BAB IV Laporan Kerja Praktek Teknik Ling (1)

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

BAB IV
TUGAS KHUSUS
PENGUKURAN ASPEK ERGONOMIS DAN ASPEK KESEHATAN
LINGKUNGAN KERJA DI CONTROL ROOM PT.PERTAMINA RU II
DUMAI BERDASARKAN PERMENKES NO 16
TAHUN 2016
4.1 Latar Belakang
Semakin maju zaman semakin banyak pengunaan teknologi dalam berbagai
macam aspek dan bidang. Salah satu bidang yang sering menggunakan teknologi
dalam pekerjaannya adalah bidang industri. Di Industri biasanya banyak pekerja
lapangan. Pada zaman yang sudah maju ini, Industri sudah banyak menggunakan
komputer.
Ada berbagai macam industri yang menggunakan komputer dalam pekerjaan
dalam industrinya. Durasi dan penggunaan komputer dalam setiap industry dan
pekerja berbeda beda. Selain itu,tiap industri menggunakan komputer untuk
kepentingan yang berbeda beda. Pekerja yang paling sering bekerja depan
komputer adalah pekerja kantor. Pada sebuah industri, komputer bisa digunakan
untuk kegiatan managemen,teknis,simulasi,pengontrolan unit dan banyak fungsi

lainnya.
Salah satu industri atau perusahaan yang banyak menggunakan adalah
PT,PERTAMINA RU II DUMAI. Di PT.PERTAMINA RU II DUMAI
pengguanaan komputer banyak digunakan di perkantoran (Main Office) dan di
operator ruangan kontrol utama yang berfungsi untukmengendalikan bebebrapa
unit yang ada. Pada panel kontrol yang dimiki PT PERTAMINA RU II DUMAI
berfungsi untuk mengendalikan bagia\n HSC,HOC,HCC dan UTILITIES. Untuk
mengendalikan operasi empat bagian tersebut, panel kontrol dibagi menjadi 2
control room yaitu Main Control Room dan Utilities.
Durasi kerja para pekerja di control room adalah 12 jam. Para pekerja di
Control Room selalu standby di depan layar komputer. Selama 12 jam bekerja,
para pekerja duduk dan menatap layar dengan pola perilaku dan postur yang tidak
tepat sehingga menimbulkan penyakit kerja yang timbul akibat postur yang tidak
baik. Biasanya penyakit yang muncul adalah MSDs atau bias juga disebut

Rangga Mahardika-1407112758

53

Laporan Kerja Praktek

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Musuloscletal Disorders. MSDs adalah masalah otot saat bekerja dengan postur
yang tidak tepat.
Para pekerja di Control Room ditempatkan di ruangan kerja yang mempunyai
kondisi lingkungan kerja yang cukup luas. Suhu dan Intensitas cahaya suatu
ruangan kerja harusnya memenuhi standar kesehatan lingkungan kerja. Kesehatan
lingkungan kerja haruslah memenuhi standar karena para pkerja di dalamnya
haruslah nyaman dan tetap sehat berada di lingkungan pekerja. Jika lingkungan
kerja tidak memenuhi standar yang aman, maka pekerja akan tidak nyaman dan
terkena penyakit kerja. Salah satu efek dari lingkugan kerja adalah kelelahan mata
dan kedinginan. Kelelahan mata dapat terjadi karena mata lelah karena intensitas
cahaya yang kurang sehingga mata lelah diakibatkan radiasi layar. Kedinginan
juga dapat terjadi karena suhu ruangan terlalu dingin. Standar yang dipakai untuk
menentukan standar Ergonomi dan Aspek Lingkungan kerja adalah berdasrkan
Permenkes no 48 tahun 2016.
Berdasarkan hal tersebut Pada tugas khusus ini akan dilakukan pengukuran
Aspek Ergonomi dan Aspek Kesehatan lingkungan kerja berdasarkan Permenkes
no 48 tahun 2016. Ada lima poin besar dalam form penilaian Ergonomis dan
Aspek Kesehatan Lingkungan kerja.

Dalam pengukuran Aspek Ergonomi dan Aspek Kesehatan Lingkungan kerja
ada lima poin besar dimana masing masing poin mempunyai poin tersendiri juga.
Poin poin tersebut adalah Ruang Kerja,Postur Kerja,Tata Letak Alat,Durasi
kerja,Koridor dan Aspek Kesehatan Lingkungan Kerja.
4.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pekerja Kantor di Control Room PT.PERTAMINA RU II DUMAI
telah memenuhi standar Ergonomi Perkantoran berdasarkan Permenkes no
48 tahun 2016?
2. Apakah Pekerja Kantor di Control Room PT.PERTAMINA RU II DUMAI
telah memenuhi aspek lingkungan kerja Perkantoran berdasarkan
Permenkes no 48 tahun 2016?

