BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Bab I Puji Rahayu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

  mengandung nilai-nilai luhur. Aktivitas yang terdapat dalam tradisi secara turun- temurun dijalankan setiap generasi oleh kelompok masyarakat tertentu. Masyarakat meyakini bahwa sebuah tradisi lahir dari nenek moyang. Oleh sebab itu, tradisi kerap kali dijalankan secara terus-menerus dan pantang untuk ditinggalkan. Di sisi lain, tradisi juga identik dengan hal-hal yang bersifat tradisional. Selain bersifat tradisional, hal yang paling mendasari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan baik secara tulis maupun lisan. Informasi yang diteruskan secara terus-menerus mengandung nilai-nilai kehidupan yang kompleks dan dapat dijadikan sebagai acuan hidup. Nilai- nilai kehidupan tersebut terangkum dalam kebiasaan, peraturan, maupun hukum tertentu yang tumbuh dalam masyarakat.

  Menurut Warsito (2012: 101) tradisi yang berlaku dalam masyarakat menjadi sangat mapan sehingga sangat memperkuat keseimbangan hubungan-hubungan sosial yang kesemuanya itu, menimbulkan rasa aman dan tenteram dengankepastian yang dihadapi. Oleh karena tradisi dihargai sebagai nilai tersendiri yang tinggi, maka perlu dipertahankan; bahkan ada anggapan bahwa tradisi adalah suci dan oleh karenanya harus dihormati. Jadi, tradisi memiliki makna yang luhur bagi orang-orang yang menjalankannya untuk tetap dipertahankan.

  Salah satu kelompok masyarakat yang masih menjalankan tradisi nenek moyangnya ialah masyarakat Jawa. Ditinjau dari segi geografis, masyarakat Jawa

  1 merupakan kelompok yang mendiami tanah Jawa khususnya di wilayah Kedu, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, dan Malang. Mayoritas masyarakat yang hidup di wilayah tersebut menamakan dirinya sebagai kelompok Kejawen atau Abangan. Pada umunya masyarakat Kejawen atau Abangan secara turun-temurun masih menjalankan tradisi yang berasal dari nenek moyang. Ditinjau dari segi skala ruang dan waktu, terdapat tradisi yang sudah berubah, namun tradisi yang dilakukan masyarakat Jawa tidak akan hilang, sebab secara terus-menerus dihidupi melalui pemahaman masa kini.

  Perilaku tersebut dapat diketahui melalui kepatuhannya menjalani berbagai macam tradisi yang ada.

  Di sisi lain, keunikan masyarakat Jawa juga terletak pada kepercayaannya terhadap mitos yang tumbuh di tempat tinggalnya. Menurut Wellek dan Warren (2014: 223) mitos adalah bagian ritual yang diucapkan, cerita yang diperagakan oleh ritual. Dalam suatu masyarakat ritual dilakukan oleh pemuka-pemuka agama untuk menghindarkan bahaya atau mendatangkan keselamatan. Jadi, sebagai masyarakat yang tinggal di tanah Jawa, mereka percaya keberadaan mitos yang mampu mendatangkan bahaya jika dilanggar, dan akan mendatangkan keselamatan jika dipatuhi. Kepercayaan terhadap mitos merupakan keyakinan yang dibangun oleh masyarakat Jawa terhadap cerita asal-usul, kesaktian, roh, maupun kekuatan.

  Tradisi dan mitos masyarakat Jawa dapat digali melalui khasanah teks sastra. Hal itu dikarenakan medium utama karya sastra adalah bahasa, dalam bahasa tersimpan keseluruhan aspek kebudayaan seperti tradisi dan mitos. Tradisi merupakan wujud kebudayaan berupa aktivitas yang secara turun-temurun dijalankan oleh masyarakat. Sebuah tradisi ditandai oleh ritual serta aktivitas yang dijalankan secara turun-temurun. Sementara itu, mitos merupakan wujud kebudayaan berupa ide yang dipercaya masyarakat Jawa sebagai fakta. Menelusur fenomena tradisi dan mitos masyarakat Jawa yang terdapat dalam teks sastra, bertujuan untuk mengetahui seluk- beluk tradisi dan mitos yang terpantul dalam karya sastra. Hal tersebut dilakukan karena karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Pada saat peneliti membaca kumpulan cerpen

  “Dendam Pali” karya Royyan Julian, peneliti menemukan kata-kata yang mencerminkan tradisi ziarah masyarakat Jawa di halaman 65. Hal tersebut dibuktikan melalui kutipan berikut:

  “Muson, cintaku malam ini adalah Jumat Legi. Seluruh lelaki dusun Dhangka akan nyekar dan berziarah ke makam Ki Moko. Di sanalah mereka memohon berkah dengan membaca ayat- ayat Quran.” Tetapi itu semua tidak berarti apa- apa, Muson. Arwah Ki Moko telah tenang di pangkuan Ilahi. Ia takkan pernah memberi berkah kepada orang-orang keparat itu (Julian, 2012: 65).

