r permen lspro 10 november 2017

PERATURAN
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR

/PERMEN-KP/2017
TENTANG

SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

: a.

bahwa dalam rangka menjamin mutu dan keamanan
dan meningkatkan daya saing produk kelautan dan
perikanan serta memberikan perlindungan kepada
pengguna produk hasil kelautan dan perikanan serta
kepastian usaha bagi produsen, perlu ada suatu

lembaga

pelayanan

sertifikasi

Standar

Nasional

Indonesia hasil kelautan dan perikanan yang bersifat
independen dan tidak memihak;
b.

bahwa

berdasarkan

pertimbangan


sebagaimana

dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Sertifikasi
Produk Hasil Kelautan dan Perikanan;

Mengingat

: 1.

Undang-Undang

Nomor

8

Tahun

1999


tentang

Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
2.

Undang-Undang
Perikanan

Nomor

(Lembaran

31

Tahun

Negara


2004

Republik

tentang
Indonesia

Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 154) Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);

-2-

3.

Undang-Undang


Nomor

18

Tahun

2012

tentang

Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012

Nomor

227,

Tambahan

Lembaran


Negara

Republik Indonesia Nomor 5360);
4.

Undang-Undang

Nomor

20

Tahun

2014

tentang

Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216,

Tambahan

Lembaran

Negara

Republik

Indonesia

Nomor 5584);
5.

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

6.

Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang

Kementerian

Kelautan

dan

Perikanan

(Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor

2

Tahun

2017


tentang

Perubahan

Atas

Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian

Kelautan

dan

Perikanan

(Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);
7.


Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
28/PERMEN-KP/2013 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
1288);

8.

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
6/PERMEN-KP/2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

: PERATURAN

MENTERI


KELAUTAN

DAN

PERIKANAN

TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN
PERIKANAN.

-3-

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1.

Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap
produk, sarana dan prasarana, proses dan personel serta sistem mutu.

2.

Standar Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat SNI, adalah
standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan
berlaku secara nasional.

3.

Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia, yang
selanjutnya disebut SPPT-SNI, adalah SPPT-SNI yang dikeluarkan oleh
Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Kelautan dan Perikanan kepada
produsen yang memproduksi produk hasil kelautan dan perikanan
sesuai persyaratan SNI.

4.

Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Kelautan dan Perikanan yang
selanjutnya disebut LSPro-HKP adalah lembaga yang melakukan
kegiatan sertifikasi produk penggunaan tanda SNI untuk ruang lingkup
hasil kelautan dan perikanan.

5.

Personel adalah perseorangan yang bertindak untuk diri sendiri yang
berkaitan dengan pembuktian kompetensi.

6.

Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersamasama melalui perjanjian, menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.

7.

Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang perikanan.

8.

Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang melaksanakan tugas
teknis di bidang penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan.

-4-

Pasal 2
Tujuan dari Peraturan Menteri ini merupakan acuan bagi pelaksana tugas
dan Pelaku Usaha dalam pelaksanaan kegiatan sertifikasi produk hasil
kelautan dan perikanan dalam rangka:
a. meningkatkan daya saing produk kelautan dan perikanan;
b. meningkatkan akses pasar produk kelautan dan perikanan;
c. melindungi konsumen produk kelautan dan perikanan.

Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. LSPro-HKP;
b. Persyaratan dan Tata Cara Penerbitan Sertifikasi Produk Penggunaan
Tanda SNI; dan
c. Pengawasan dan Pelaporan.

BAB II
LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN
Pasal 4
(1)

Dalam melaksanakan standardisasi produk kelautan dan perikanan,
dilakukan sertifikasi penggunaan tanda SNI produk hasil kelautan dan
perikanan.

(2)

Sertifikasi penggunaan tanda SNI produk hasil kelautan dan perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh LSPro-HKP
yang bersifat mandiri.

(3)

LSPro-HKP yang dapat melaksanakan sertifikasi penggunaan tanda SNI
produk hasil kelautan dan perikanan harus mendapat akreditasi dari
Komite Akreditasi Nasional.