Rangga Mahardika-1407112758

54

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

4.3 Tujuan

Tujuan dari tugas khusus ini adalah :
1. Mengukur, menerapkan,dan memberikan solusi terhadap aspek Ergonomi
Perkantoran di Control Room PT. PERTAMINA RU II DUMAI
berdasarkan Permenkes no 48 tahun 2016.
2. Mengukur dan mengehtahui Aspek Kesehatan Lingkungan kerja di
Control Room PT. PERTAMINA RU II DUMAI berdasarkan Permenkes
no 48 tahun 2016.
4.4 Metode Penelitian
4.4.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada tugas khusus ini, yaitu :
1. Sound Level Meter (Pengukur Kebisingan)
2. Luxmeter (Pengukur Intensitas Cahaya)
3. Hygrometer (Alat Ukur suhu dan kelembaban)
4. Gas Detector (alat ukur konsentrasi CO2)
5. Dust Trak (alat ukur debu (PM10))
6. Busur
7. Penggaris
4.5 Objek Penelitian
Adapun objek yang dijadikan sampel dalam pengukuran aspek Ergonomis dan
aspek lingkungan kerja di bagian :

1. Pekerja Control Room di ruangan Main ontrol Room yang mengelola
bagian HSC,HOC,HCC.
2. Pekerja Control Room di ruangan Utilities.
Para pekerja di

Main ontrol Room dan Utilities akan menjadi sasaran

pengukuran aspek Ergonomis dan aspek kesehatan lingkungan kerjanya
berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Dalam pengukuran kali ini,pekerja
akan didata mengguakan form penilaian berisi table tabel yang harus diisi oleh
peneliti. Ada lima poin yang akan diukur. Berikut poin dan hal yang harus diukur
pada poin tersebut :
1. Ruang kerja
Rangga Mahardika-1407112758

55

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai


2.

3.

4.
5.
6.

a. Luas Ruang Kerja
b. Ruang Udara
Postur Kerja
a. Jarak Mata ke Monitor
b. Sudut Kemiringan Kursi
c. Sandaran Lengan
d. Posisi Tapak Kaki
e. Posisi Duduk
f. Posisi saat memegang Mouse dan Keyboard
Tata Letak alat
a. Tinggi Meja
b. Luas Meja

c. Ketersediaan Ruang di Bawah Meja
d. Keberadaan Benda di Bawah Meja
e. Bahan Sandaran Kursi
f. Ukuran Mouse
g. Perbandingan arah komputerdengan sumber cahaya
h. Penentuan zona letak benda
Durasi Kerja
a. Pola Istirahat pekerja
Koridor
a. Tersedianya jarak antar meja
Aspek Kesehatan Lingkungan Kerja
a. Nilai Kebisingan
b. Instensitas Cahaya
c. Temperatur
d. Kelembaban
e. Konsentrasi debu
f. Konsentrasi CO

4.6 Hasil dan Pembahasan
Pada hasil pengukuran aspek Ergonomis dan Aspek Kesehatan Lingkungan

kerja berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Data dapat dilihat seperti berikut:
4.6.1 Ruangan Kerja
Pada poin pengukuran ruangan kerja terdapat dua poin yaitu Luas Kerja dan
ruang udara. Nilai standar untuk Luas Ruangan kerja adalah 2,2 m2. Nilai standar
untuk ruang udara 10 m2.
4.6.1.1 Luas Ruangan Kerja

Rangga Mahardika-1407112758

56

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Adapun data pengukuran Luas Ruangan kerja pada Main Control
Room sebagai berikut.
Luas Ruangan
No
1
2

3
4
5
6

Nama

Kerja 2,2 m (min) Keterangan
Yes
No
NA
Mansur Purba (A)
v
hasil pengukuran 2,04 m2
Hamran S.H (B)
v
hasil pengukuran 2,04 m2
Azhar Jefri (C)
v
hasil pengukuran 2,04 m2

Endang Setra (D)
v
hasil pengukuran 2,49 m2
Yosri Rahman (E) v
hasil pengukuran 2,49 m2
Zulherman (F)
v
hasil pengukuran 4.04 m2
Tabel 4.1 Pengukuran Ergonomis Ruangan Kerja Main Control Room.
Luas Ruangan

No
1
2

Nama

Keterangan
Kerja 2,2 m (min)
Yes

No
NA
v
Taufik Saleh (G)
hasil pengukuran 10,32 m2
Sapriadi (H)
v
hasil pengukuran 10,32 m2
Tabel 4.2 Pengukuran Ergonomis Ruangan Kerja Utilities.
Pada Luas Ruangan Kerja, Ruangan di Utiities lebih besar daripada di

