PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAGNET SISWA KELAS V SD

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAGNET SISWA KELAS V SD

(PTK ini dilaksanakan di SD Negeri I Petir Kecamatan Kalibagor, Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011)

Oleh: SUKMA BUDI APIKAFRI X7109109

SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Skripsi dengan judul :

“PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAGNET SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PETIR KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011”

Oleh

Nama

: Sukma Budi Apikafri

NIM

: X7109109

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari

Tanggal

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Rukayah, M. Hum NIP. 19570827 198203 2 002

Pembimbing II

Dra. Yulianti, M. Pd NIP. 19541116 198203 2 002

Skripsi dengan judul :

“Penggunaan Model Pembelajaran Quantum untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011”

Oleh : Nama : Sukma Budi Apikafri NIM : X7109109

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi : Nama Terang

Tanda Tangan Ketua

: Drs. Hadi Mulyono, M. Pd

1. ………….. Sekretaris

: Drs. Hasan Mahfud, M. Pd

2. …………... Anggota I

: Dra. Rukayah, M. Hum

3. ………….. Anggota II

: Dra. Yulianti, M.Pd

4. …………… Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP.19600727 198702 1 001

Sukma Budi Apikafri . “PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAGNET SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PETIR KECAMATAN KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN

2010/2011”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011 melalui penggunaan model pembelajaran Quantum, (2) Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran Quantum dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Petir, Kalibagor, Banyumas yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatan pemahaman konsep magnet siswa, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Quantum.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Penggunaan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan pemahaman konsep materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus, nilai rata- rata pemahaman konsep siswa kelas V sebesar 57,86, siklus I sebesar 72,9, dan pada siklus II naik menjadi 84,98. Sedangkan untuk siswa tuntas belajar (KKM

62) secara persentase, pada pra siklus sebesar 44,44%, pada siklus I sebesar 77,78%, dan pada siklus II semua siswa sudah mencapai ketuntasan yaitu sebesar 100%, (2) Penggunaan model pembelajaran Quantum untuk meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V yaitu guru harus terampil dalam menerapkan model pembelajaran quantum diantaranya: (a) Tumbuhkan adalah menumbuhkan minat, perhatian, motivasi siswa dengan interaksi dengan lingkungan dan bernyanyi bersama, (b) Alami yaitu dengan kerja kelompok atau individual siswa untuk mengalami sendiri, (c) Namai dengan siswa menamai hasil percobaan yang dilakukan, (d) Demonstrasi adalah memberi kesempatan siswa menerapkan pengetahuan, mengaitkan dan terlatih, (e) Ulangi adalah mengulang pembelajaran untuk memantapkan pembelajaran, (f) rayakan adalah member rasa rampung dan menghargai usaha siswa dengan acungan jempol, tepuk tangan, dan bernyanyi bersama.

Sukma Budi Apikafri. " USAGE OF STUDY MODEL OF QUANTUM TO INCREASE UNDERSTANDING CLASS STUDENT MAGNET CONCEPT V SDN

1 PETIR DISTRICT OF KALIBAGOR SUB-PROVINCE BANYUMAS ACADEMIC YEAR 2010/2011". Minithesis. Surakarta: Teachership Faculty and Educational Faculty Sebelas Maret University Surakarta. 2011.

Purpose of this research is for (1) Increases understanding of class student magnet concept V SDN 1 Petir academic year 2010/2011 through usage of study model Quantum, (2) description usage of study model of Quantum in the effort increasing understanding of class student magnet concept V SDN 1 Petir academic year 2010/2011.

Form of this research is clasroom action research counted 2 cycle. Every cycle consisted of 4 step, that is : planning, execution of action, observation, and reflection. As subject is class student V SDN 1 Petir, Kalibagor, Banyumas which amounts to 36 students. Data collecting technique applied is observation technique, documentation, and test. Data analytical technique applied is analysis model interaktif having three fruit of component that is reduction of data, sajian data, and conclusion withdrawal or verification. Variable becoming target change in research of action of this class is increase understanding of student magnet concept, while action variable applied in this research is usage of study model Quantum.

