BAB II KAJIAN TEORI A. Kecerdasan Emosional - PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII A SMP PGRI 04 NUSAWUNGU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN TEORI A. Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri

  sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa (Hamzah, 2010). Menurut Saphiro, istilah kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu Peter Salovey dan John Mayer yang menerapkan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting untuk mencapai keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang dimaksud anatara lain: 1) Empati, 2) Mengungkapkan dan memahami perasaan, 3) Mengendalikan amarah, 4) Kemampuan kemandirian, 5) Kemampuan menyesuaikan diri, 6) Diskusi, 7) Kemampuan memecahkan masalah anatarpribadi, 8) Ketekunan, 9) Kesetiakawanan, 10) Keramahan, dan 11) Sikap hormat (Hamzah, 2010).

  Teori lain dikemukakan oleh Reuven Bar-On yang menjelaskan kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Selanjutnya, Steven J.

  Stein dan Howard E. Book menjelaskan pendapat Peter Salovey dan John Mayer, pencipta kecerdasan emosional, bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangitkan perasaan

  7 untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual (Hamzah, 2010).

  Ketrampilan kecerdasan emosi bekerja secara sinergi dengan ketrampilan kognitif, orang-orang yang berprestasi tinggi memiliki keduanya.

  Makin kompleks pekerjaan, makin penting kecerdasan emosi. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan mampu menggunakan kemampuan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimum (Hamzah, 2010).

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki IQ saja belum cukup, yang ideal adalah IQ yang dibarengi dengan EQ yang seimbang. Pemahaman ini didukung oleh Goleman yang dikutip oleh Patton, bahwa para ahli psikologi sepakat kalau IQ hanya mendukung sekitar 20% faktor yang menentukan keberhasilan, sedangan 80% sisanya berasal dari faktor lain, termasuk kecerdasan emosional (Hamzah, 2010).

  Steven J. Stein dan Howard E. Book menjelaskan penemuan Reuven Bar-On yang merangkum kecerdasan emosional dan dibaginya kedalam lima area atau ranah yang menyeluruh, dan 15 subbagian atau skala (Hamzah, 2010). Kelima area atau ranah kecerdasan emosional tersebut, yaitu:

  1. Ranah intrapribadi Ranah intrapribadi terkait dengan kemampuan kita untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri. Ranah kecerdasan emosional ini terkait pula dengan apa yang biasanya disebut sebagai “inner-self” (diri terdalam, batiniah). Dunia intrapribadi menentukan seberapa mendalamnya perasaan kita, seberapa puas kita terhadap diri sendiri, dan prestasi kita dalam hidup. Sukses dalam ranah ini mengandung arti bahwa kita bisa mengungkapkan perasaan kita, bisa hidup dan bekerja secara mandiri, tegar, dan memiliki rasa percaya diri dalam mengemukakan gagasan dan keyakinan kita.

  Ranah intrapribadi ini meliputi lima subbagian atau skala, yaitu sebagai berikut : a. Kesadaran diri, yakni kemampuan untuk mengenal dan memilah- milah perasaan, memahami hal yang sedang kita rasakan dan mengapa hal itu kita rasakan, dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut, serta pengaruh perilaku kita terhadap orang lain.

  b. Sikap asertif, yaitu kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan kita, membela diri dan mempertahankan pendapat.

  c. Kemandirian, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri, berdiri dengan kaki sendiri. Secara lebih luas, kemandirian adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional.

  d. Penghargaan diri, yaitu kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan kita, dan menyenangi diri sendiri meskipun kita memiliki kelemahan. Dalam pengertian secara luas, penghargaan diri adalah kemampuan untuk menghormati dan menerima diri sendiri sebagai pribadi yang pada dasarnya baik.

  e. Aktualisasi diri, yaitu kemampuan mewujudkan potensi yang kita miliki dan merasa senang dengan prestasi yang kita raih ditempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.

  2. Ranah antarpribadi Ranah antarpribadi berkaitan den gan “ketrampilan bergaul” yang kita miliki, kemampuan kita beratraksi, dan bergaul baik dengan orang lain. Ranah kecerdasan emosional ini juga berhubungan dengan apa yang kita kenal sebagai ketrampilan beratraksi. Mereka yang berperan baik dalam ranah ini biasanya bertanggung jawab dan dapat diandalkan.