(4)

LSPro-HKP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mengeluarkan SPPT
SNI untuk Pelaku Usaha yang mampu menerapkan persyaratan SNI.

-5-

BAB III
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PRODUK
PENGGUNAAN TANDA SNI
Bagian Kesatu
Persyaratan
Pasal 5
(1)

Setiap Pelaku Usaha yang memproduksi dan/atau mengimpor produk
hasil kelautan dan perikanan yang menerapkan SNI dapat mengajukan
penerbitan SPPT SNI.

(2)

Untuk memperoleh SPPT SNI sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(1) Pelaku Usaha mengajukan permohonan kepada lembaga sertifikasi
produk sesuai dengan kewenangannya yang paling sedikit memuat:
a. maksud dan tujuan;
b. nama pemohon;
c. nama perusahaan;
d. identitas pemohon;
e. alamat perusahaan dan alamat pabrik;
f.

jenis produk;

g. nomor dan judul SNI;
h. jenis permohonan sertifikasi; dan
i.
(3)

jenis Pelaku Usaha.

Permohonan SPPT SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
disertai dengan kelengkapan dokumen meliputi:
a. fotokopi identitas pemohon;
b. fotokopi NPWP pemohon;
c. fotokopi akte pendirian bagi perusahaan;
d. fotokopi surat keterangan domisili usaha;
e. fotokopi SIUP/izin usaha lainnya;
f.

fotokopi

bukti

pendaftaran

pendaftaran merek HKI;

merek

HKI

atau

bukti

proses

-6-

g. fotokopi Sertifikat Kelayakan Pengolahan;
h. profil perusahaan;
i.

panduan mutu GMP-SSOP atau HACCP;

j.

izin edar (P-IRT atau MD atau ML);

k. ilustrasi tanda SNI pada kemasan; dan
l.

hasil uji produk (maksimal 1 (satu) tahun terakhir.

Bagian Kedua
Tata Cara Penerbitan
SPPT-SNI
Pasal 6
(1)

Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3),

lembaga sertifikasi produk

melakukan

kaji ulang dokumen

permohonan, yang hasilnya lengkap atau tidak lengkap.
(2)

Dalam

hal

permohonan

dinyatakan

tidak

lengkap,

dokumen

permohonan dikembalikan untuk dilengkapi.
(3)

Dalam hal permohonan dinyatakan lengkap, lembaga sertifikasi produk
dan

Pelaku

Usaha

menandatangani

perjanjian

sertifikasi

dan

menjadwalkan evaluasi proses produksi serta pengambilan contoh.
(4)

Berdasarkan perjanjian sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat 3,
lembaga sertifikasi produk menugaskan Personel yang kompeten untuk
melakukan evaluasi proses produksi dan pengambilan contoh sesuai
dengan skema yang ditetapkan lembaga sertifikasi produk.

(5)

Dalam hal evaluasi proses produksi ditemukan ketidaksesuaian, Pelaku
Usaha diberikan waktu untuk melakukan tindakan perbaikan sesuai
dengan skema yang ditetapkan lembaga sertifikasi produk.

(6)

Contoh sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diuji pada laboratorium
dengan ruang lingkup yang terakreditasi.

(7)

Apabila ruang lingkup laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat 6
belum terakreditasi, maka verifikasi ruang lingkup dilakukan oleh
Personel lembaga sertifikasi produk yang kompeten.

-7-

(8)

Berdasarkan hasil evaluasi proses produksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dan hasil uji sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
lembaga sertifikasi produk melakukan kajian atas kedua hasil tersebut.

(9)

Kajian atas kedua hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dilakukan
oleh Personel yang berbeda.