  Di sisi lain, peneliti juga menemukan tradisi masyarakat Jawa pada cerpen “Tumbas Weton” karya Angga Aryo Wiwaha. Tradisi yang terdapat pada cerpen tersebut ialah upacara pernikahan adat Jawa. Pada halaman 77 peneliti menemukan kata-kata yang mencerminkan tahap persiapan upacara pernikahan adat Jawa. Salah satu tahap yang harus dijalankan calon mempelai laki-laki dan perempuan dalam upacara pernikahan adat Jawa ialah menghitung weton. Kata-kata yang mencerminkan tradisi upacara pernikahan adat Jawa dibuktikan melalui kutipan berikut:

  “Sebenarnya saya salah, Ki,” kataku sembari membuka kertas itu di h adapannya. “Saya lahir bukan tanggal 29 November, tetapi tanggal 28 November. Ini akta kelahiran saya, ucapku yang langsung membuatnya diam.

  Seperti tertohok. “Jadi kemarin kamu memberi tanggal yang salah?” “Iya, Ki. Mohon maaf dan tolong dihitungkan kembali, saya ingin sekali menikahi Ratih. Saya pikir weton kami bisa cocok di sini,” ucapku penuh keyakinan (Wiwaha, 2012: 77).

  Ketika membaca cerpen “Pengantin Silang Salopeng” karya Badrul Munir Chair, peneliti juga menemukan kata-kata yang mencerminkan mitos masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang percaya pada cerita tentang roh halus, kesaktian, kekuatan, maupun asal-usul. Mitos yang berada di lingkungan masyarakat dijadikan sebagai acuan untuk berperilaku dan mengambil keputusan.

  Kata-kata yang mencerminkan mitos roh Dhanyang ditemukan di halaman 106-107. Hal tersebut dibuktikan melalui kutipan berikut:

  Tidak seharusnya rencana pernikahan ini terjadi, pernikahan silang antara dua saudara kandung dalam dua keluarga tidak boleh dilakukan, sebab merupakan pantangan. Jika dilanggar konon akan membawa bencana, bagi mempelai maupun keluarga, akan melarat rezekinya, akan sakit-sakitan, akan cacat keturunannya, begitulah kepercayaan dan pantangan yang konon diyakini Bangaseppo (Chair, 2012: 106-107).

  Kata-kata yang mencerminkan mitos masyarakat Jawa tidak hanya ditemukan dalam satu cerpen. Pada saat membaca kumpulan cerpen Nyanyian Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk, peneliti juga menemukan kata-kata yang mencerminkan mitos kekuatan sesajen dalam cerpen “Sampur Sumpi” karya Ginandjar Wiludjeng. Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang percaya pada cerita tentang kekuatan

  

sesajen. Sesajen merupakan salah satu syarat yang biasa digunakan dalam

  menyelenggarakan upacara adat, seni pertunjukan, dan pemujaan. Dalam cerpen tersebut, sesajen diyakini memiliki kekuatan yang dapat mendatangkan keberuntungan bagi manusia. Kata-kata yang mencerminkan mitos kekuatan sesajen ditemukan di halaman 220. Hal tersebut dibuktikan melalui kutipan berikut:

  Pendopo menjadi saksi Sumpi diramal menjadi lengger terkenal. Saat itu penduduk desa gempar bukan kepalang. Ki Sukril ahli nujum terkenal di Karangwaru tiba-tiba ngoceh, mengelilingi pendopo. Di tangannya tergenggam kendil kecil berisi air kembang tujuh rupa. Air itu diminum dan disemburkannya ke penjuru pendopo. Entahlah. Memang setelah itu nama sumpi melejit melampaui semua lengger di Banyumas (Wiludjeng, 2012: 220).