  Mereka memahami, beratraksi, dan bergaul secara baik dengan orang lain dalam berbagai situasi. Mereka membangkitkan kepercayaan dan menjalankan perannya dengan baik sebagai bagian dari kelompok. Ranah antarpribadi ini terdiri dari tiga skala, yaitu:

  a. Empati, yaitu kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain, kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Dengan kata lain, empati berarti kemampuan untuk menyadari, memahami, dan menghargai perasaan dan pikiran orang lain.

  b. Tanggung jawab sosial, yaitu kemampuan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat bekerja sama dan bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya. Dalam pengertian luas, tanggung jawab sosial berarti kemampuan untuk menunjukan bahwa kita adalah anggota kelompok masyarakat yang dapat bekerja sama, berperan, dan konstruktif.

  c. Hubungan antarpribadi, yaitu kemampuan untuk menciptakan dan mempertahanan hubungan yang saling menguntungkan, dan ditandai oleh saling memberi dan menerima serta rasa kedekatan emosional. Dalam pengertian luas, hubungan antarpribadi adalah kemampuan membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan, yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang.

  3. Ranah penyesuaian diri Ranah penyesuaian diri berkaitan dengan kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul. Dalam pengertian lain, kecerdasan emosional ini berkaitan dengan kemampuan kita untuk menilai dan menanggapi situasi sulit.

  Keberhasilan dalam ranah ini mengandung arti bahwa kita dapat memahami masalah dan merencanakan pemecahan yang ampuh, dapat menghadapi dan memecahan masalah keluarga, serta dapat menghadapi konflik, baik dilingkungan masyarakat maupun dilingkungan kerja.

  Ranah penyesuaian diri ini meliputi tiga skala yaitu:

  a. Uji realitas, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu sesuai dengan kenyataannya, bukan seperti yang kita inginkan atau kita takuti.

  Secara lebih luas, uji realitas merupakan kemampuan menilai kesesuaian antara apa yang dialami dan apa yang secara obyektif terjadi. b. Sikap fleksibel, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran, dan tindakan kita dengan keadaan yang berubah-ubah.

  Dalam pengertian luas, sikap fleksibel merupakan kemampuan menyesuaikan emosi, pikiran, dan perilaku dengan perubahan situasi dan kondisi.

  c. Pemecahan masalah, yaitu kemampuan untuk mendefinisikan permasalahan, kemudian bertindak untuk mencari dan menerapkan pemecahan yang jitu dan tepat. Dalam pengertian lain, pemecahan masalah adalah kemampuan untuk mengenali dan merumuskan masalah, serta menemukan dan menerapkan pemecahan yang ampuh.

  4. Ranah pengendalian stres Ranah pengendalian stres berkaitan dengan kemampuan kita untuk tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls. Penjelasan lebih luas mengenai kecerdasan emosional ini terkait dengan kemampuan menanggung stres tanpa harus ambruk, hancur, kehilangan kendali, atau terpuruk. Keberhasilan dalam ranah ini berarti bahwa kita biasanya dapat tetap tenang, jarang bersikap implusif, dan mampu mengatasi tekanan.

  Ranah pengendalian stres ini memiliki dua skala yaitu:

  a. Ketahanan menanggung stres adalah kemampuan untuk tetap tenang dan berkonsentrasi, serta secara konstruktif bertahan menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar menghadapi konflik emosi. Dalam pengertian luas, ketahanan menanggung stress berarti kemampuan untuk menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan, dengan secara aktif dan positif menghadapi stress.

  b. Pengendalian impuls, yaitu kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak. Pengendalian impuls juga berarti kemampuan menolak atau menunda impuls, dorongan, atau godaan untuk bertindak.

  5. Ranah suasana hati umum.

  Ranah kecerdasan emosional ini berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Ranah suasana hati umum dibagi dalam dua skala yaitu:

  a. Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis, terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, optimisme bermakna kemampuan melihat sisi terang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun ketika berada dalam kesulitan.

  b. Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan. Dalam pandangan lebih luas, kebahagiaan berarti kemampuan untuk merasa puas dengan kehidupan kita, bergembira sendirian dan dengan orang lain, serta bersenang-senang.