(10) Rekomendasi

atas kajian sebagaimana

dimaksud pada

ayat (9)

disampaikan kepada Personel yang menetapkan keputusan sertifikasi.
(11) Lembaga sertifikasi produk dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja sejak keputusan ditetapkan, harus menerbitkan:
a. sertifikat produk penggunaan tanda SNI; atau
b. penolakan penerbitan sertifikat produk penggunaan tanda SNI,
disertai dengan alasan dan berkas permohonan menjadi milik
LSPro-HKP.
(12) Bentuk

dan

format

Sertifikat

Produk

Penggunaan

Tanda

SNI

sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf a, tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 7
(1)

Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI disampaikan kepada Pelaku
Usaha

setelah

lembaga

sertifikasi

produk

dan

Pelaku

Usaha

menandatangani perjanjian lisensi.
(2)

Perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. nama LSPro pemberi lisensi;
b. alamat pemberi lisensi;
c. nama penerima lisensi;
d. alamat penerima lisensi;
e. pengaturan sertifikasi dan asesmen;
f.

hak dan kewajiban;

g. survailen;
h. informasi tentang modifikasi dalam produksi;

-8-

i.

keluhan terhadap penerima lisensi;

j.

publisitas;

k. kerahasiaan;
l.

pembayaran;

m. periode persetujuan;
n. pencabutan dan pembatalan lisensi;
o. modifikasi persyaratan produk;
p. liabilitas; dan
q. keluhan dan banding.
(3)

Bentuk dan format perjanjian lisensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tercantum dalam lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 8
Pelaku Usaha yang telah memperoleh SPPT-SNI dapat menggunakan dan
membubuhkan pencantuman tanda SNI sesuai dengan pedoman Komite
Akreditasi Nasional.

Pasal 9
(1)

Dalam hal Pelaku Usaha keberatan terhadap keputusan sertifikasi yang
dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi produk dapat melakukan banding
kepada lembaga sertifikasi produk.

(2)

Keberatan terhadap keputusan sertifikasi harus diterima oleh lembaga
sertifikasi produk maksimal 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya
keputusan sertifikasi.

(3)

Segala keberatan dari pihak Pelaku Usaha, harus disampaikan secara
tertulis dengan dukungan data-data penunjangnya.

(4)

Terhadap permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
LSPro-HKP dapat membentuk Tim Banding untuk melakukan penilaian
atas keberatan Pelaku Usaha.

-9-

(5)

Tim Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengeluarkan
keputusan yang bersifat final.

(6)

Dalam hal keputusan banding tidak dapat diterima, penyelesaian
dilakukan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

(7)

Seluruh pembiayaan yang timbul dalam proses penyelesaian banding
dibebankan kepada Pelaku Usaha.

Pasal 10
(1)

Proses penerbitan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI dikenakan
biaya sertifikasi dan pengujian sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(2)

Biaya sertifikasi sebagaimana ayat (1) dibayarkan oleh Pelaku Usaha
sebelum tahapan evaluasi proses produksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (4).

(3)

Evaluasi proses produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4)
dapat dilakukan apabila Pelaku Usaha sudah menyampaikan bukti
pembayaran biaya sertifikasi.

(4)

Biaya pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan oleh
Pelaku

Usaha

sebelum

tahapan

pengujian

contoh

sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6).
(5)

Pengujian contoh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6) dapat
dilakukan

apabila

Pelaku

Usaha

sudah

menyampaikan

bukti

pembayaran biaya pengujian.

Pasal 11
(1)

SPPT SNI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) berlaku
untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang untuk
jangka waktu yang sama.

(2)

Perpanjangan SPPT SNI diajukan 6 (enam) bulan sebelum habis masa
berlakunya.

(3)

Ketentuan mengenai penerbitan SPPT SNI sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 7 berlaku secara mutatis mutandis
terhadap penerbitan perpanjangan SPPT SNI.

-10-

BAB IV
PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAPORAN
Pasal 12
(1)

Direktur Jenderal, gubernur, dan bupati/wali kota, atau pejabat yang
ditunjuk sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan kepada
Lembaga Sertifikasi Produk dan Pelaku Usaha dalam pemberlakuan
SNI produk hasil kelautan dan perikanan.

(2)

Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
berkala melalui sosialisasi, bimbingan teknis, penyuluhan, dan/atau
peningkatan peran serta masyarakat.

Pengawasan
Pasal 13
(1)

Selama masa berlakunya SPPT-SNI harus dilakukan surveilan paling
sedikit 1 (satu) kali evaluasi proses produksi dan 2 (dua) kali pengujian
produk.