Based on result of inferential research: (1) Usage of study model of Quantum can increase understanding of class student magnetic force matter concept V SDN 1 Petir academic year 2010/2011. This thing is visible from average value experiences improvement at cycle pre, understanding average value of class student concept V 57,86, cycle I 72,9, and at cycle II rising becomes 84,98. While for complete student learnt (KKM equal to 44,44%, at cycle I equal to 77,78%, and at cycle II of all students has reached is complete that is equal to 100%, (2) Usage study model of Quantum to increase understanding of class student magnet concept V that is teacher must be skillful in applying study model of quantum between it: (a) Grows (Tumbuhkan) is grow enthusiasm, attention, motivation of student with interaction with area and singing together, (b) Natural (Alami) that is with team-work or individual of student to experience x'self, (c) Names (Namai) with student to name attempt result done, (d) Demonstration (Demonstrasikan) is giving opportunity of student applies knowledge, hook;correlates and trains, (e) Repeats (Ulangi) is repeat study to setle study, (f) celebrates (Rayakan) is member finished taste and esteems effort for student with thumbs-up, applause, and singing together.

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari pekerjaan/ tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh”.

( Terjemahan: QS. Al Insyirah 6-7 )

“Sesungguhnya Allah SWT tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri’.

( Terjemahan: QS. Ar- Ra’du: 11 )

Berusaha tanpa adanya doa tak berguna, berdoa tanpa adanya usaha sia-sia.

( Penulis)

Karya sederhan ini penulis persembahkan kepada: Ayah Budiyono dan ibu Ritem tercinta yang senantiasa memberi dukungan. Adik-adikku Trendy Kurnia Budi Hananto dan Putri Funky

Setiabudi tersayang Rekan-rekan S1 PGSD

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Quantum untuk Meningkatkan Pemahaman Knsep Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir, Kalibagor, Banyumas ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak sekali hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada :

1. Prof.Dr.HM.Furqon Hidayatullah,M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto.M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Dra. Rukayah, M.Hum. selaku Pembimbing I yang telah memberikan dorongan, semangat dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Yulianti, M. Pd. selaku pembimbing II yang mengarahkan dan membimbing dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.

7. Ibu Sumijati, A. Ma selaku Kepala SD Negeri 1 Petir, Kalibagor Banyumas yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

8. Ibu Asriyanti S. Pd selaku guru kelas V yang telah memberikan ijin untuk dilaksanakan penelitian di kelasnya dan membantu dalam pelaksanaan peneltian.

memberikan bantuan, dorongan, dan semangat.

10. Semua pihak yang telah member bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta,

Agustus 2011

Penulis

b. Deskripsi Hasil Siklus I................................................ 42

c. Deskripsi Hasil Siklus II............................................... 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................... 66 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………… 69

B. Implikasi………………………………………………………

69

C. Saran…………………………………………………………..

71

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...

73

LAMPIRAN………………………………………………………………….

76

Tabel 1. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas

V SD Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan…………………………. 40

Tabel 2. Hasil Tes Awal…………………………………………………... 41 Tabel 3. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas

V SD Negeri 1 Petir Siklus I…………………………………….. 48

Tabel 4. Perkembangan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V pada

Tes Awal dan Tes Siklus I……………………………………….. 49 Tabel 5. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir antara Sebelum dan Setelah Siklus I………………………………………………………………….. 50

Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas

V SD Negeri 1 Petir Siklus II…………………………………… 62

Tabel 7. Perkembangan Peningkatan Pemahaman Konsep Magnet Siswa

Kelas V pada Tes Awal, Tes Siklus I, dan Tes Siklus

II ………………………............................................................... 63

Tabel 8. Perbandingan Nilai Peningkatan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir antara Siklus I dan Siklus II………......................................................................................... 65

Table 9. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir antara Pra siklus ( Tes Awal ), Siklus I dan Siklus II…………………………………………………….