  Lima ranah atau indikator kecerdasan emosional di atas digunakan untuk mengembangkan instrument kecerdasan emosional yang berupa lembar observasi dan lembar angket kecerdasan emosional.

B. Pemahaman Konsep Matematika

  Pengertian pemahaman menurut Sardiman (2003) dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Sedangkan pengertian konsep menurut Winkel (1996) yaitu satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Pemahaman menurut Sudijono (2001) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.

  Instrument penilaian yang mengukur kemampuan pemahaman konsep matematika mengacu pada indikator pencapaian pemahaman konsep.

  Menurut peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No 506/c/PP/2004 tanggal

  11 November 2004, indikator-indikator pemahaman konsep matematika adalah sebagai berikut (Wardhani, 2008) :

  1. Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep. Yaitu mampu menyebutkan definisi berdasarkan konsep esensial yang dimiliki oleh sebuah objek. Contoh : apabila siswa belajar tentang kubus maka siswa mampu menyebutkan definisi dari kubus.

  2. Kemampuan mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. Yaitu mampu menganalisis suatu objek dan mengklasifikasikannya menurut sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu yang dimiliki sesuai dengan konsepnya.

  Contoh: apabila siswa belajar tentang unsur-unsur kubus maka siswa mampu menjelaskan dan menunjukan unsur-unsur pada kubus.

  3. Kemampuan memberikan contoh dan bukan contoh. Yaitu mampu memberikan contoh lain dari sebuah objek baik untuk contoh maupun untuk non contoh. Contoh: apabila siswa diberi bermacam-macam jaring-jaring kubus dan bukan jaring-jaring kubus maka siswa dapat menunjukan mana yang merupakan jaring-jaring kubus dan bukan merupakan jaring-jaring kubus.

  4. Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. Yaitu mampu menyatakan suatu objek dengan berbagai bentuk representasi, misalkan mendaftarkan anggota dari suatu objek. Contoh : apabila siswa diberi pertanyaan tentukan luas permukaan kubus jika diketahui panjang rusuknya 7 cm maka siswa dapat menyatakannya dalam bentuk representasi matematis.

  5. Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep. Yaitu mampu mengkaji mana syarat perlu dan syarat cukup yang terkait dengan suatu objek. Contoh : apabila siswa diberi pertanyaan jika suatu kubus volumenya 1000 maka siswa dapat menentukan luas permukaan kubus dengan mengkaji mana syarat perlu dan syarat cukup yang terkait dengan rumus untuk mencari luas permukaan kubus.

  6. Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur. Contoh : apabila siswa diberi pertanyaan suatu kubus panjang diagonal sisinya

  5 cm maka siswa dapat menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur yang tepat untuk mencari luas permukaan kubus tersebut.

  7. Kemampuan mengaplikasikan konsep atau algoritma kedalam pemecahan masalah. Yaitu mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis sebagai suatu logaritma pemecahan masalah.

  Contoh : apabila siswa belajar tentang kubus maka siswa mampu mengaplikasikan konsep kubus untuk menyelesaikan soal matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sebagai suatu pemecahan masalah.

  Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika adalah kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam menyatakan ulang sebuah konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat- sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberikan contoh dan bukan contoh, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma kedalam pemecahan masalah.

C. Model Pembelajaran Quantum Teaching

  1. Pengertian Model Pembelajaran Quantum Teaching Menurut DePorter (2010), model pembelajaran Quantum teaching merupakan model pembelajaran yang menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses pembelajaran, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah, untuk segala mata pelajaran. Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas.

  2. Asas Utama Quantum Teaching Menurut DePorter (2010), Quantum Teaching bersandar pada suatu konsep, yaitu “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan

  Dunia Kita ke Dunia Mereka

  ”. Hal ini berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam proses belajar mengajar adalah memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran. Tindakan ini akan memberi peluang atau izin pada guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengaitkan apa yang akan diajarkan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis siswa. Setelah kaitan itu terbentuk, siswa dapat dibawa ke dunia guru, dan memberi siswa pemahaman tentang isi pembelajaran.

  Pada tahap ini rincian isi pembelajaran dijabarkan.