Main Control Room. Luasan Ruangan Pekerja ini diukur Berdasarkan Range
daerah kerjanya. Pada Kedua Ruangan ini daerah kerja para pekerja tidak dibatasi
sekat sekat. Di Main Control Room,pekerja bekerja pada beberapa layar sekaligus.
Ruangan kerja Sampel A,B, dan C bekerja di satu deretan meja panjang yang
terdiri dari beberapa meja kecil. sampel A memonitor dua layar komputer yang
berada di satu deretan tersebut. Setelah dihitung, satu deretan meja tersebut dibagi
tiga untuk pekerja A,B dan C. Pada pekerja D, luas ruangan sudah memenuhi
standar. Bentuk Ruangan Kerja Pekerja D masih sama dengan pekerja A,B, dan C
tetapi luasannya agak lebih besar karena pekerja bekerja pada satu deretan tanpa
pembagian. Pekerja E adalah pekerja yang mempunyai luasan ruangan yang
paling besar di Main Control Room

karena Pekerja E mempunyai Ruangan

sendiri. Pekerja E adalah petinggi di Main Control Room. Pekerja G dan H adalah
pekerja yang bekerja di Utilities. Bentuk ruangan kerja pekerja G dan H masih
sama dengan pekerja A,B,C , dan D tetapi dengan deretan yang lebih panjang.
Hasil pengukuran Luas ruangan mereka adalah hasil dari setengah keseluruhan
ruangan kerja mereka.
Rangga Mahardika-1407112758

57

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

4.6.1.2 Ruangan Udara
Parameter ini tidak tersedia di Control Room PT. Pertamina RU II
DUMAI. Ruang udara adlah ruangan atau space kosong untuk tempat pertukaran
udara.
4.6.2 Postur Kerja
Pada poin ini akan dibahas beebrapa terkait Postur Kerja. Postur tersebut
meliputi postur saat duduk(posisi kaki,sandaran dll),postur saat memegang mouse
dan mengetik maupun jarak mata ke monitor. Berikut hasil dari masing masing
Postur.
4.6.2.1 Jarak Mata ke Monitor
Para pekerja mempunyai variasi dalam jarak kenyamanan melihat layar.
Standar jarak yang di tetapkan oleh permenkes no 48 Tahun 2016 adalah 50-100
cm. adapun data yang didapati sebagai berikut.

Mata ke Monitor
No

Nama

Keterangan
50-100 cm (min)
Yes No
NA
1
Mansur Purba(A) v
hasil pengukuran 81 cm
2
Hamran S.H(B)
v
hasil pengukuran 83 cm
3
Azhar Jefri(C)
v
hasil pengukuran 72 cm
4
Endang Setra(D) v
hasil pengukuran 60 cm
5
Yosri Rahman(E) v
hasil pengukuran 89 cm
6
Zulherman(F)
v
hasil pengukuran 58 cm
Tabel 4.3 Pengukuran Ergonomis Jarak Mata ke Monitor Pekerja Main Control
Room.
Mata ke Monitor
No

Nama

Keterangan
50-100 cm (min)
Yes
No NA
1
Taufik Saleh (G) v
hasil pengukuran 75 cm
2
Sapriadi (H)
v
hasil pengukuran 73 cm
Tabel 4.4 Pengukuran Ergonomis Jarak Mata ke Monitor Pekerja Utilities

Rangga Mahardika-1407112758

58

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Berdasarkan data diatas diketahui semua pekerja telah memenuhi standar
Ergonomi pada aspek Jarak Mata ke Monitor. Para Pekerja di Control Room tidak
memiliki keluhan terkait aspek Jarak Mata ke Monitor. Hal ini dikarenakan para
pekerja sudah memenuhi standaryangtelah ditetapkan oleh Permenkes no 48
Tahun 2016.
4.6.2.2 Sudut Kemiringan sandaran Kursi
Pada poin ini akan dilihat apakah para pkerja sudah duduk dengan
sandaran sesuai standar, pada Permenkes no 48 Tahun2016,standar untuk
kemiringan duduk adalah 100-110o. adapun data yang didapati sebagai berikut:

Kemiringan
No

Nama

Keterangan
duduk 100-110o
Yes No NA
1 Mansur Purba(A)
v
hasil pengukuran 80o
2 Hamran S.H(B)
v
hasil pengukuran 70o
3 Azhar Jefri(C)
v
hasil pengukuran 80o
4 Endang Setra(D)
v
hasil pengukuran 80o
5 Yosri Rahman(E) v
hasil pengukuran 100o
6 Zulherman(F)
v
hasil pengukuran 90o
Tabel 4.5 Pengukuran Ergonomis Kemiringan Posisi Duduk Pekerja Main
Control Room.
Kemiringan
No