  Pada saat peneliti menemukan kata-kata yang mencerminkan tradisi dan mitos masyarakat Jawa, peneliti berasumsi bahwa kumpulan cerpen Nyanyian Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk sarat dengan fenomena tradisi dan mitos masyarakat Jawa. Berkaitan dengan hal itu, maka teori yang relevan untuk mengungkap fenomena tradisi dan mitos masyarakat Jawa ialah teori antropologi. Menurut Ratna (2013: 351) antropologi dibagi menjadi dua macam, yaitu antropologi fisik dan antropologi kultur, maka antropologi sastra dibicarakan dalam kaitanya dengan antropologi kultural, dengan karya-karya yang dihasilkan oleh manusia seperti: bahasa, religi, mitos, sejarah, hukum, adat istiadat, dan karya seni, khususnya karya sastra. Oleh karena itu, pendekatan yang paling tepat untuk penelitian ini ialah pendekatan antropologi sastra. Antropologi sastra cenderung memusatkan perhatian pada manusia sebagai agen kultur yang memiliki tradisi dan mitos. Melalui pendekatan antropologi sastra, tradisi dan mitos masyarakat Jawa dapat digali.

  Dari temuan di atas, peneliti berasumsi bahwa kumpulan cerpen Nyanyian

  

Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk sarat dengan fenomena tradisi dan mitos

  masyarakat Jawa. Pada hasil temuan sementara, peneliti menemukan fenomena tradisi masyarakat Jawa seperti ziarah, upacara pernikahan adat Jawa, dan upacara slametan.

  Selain itu, peneliti juga menemukan beberapa fenomena mitos masyarakat Jawa seperti mitos roh Dhanyang, kekuatan sesajen, dan tabu menikah. Berkaitan dengan hal itu, untuk membuktikan keberadaan fenomena tersebut diperlukan suatu penelitian lebih lanjut. Berangkat dari alasan tersebut, maka untuk membuktikan keberadaan fenomena tradisi dan mitos masyarakat Jawa perlu dilakukan penelitian dengan judul

  Tradisi dan Mitos Masyarakat Jawa dalam Kumpulan Cerpen “Nyanyian Kesetiaan” Karya Miftah Fadhli dkk (Kajian Antropologi Sastra).

B. Rumusan Masalah

  Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan, berikut ini dirumuskan pokok permasalahan yaitu:

  1. Bagaimana tradisi masyarakat Jawa dalam kumpulan cerpen Nyanyian Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk?

  2. Bagaimana mitos masyarakat Jawa dalam kumpulan cerpen Nyanyian Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk?

  3. Bagaimana konstruksi tradisi masyarakat Jawa dalam kumpulan cerpen Nyayian

  Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk?

  4. Bagaimana konstruksi mitos masyarakat Jawa dalam kumpulan cerpen Nyayian

  Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk? C.

   Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan pokok masalah yang telah dideskripsikan pada rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

  1. Mendeskripsikan secara tekstual tradisi masyarakat Jawa dalam kumpulan cerpen Nyanyian Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk.

  2. Mendeskripsikan secara tekstual mitos masyarakat Jawa dalam kumpulan cerpen Nyanyian Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk.

  3. Mendeskripsikan secara tekstual konstruksi tradisi masyarakat Jawa dalam kumpulan cerpen Nyayian Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk.

  4. Mendeskripsikan secara tekstual konstruksi mitos masyarakat Jawa dalam kumpulan cerpen Nyayian Kesetiaan karya Miftah Fadhli dkk.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori antropologi sastra.

  Antropologi sastra merupakan teori yang mengkaji karya sastra melalui perspektif budaya. Karya sastra lahir dari fenomena budaya, maka di dalamnya mencerminkan kebudayaan masyarakat tertentu. Masyarakat Jawa dikenal sebagai masyarakat yang memegang teguh tradisi, dan percaya terhadap keberadaan mitos di tempat tinggalnya. Berkaitan dengan hal itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap temuan tradisi dan mitos masyarakat Jawa.

2. Manfaat Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa untuk dijadikan bahan pertimbangan sehingga tertarik mengkaji lebih dalam fenomena tradisi dan mitos. Fenomena tradisi dan mitos merupakan bagian dari kebudayaan yang tidak terhitung jumlahnya. Oleh sebab itu, untuk membuktikan keberadaan kedua fenomena tersebut perlu dilakukan penelitian. Berkaitan dengan hal itu, mahasiswa dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam menelusuri fenomena tradisi dan mitos. Fenomena tersebut dapat ditelusuri di masyarakat Jawa maupun masyarakat daerah lain.