  3. Prinsip

  • – Prinsip Model Pembelajaran Quantum Teaching Menurut DePorter (2010), model pembelajaran Quantum Teaching memiliki 5 prinsip yaitu :

  a. Segalanya berbicara Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pembelajaran, semuanya mengirimkan pesan tentang belajar.

  b. Segalanya bertujuan Segala yang terjadi dalam pengubahan guru dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan.

  c. Pengalaman sebelum pemberian nama Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.

  d. Akui setiap usaha Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. e. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan Perayaan adalah sarapan pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

  4. Langkah

  • – langkah Model Pembelajaran Quantum Teaching Menurut DePorter (2010), pelaksanaan model pembelajaran

  Quantum Teaching

  dikenal dengan singkatan “TANDUR” yang merupakan kepanjangan dari : Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

  a. Tumbuhkan Pada tahap ini guru menumbuhkan atau mengembangkan minat siswa untuk belajar dengan memuaskan “Apakah Manfaat Bagiku” (AMBAK) dan manfaat kehidupan pelajar. Dengan tumbuhnya minat, siswa akan sadar manfaatnya kegiatan pembelajaran bagi dirinya atau bagi kehidupannya.

  b. Alami Pada tahap ini guru menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pelajaran yang dapat dimengerti semua siswa.

  c. Namai Pada tahap ini guru menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi atau sebuah masukan. d. Demonstrasikan Pada tahap ini guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukan atau mendemonstrasikan apa yang diketahui siswa.

  e. Ulangi Pada tahap ini guru menunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan kepada siswa “ Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.

  f. Rayakan Pada tahap ini guru memberikan pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

  5. Musik Dalam Model Pembelajaran Quantum Teaching Musik berpengaruh pada guru dan siswa. Musik dapat menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu siswa bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Disamping itu kebanyakan siswa memang mencintai musik. Musik dapat membantu siswa masuk ke keadaan belajar optimal. Musik juga memungkinkan guru membangun hubungan baik dengan siswa (DePorter, 2010).

  Musik berpengaruh kuat pada lingkungan belajar. Penelitian menunjukan bahwa belajar lebih mudah dan cepat jika pelajar berada dalam kondisi santai dan reseptif. Detak jantung orang dalam keadaan ini adalah 60 sampai 80 kali per menit (DePorter, 2010).

  6. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum Teaching Menurut DePorter (2010) yaitu :

  a. Kelebihan 1) Dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap isi materi serta menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi karena guru mengaitkan isi materi dengan kehidupan sehari-hari yang dialami siswa.

  2) Siswa akan belajar dengan senang, tenang, dan nyaman, sebab model pembelajaran ini memadukan pelajaran dengan unsur seni berupa musik. 3) Membentuk siswa yang aktif dan lebih berani untuk mengungkapkan suatu ide-ide atau pendapat karena dengan metode ini siswa bukan hanya sebagai objek melainkan juga sebagai pelaku dalam proses pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. 4) Menumbuhkan semangat siswa untuk belajar, karena dalam metode ini keberhasilan yang telah dicapai siswa dirayakan sebagai bentuk penghargaan.

  b. Kelemahan 1) Memerlukan biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan fasilitas yang menunjang proses pembelajaran.

  2) Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam melaksanakan model pembelajaran Quantum Teaaching.

  3) Tidak semua materi pelajaran cocok menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan model pembelajaran

  Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang memadukan unsur

  seni berupa musik yang memudahkan proses pembelajaran dengan cara membangun pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman umum dalam kehidupan sehari-hari yang dialami siswa.

  Langkah-langkah dalam setiap tahap model pembelajaran Quantum

  Teaching adalah sebagai berikut :

  1. Tumbuhkan Pada tahap ini guru mengaitkan materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan dan menumbuhkan minat belajar siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari materi pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

  2. Alami Pada tahap ini guru mendatangkan pengalaman umum dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pelajaran dan merumuskan permasalahan yang muncul.

  3. Namai Pada tahap ini guru dengan ceramah dan tanya jawab memotivasi siswa untuk mengemukakan ide-ide atau pendapat berdasarkan permasalahan yang muncul dan mengklarifikasi ide-ide atau pendapat yang dikemukakan siswa.

  4. Demonstrasikan Pada tahap ini guru menyuruh siswa untuk berdiskusi kelompok dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan hasil diskusinya.

  5. Ulangi Pada tahap ini guru menyuruh siswa untuk menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari.

  6. Rayakan Pada tahap ini guru memberikan penghargaan dengan bertepuk tangan bersama atas keberhasilan yang diperoleh siswa.