(2)

Lembaga sertifikasi produk menugaskan Personel yang kompeten untuk
melakukan evaluasi proses produksi dan pengambilan contoh sesuai
dengan skema yang ditetapkan lembaga sertifikasi produk.

(3)

Dalam hal evaluasi proses produksi ditemukan ketidaksesuaian, Pelaku
Usaha diberikan waktu untuk melalukan tindakan perbaikan sesuai
dengan skema yang ditetapkan lembaga sertifikasi produk.

(4)

Contoh yang diambil sebagaimana pada ayat (2) diuji pada laboratorium
dengan ruang lingkup yang terakreditasi atau dievaluasi oleh lembaga
sertifikasi produk.

(5)

Berdasarkan hasil evaluasi proses produksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan hasil uji sebagaimana ayat (4), lembaga sertifikasi
produk melakukan kajian atas kedua hasil tersebut.

(6)

Kajian atas kedua hasil sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan
oleh Personel yang berbeda dengan Personel yang melakukan evaluasi
sebagaimana ayat (2).

-11-

(7)

Rekomendasi atas kajian sebagaimana ayat (6) disampaikan kepada
Personel yang menetapkan keputusan survailen.

Pelaporan
Pasal 14
Lembaga Sertifikasi Produk melaporkan kegiatan sertifikasi kepada Direktur
Jenderal.

BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, peraturan perundangundangan mengenai sertifikasi produk hasil kelautan dan perikanan masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan
Peraturan Menteri ini.

Pasal 16
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang yang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA,

SUSI PUDJIASTUTI

-12-

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA
BERITA

NEGARA

REPUBLIK

INDONESIA

TAHUN

2016

NOMOR

...

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
NOMOR XX/PERMEN-KP/2017
TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL
KELAUTAN DAN PERIKANAN
FORMAT SPPT SNI
Format dari Sertifikat Peroduk Penggunaan Tanda SNI ini ditulis dalam
dua versi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan jenis
huruf Arial ukuran 11 dengan warna hitam yang menerangkan sebagai
berikut:

a.

Lambang

b.

Judul

c.
d.

Judul sertifikat
Nomor

: lambang INSTITUSI sebelah kiri dan lambang
KAN sebelah kanan.
: menyebutkan
LEMBAGA SERTIFIKASI
PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN
: menyatakan
SPPT SNI
: menyatakan nomor sertifikat dengan
urutan
sebagai berikut:
XX/iii/LSPro-HKP/MM/YYYY

Keterangan:
XX

: diisi dengan nomor urut sertifikat dengan numerik
berdasarkan urutan penerbitan SPPT SNI.

iii

: diisi akronim yang menyatakan jenis produk sesuai SNI
dalam 2-3 (dua sampai dengan tiga) huruf kapital.

LSPro-HP

: menyatakan nama Lembaga Sertifikasi Produk Hasil
Perikanan.

MM
YYYY

:
:

diisi dengan bulan diterbitkannya SPPT SNI.

diisi dengan tahun diterbitkannya SPPT SNI.

e.

Pernyataan LSPro-HP memberikan SPPT SNI

f.

menyatakan nama pelaku usaha sesuai dengan Izin Usaha

g.

menyatakan alamat pelaku usaha

h.

menyatakan alamat unit pengolahan pelaku usaha

i.

menyatakan penanggung jawab pelaku usaha

j.

menyatakan jenis produk sesuai dengan judul SNI

k.

menyatakan merek produk yang disertifikasi

l.

menyatakan nomor SNI yang diacu

m.

menyatakan sistem manajemen yang digunakan (bila ada)

n.

Pengesahan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI terdiri dari:

1)

masa berlaku

: tanggal/bulan/tahun

2)

tanggal dikeluarkan

: tanggal/bulan/tahun

-2-

3)

tanda tangan

: ditandatangani dan

disahkan

oleh

Kepala unit kerja selaku pimpinan
lembaga

sertifikasi

produk

dan

personel yang menetapkan keputusan
sertifikasi.

o.