Gambar 1. Garis Medan Magnet antara Dua kutub Senama dan Tidak

Senama…………………………………………………………... 15 Gambar 2. Bentuk-bentuk Magnet………………………………………... 15 Gambar 3. Batang Besi Bisa menjadi Bersifat Magnet dan Dapat Menarik

Isi Klip…………………………………………………………... 16 Gambar 4. Batang Besi Menjadi Bersifat Magnet Setelah Digosok pada

Magnet…………………………………………………………... 16 Gambar 5. Setelah Dialiri Listrik Paku menjadi bersifat Magnet………… 16 Gambar 6. Bagan Kerangka Berpikir……………………………………... 25 Gambar 7. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif……….. 31 Gambar 8. Alur Pelaksanaan dalam Penelitian Tindakan Kelas………….. 32 Gambar 9. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Magnet siswa Kelas V SD

Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan……………………………….. 40 Gambar 10. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Magnet siswa Kelas V SD

Negeri 1 Petir Siklus I…………………………………………… 49 Gambar 11. Perbandingan IKetuntasan Pemahaman Konsep Magnet

Siswa antara Pra-Siklus dan Siklus I…………………………..... 51 Gambar 12. Garis medan magnet antara dua kutub magnet senama dan

tidak senama.................................................................................. 55 Gambar 13. Membuat Magnet dengan Didekatkan………………………. 58 Gambar 14. Membuat Magnet dengan Digosok Searah………………….. 58 Gambar 15. Membuat Magnet dengan Dialiri Listrik…………………….. 59 Gambar 16. Grafik Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Magnet siswa

Kelas V SD Negeri 1 Petir Siklus II…………………………...... 63 Gambar 17. Perbandingan Ketuntasan Pemahaman Konsep Magnet

Siswa Kelas V antara Siklus I dan Siklus II…………………….. 65 Gambar 18. Perkembangan Ketuntasan Pemahaman Konsep Magnet

Siswa antara Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II………………….. 67

Lampiran 1. Silabus Kelas V Semester 2.......................................................... 76 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I........... 80 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II.......... 92 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I.......... 104 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II........ 117 Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I................................... 129 Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II.................................. 131 Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I.................................. 133 Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan II................................ 135 Lampiran 10. Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan I...................................... 137 Lampiran 11. Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan II..................................... 138 Lampiran 12. Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan I..................................... 139 Lampiran 13. Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan II................................... 140 Lampiran 14. Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD

Negeri 1 Petir Sebelum Tindakan (Pra-Siklus)................................... 141 Lampiran 15. Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD

Negeri 1 Petir Siklus I........................................................................ 143 Lampiran 16. Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD

Negeri 1 Petir Siklus II....................................................................... 145 Lampiran 17. Peningkatan Nilai Tes Pemahaman Konsep Magnet Siswa

Kelas V SD Negeri 1 Petir.................................................................. 147 Lampiran 18. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan I............... 149 Lampiran 19. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I Pertemuan II............. 150 Lampiran 20. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II Pertemuan I............. 151 Lampiran 21. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II Pertemuan II............ 152 Lampiran 22. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru dalam Pembelajaran IPA

Kelas V SDN 1 Petir Siklus I............................................................. 153 Lampiran 23. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru dalam Pembelajaran IPA

Kelas V SDN 1 Petir Siklus II........................................................... 155

Lampiran 25. Foto kegiatan Pembelajaran....................................................... 161 Lampiran 26. Jadwal Penelitian....................................................................... 167 Lampiran 27. Surat Ijin Penelitian

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam kegiatan belajar-mengajar, berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan kedua proses tersebut hendaknya dikelola dan dilaksanakan dengan baik dan berarti. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Mulyani Sumantri dan Johar Permana 2001: 13). Perubahan tersebut berupa peningkatan kemampuan dalam bentuk penampilan atau performen dan berupa watak yaitu sikap, minat, dan nilai. Perubahan tersebut tidak terjadi secara sendiri, melainkan terjadi melalui suatu proses. Proses tersebut dimulai dengan adanya rangsangan yaitu peserta didik menangkap rangsangan kemudian mengolahnya sehingga terbentuk suatu persepsi. Suatu proses pengajaran dikatakan berhasil bila terjadi strukturasi perubahan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses pembelajaran digunakan sebagai salah satu indikasi terselenggaranya proses pembelajaran dengan baik. Namun, adanya persepsi dapat terganggu karena terdapat kekurangan atau hambatan dalam alat indera, minat, pengalaman atau kecerdasan serta perhatian siswa terdapat rangsangan yang diberikan.

Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal. Hal ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun emosional. Suatu tujuan pembelajaran menyatakan suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran itu sendiri.