Nama

Keterangan
duduk 100-110o
Yes No NA
v
1 Taufik Saleh (G)
hasil pengukuran 100o
2 Sapriadi (H)
v
hasil pengukuran 100o
Tabel 4.6 Pengukuran Ergonomis Kemiringan Posisi Duduk Pekerja Utilities
Berdasarkan data tersebut, dari 8 pekerja yang diukur hanya tiga yang
memenuhi standar berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Tiga pekerja
tersebut adalah pekerja E yang berada di Main Control Room dan pekerja G dan
H yang berada di Utilities. Lima pkerja lainnya merasa nyaman dengan posisi
duduk yang mereka lakukan. Hal ini terjadi karena postur tersebut sudah menjadi
Rangga Mahardika-1407112758

59

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

kebiasaan para pekerja. Efek yang ditimbulkan dari posisi duduk yang tidak benar
adalah nyeri otot bagian pinggang karena kelelahan menopang tubuh. Para pekerja
selain pekerja E,G dan H dapat beresiko terkena MSDs atau penyakit otot akibat
bekerja.
4.6.2.3 Sandaran lengan
Pada poin ini akan dilihat apakah para pekerja sudah memposisikan
sandaran lengan mereka sesuai dengan standar Peremenkes no 48 Tahun 2016.
Pada Permenkes no 48 Tahun 2016, sebaiknya sandaran lengan sejajar dengan
meja kerja. Adapun data yang didapati sebagai berikut :
Sandaran lengan
No

Nama

Keterangan
kursi sejajar meja
Yes No NA
1 Mansur Purba(A)
v
Di Bawah Meja
2 Hamran S.H(B)
v
Di Bawah Meja
3 Azhar Jefri(C)
v
4 Endang Setra(D)
v
5 Yosri Rahman(E)
v
6 Zulherman(F)
v
Tabel 4.7 Pengukuran Ergonomis Posisi Sandaran Lengan Pekerja Main Control
Room.
Kemiringan

Keterangan
duduk 100-110o
Yes No
NA
1
Taufik Saleh (G)
v
Di Bawah Meja
2
Sapriadi (H)
v
Di Bawah Meja
Tabel 4.8Pengukuran Ergonomis Posisi Sandaran Lengan Pekerja Utilities.
No

Nama

Berdasarkan data tersebut diketahui, setengah dari pekerja yang memnuhi
standar dalam aspek sandaran lengan kursi. Hanya 4 pekerja yang memenuhi
standar sandaran lengan kursi yaitu Pekerja C,D,E dan F. Para pekerja tersebut
adalah pekerja yang berada di ruangan Main Control Room. Pekerja disarankan
memposisikan sandaran lengan sejajar dengan meja bertujuan agar tangan dapat
rileks sambil bekerja. Kegiatan yang banyak didepan komputer menuntut pekerja
agar tetap nyaman dalam melakukan aktifitasnya. Kenyamanan tersebut juga
termasuk dalam posisi lengan saat bekerja di depan komputer. Jika tangan tidak
Rangga Mahardika-1407112758

60

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

disandarkan,maka kelelahan akan sering dan cepat terjadi. Jika pekerja merasa
lelah atau tidak nyaman maka hasil pekerjaan tidak akan optimal.

4.6.2.4 Tapak Kaki
Pada poin ini akan dilihat apakah para pekerja duduk dengan posisi tapak
kaki yang benar. Standar di Permenkes menyebutkan bahwa sebaiknya posisi
tapak kaki menyentuh lantai. Adapun data yang didapat sebagai berikut :
Tapak Kaki
No

Nama

Keterangan
Menyentuh Lantai
Yes
No NA
v
1
Mansur Purba(A)
2
Hamran S.H(B)
v
3
Azhar Jefri(C)
v
4
Endang Setra(D)
v
5
Yosri Rahman(E)
v
6
Zulherman(F)
v
Tabel 4.9 Pengukuran Ergonomis Tapak Kaki Pekerja Main Control Room.
Tapak Kaki
No
1
2

Nama

Keterangan
Menyentuh Lantai
Yes
No NA
v
Taufik Saleh (G)
Sapriadi (H)
v
Tabel 4.10 Pengukuran Ergonomis Tapak Kaki Pekerja Utilities.
Berdasarkan data tersebut, semua pekerja yang ada di Control Room telah

memenuhi standar berdasrakan Permenkes no 48 Tahun 2016. Meletakkan tapak
kaki sejajar dengan tanah bertujuan untuk menghindari pegal yang dapat
menyerang kaki.
4.6.2.5 Posisi Lutut
Pada poin ini akan diukur apakah lutut para pekerja membentuk sudut
yang benar saat duduk. Standar yang ditentukan oleh Permenkes adalah 900.
Adapun data ynag didapat sebagai berikut.