Latar

belakang

SPPT

SNI:

terdapat

“SPPT

SNI-SNI

CERTIFICATION” berwarna biru muda pada dasar sertifikat.

MARKING

-3-

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
NOMOR XX/PERMEN-KP/2017
TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL
KELAUTAN DAN PERIKANAN
FORMAT PERMOHONAN SERIFIKASI PRODUK

Kepada Yth.,
LSPro……………..
Alamat

Kami yang bertandatangan dibawah ini:
Nama Pemohon

:

Nama Perusahaan

:

Identitas Pemohon

: KTP/SIM/Paspor*

No. Identitas

:

Jabatan

:

Alamat

:

bermaksud mengajukan permohonan untuk sertifikasi produk perikanan
sebagai berikut:
No

Nama

Judul SNI

No. SNI

Produk
1.

Sertifikasi awal/
resertifikasi/perluasan*)

….
….

Terlampir kami sertakan kelengkapan persyaratan, sebagai berikut (beri
tanda √ untuk kelengkapan yang di lampirkan):
fotokopi identitasi pemohon
fotokopi NPWP pemohon
fotokopi akte pendirian/legalitas lokasi usaha
fotokopi SIUP/izin usaha lainnya
fotokopi bukti pendaftaran merek HKI (atau bukti proses pendaftaran)
fotokopi Sertifikat Kelayakan Pengolahan
Profil perusahaan
Panduan Mutu GMP-SSOP atau HACCP
Izin edar (P-IRT atau MD atau ML)

-4-

Ilustrasi tanda SNI pada kemasan
Hasil uji produk (1 tahun terakhir)
Kuesioner yang telah diisi
Laporan hasil pengukuran kecukupan thermal (sterilisasi komersial)
untuk setiap jenis produk yang diajukan (khusus ruang lingkup nomor 12
dan 13)

Demikian kami sampaikan untuk menjadi perhatian.

....................., ...................20.......
Pemohon,

( ................................... )
* coret yang tidak perlu

-5-

LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN
PERIKANAN
NOMOR XX/PERMEN-KP/2017
TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL
KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERJANJIAN LISENSI PENGGUNAAN SPPT SNI
LSPro-HP beralamat di Jl. Raya Setu No. 70, Cipayung, Jakarta Timur
13880 yang selanjutnya disebut sebagai Lembaga Sertifikasi Produk, yang
dalam hal ini diwakili oleh..................... selaku ………………………, dengan
ini memberikan lisensi kepada .……………………………., beralamat di
……….....………………………………………. yang dalam hal ini diwakili oleh
…………………………….. selaku …………………………., yang selanjutnya
disebut sebagai penerima lisensi produk ....... dengan nomor SNI………
untuk keperluan penggunaan tanda kesesuaian, yang telah diperiksa dan
diuji kesesuaian produknya oleh lembaga sertifikasi produk serta
dikendalikan kesesuaian produknya oleh penerima lisensi terhadap standar,
dengan kondisi yang diuraikan pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
Pengaturan Sertifikasi dan Asessmen
Ketentuan umum sistem sertifikasi produk sebagaimana diatur dalam PSN
304-2006 (pedoman pelaksanaan sertifikasi produk oleh pihak ketiga) dan
Pedoman KAN 403:2011 (Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian
berbasis SNI dan/atau regulasi teknis) serta ketentuan standar/spesifik
yang dicakup dalam dokumen lisensi, berlaku dalam perjanjian ini.
Pasal 2
Hak dan Kewajiban
(1)

Penerima lisensi setuju untuk menjaga dan mengendalikan kesesuaian
produk yang diproduksi dan dipasok olehnya dan telah disertifikasi oleh
lembaga sertifikasi produk terhadap persyaratan yang ditetapkan dalam
standar yang dituliskan dalam dokumen lisensi, sesuai dengan
ketentuan umum sertifikasi produk serta aturan khusus yang
dinyatakan dalam dokumen lisensi.