Tujuan pembelajaran bidang pendidikan sebagaimana tercantum dalam SISDIKNAS 2003 yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah negara Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, Tujuan pembelajaran bidang pendidikan sebagaimana tercantum dalam SISDIKNAS 2003 yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah negara Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,

Tuntutan manusia yang berkualitas hanya dapat dipenuhi oleh dunia pendidikan. Upaya pemenuhan tersebut merupakan suatu proses yang panjang yang dimulai sejak anak belajar di SD. Salah satu unsur yang turut menentukan kualitas Sumber Daya Manusia yaitu penguasaan IPA.

Salah satu mata pelajaran yang ada di SD yang perlu ditingkatkan kualitasnya adalah IPA, dan SD merupakan tempat pertama siswa mengenal konsep-konsep dasar IPA. Karena iti, pengetahuan yang diterima siswa hendaknya menjadi dasar yang dapat dikembangkan di tingkat sekolah yang lebih tiunggi disamping mempunyai kegiatan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada pembelajaran IPA sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat membuka betbagai pikiran dari siswa yang bervariasi sehingga siswa dapat mempelajari konsep-konsep dalam penggunaannya pada aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPA untuk memecahkan suatu masalah atau persoalan serta mendorong siswa membuat hubungan antaa materi IPA dan penerapannya yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membengkitkan minat siswa serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat beberapa program pengajaran, salah satunya adalah pengajaran IPA yang bertujuan diantaranya adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat beberapa program pengajaran, salah satunya adalah pengajaran IPA yang bertujuan diantaranya adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

Realitas menunjukkan bahwa berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari SD Negeri 1 Petir, sebagian siswa mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPA. Hal ini terbukti dari nilai ulangan harian khususnya materi magnet, masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu kurang dari 62. Sebagian siswa masih belum dapat memahami konsep magnet yang diberikan oleh guru. Persentase siswa tuntas hanya 47, 22% dari 36 siswa (terlampir pada lampiran 14 halaman 140). Hal ini terjadi karena siswa hanya sebagai objek pendidikan yang pasif yang hanya mendapatkan penjelasan dan informasi dari guru, tidak bertindak aktif dan melakukan suatu kegiatan bermakna yang diwujudkan dalam sikap ilmiah.

Untuk menggali potensi siswa agar selalu kreatif dan berkembang perlu diterapkan pembelajaran bermakna yang akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri yaitu proses yang melibatkan siswa sepenuhnya. Untuk itu sudah menjadi tugas guru dalam mengelola proses belajar-mengajar adalah memilih model yang sesuai, agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna.hal ini juga disebabkan adanya tuntutan pada dunia pendidikan bahwa proses pembelajaran tidak lagi hanya sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi guru harus dapat mengubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA khususnyan materi magnet, guru perlu mencari alternatif strategi pembelajaran agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, salah satu di antaranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Peneliti memilih model pembelajaran quantum karena, model ini disajikan sebagai salah satu model yang dapat dipilih guru agar pembelajaran dapat berlangsung menyenangkan (enjoyful learning). Pembelajaran Untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA khususnyan materi magnet, guru perlu mencari alternatif strategi pembelajaran agar siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, salah satu di antaranya adalah dengan menggunakan model pembelajaran quantum. Peneliti memilih model pembelajaran quantum karena, model ini disajikan sebagai salah satu model yang dapat dipilih guru agar pembelajaran dapat berlangsung menyenangkan (enjoyful learning). Pembelajaran

Berdasarkan uraian tersebut di atas kiranya perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai peningkatan pemahaman konsep Sains khususnya materi magnet, maka peneliti mengambil judul “Penggunaan Model Pembelajaran Quantum untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan bahwa:

1. Siswa kurang tertarik karena guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional dalam menyampaikan materi pembelajaran tentang materi magnet.

2. Pemahaman konsep magnet siswa rendah, dibuktikan dengan nilai ulangan harian siswa pada materi magnet masih banyak yang mendapat nilai rendah yaitu kurang dari 62.

3. Model pembelajaran yang digunakan guru belum bisa mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehingga diperlukan model pembelajaran yang PAIKEM, misalnya model pembelajaran Quantum.

