimana pembuat kebijakan membuat resep dan memberikannya kepada masyarakat untuk dilaksanakan.

  Pendekatan tersebut di atas sering tidak berhasil sehingga diperlukan konsep perdesaan merupakan bagian dari masyarakat yang terpuruk secara struktural dan sebagian besar berpendapatan rendah dengan kualitas sumberdaya manusia yang minim serta kemampuan permodalan yang sangat lemah. Pendekatan yang dilakukan untuk mengangkat derajat kehidupan mereka adalah pendekatan pengentasan kemiskinan dengan berempati terhadap kondisi sisiologis dari masyarakat daerah perdesaan. Salah satu langkah yang ditempuh oleh pemerintah adalah bagaimana menyadarkan masyarakat miskin bahwa sesungguhnya tingkat kehidupan mereka itu sangat rendah, serta meyakinkan mereka bahwa kondisi itu bisa diperbaiki dan ditingkatkan, tidak lain melalui pemberdayaan (empowering) masyarakat miskin yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang berkelanjutan dengan menerapkan prinsip menolong diri mereka sendiri (self help) dan berlandaskan pada upaya peningkatan kemampuan menghasilkan pendapatan (income generating capacity) sehingga mereka mampu mempunyai akses terhadap sumberdaya , permodalan, teknologi dan pasar. Selanjutnya Suhendra, (2006), menyatakan bahwa konsep pemberdayaan masyarakat adalah sebagai salah satu alternatif pembangunan yang merubah paradigma pendekatan nasional menjadi pendekatan yang lebih partisipatif.

  Peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting dan erat kaitannya dengan pemnatapan, pembudayaan, pengalaman dan pelaksanaan demokrasi.

  Salah satu program pemerintah dalam memberdayakan masyarakat di lahan kering adalah melalui Program PIDRA (Participatory Integrated Development in

  

Rainfed Area (PIDRA) atau disebut juga dengan Pengembangan Lahan Kering

  Terpadu secara Partisipatif. Program PIDRA di Indonesia dilaksanakan di tiga

  Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan produksi pertanian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan secara berkelanjutan serta memperbaiki taraf hidup penduduk berpenghasilan rendah. Pelaksanaan program PIDRA dalam memberdayakan masyarakat menggunakan pendekatan kelompok.

  Dalam program PIDRA tumpuan model pengembangan dititik beratkan kepada penumbuhan keunggulan masyarakat dalam menentukan sikap dan inisiatif sendiri. Pemerintah, organisasi sosial maupun lembaga swasta lainnya berkedudukan sebagai fasilitator yang mampu menciptakan terwujudnya lembaga-lembaga masyarakat miskin/kecil sehingga dapat bergerak maju dengan segala keputusan atas inisiatif sendiri dalam melakukan pembangunan wilayah dan usahanya. Untuk itu melalui program PIDRA pemerintah menyediakan tenaga pendamping masyarakat yang terdiri dari pendamping Lembaga swadaya masyarkat (fasilitaor LSM), Tenaga Penyuluh pertanian atau tenaga tehnis pertanian (PPL/PTL) serta pendamping masyarakat sebagai tenaga relawan.

  Mengingat peran daripada pendampingan sangat penting dalam menciptakan terwujudnya kelembagaan masyarakat yang berkelanjutan, dan disamping itu sampai saat ini belum ada penelitian tentang peran pendampingan, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Peran Pendampingan Dalam Pemberdayaan Kelompok Mandiri Di Daerah Lahan Kering dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya (study kasus : Program PIDRA di Kabupaten Dompu).

1.2. Rumusan Masalah Penelitian

  Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat desa secara umum adalah masyarakat miskin antara lain disebabkan oleh sumberdaya manusia yang serta pasar yang kurang. Disamping itu juga menurut Mubyarto dan Soeradji (1998) kendala kelembagaan, ketimpangan kepemilikan asset produktif, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam adalah merupakan pemicu laju kemiskinan di pedesaan. Berbagai Program telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh masyarakat miskin, salah satunya adalah melalui Program PIDRA.

  Konsep Program PIDRA dalam pencapaian tujuannya adalah melalui pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat. Suharto (2009) menyatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam; a). memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti mengemukakan pendapat, bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan dan kesakitan; b). Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan c). Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan – keputusan yang mempengaruhi mereka.

  Dalam pencapaian tujuan, pendampingan masyarakat yang dilaksanakan dalam program PIDRA untuk memberdayakan masyarakat diwujudkan dalam dua bentuk kegiatan, yaitu penguatan kelompok (capasity building) dan pendampingan tehnis (tehnical Assistency). Pendampingan Program PIDRA melalui kelembagaan kelompok diduga memberikan dampak positif terhadap kemandirian masyarakat, namun demikian dalam proses pendampingannya pasti ditemui permasalahan dan kendala dalam pelaksanaannya.

  Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka permasalahan umum penelitian adalah sebagai berikut : Bagaimanakah (seberapa) berarti peran pendampingan masyarakat yang diberikan Program PIDRA dalam memberdayakan Kelompok Masyarakat di daerah Lahan Kering dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.

  Secara lebih terperinci permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut :

  a. Bagaimanakah kesesuaian antara pendampingan yang diberikan oleh Program PIDRA dan yang diharapkan oleh masyarakat?

  b. Bagaimanakah dampak pendampingan Program PIDRA pada Kinerja Kelompok Mandiri?

  c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kemandirian kelompok masyarakat?

1.3. Tujuan Penelitian

  Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pendampingan masyarakat yang diberikan Program PIDRA dalam memberdayakan Kelompok Masyarakat di daerah Lahan Kering dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya.

  Sementara itu, tujuan khusus dalam penelitian ini meliputi tiga aspek adalah :

  1.3.1. Mengidentifikasi kesesuaian bentuk pendampingan yang diberikan Program PIDRA dan bentuk yang diharapkan oleh masyarakat.

  1.3.2. Mengkaji dampak pendampingan Program PIDRA pada Kinerja Kelompok Mandiri.

  1.3.3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian kelompok masyarakat.

1.4. Kegunaan Penelitian

  Hasil Penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan yang sangat berarti bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya sebagai pengambilan kebijakan dalam merancang Program-Program Pemberdayaan Masyarakat yang berkelanjutan serta sebagai referensi pembanding dan stimulan bagi penelitian selanjutnya.