D. Materi Pelajaran Pokok Bahasan Kubus dan balok

Bab ini berisi uraian materi kubus dan balok, dengan : Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok,

  prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan ukurannya.

  Kompetensi Dasar : 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian- bagiannya.

  5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas.

  5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas. Indikator : 5.1.1 Menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok : rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal.

  5.2.1 Membuat jaring-jaring kubus dan balok.

  5.3.1 Menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok.

  5.3.2 Menghitung luas permukaan kubus dan balok.

  5.3.3 Menentukan rumus volume kubus dan balok.

  5.3.4 Menghitung volume kubus dan balok.

E. Kerangka Berpikir Kondisi Awal Siswa :

  Berdasarkan hasil pengamatan diduga kecerdasan emosional dan pemahaman konsep matematika siswa masih kurang.

  Langkah-Langkah Model Pembelajaran Quantum Teaching :

  1. Tumbuhkan : pada tahap ini guru memberitahu manfaat mempelajari materi pelajaran. Pada tahap ini dapat meningkatkan kemandirian (ranah intrapribadi), optimisme (suasana hati umum), dan kemampuan memberikan contoh dan bukan contoh.

  2. Alami : pada tahap ini guru mendatangkan pengalaman umum dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pelajaran. Pada tahap ini dapat meningkatkan uji realitas (ranah penyesuaian diri), pemecahan masalah (ranah penyesuaian diri), kemandirian (ranah intrapribadi), dan kemampuan mengklarifikasi objek menurut sifat- sifat tertentu.

  3. Namai : pada tahap ini guru menyuruh siswa untuk mengemukakan ide-ide atau konsep yang mungkin berdasarkan pengalaman umum dan mengklarifikasi ide-ide atau konsep yang dikemukakan siswa. Pada tahp ini dapat meningkatkan sikap asertif (ranah intrapribadi) dan kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep.

  4. Demonstrasikan : pada tahap ini guru memberi kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi dan mendemonstrasikan hasil diskusinya. Pada tahap ini dapat meningkatkan sikap asertif (ranah intrapribadi), empati (ranah antarpribadi), tanggung jawab sosial (ranah antarpribadi), hubungn antarpribadi (ranah antarpribadi), pengendalian impuls (ranah pengendalian stress), dan indikator-indikator pemahaman konsep matematika.

  5. Ulangi : pada tahap ini guru menyuruh siswa untuk mengulang materi yang baru saja dipelajari dan membuat kesimpulan. Pada tahap ini dapat meningkatkan sikap asertif (ranah intrapribadi), hubungan antarpribadi (ranah intrapribadi), dan indikator-indikator pemahaman konsep matematika.

  6. Rayakan : pada tahap ini guru memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa. Pada tahap ini dapat meningkatkan empati (ranah antarpribadi), kebahagiaan (ranah suasana hati umum), dan ketahanan menanggung stress (ranah pengendalian stress).

  Dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, diduga kondisi awal kecerdasan emosional siswa dan pemahaman konsep matematika siswa dapat meningkat.

  Berdasarkan hasil pengamatan dalam pembelajaran matematika di kelas

  VIII A SMP PGRI 04 Nusawungu diduga kondisi awal kecerdasan emosional siswa dan pemahaman konsep matematika siswa masih kurang. Untuk itu diperlukan upaya yang tepat agar kecerdasan emosional siswa dan pemahaman konsep matematika siswa meningkat. Salah satu alternatif pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Quantum

  . Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan

  Teaching

  segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas.

  Pada langkah 1 Quantum Teaching yaitu Tumbuhkan, pada tahap ini guru mengaitkan materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan dan memotivasi siswa dengan memberitahu manfaat mempelajari materi pelajaran yang akan disampaikan sehingga kemandirian siswa muncul berupa rasa ingin tahu (ranah intrapribadi) dan rasa termotivasi untuk belajar sehingga timbul sikap optimisme untuk belajar (ranah suasana hati umum). kemudian guru menyuruh siswa untuk menyebutkan manfaat lain dari mempelajari materi ini sehingga pemahaman konsep matematika siswa meningkat yaitu indikator kemampuan memberikan contoh dan bukan contoh.