Rangga Mahardika-1407112758

61

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Lutut Membentuk
No Nama

Keterangan
90o saat duduk
Yes No
NA
1
Mansur Purba(A)
v
hasil pengukuran 50o
2
Hamran S.H(B)
v
3
Azhar Jefri(C)
v
hasil pengukuran 70o
4
Endang Setra(D)
v
5
Yosri Rahman(E)
v
hasil pengukuran 100o
6
Zulherman(F)
v
Tabel 4.11 Pengukuran Ergonomis Sudut Lutut Pekerja Main Control Room.
Lutut Membentuk
No

Nama

Keterangan
90o saat duduk
Yes
No
NA
v
1
Taufik Saleh (G)
2
Sapriadi (H)
v
Tabel 4.12 Pengukuran Ergonomis Sudut Lutut Pekerja Utilities
Berdasarkan data tersebut diketahui lima pekerja telah memeuhi standar
ergonomis dalam aspek posisi lutut. Ada tiga pekerja yang belum memenuhi
standar posisi lutut. Tiga pekerja tersebut adalah pekerja A,C dan E. pekerja A dan
C membentuk sudut dibawah 90o sedangkan pekerja E membentuk sudut diatas
90o. Posisi Lutut 90o bertujuan agarpara pekerja tidak merasakan pegal disekitar
lutut dan paha. Jika duduk membentuk sudut selalin 90 o maka dapat menggangu
sirkulasi darah di daerah Lutut.
4.6.2.6 Posisi saat mengetik dan memegang Mouse
Pada poin ini akan dilihat posisi pekerja saat memegang Mouse dan
mengetik memggunakan Keyboard apakah benar atau salah. Pada Permenkes no
48 Tahun 2016,sebaiknya posisi tangan menempel di meja saat

mengetik

menggunakan Keyboard ataupun saat menggunakan Mouse. Adapun data yang
diapat sebagai berikut :

Tangan menempel di Meja
No

Nama

saat Mengetik dan
menggunakan Mouse
Yes
No
NA

Rangga Mahardika-1407112758

Keterangan

62

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

1
2
3
4
5
6

Mansur Purba(A) v
Hamran S.H(B)
v
Azhar Jefri(C)
v
Endang Setra(D)
v
Yosri Rahman(E) v
Zulherman(F)
v
Tabel 4.13 Pengukuran Ergonomis Posisi Tangan saat Mengetik dan
Menggunakan Mouse Pekerja Main Control Room.
Tangan menempel di Meja

No
1
2

Nama

saat Mengetik dan
menggunakan Mouse
Yes
No
NA

Keterangan

v
Taufik Saleh (G)
Sapriadi (H)
v
Tabel 4.14 Pengukuran Ergonomis Posisi Tangan saat Mengetik dan
Menggunakan Mouse Pekerja Utilities
Berdasarkan data tersebut,diketahui bahwa semua pekerja telah memenuhi

aspek posisi dalam mengetik menggunakan Keyboard ataupun saat menggunakan
Mouse. Posisi tangan menempel meja bertujuan untuk menghindari pegal dibahu.
Tangan yang tidak menempel pada meja akan memberikan beban pada bahu
sekitar persendian siku,oleh karena itu disarankan untuk menyandarkan tangan ke
meja saat mengetik ataupun menggunakan Mouse.
4.6.3

Aspek peralatan dan tata letak Alat
Pada poin ini akan dilakukan beberapa pengukuran dan peninjauan terkait

dengan peralatan kerja dan tata letak alat saat bekerja. Ada beberapa aspek yang
dinilai dalam poin ini yaitu Tinggi meja,Luas Meja,Keadaan Ruang dibawah
meja,Ukuran Mouse dan zona peletakan benda. Berikut data yang didapat
dilapangan.
4.6.3.1 Tinggi Meja
Pada poin ini akan dilihat apakah tinggi meja sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh Permenkes no 48 Tahun 2016. Standar meja berdasarkan
Permenkes no 48 Tahun 2016 adalah 56-72 cm. Range tersebut adalah standar
yang baik untuk sebuah meja kerja. Adapun data yang didapat sebagai berikut :
Rangga Mahardika-1407112758

