BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Dwi Rahayu Setyaningtyas BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

  perubahan perkembangan (Bayi sampai remaja), dimana anak bukan miniatur orang dewasa, harta dan kekayaan orang tua yang nilai dihitung secara ekonomi tetapi anak adalah mahluk yang unik, dan utuh, biopsiko-sosio kultural spiritual (Supartini, 2004).

  Keadaan sakit dapat mempengaruhi keadaan psikologis dan fisiologis pada anak, oleh karena itu usaha perawatan harus diarahkan untuk mengurangi tekanan emosi yang bersumber pada keberadaannya di rumah sakit. Khususnya pada anak usia pra sekolah sangat mempengaruhi perkembangan sosial emosionalnya, perkembangan psikososial dan perkembangan intelektual (Supartini, 2004).

  Ditinjau dari proporsi penduduk, 40% total populasi adalah berusia 0-18 tahun. Masalah kesehatan pada anak di negara-negara berkembang masih sedikit diperhatikan, mengingat kondisi perekonomian yang belum stabil. Hal ini semakin memperburuk tingkat kesehatan penduduk terutama populasi anak. Implikasi ketika seorang anak menderita sakit adalah mereka akan mengalami gangguan dalam tumbuh kembangnya. Prevalensi disfungsi perkembangan pada anak anak saat sakit berkisar anatar 1-3 persen (Nelson, 2000).

  Pada tahapan tumbuh kembang anak, sangat rentan terjadi kecelakaan di luar rumah dan gangguan kesehatan lain yang membuat anak menjadi sakit. Saat anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit, mereka menjalani berbagai macam prosedur seperti injeksi, infuse, pengambilan sampel darah, bahkan tindakan operasi/pembedahan (Supartini, 2004).

  Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif. Tindakan pembedahan atau operasi dapat menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering adalah nyeri (Sjamsuhidajat, 2005). Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh. Untuk menjaga homeostasis, tubuh melakukan mekanisme untuk segera melakukan pemulihan pada jaringan tubuh yang mengalami perlukaan. Pada proses pemulihan inilah terjadi reaksi kimia dalam tubuh sehingga nyeri dirasakan oleh pasien.

  Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu (Mahon, 1994 dalam Potter & Perry, 2005). Rasa nyeri yang timbul akibat pembedahan bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang mengganggu proses penyembuhan dan akan mempengaruhi proses tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 1995). Seorang anak tidak mudah untuk mengatakan tentang nyeri yang dirasakannya. Jika seorang anak dalam keadaan nyeri, maka sering tidak mengatakan apa-apa. Perawat menghabiskan lebih banyak waktu bersama pasien dibandingkan dengan tenaga perawatan profesional lainnya, maka perawat mempunyai kesempatan untuk menghilangkan nyeri dan efek yang membahayakan (Smeltzer & Bare, 2002).

  Penatalaksanaan nyeri pada anak dengan teknik disraksi merupakan salah satu cara yang cocok pada anak post operasi. Pada anak, teknik distraksi sangat efektif digunakan untuk mengalihkan nyeri, hal ini disebabkan karena distraksi merupakan metode dalam upaya untuk mengurangi nyeri anak dan sering membuat pasien lebih menahan nyerinya. Hal ini ditegaskan kembali oleh Taylor (1997) dalam Tasmuri (2007) yang mengatakan bahwa teknik distraksi ini terbukti efektif digunakan pada anak.

  Supaya distraksi lebih efektif perawat harus peka terhadap situasi yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Distraksi ini bisa dilakukan secara visual, auditori, taktil kinestik dan projek. Salah satu teknik distraksi adalah dengan terapi musik yang bertujuan untuk menurunkan nyeri pada anak.

  Musik sebagai terapi telah dikenal sejak 550 tahun sebelum Masehi, dan ini dikembangkan oleh Pythagoras dari Yunani. Berdasarkan penelitian di State University of New York di Buffalo, sejak mereka menggunakan terapi musik kebutuhan akan obat penenang pun turun drastis hingga 50%.

  Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera.

  Musik dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung, dan tekanan darah. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri sehingga musik dapat digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa nyerinya berkurang.

  Beberapa penelitian dari Kustiningsih & Hartati (2008) menyebutkan bahwa terapi musik klasik pada anak yang dilakukan tindakan infasif ternyata berdampak terapeutik, penelitian yang dilakukan Rofikoh (2009) menyimpulkan bahwa hasil terapi musik Kitaro efektif menurunkan nyeri pada bayi post operasi, dan penelitian yang lain yaitu dari Farida (2010) menyebutkan bahwa musik klasik dari Mozart berpengaruh signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri pada anak usia sekolah. Hal tersebut yang melatarbelakangi penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian tersebut untuk diaplikasikan pada anak usia prasekolah yang dilakukan tindakan operatif.