  Pada langkah ke 2 yaitu Alami, pada tahap ini guru mendatangkan pengalaman umum dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga uji realitas (ranah penyesuaian diri) muncul dan siswa dapat mendefinisikan berbagai permasalahan (ranah penyesuaian diri) dengan mengikuti bimbingan guru untuk menjawab rasa ingin tahu siswa (ranah intrapribadi). Selain itu juga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa terhadap materi yaitu indikator kemampuan mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu.

  Pada langkah ke 3 yaitu namai, Pada tahap ini dapat meningkatkan sikap asertif siswa (ranah intrapribadi) karena pada tahap ini guru dengan ceramah dan tanya jawab memotivasi siswa untuk mengemukakan ide-ide atau konsep yang mungkin berdasarkan pengalaman umum siswa, kemudian guru membimbing dan mengarahan siswa untuk menetapkan konsep berdasarkan ide-ide yang sudah diklarifikasi, dengan kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa yaitu indikator kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep.

  Pada langkah 4 yaitu Demonstrasikan, pada tahap dapat meningkatkan sikap asertif siswa (ranah intrapribadi) karena pada tahap ini guru memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi dan mendemonstrasikan hasil diskusi, dan bagi siswa yang tidak ditunjuk disuruh untuk menanggapi pendapat temannya sehingga secara tidak langsung empati siswa (ranah antarpribadi) muncul berupa menghargai pendapat orang lain, tanggung jawab (ranah antarpribadi) atas apa yang telah disampaikan dan menjalin hubungan antarpribadi (ranah antarpribadi) karena saling menanggapi.

  Selama diskusi siswa dituntut untuk berkonsentrasi dan tenang dalam menghadapi persoalan serta melakukan pengendalian impuls (ranah pengendalian stress) yaitu menahan rasa marah atau kesal jika ada teman yang menyanggah pendapatnya. Dengan berdiskusi maka dapat meningkatkan seluruh indikator-indikator pemahaman konsep matematika siswa.

  Pada langkah 5 yaitu Ulangi, pada tahap ini guru menyuruh siswa untuk mengulang materi yang baru saja dipelajari sehingga sikap asertif siswa (ranah intrapribadi) muncul. Dengan pengulangan siswa akan mengkomunikasikan apa yang diketahui dengan siswa lain sehingga dapat menjalin hubungan antarpribadi (ranah antarpribadi). Selain itu dengan pengulangan materi maka siswa akan lebih memahamami materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan seluruh indikator-indikator pemahaman konsep matematika siswa.

  Pada langkah yang terakhir yaitu Rayakan, pada tahap ini akan meningkatkan empati siswa (ranah antarpribadi) karena pada tahap ini guru memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa dengan memberikan tepuk tangan yang akan membiasakan siswa untuk saling menghormati dan menghargai pendapat teman. Dengan kegiatan perayaan siswa akan bahagia (ranah suasana hati umum) jika diberikan sanjungan dan penghargaan. Selain itu karena merasa bahagia maka siswa tidak mengalami stress (ranah pengendalian stress).

  Berdasarkan uraian di atas diharapkan model pembelajaran Quantum

  Teaching dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa dan pemahaman konsep matematika siswa.

F. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dirumuskan di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan adalah :

  1. Dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, kecerdasan emosional siswa kelas VIII A SMP PGRI 04 Nusawungu meningkat.

  2. Dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching, pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII A SMP PGRI 04 Nusawungu meningkat.

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI QUANTUM TEACHING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 RAMBAH HILIR

0 0 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika - PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CONNECTING-ORGANIZING-REFLECTING-EXTENDING (CORE) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN DI SMPN 5

0 0 39

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DI KELAS VIII SMP

0 0 12

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAGNET SISWA KELAS V SD

2 2 88

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING

0 0 8

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING MELALUI METODE PERMAINAN KOKAMI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI LANGGUR KABUPATEN MALUKU TENGGARA

0 0 219

BAB II KAJIAN PUSTAKA - PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KONFLIK KOGNITIF PADA MATERI TURUNAN FUNGSI - repo unpas

0 0 30

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) - UNS Institutional Repository

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRESTASI BELAJAR - PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN INTELEKTUAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA IPS KELAS XI DI SMA NEGERI 01PURWANEGARA KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 20