Potensi Bangunan Bersejarah Istana Maimon Sebagai Aset Pariwisata Di Kota Medan

BAB II
URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Definisi Pariwisata
Kata pariwisata baru popular pada tahun 1958. Sebelum itu digunakan
kata turisme, serapan dari Bahasa Belanda “tourisme”. Sejak 1958 resmilah kata
pariwisata sebagai padanan tourisme (Bld) atau tourism (Ing). Perkembangan dan
pengayaan makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, karyawisata,
widyawisata, yang semuanya mengandung unsure “wisata”. Menurut KBIK
(1992) (dalam Warpani, 2007 : 5) kata wisata (vi Skr) berarti: bepergian bersamasama untuk bersenang-senang dan sebagainya; bertamasya; piknik; wisatawan (n)
adalah orang yang berdarmawisata; pelancong; turis. Yoeti mengartikan wisata
adalah perjalanan sebagai padanan kata ‘travel’ sehingga wisatawan adalah
‘traveller’, orang yang melakukan perjalanan.
Yoeti (1988) (dalam Warpani, 2007 : 5-6) mengutip berbagai pengertian
pariwisata menurut para ahli seperti di bawah ini, yaitu:
1. Wahab (1992) (dalam Warpani, 2007 : 6), memandangnya sebagai
suatu kegiatan kemanusiaan berupa hubungan antarorang baik dari
negara yang sama atau antarnegara atau hanya dari daerah geografis
yang terbatas. Di dalamnya termasuk tinggal untuk sementara waktu di
daerah lain atau negara lain atau benua lain untuk memenuhi berbagai


19
Universitas Sumatera Utara

kebutuhan kecuali kegiatan untuk memperoleh penghasilan, meskipun
pada perkembangan selanjutnya batasan “memperoleh penghasilan”
menjadi kabur.
2. Hans Buchli (dalam Warpani, 2007 : 6), mendefinisikan bahwa
pariwisata adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari
seseorang atau beberapa orang dengan maksud memperoleh pelayanan
yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga
yang digunakan untuk maksud tetentu.
3. Menurut Prof. Kurt Morgenroth (dalam Warpani, 2007 : 6), pariwisata
dalam arti sempit adalah lalu lintas orang-orang yang meninggalkan
tempat kediamannya untuk sementara waktu, untuk berpesiar di tempat
lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan
kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan budayanya atau
keinginan yang beraneka ragam dari pribadinya.
4. Gluckmann (dalam Warpani, 2007 : 6), pariwisata diartikan
keseluruhan hubungan antara manusia yang hanya berada untuk
sementara waktu dalam suatu tempat kediaman dan berhubungan

dengan manusia-manusia yang tinggal di tempat itu.
5. Menurut Dr. Hubbert Gulden (dalam Yoeti, 1996 : 117), “Pariwisata
merupakan suatu seni dari lalu lintas dimana manusia berdiam di suatu
tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu
tidak boleh tinggal atau menetap untuk melakukan pekerjaan selama-

20
Universitas Sumatera Utara

lamanya atau meskipun sementara waktu, yang sifatnya masih
berhubungan dengan pekerjaan”.
Berbagai definisi yang dikutip menunjukkan beragam aspek yang menjadi
titik tolak pandangan masing-masing ahli dalam mendefinisikan pengertian
pariwisata. Kemudian ada kesamaan yang dapat ditangkap dari definisi-definisi
tersebut, yakni meninggalkan tempat kediamannya sehari-hari pergi ke tempat
lain untuk tinggal sementara waktu dan bukan mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi. Selain itu pariwisata juga dapat dikatakan sebagai sebuah industri jasa
dalam bentuk pelayanan yang diberikan pada wisatawan sehingga pariwisata
dikenal dengan industri tanpa asap.
Prof. Hunzieker dan Prof. K. Krapt (dalam Yoeti, 1996 : 115) memberikan

batasan yang bersifat teknis yaitu sebagai berikut : “Pariwisata adalah keseluruhan
dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang
asing serta penyediaan tempat tinggal sementara asalkan pendiaman itu tidak
tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang sifatnya
sementara tersebut”.
Dalam buku Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah, kata ‘wisata’ dan
‘pariwisata’ digunakan secara bergantian sesuai dengan istilah baku; wisata dan
pariwisata hanya mengandung arti yang berkaitan dengan tourism. Untuk padanan
travel akan digunakan kata ‘kelana’ menurut KBIK (1991) (dalam Warpani,
2007:8), kata yang sudah cukup dikenal dalam Bahasa Indonesia kini maupun