(2)

Sehubungan dengan ketentuan pada ayat (1) Pasal ini, lembaga
sertifikasi memberi wewenang kepada pemegang lisensi untuk
membubuhkan tanda kesesuaian pada produk yang dimaksud dalam
dokumen lisensi sesuai dengan skema sertifikasi produk yang
ditetapkan oleh lembaga serifikasi produk.

-6-

(3)

Penerima lisensi setuju bahwa personel yang mewakili lembaga
sertifikasi memiliki akses dan tidak dihalangi untuk mengakses pabrik
dan/atau fasilitas produksi yang berkaitan dengan produk yang
tercakup dalam lisensi, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu selama
jam kerja yang normal berlaku pada fasilitas tersebut.

(4)

Penerima lisensi setuju bahwa produk sebagaimana dimaksud dalam
lisensi akan diproduksi sesuai dengan spesifikasi yang sama dengan
contoh atau sampel produk yang telah diperiksa dan diuji serta
dinyatakan memenuhi standar yang diacu oleh lembaga sertifikasi
produk.
Pasal 3
Survailen

(1)

Lembaga sertifikasi melaksanakan survailen secara kontinyu untuk
mengetahui apakah penerima lisensi melaksanakan kewajibannya
sesuai dengan ketentuan umum sertifikasi produk dan ketentuan
khusus skema sertifikasi produk.

(2)

Survailen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dilaksanakan
oleh personel lembaga sertifikasi atau oleh personel lembaga lain yang
ditunjuk untuk melakukan survailen atas nama lembaga sertifikasi.
Pasal 4
Informasi tentang Modifikasi dalam Produksi

Penerima lisensi harus menginformasikan kepada lembaga sertifikasi setiap
rencana modifikasi terhadap produk yang dimaksud dalam lisensi, serta
terhadap proses produksi dan/atau sistem mutu yang berkaitan dengan
produk itu.
Pasal 5
Keluhan terhadap penerima lisensi
Apabila diminta oleh lembaga sertifikasi, penerima lisensi harus memelihara
rekaman dan memberikan laporan tentang keluhan yang diterima oleh
penerima lisensi berkaitan dengan produk.
Pasal 6
Publisitas
(1)

Penerima lisensi berhak mempublikasikan fakta bahwa dia telah diberi
wewenang oleh lembaga sertifikasi untuk mensertifikasi dan
membubuhkan tanda kesesuaian bagi produk yang dimaksud dalam
dokumen lisensi.

-7-

(2)

Lembaga sertifikasi dapat mempublikasikan pemberian dan pembatalan
lisensi yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, melalui website BBP2HP
agar publik dapat mengetahuinya.

Pasal 7
Kerahasiaan
Lembaga sertifikasi bertanggungjawab menjamin agar setiap personilnya
menjaga kerahasiaan seluruh informasi milik penerima lisensi yang bersifat
rahasia dan diketahui oleh personil tersebut sebagai akibat dari hubungan
kerja dengan penerima lisensi.
Pasal 8
Pembayaran
Penerima lisensi harus membayar seluruh biaya yang terkait survailen,
termasuk biaya pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian, asesmen
dan administrasi, kepada lembaga sertifikasi.
Pasal 9
Periode Persetujuan
Perjanjian ini berlaku sejak …………. sampai dengan ………………….., kecuali
kalau lisensi dicabut oleh lembaga sertifikasi produk dengan alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan atau dibatalkan atas permintaan penerima
lisensi dengan pemberitahuan terlebih dahulu.
Pasal 10
Pencabutan atau Pembatalan Lisensi
(1)

Dalam kasus pencabutan atau pembatalan lisensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, perlu dipertimbangkan tenggang tertentu
antara waktu pemberitahuan sampai dengan waktu pemberlakuan
pencabutan atau pembatalan tersebut secara efektif.