63

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Tinggi Meja 56-72cm
Keterangan
Yes
No
NA
1
Mansur Purba(A) v
hasil pengukuran 66 cm
2
Hamran S.H(B)
v
hasil pengukuran 66 cm
3
Azhar Jefri(C)
v
hasil pengukuran 66 cm
4
Endang Setra(D) v
hasil pengukuran 66 cm
5
Yosri Rahman(E) v
hasil pengukuran 66 cm
6
Zulherman(F)
v
hasil pengukuran 77 cm
Tabel 4.15 Pengukuran Ergonomis Tinggi Meja Pekerja Main Control Room.
No

No
1
2

Nama

Tinggi Meja 56-72cm
Keterangan
Yes
No
NA
Taufik Saleh (G) v
hasil pengukuran 73 cm
Sapriadi (H)
v
hasil pengukuran 73 cm
Tabel 4.16 Pengukuran Ergonomis Tinggi Meja Pekerja Utilities
Nama

Berdasrakan data tersebut didapati bahwa seluruh pekerja di seluruh
Control Room telah memenuhi standar berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016.
Meja yang ditempati para pekerja pun sudah tepat dan cocok dengan postur
pekerja sehingga tidak ada keluhan untuk masalah Tinggi Meja.
4.6.3.2 Luas Meja
Poin ini akan melihat dan mengukur apakah meja yang ditempati pekerja
sudah memenuhi standar atau tidak. Berdasarkan Permenkes no 48 Tahun
2016,Luas meja setidaknya 120x90 cm atau memiliki luas 1,08 m 2. Adapun data
yang didapat sebagai berikut :

Luas Meja 120x90 cm
No
1
2
3
4
5
6

Nama
Mansur Purba(A)
Hamran S.H(B)
Azhar Jefri(C)
Endang Setra(D)
Yosri Rahman(E)
Zulherman(F)

atau 1,08 m2
Yes
No
NA
v
v
v
v
v
v

Keterangan
65x56 cm = 0,36 m2
65x56 cm = 0,36 m2
65x56 cm = 0,36 m2
39x192 cm =0,74 m2
39x192 cm =0,74 m2
160x68 cm = 1,08 m2

Tabel 4.17 Pengukuran Ergonomis Luas Meja Pekerja Main Control Room.

Rangga Mahardika-1407112758

64

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Luas Meja 120x90 cm
No
1
2

Nama

Keterangan
atau 1,08 m2
Yes
No
NA
Taufik Saleh (G)
v
61x87 cm = 0.53 m2
Sapriadi (H)
v
61x87 cm = 0.53 m2
Tabel 4.18 Pengukuran Ergonomis Luas Meja Pekerja Utilities
Berdasarkan data yang telah didapat,diketahui hanya satu orang saja yang

memenuhi standar meja berdasrkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Pekerja yang
memenuhi standar tersebut adalah pekerja F. Pekerja F adalah pekerja di daerah
Main Control Room. Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa dengan ukuran
meja yang dibawah standar,Pekerja masih dapat meletakkan beberapa benda yang
penting diatas meja. Pekerja pada area Control Room tidak memiliki banyak
barang yang harus berada di meja mereka, sehingga tidak ada keluhan untuk aspek
ini walaupun dibawah standar.
4.6.3.3 Ketersediaan dan keadaan Ruang Di bawah Meja
Pada poin ini akan dilihat apakah di bawah meja kerja terdapat ruangan Di
bawah meja. Pada Permenkes no 48 Tahun 2016,disarankan agar meja mempunyai
ruang kosong dibawahnya yang berfungsi untuk pergerakan kaki. Ruang dibawah
kaki pun sebaiknya tidak diletakkan benda apapun dibawahnya. Adapun data yang
didapat sebagai berikut :

Ketersedian dan
No
1
2
3
4
5
6

Keadaan Ruang

Nama
Mansur Purba(A)
Hamran S.H(B)
Azhar Jefri(C)
Endang Setra(D)
Yosri Rahman(E)
Zulherman(F)

di bawah Meja
Yes No NA
v
v
v
v
v
v

Keterangan
Tidak ada Barang di Bawahnya
Tidak ada Barang di Bawahnya
Tidak ada Barang di Bawahnya
Tidak ada Barang di Bawahnya
Tidak ada Barang di Bawahnya
Tidak ada Barang di Bawahnya

Tabel 4.19 Pengukuran Ergonomis Ketersediaan dan Keadaan Ruang di Bawah
Meja Pekerja Main Control Room.