4. Penggunaan media yang masih sangat terbatas.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan agar permasalahan tidak meluas dari inti penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini memfokuskan pada penggunaan Model Pembelajaran Quantum untuk meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011.

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011?

2. Bagaimana penggunaan model pembelajaran quantum untuk meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011 melalui penggunaan model pembelajaran quantum .”

2. Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran quantum dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa kelas V SD Negeri 1 Petir tahun pelajaran 2010/2011?

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat diantaranya Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan dalam khasanah keilmuan serta meningkatan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya dan di SD pada khususnya.

b. Mengembangkan kreativitas guru dalam penggunaan model pembelajaran Quantum pada mata pelajaran IPA tentang gaya magnet.

c. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan kerjasama dalam kelompok belajar.

2) Meningkatkan semangat dan komunikasi ilmiah yang terarah.

meningkatkan pemahaman konsep magnet siswa.

b. Bagi Guru

1) Penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan model pembelajaran IPA agar siswa memiliki pemahaman konsep magnet yang lebih baik.

2) Dapat meningkatkan gairah guru untuk menciptakan kondisi belajar

yang menarik dan menyenangkan.

3) Dengan model pembelajaran Quantum dapat meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukan.

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatkan kinerja sekolah dengan optimalnya kinerja guru

2) Mewujudkan pembelajaran efektif di sekolah, khususnya pembelajaran IPA tentang gaya magnet melalui model pembelajaran Quantum.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Pemahaman Konsep Magnet

a. Pengertian Konsep Konsep merupakan sesuatu yang harus dipahami dalam materi pembelajaran yang kemudian dapat dikembangkan sehingga bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep adalah kategori- kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum (Zack & Tversky, dalam John W. Santrock 2008: 352). Menurut Hahn dan Ramscar (dalam John W. Santrock 2008: 352) mengemukakan konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan meringkas informasi. Konsep bukan hanya membantu mengembalikan ingatan, tetapi juga membuat komunikasi menjadi lebih efisien. Jadi, konsep membantu murid menyederhanakan dan meringkas informasi, dan meningkatkan efisiensi memori, komunikasi, dan penggunaan waktu mereka (John W. Santrock 2008: 352). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 588) “Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret.

Walgito (1992) mengemukakan bahwa konsep merupakan konstruksi simbolik yang menggambarkan ciri-ciri suatu obyek atau kejadian. Konsep adalah sesuatu yang abstrak yang menunjuk pada kategori atau kelas dari suatu kejadian atau hubungan. ( http://id.answers.yahoo.com diunduh tgl 2 Februari 2011). Moore dalam (Tim Dosen IPS PGSD, 2002:2) mengungkapkan bahwa konsep merupakan sesuatu yang tersimpan dalam pikiran yang berupa suatu pemikiran, idea tau gagasan. Menurut Woodruff (dalam Amin, 1987), mendefinisikan konsep sebagai berikut: (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui

( http://id.shvoong.com/writing-and-speaking /2035426-pengertian-konsep/ diunduh tanggal 2 februari 2011).

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah kategori-kategori yang membantu murid menyederhanakan dan meringkas informasi sehingga murid akan lebih memahami materi yang dipelajari.

b. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 811). John W. Santrock (2008: 351) mengemukakan “pemahaman konseptual adalah aspek kunci dari pembelajaran”. Salah satu tujuan pengajaran yang penting adalah membantu murid memahami konsep utama dalam suatu objek, bukan sekadar mengingat fakta yang terpisah-pisah. Pemahaman konsep akan berkembang apabila guru dapat membantu murid mengeksplorasi topik secara mendalam dan memberi mereka contoh yang tepat dan menarik dari suatu konsep.

Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep harus diterapkan guru pada setiap pembelajaran agar siswa lebih memahami materi secara mendalam dan menarik siswa dalam pembelajaran sehingga materi akan selalu diingat siswa.

c. Hakikat IPA (Sains)

1) Pengertian IPA (Sains) Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. (Srini M. Iskandar, 2001: 2)

Webster’s: New Lollegiate Dictionary (1981) menyatakan “natural science-knowledge concerned with the physical word and its phenomena”, yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah

Dictionary of Science (1983) tercantum definisi “Science the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and axperiment, and explained by means of rules, laws, principles, theories, and hypotheses” , artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dielaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesa-hipotesa. Ada pula yang mendefinisikan IPA adalah apa yang dilakukan oleh para ahli IPA ( http://ayahalby.wordpress.com/ diakses

10 Juli 2011). Ucar dan Sanala (2011) berpendapat “Science courses are art- and

science-based courses, including both theoretical and laboratory practices. Besides the physics, chemistry, and biology courses, other subjects such as earth science, environmental science, and astronomy courses are offered too”.