21
Universitas Sumatera Utara

kuno. Dengan demikian tidak ada lagi kerancuan. Wisatawan adalah tourist,
pengelana atau kelana adalah traveler.
Dalam memandang kompleksitas kepariwisataan, menurut Leiper (dalam
Marpaung, 2002:28) mengemukakan 3 elemen kepariwisataan, yaitu kegiatan
wisatawan, sektor-sektor industri dan letak geografis dari daerah tujuan wisata
yang diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Wisatawan, merupakan pelaku utama dalam sistem ini. Pariwisata
merupakan suatu pengalaman manusia yang menyenangkan dan
membantu membuang rasa jenuh dari kehidupan sehari-hari yang
bersifat rutin dan membosankan.
2. Letak Geografis, dalam sistem ini terdapat 3 daerah utama, yaitu:
a. Daerah

Asal

Wisatawan

(DAW),

yaitu

daerah

yang

membangkitkan kunjungan wisatawan menuju daerah atau negara

tertentu. Di daerah ini wisatawan dirangsang dan dimotivasi untuk
pergi ke suatu objek dan daya tarik wisata tempat wisatawan
memperoleh segala informasi yang dibutuhkan menyangkut
kepergiannya dalam melakukan perjalanan wisata.
b. Daerah Tujuan Wisata (DTW), dalam banyak hal merupakan akhir
dari perjalanan wisata, di tempat wisata pengaruh yang kuat dari
kepariwisataan akan banyak dirasakan. Di tempat inilah wisatawan
mengimplementasikan rencana dan tujuan utama perjalanan
wisatanya.

22
Universitas Sumatera Utara

c. Daerah rute transit, daerah ini merupakan daerah antara tempat
persinggahan sementara bagi wisatawan yang sedang melakukan
perjalanan. Tidak menutup kemungkinan bahwa daerah ini menjadi
tujuan akhir dari perjalanan wisatawan dikarenakan beberapa
alasan sehingga wisatawan tidak melanjutkan perjalanannya ke
daerah wisata yang dituju.
3. Industri Pariwisata, bagian ini dipandang sebagai kegiatan perusahaan

dari organisasi yang menyangkut pengantar produk kepariwisataan.
Adapun yang termasuk dalam industri pariwisata adalah industri yang
terkait dengan penyelenggaraan kegiatan wisata untuk melayani
wisatawan sejak keberangkatan dari tempat asal hingga tiba di tempat
tujuan, seperti: biro perjalanan wisata, transportasi, hotel, toko,
cinderamata, dll.
Ketiga elemen yang disebutkan di atas saling berinteraksi satu dengan
yang lain, tidak hanya sebagai pengantar produk pariwisata tetapi juga dalam hal
transaksi dan daya tarik dari pariwisata itu sendiri.
Pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari banyak
pendekatan. Dalam Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan dijelaskan bahwa:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

23
Universitas Sumatera Utara

rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, dan pemerintah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan pengusaha.
5. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa
bagi

pemenuhan

kebutuhan

wisatawan

dan


penyelenggaraan

pariwisata.
6. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang
melakukan kegiatan usaha pariwisata.
7. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling
terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

24
Universitas Sumatera Utara

Menurut

WTO

(1999:5),

dikutip


dari

(http://konsepblackbook.blogspot.com/2013/04/konsep-dasar-pariwisata.html,
diakses 18 november 2013) yang dimaksud dengan pariwisata adalah sebagai
berikut:
a. Tourism-activities of person traveling to and staying in places outside
their usual environment for not more than one consecutive year for
leisure, business and other purpose;
Pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan
perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan
kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu
tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenangsenang, bisnis dan lainnya.
b. Visitor-any person traveling to a place other than that of his/her usual
environment for less than 12 consecutive months and whose main
purpose of travel is not to work for pay in the place visited;
Dapat diartikan pengunjung adalah siapa pun yang melakukan
perjalanan ke daerah lain di luar dari lingkungan kesehariannya dalam
jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut dan tujuan
perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah tersebut.
c. Tourist-overnight visitor, visitor staying at least one night in a

collection or private accommodation in the place visited;