Rangga Mahardika-1407112758

65

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Ketersedian dan
No

Nama

Keadaan Ruang di

Keterangan
bawah Meja
Yes No
NA
v
1
Taufik Saleh (G)
Tidak ada Barang di Bawahnya
2
Sapriadi (H)
v
Tidak ada Barang di Bawahnya
Tabel 4.20 Pengukuran Ergonomis Ketersediaan dan Keadaan Ruang di Bawah
Meja Pekerja Utilities.
Berdasrkan data tersebut didapati bahwa semua pekerja memenuhi standar
untuk aspek ketersediaan dan Keadaan dibawah meja berdasarkan Permenkes no
48 Tahun 2016 . Ruang kaki di bawah meja berfungsi untik pergerakan kaki jika
kaki lelah pada satu posisi tertentu. Pada aspek ini seluruh pekerja memenuhi
aspek tersebut sehingga tidak ada keluhan terhadap aspek ini.

4.6.3.4 Ukuran Mouse
Pada poin ini akan dilihat apakah Mouse yang digunakan para pekerja
sudah tepat atau tidakdengan genggaman tangan meraka. Menurut Permenkes no
48 Tahun 2016 sebaiknya mouse haruslah sesuai ukuran tangan pekerja. Adapun
data yang didapat sebagai berikut :
Ukuran Mouse yang sesuai
No
1
2
3

Nama
Mansur Purba(A)
Hamran S.H(B)
Azhar Jefri(C)

genggaman pekerja
Yes
No
NA

Keterangan

v
v
v
v

4
Endang Setra(D)
5
Yosri Rahman(E)
v
6
Zulherman(F)
v
Tabel 4.21 Pengukuran Ergonomis Ukuran Mouse sesuai Genggaman Pekerja
Main Control Room.
No

Nama

Ukuran Mouse yang sesuai Keterangan
genggaman pekerja

Rangga Mahardika-1407112758

66

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Yes
No
NA
v
1
Taufik Saleh (G)
2
Sapriadi (H)
v
Tabel 4.22 Pengukuran Ergonomis Ukuran Mouse sesuai Genggaman Pekerja
Utilities.
Berdasarkan data yang telah didapat, diketahui semua pekerja sudah
memakai Mouse berdasarkan ukuran standar genggamannya. Aspek ini bisa
dilihat dari cara menggenggam Mouse pekerja. Posisi tangan pekerja saat
menggenggam Mouse tidak terlalu melebar dan tidak terlalu kedalam sehingga
tidak ada keluhan terhadap aspek ini.

4.6.3.5 Asal Sumber Cahaya
Pada Poin ini akan ditinjau dari mana asal sumber cahaya yang berada di
Ruangan Kerja. Memnurut Permenkes pekerja harus bekerja berlawanan dari arah
Cahaya. Data yang telah didapat sebagai Berikut :

Bekerja berlawanan
No
1
2
3
4
5
6

Nama
Mansur Purba(A)
Hamran S.H(B)
Azhar Jefri(C)
Endang Setra(D)
Yosri Rahman(E)
Zulherman(F)

Arah Cahaya
Yes
No
NA
v
v
v
v
v
v

Keterangan
Dibawah Sumber Cahaya
Dibawah Sumber Cahaya
Dibawah Sumber Cahaya
Dibawah Sumber Cahaya
Dibawah Sumber Cahaya
Dibawah Sumber Cahaya

Tabel 4.23 Pengukuran Ergonomis Bekerja Berlawanan Sumber Cahaya Pekerja
Main Control Room.
Bekerja berlawanan
No

Nama

Keterangan
Arah Cahaya
Yes
No
NA
1
Taufik Saleh (G)
v
Dibawah Sumber Cahaya
2
Sapriadi (H)
v
Dibawah Sumber Cahaya
Tabel 4.24 Pengukuran Ergonomis Berlawanan Sumber Cahaya Pekerja Utilities.
Rangga Mahardika-1407112758

67

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Berdasarkan data yang telah didapat,diketahui bahwa seluruh pekerja
Control Room bekerja di bawah sumber cahaya. Menurut Permenkes sebaiknya
sumber cahaya berasal dari samping layar dikarenakan pada posisi itu mata kita
mendapat pancaran cahaya yang cukup. Jika cahaya berasal dari belakang
komputer, maka pandangan akan silau karena layar merefleksikan cahaya dari
belakang. Jika cahaya berasa dari atas maka mata akan ttertlalu lelah karena
terlalu banyak mendapat cahaya dari komputer saja.

4.6.3.6 Zona peletakan Barang
Menurut Permenkes no 48 Tahun 2016,ada tiga zona dalam peletakan
barang di Meja Kantor. Pertama,Zona 1 yaitu zona peletakan barang yang
paling sering dipakai. Lalu ada Zona 2,yaitu zona Peletakan benda
yang agak jarang atau tidak terlalu sering dipakai. Terakhir,Zona 3
yaitu zona peletakan benda yang jarang dipakai. Berikut data yang
didapat.