Menurut Suyoso (1998: 23) IPA merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal”. Sedangkan menurut Abdullah (1998: 18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain” ( http://izzatinkamala.wordpress.com/2008/06/19/pengertian-pendidikan- ipa/ diakses 25 Januari 2011).

Patta Bundu (2006:9) mengemukakan bahwa sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Penggunaan istilah sains disini tak lain merupakan sains sebagai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sumaji (1998:31) mendeskripsikan IPA (Sains) sebagai upaya untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya mengenai alam sekitarnya.

pembelajaran IPA merupakan proses belajar mengajar yang menelaah tentang masalah-masalah yang terdapat di alam sekitarnya. Melalui pembelajaran IPA, siswa dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pada dirinya dan mempelajari mengenai alam di sekitarnya.

2) Tujuan Mata Pelajaran IPA Tujuan mata pelajaran IPA merupakan hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Tujuan mendasar dari pendidikan sains adalah untuk mengembangkan individu agar melek terhadap ruang lingkup sains itu sendiri serta mampu menggunakan aspek- aspek fundamentalnya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Fokus pembelajaran sains hendaknya ditujukan untuk memupuk pemahaman, minat, dan penghargaan anak didik terhadap dunia di tempat mereka hidup (Sumaji,1988 dalam Ali Nugroho, 2005: 27).

Menurut Badarudin ( http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli 2011) Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa : memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:43) bahwa tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah:

a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaannya, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-

Nya

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa dapat menguasai konsep, memiliki keterampilan dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

3) Manfaat IPA Menurut Srini M. Iskandar (2001: 17), manfaat atau faedah dari IPA sehingga mata pelajaran IPA dapat dimasukkan dalam kurikulum suatu sekolah, yaitu:

a) Mata pelajaran IPA berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan anak

dikemudian hari.

b) Mata pelajaran IPA merupakan bagian dari kebudayaan bangsa.

c) Mata pelajaran IPA melatih anak berfikir kritis.

d) Mata pelajaran IPA merupakan bagian kebudayaan bangsa kita. Makin banyak orang menyadari bahwa dalam kehidupan ini makin banyak dipengaruhi oleh hasil-hasil IPA. Maka dengan sendirinya IPA menjadi bagian dari kebudayaan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat IPA pada dasarnya adalah untuk membentuk siswa agar menyadari bahwa IPA sangat berpengaruh dalam kehidupan yang ditemuinya sehari-hari. Selain itu mata pelajaran IPA juga bermanfaat untuk siswa dalam kehidupan dan pekerjaan siswa dikemudian hari.

4) Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure- unsur manusia, materi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995: 57). Pembelajaran IPA yang baik menuntut penggunaan metode-metode, media dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Oleh karena itu guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang bervariasi. Guru tidak boleh memaksa menciptakan program belajar bagi individu, tetapi harus menciptakan program pembelajaran bagi komunitas banyak. Pembelajaran 4) Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure- unsur manusia, materi, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995: 57). Pembelajaran IPA yang baik menuntut penggunaan metode-metode, media dan pendekatan pembelajaran yang bervariasi. Oleh karena itu guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang bervariasi. Guru tidak boleh memaksa menciptakan program belajar bagi individu, tetapi harus menciptakan program pembelajaran bagi komunitas banyak. Pembelajaran

Menurut Badarudin (2011) “Pembelajaran pendidikan IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik. Selain itu dalam kondisi ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan teknologi yang sangat tinggi, maka pembelajaran IPA di SD harus dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dan diarahkan untuk menghasilkan warga Negara yang melek IPA ( http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli 20011).

Connor (1990) mengemukakan, pendidikan IPA di SD harus secara konsisten berorientasi pada (a) pengembangan keterampilan proses, (b) pengembangan konsep, (c) aplikasi, dan (d) isu social yang berdasar pada IPA ( http://ayahalby.wordpress.com/ diakses 10 Juli 20011).