25
Universitas Sumatera Utara

Wisatawan merupakan pengunjung yang menginap atau pengunjung
yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam di akomodasi
umum ataupun pribadi.
d. Same day visitor-excursionists, visitor who does not spend the night in
a collective or private accommodation in place visited;
Pengunjung harian adalah ekskursionis, pengunjung yang tidak
bermalam di akomodasi umum atau pribadi di daerah tujuan.
Definisi-definisi

itu

menjabarkan

unsur-unsur


penting

dalam

kepariwisataan seperti berikut ini:
1. Jenis kegiatan yang dilakukan dan tujuan kunjungan
2. Lokasi kegiatan wisata
3. Lama tinggal di daerah tujuan wisata
4. Fasilitas dan pelayanan yang dimanfaatkan yang disediakan oleh usaha
pariwisata.

2.2 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan, daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi
pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

26
Universitas Sumatera Utara

terwujudnya kepariwisataan. Kemudian kawasan yang dijadikan sebagai tujuan
wisata disebut objek wisata. Objek wisata dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Objek wisata alam, antara lain pemandangan alam pegunungan, cagar
alam, danau, pantai, kawah gunung api, sumber air panas, flora, dan
fauna.
2. Objek wisata rekreasi, antara lain kolam luncur, kolam renang, waduk,
dan taman rekreasi.
3. Objek wisata budaya, antara lain benteng kuno, masjid kuno, gereja
kuno, museum, keratin, monumen, candi, kesenian daerah, rumah adat,
dan upacara adat.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan, Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Adapun di dalam buku Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah (dalam Warpani,
2007:45), dijelaskan bahwa daya tarik wisata yang dimiliki suatu destinasi
pariwisata atau daerah tujuan wisata (DTW), yakni sesuatu yang dapat dilihat,
misalnya pemandangan alam, peninggalan purbakala, pertunjukan; atau sesuatu
yang dapat dilakukan, misalnya rekreasi, olahraga, meneliti, atau sesuatu yang
dapat dibeli, yakni barang-barang unik atau cenderamata. Selain itu dapat pula
sesuatu yang dapat dinikmati, misalnya udara sejuk bebas pencemaran, pelayanan
istimewa; atau sesuatu yang dapat dimakan, misalnya makanan atau minuman
khas daerah/negara. Artinya, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memicu

27
Universitas Sumatera Utara

seseorang dan/atau sekelompok orang mengunjungi suatu tempat karena sesuatu
itu memiliki makna tertentu, misalnya: lingkungan alam, peninggalan atau tempat
sejarah, peristiwa tertentu. Selain itu daya tarik wisata adalah “sesuatu” yang ada
di lokasi destinasi/tujuan pariwisata yang tidak hanya menawarkan/menyediakan
sesuatu bagi wisatawan untuk dilihat dan dilakukan, tetapi juga menjadi magnet
penarik seseorang untuk melakukan perjalanan [Gunn; 1988:107]. Ciri utama
daya tarik wisata adalah tidak dapat dipindahkan, dan untuk menikmatinya
wisatawan harus mengunjungi tempat tersebut.
Dalam buku Pengantar Ilmu Pariwisata (dalam Yoeti, 1996:172-176)
dijelaskan bahwa dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak dijumpai istilah
objek wisata seperti yang biasa dikenal di Indonesia. Untuk pengertian objek
wisata mereka lebih banyak menggunakan istilah “tourist attractions”, yaitu segala
sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah
tertentu. Kemudian segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat
daerah tujuan wisata, diantaranya ialah:
1. Tata cara hidup manusia (the way of life)
2. Hasil ciptaan manusia (man made supply) berupa benda-benda
bersejarah, kebudayaan dan keagamaan.
3. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (natural
amenities) antara lain:
a. Iklim
b. Bentuk tanah dan pemandangan

28
Universitas Sumatera Utara

c. Hutan belukar
d. Fauna dan flora
e. Pusat-pusat kesehatan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa objek wisata adalah unsurunsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia
dan sumberdaya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya
tarik untuk menjadi sasaran wisata.