(2)

Tenggang waktu yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dapat
tergantung pada situasi yang menyebabkannya, sebagai berikut:
Situasi yang menyebabkan
pencabutan atau pembatalan
lisensi
Keinginan penerima lisensi
Lembaga
membuktikan
berbahaya

Tenggang waktu pemberitahuan
sebelum pencabutan atau
pembatalan berlaku secara
efektif
Ditetapkan oleh lembaga sertifikasi

sertifikasi Tidak ada (setiap saat)
bahwa produk

-8-

Situasi yang menyebabkan
pencabutan atau pembatalan
lisensi

Tenggang waktu pemberitahuan
sebelum pencabutan atau
pembatalan berlaku secara
efektif

Pelanggaran terhadap standar Maksimum 60 hari
yang berlaku oleh penerima
lisensi, kecuali untuk alasan
keamanan
Pembayaran kepada lembaga Maksimum 30 hari
sertifikasi tidak dilakukan oleh
penerima lisensi
Penerima
lisensi
gagal Maksimum 60 hari
memenuhi ketentuan lain yang
tercakup
dalam
perjanjian
lisensi
Kewajiban
persyaratan
berhubungan
standar
(3)

memenuhi Sesuai dengan yang ditentukan
baru
yang dalam skema sertifikasi produk
dengan
revisi

Informasi pencabutan atau pembatalan lisensi harus dikirim melalui
surat tercatat (atau ekuivalen) kepada pihak yang lain, dengan
menyebutkan alasan dan tanggal pencabutan atau pembatalan lisensi
secara efektif.
Pasal 11
Modifikasi Persyaratan Produk

(1)

Apabila ketentuan standar acuan yang tercakup dalam lisensi direvisi,
maka lembaga sertifikasi harus segera memberitahukan pemegang
lisensi melalui surat tercatat (atau euivalen), dengan menyebutkan
tanggal revisi standar tersebut akan berlaku efektif serta
menginformasikan penerima lisensi tentang dampak dari perubahan
tersebut terhadap validitas lisensi yang telah diterbitkan oleh lembaga
sertifikasi produk, termasuk perlunya dilakukannya asesmen tidak
terjadwal untuk menilai kesesuaian produk yang terkait terhadap revisi
standar itu.

(2)

Dalam periode waktu yang ditetapkan dalam surat pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini diterima, pemegang
lisensi harus memberitahukan lembaga sertifikasi dengan surat tercatat
(atau ekuivalen) tentang kesiapannya untuk memenuhi revisi standar
tersebut. Jika penerima lisensi mengkonfirmasikan pemenuhan
terhadap revisi standar yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dalam
periode waktu sebelum revisi standar itu berlaku secara efektif, dan
apabila asesmen tidak terjadwal yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi

-9-

menunjukkan hasil yang positif, maka penggunaan lisensi dapat
diterbitkan dan modifikasi terhadap rekaman lembaga sertifikasi dapat
dilakukan.
(3)

Lembaga sertifikasi dapat membekukan lisensi bagi produk yang terkait
dengan revisi standar pada tanggal di mana revisi standar yang
dimaksud pada ayat (1) Pasal ini berlaku secara efektif apabila:
a. pemegang lisensi memberitahukan lembaga sertifikasi bahwa dia
tidak sanggup memenuhi revisi standar yang dimaksud pada butir
ayat (1) Pasal ini dalam periode waktu sebelum revisi standar itu
berlaku secara efektif;
b. konfirmasi dari pemegang lisensi tentang pemenuhan revisi standar
itu melampaui batas waktu dimana revisi standar itu telah berlaku
secara efektif; atau
c. hasil dari asesmen tidak dapat menunjukkan pemenuhan terhadap
revisi standar.
Pasal 12
Liabilitas

(ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku)
Pasal 13
Keluhan dan Banding
Semua keluhan dan banding yang mungkin timbul dalam kaitannya dengan
perjanjian ini diselesaikan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh
lembaga sertifikasi.
Diterbitkan dalam rangkap dua dan ditandatangani oleh wakil pejabat
lembaga sertifikasi dan pemohon atau perusahaan.

Atas nama lembaga sertifikasi
Tanggal …………………….

Atas nama penerima lisensi:
Tanggal ……………….

………………………….................
…………………….................
(tanda tangan) (jabatan)

(tanda tangan) (jabatan)

-10-