Ilmu Pengetahua Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Tetapi dalam pembelajaran IPA harus disesuaikan dengan siapa yang mempelajarinya. Struktur kognitif anak-anak usia SD tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuan, padahal anak perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA sebab diharapkan akhirnya mereka berfikir dan memiliki sikap ilmiah, maka pembelajaran IPA dan keterampilan proses IPA hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak.

IPA tidak dapat diajarkan sebagai suatu materi pengetahuan yang hanya disampaikan dengan metode ceramah, tetapi melalui pembelajaran siswa aktif. Model pembelajaran Quantum merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA dengan siswa aktif mengalami dan menamai sendiri suatu pengetahuan, siswa belajar dan berlatih untuk memiliki dan mengusai konse-konsep dasar IPA secara tuntas.

Selain penguasaan konsep dan kecakapan proses yang merupakan keterampilan ilmiah, siswa juga seharusnya memperoleh nilai religius,

SWT. Pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran Quantum

mengajak siswa dengan kegiatan yang akan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA dengan mengalaminya sendiri melalui kegiatan percobaan.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas nampak bahwa semuanya dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa senang sehingga mereka akan terlibat aktif dalam pembelajaran. Untuk menunjang penerapan tersebut di atas guru dalam mengelola pembelajaran perlu :

a) Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, karena belajar akan bermakna apabila berhubungan langsung pada permasalahan lingkungan sekitar siswa.

b) Menggunakan media dan sumber belajar yang bervariasi dan sesuai dengan tahap perkembangan serta Kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran.

c) Menyajikan kegiatan yang bervariasi sehingga tidak membuat siswa jenuh.

5) Ruang Lingkup IPA Asy’ari (2006:23-24) mengemukakan bahwa ruang lingkup pembelajaran sains meliputi dua aspek yaitu: kerja ilmiah atau proses sains dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah yang dimaksud disini adalah memfasilitasi keberlangsungan proses ilmiah yang meliputi penyelidikan/ penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah. Sedangkan lingkup pemahaman konsep kaitannya dengan materi sains yang disajikan. Materi yang ada harus lebih jelas pengorganisasiannya, antara materi pokok yang satu dengan yang lain tidak boleh tumpang tindih. Secara garis besar, lingkup materi mata pelajaran IPA di SD kelas V semester II mencakup beberapa pokok bahasan seperti berikut: (1) gaya, (2) pesawat sederhana, (3) sifat-sifat cahaya dan pemanfaatannya, (4) pembentukan tanah, (5) susunan bumi, (6) daur air, (7) peristiwa alam beserta dampaknya, (8)

2008: dalam buku IPA Salingtemas 5). Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menekankan pada ruang lingkup gaya magnet dengan alasan pemahaman konsep magnet siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai tes siswa pada materi gaya magnet banyak yang mendapat nilai di bawah KKM (

6) Materi Magnet Magnet atau besi berani adalah benda yang mampu menarik benda lain yang mengandung besi, nikel atau kobalt dan benda magnet lain. Magnet berasal dari kata Magnesia, yaitu kota tempat pertama kali magnet ditemukan (Yohanes Surya, 2008: 2). Menurut Yohanes Surya (2008: 3) “Sifat-sifat magnet, yaitu sebagai berikut: (1) magnet memiliki gaya tarik, (2) gaya tarik magnet dapat menembus benda, (3) magnet mempunyai dua kutub, (4) magnet memiliki gaya tolak dan gaya tarik magnet, (5) magnet mempunyai medan magnet”.

Dalam Yohanes Surya (2008: 5) penggolongan magnet berdasarkan kekuatannya, yaitu: (a) Ferromagnetik : logam yang dapat ditarik kuat oleh magnet. Contoh : besi, baja, (b) Paramagnetik : logam yang ditarik lemah oleh magnet (hampir tidak terasa). Contoh : aluminium, (c) Diamagnetik : logam yang tidak dapat ditarik sama sekali oleh magnet. Contoh : emas, perak. Menurut Choiril Azmiyawati, 2008 dalam buku IPA Salingtemas 5 “Benda magnetis adalah benda yang dapat ditarik magnet. Benda nonmagnetis adalah benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Pengelompokkan magnet berdasarkan asalnya, yaitu:

a) Magnet alam adalah magnet yang ditemukan di alam tanpa proses pembuatan atau batuan dari alam yang mempunyai sifat magnet.

b) Magnet buatan adalah magnet yang dibuat sengaja oleh manusia.