2.3 Sejarah Perjalanan Manusia
Dalam buku Pengantar Ilmu Pariwisata (dalam Yoeti, 1996:1), dijelaskan
sejarah perjalanan manusia digerakkan oleh perasaan lapar dan haus, perasaan
ingin tahu, gila kehormatan, dan kekuasaan, akhirnya manusia tersebar ke seluruh
dunia sebelum mereka dapat membaca dan menulis. Dengan makanan dan
persediaan yang minim, dengan roda-roda yang digerakkan oleh binatangbinatang, lambat laun perjalanan yang mereka lakukan cukup berarti. Sering
bepergian dan sering pula tidak kembali ke tempat asalnya. Jalan raya yang
pertama dibuat, dijumpai di Tiongkok, sewaktu pemerintahan dinasti Chou (221122 B C), dimana pengangkutan darat telah diatur oleh pemerintah untuk
kepentingan penduduk waktu itu. Selain dari Tiongkok, sistem jalan raya juga
dijumpai di Timur Tengah yang dibangun oleh Kerajaan Persia kira-kira tahun
560-339 BC, yaitu dari kaki gunung Zagrep sampai ke laut Aegean. Adanya
pembangunan jalan raya ini lebih memungkinkan orang-orang untuk sering

29
Universitas Sumatera Utara

mengunjungi atau bepergian dari suatu daerah ke daerah lain, walau dalam ruang
yang amat terbatas.
Orang pertama yang dianggap traveler (dalam Yoeti, 1996: 6-7)
berdasarkan data sejarah, adalah Marco Polo (1254-1324) yang telah menjelajahi
jalan raya dari benua Eropa ke Tiongkok dan kemudian kembali ke Venesia. Pada
permulaan abad ke XIV, tepatnya hari selasa tanggal 14 juni 1325, jejak Marco
Polo ini diikuti oleh seseorang yang kita kenal dengan nama Ibnu Battutah. Ia
berangkat dari Tangier, Afrika Utara menuju Mekah dan Medinah. Ia menamakan
dirinya The First Traveller of Islam. Kemudian muncul Christoper Columbus
(1451-1506) yang melakukan perjalanan dengan perahu berbendera Spanyol, pada
tanggal 12 oktober 1492 mendarat di pegunungan Guanahani yang sekarang
dikenal sebagai San Salvador. Dalam pelayarannya itu ia juga telah menemukan
Cuba tanggal 28 oktober 1492 dan Haiti pada tanggal 5 desember 1492 yang
kemudian dinamakannya Hispaniola. Dalam expedisinya yang kedua ia
menemukan Puerto Rico dan kepulauan Antilen Kecil serta Yamaica, sedangkan
dalam expedisinya yang ketiga dijumpainya pula sungai Orinoco di Venezuela.
Ini merupakan penemuan besar yang dicatat dalam sejarah kehidupan manusia,
khususnya dalam melakukan perjalanan untuk menemukan sesuatu yang baru,
yang belum banyak diketahui orang. Di akhir abad ke XV, Portugal menunjuk
Alfonso d’Albuquerque, Vasco da Gama dan Fernando de Magelhaens untuk
menjelajah ke lima samudera.
Dalam buku Pengantar Ilmu Pariwisata (dalam Yoeti, 1996: 13-15)
Thomas Cook yang dilahirkan tanggal 22 november 1818 di Melbourne, Derby

30
Universitas Sumatera Utara

shire (Inggris), dianggap sebagai orang pertama menemukan profesi Travel Agent
sebagai salah satu cabang usaha seperti yang kita kenal sekarang. Setelah melihat
dan mempelajari perkembangan transportasi yang semakin lengkap fasilitasnya,
ditambah banyaknya hotel yang didirikan, maka secara iseng-iseng ia
merencanakan suatu perjalanan wisata dengan kereta api. Tour yang paling
bersejarah yang pernah diselenggarakannya yaitu A Round Trip Excursion antara
kota Leincester dan Lougborough dengan biaya 1 shiling setiap orang pada
tanggal 5 juli 1841. Di luar dugaan pengikut tour tersebut mencapai jumlah lebih
kurang 500 orang. Dengan kepintarannya, ia kemudian mencarter kereta api untuk
keperluan tour tersebut. Tour yang diselenggarakannya itu mendapat sambutan
hangat sehingga usahanya itu dianggap sebagai pengatur perjalanan yang
terorganisasi pertama di dunia. Dengan dibukanya kantor Cook’s Travel Agent di
London pada tahun 1868 maka ia menjadi orang pertama yang ditunjuk sebagai
agen dari banyak perusahaan pengangkutan, termasuk agen kapal laut.