  Dari survei pendahuluan data yang dilakukan peneliti yang didapatkan di Ruang Seruni RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, terdapat 129 kasus bedah anak usia pra sekolah dari 399 kasus bedah yang ada di Ruang Seruni selama tahun 2011 atau 32,3%. Dari data 8 bulan terakhir dari bulan Agustus sampai dengan September 2012 terdapat 99 kasus bedah anak usia pra sekolah dari 260 kasus atau 38%.

  Berdasarkan hal-hal yang dijabarkan diatas merupakan landasan penulis untuk melakukan penelitian tentang “ Efektivitas Terapi Musik Pada Anak Usia pra sekolah Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Saat Perawatan Luka di Ruang Seruni RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

B. Rumusan Masalah

  Kasus pembedahan pada anak mempunyai tingkat resiko yang tinggi dan banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kesembuhan. Oleh karena itu perawatan post operasi pada anak diperlukan tindakan khusus dan ruangan yang khusus. Pada anak proses pembedahan mungkin merupakan trauma tersendiri yang membuat anak menjadi lebih impulsif. Adapun keluhan dan gejala yang sering ditemukan di lapangan antara lain nyeri, demam, batuk, takikardia, dan sesak napas yang bisa mengakibatkan penurunan kondisi pasien dan gangguan pada proses penyembuhan luka.

  Anak yang mengalami nyeri post operasi tersebut harus segera ditangani. Untuk menangani nyeri post operasi bisa dilakukan dengan berbagai macam cara dan salah satunya dengan menggunakan terapi musik. Terapi musik sendiri bermanfaat untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, psikologi, sosial, dan kognitif pasien. Karena musik dapat diterima dan dinikmati oleh berbagai kalangan dari berbagai usia maka penulis ingin meneliti mengetahui “ Bagaimana efektifitas jenis terapi musik pada anak usia pra sekolah terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi di Ruang Seruni RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto?”.

C. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan umum Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi musik dan anak-anak terhadap intensitas nyeri saat perawatan luka pada anak usia pra sekolah di Ruang Seruni RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan khusus a.

  Mengetahui karakteristik responden di Ruang Seruni RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto.

  b.

  Mengetahui rata-rata intensitas nyeri pada anak yang diberikan terapi musik dengan jenis musik klasik dan musik anak-anak di Ruang Seruni RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

  c.

  Membuktikan pengaruh terapi musik pada anak yang dilakukan perawatan luka di Ruang Seruni RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Memberikan tambahan pemikiran dan informasi serta untuk menambah wawasan bagi dunia kesehatan, khususnya untuk ilmu keperawatan anak sehingga dapat mewujudkan suatu konsep baru tentang penanganan mengurangi nyeri pada anak dengan terapi non farmakologis yaitu dengan terapi musik.

  2. Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dan informasi tentang jenis terapi musik yang efektif bagi anak untuk mengurangi nyeri.

  3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi baru bagi masyarakat atau keluarga pasien untuk menangani nyeri operasi dengan terapi musik terutama pada perawatan post operasinya.

  4. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang ingin meneliti lebih lanjut tentang efektivitas jenis terapi musik untuk mengurangi intensitas nyeri pada anak post operasi.

E. Keaslian Penelitian 1.

  Kustiningsih dan Hartati (2008) dengan judul “ Pengaruh Terapi Musik Terhadap Intensitas Nyeri Pada Anak Usia Sekolah Saat Dilakukan Prosedur Invasif di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta”.

  Dalam penelitian ini obyek penelitian adalah anak usia sekolah yang dilakukan tindakan invasif pemasangan infus. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi dengan hasil penelitian, musik klasik ternyata berdampak terapeutik terhadap emosi dan kecemasan pada anak. Persamaan penelitiannya adalah disini penelitian menggunakan jenis terapi musik klasik, dan perbedaannya adalah penelitian ini obyek penelitiannya adalah anak usia sekolah dan dilakukan pada saat dilakukan tindakan infasif pemasangan infus.

  2. Rofikoh (2010) dengan judul “ Eektifitas Terapi Musik Pada Bayi Usia 1- 28 hari Terhadap Intensitas Nyeri di Ruang Melati RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwaokerto”. Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan Cries Pain Scale. Sedangkan obyek penelitiannya adalah bayi usia 28 hari dengan kelainan kongenital. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah terapi musik kitaro efektif menurunkan intensitas nyeri pada bayi post operasi di Ruang Melati. Persamaan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan musik klasik untuk terapi musik dan perbedaannya adalah obyek penelitiannya bayi usia 28 hari dan musik klasik yang digunakan dari Kitaro.

3. Farida (2010) dengan judul “ Efektifitas Terapi Musik Terhadap

  Penurunan Nyeri Post Operasi Pada Anak usia Sekolah di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Obyek penelitiannya adalah anak usia sekolah yang mengalami operasi. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi dengan hasil terapi musik klasik dari Mozart berpengaruh signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri pada anak. Persamaan penelitiannya adalah menggunakan musik klasik Mozart dan perbedaannya adalah obyek penelitiannya anak usia sekolah.