1. Magnet Mempunyai Dua Kutub

Choiril Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati & Rohana Kusumawati (2008: 90-92) mengemukakan bahwa pada keadaan bebas, magnet akan selalu menunjuk ke arah utara dan selatan. Ujung magnet Choiril Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati & Rohana Kusumawati (2008: 90-92) mengemukakan bahwa pada keadaan bebas, magnet akan selalu menunjuk ke arah utara dan selatan. Ujung magnet

Gambar 1. Garis medan magnet antara dua kutub magnet senama dan

tidak senama

2. Magnet Buatan

Magnet buatan merupakan magnet yang sengaja dibuat. Ada beberapa bentuk magnet buatan, misalnya magnet batang, tabung (silinder), jarum, huruf U, dan magnet berbentuk ladam (tapal kuda).

Gambar 2. Bentuk-bentuk magnet

1. Magnet batang

4. Magnet U

2. Magnet silinder

5. Magnet ladam

3. Magnet jarum

(tapal kuda)

Benda-benda yang terbuat dari besi dan baja dapat dibuat menjadi magnet dengan cara-cara tertentu.ada 3 cara membuat magnet, yaitu:

a) Cara induksi Caranya dengan menempelkan benda-benda yang terbuat dari logam (besi atau baja) dengan magnet. Besi atau baja tersebut akan menjadi bersifat magnet dan dapat menarik benda lain.

Gambar 3. Batang besi menjadi bersifat magnet dan dapat menarik isi

klip

b) Cara gosokan Caranya dengan menggosok magnet pada sebatang besi atau baja secara teratur (satu arah saja).semakin lama waktu penggosokkan, semakin lama pula sifat kemagnetan bertahan di dalam batang besi atau baja tersebut.

Gambar 4. Batang besi menjadi bersifat magnet setelah digosokkan pada

magnet

c) Dialiri arus listrik Magnet dapat dibuat dengan cara mengalirkan arus listrik searah ke dalam suatu penghantar. Caranya dengan melilitkan kabel pada paku kemudian hubungkan kedua ujung kabel dengan baterai dan dekatkan ujung paku dengan logam (peniti atau jarum). Magnet yang ditimbulkan disebut elektromagnet.

Gambar 5. Setelah dialiri listrik paku menjadi bersifat magnet

Magnet dapat menjadi hilang sifat kemagnetannya jika:

a) Dibanting-banting

b) Dibakar

c) Dipukul-pukul (Yohanes Surya 2008: 19). Dari uraian materi di atas dapat disimpulkan bahwa materi magnet kelas V menuntut guru agar cermat dalam proses pembelajaran. Guru harus benar-benar mengajarkan materi dengan cara siswa mengalami langsung materi yang diajarkan dan mengkaitkan dalam kehidupan sehari- hari. Dengan pembelajaran tersebut pengetahuan akan melekat pada siswa dan tidak mudah hilang. Selain itu siswa lebih aktif dalam pembelajaran.

2. Hakikat Model Pembelajaran Quantum

a. Hakikat Model Pembelajaran Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, atau prinsip pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Menurut Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu dkk (2008: 4) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 14) model pembelajaran merupakan rencana, pola atau pengaturan kegiatan guru dan peserta didik yang menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur yang terkait dalam pembelajaran. Model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pembelajaran

( http://penddk.inyouge.com/modelpembelajaran diakses 20 Agustus 2011).

model pembelajaran merupakan kerangka konseptual, rencana, atau pengaturan kegiatan guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan belajar yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.

b. Pengertian Model Pembelajaran Quantum Quantum teaching dimulai di SuperCamp, sebuah program percepatan Quantum Learning yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (DePorter, 2010:32). DePorter, Reardon, dan Nourie (2010: 34) menyatakan bahwa:

Quantum: Interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching, dengan demikian, adalah penggubahan bermacam-macam interaksiyang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi- interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.