2.4 Klasifikasi Motif Wisata
Untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua atau
setidak-tidaknya semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian apakah
semua jenis motif wisata telah atau dapat diketahui. Tidak ada kepastian bahwa
apa yang dapat diduga dapat menjadi motif wisata atau terungkap dalam
penelitian-penelitian motivasi wisata (motivation research) itu sudah meliputi
semua kemungkinan motif perjalanan wisata. Pada hakikatnya motif orang untuk
mengadakan perjalanan wisata itu tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi.

31
Universitas Sumatera Utara

Dalam buku Tourism, Principles, Practises, Philosophies, (1972:52),
(dalam Yoeti, 1996: 36-47) McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata yang
dapat diduga menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Motif fisik, yaitu moif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan
badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya;
2. Motif budaya, yang harus diperhatikan di sini adalah yang bersifat
budaya seperti sekedar untuk mengenal atau memahami tata cara dan
kebudayaan bangsa atau daerah lain: kebiasaannya, kehidupannya
sehari-hari, kebudayaannya yang berupa bangunan, music, tarian dan
sebagainya;
3. Motif Interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk
bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, atau sekedar dapat melihat
tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang film, tokoh politik dan
sebagainya;
4. Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa
orang yang pernah mengunjungi tempat lain itu dengan sendirinya
melebihi sesamanya yang tidak bepergian. Orang yang pernah
bepergian ke daerah-daerah lain dianggap atau merasa dengan
sendirinya naik gengsinya atau statusnya.
Klasifikasi McIntosh tersebut sudah tentu dapat disubklasifikasikan
menjadi kelompok-kelompok motif yang lebih kecil. Motif-motif yang lebih kecil
itu digunakan untuk menentukan tipe perjalanan wisata. Misalnya, tipe wisata
rekreasi, wisata olahraga, wisata ziarah, kesehatan. Di bawah ini tercantum

32
Universitas Sumatera Utara

sejumlah subkelas motif wisata serta tipe wisatanya yang sering disebut sebagai
berikut:
a. Motif bersenang-senang atau tamasya
b. Motif rekreasi
c. Motif kebudayaan
d. Wisata olahraga
e. Wisata bisnis
f. Wisata konvensi
g. Motif spiritual
h. Motif interpersonal
i. Motif kesehatan
j. Wisata sosial

2.5 Bangunan-Bangunan Bersejarah dan Pariwisata Budaya
2.5.1 Bangunan Bersejarah
Peraturan mengenai perlindungan terhadap bangunan kuno yang ada di
Indonesia adalah Undang-undang RI tentang bangunan cagar budaya nomor 11
tahun 2010, pada pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan:
a. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs
Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air
yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting

33
Universitas Sumatera Utara

bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan melalui proses penetapan.
b. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari
benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan
ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan beratap.
c. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air
yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau
bukti kejadian pada masa lalu.
d. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki
dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau
memperlihatkan cirri tata ruang yang khas.
Berdasarkan Undang-undang RI tentang bangunan cagar budaya nomor
11 tahun 2010 pada pasal 1, dapat disimpulkan bahwa cagar budaya merupakan
kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan
manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat.
2.5.2 Pariwisata Budaya
Ada banyak definisi pariwisata budaya di dunia, namun dari berbagai
definisi tersebut pasti mengandung beberapa poin penting ini, seperti: Pelestarian
Budaya, Ke-Autentikan Destinasi Budaya, Wisata dengan Minat Khusus,
Aktivitas dan Orientasi Pengetahuan dan Kepedulian, Partisipasi masyarakat

34
Universitas Sumatera Utara

lokal, Pengetahuan / Edukasi, Kebanggaan dan Kepuasan Kedua Belah Pihak
(pengunjung dan stakeholder). Kemudian terkait dengan bangunan bersejarah
Istana Maimon dalam membangun kepariwisataan di Kota Medan dapat dirujuk
kebijakan pemerintah lewat peraturan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 dan Nomor 40
Tahun 2009 Tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan. Dalam Bab II (Pasal 2
Ayat 1 dan 2) disebutkan bahwa pemerintah daerah melaksanakan pelestarian
kebudayaan di daerah, kemudian dijelaskan pula bahwa pemerintah daerah dalam
melaksanakan pelestarian kebudayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
atas dilakukan melalui perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.

35
Universitas Sumatera Utara