No
Nama
Zona 1
Zona 2
Zona 3
1 Mansur Purba(A) Mouse, HandyTalky Telepon
Monitor
2 Hamran S.H(B)
Mouse, HandyTalky
Telepon Monitor
3 Azhar Jefri(C)
Mouse, HandyTalky
Telepon
Monitor
4 Endang Setra(D)
Mouse, HandyTalky Telepon
Monitor
5 Yosri Rahman(E) Mouse, HandyTalky
Telepon
Monitor
6 Zulherman(F)
Mouse, HandyTalky
Telepon
Monitor
Tabel 4.25 Pengukuran Ergonomis Zona Peletakan Benda Pekerja Main Control
Room.
No Nama
Zona 1
Zona 2
Zona 3
1
Taufik Saleh (G)
Mouse, HandyTalky Telepon
Monitor
2
Sapriadi (H)
Mouse, HandyTalky Telepon
Monitor
Tabel 4.26 Pengukuran Ergonomis Zona Peletakan Benda Pekerja Utilities.
Berdasarkan data tersebut didapati bahwa para pekerja meletakkan benda
sesuai standar Permenkes no 48 Tahun 2016. Mouse dan HandyTalky adalah
benda yang selalu dipakai para pekerja di Control Room. Sedangkan Telepon
adalah benda yang tidak terlalu sering digunakan dalam pekerjaan mereka. Lalu di
zona 3 ada Monitor. Walaupun mereka bekerja di depan Komputer tetapi Monitor
Rangga Mahardika-1407112758

68

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

adalah benda yang tidak dipindah. Fungsi Monitor dapat dikendalikan
menggunakan Mouse,Keyboard atau alat pengendali lainnya secara jarak yang
tidak dekat sehingga monitor masuk di Zona 3.
4.6.4

Pola Istirahat dan durasi Kerja
Pada poin ini akan dilihat dan ditinjau pola Istirajat Pekerja dan Durasi

meraka Bekerja. Menurut permenkes no 48 Tahun 2016,menyarankan melakukan
salah satu dari dua pola istirahat yang standar. Pola pertama adalah,setiap 2 jam
bekerja disarankan melakukan 10-15 menit istirahat. Lalu pola kedua adalah pola
20-20-20. Pola ini maksdunya adalah setiap 20 menit bekerja,lakukan 20 detik
peregangan dan memandang 20 feet ke arah selain komputer. data yang telah
didapat sebagai berikut :

No

Nama

Pola Istirahat

Durasi

Kerja
Istirahat ketika terasa lelah saja
12 jam
12 jam
Istirahat setiap 1 jam kerja selama 5 menit
12 jam
Setiap 40 menit bekerja,istirahat 30 menit
12 jam
Istirahat fleksibel dan sering ke lapangan
Setiap 1 jam kerja,istirahat dengan jadwal
Yosri Rahman(E)
12 jam
5
yang tidak menentu
Di ruangan biasanya 2 jam dan banyak ke
Zulherman(F)
12 jam
6
lapangan
Tabel 4.27 Pengukuran Ergonomis Pola Istirahat dan Durasi Kerja Pekerja Main
1
2
3
4

Mansur Purba(A)
Hamran S.H(B)
Azhar Jefri(C)
Endang Setra(D)

Control Room.
No

Nama

1

Taufik Saleh (G)

2

Sapriadi (H)

Pola Istirahat
Tidak merasa lelah karena posisi sudah
nyaman
Tidak merasa lelah karena posisi sudah

Durasi
Kerja
12 jam

12 jam
nyaman
Tabel 4.28 Pengukuran Ergonomis Pola Istirahat dan Durasi Kerja Pekerja Main
Utilities.
Berdasrkan data tersebut didapati pola istrirahat antar pekerja berbeda
beda. Pekerja A berisitirahat jika ia merasa lelah saja. Tentunya pola seperti ini
Rangga Mahardika-1407112758

69

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

tidak baik. Pekerja A dapat terekena penyakit kerja jika ia terus menerus
menerapkan pola seperti ini. Pekerja A berkemungkinan menghasilkan pekerjaan
yang tidak optimal dengan pola seperti ini. Pola Pekerja A bias dikategorikan jauh
dari standar Permenkes no 48 tahun 2016.
Pekerja B dan C bisa dikatakan Pekerja yang paling baik dan tepat polanya
Karena pekerja B dan C sudah sangat memenuhi standar yang ditetapkan
Permenkes no 48 Tahun 2016. Pada Permenkes dikatakan pola yang baik adalah 2
jam bekerja isitrahat 10-15 menit atau pola 20-20-20. Pada pekerja B dan C pola
yang mereka terapkan sudah diatas pola yang disarankan Permenkes no 48 Tahun
2016. Pola Pekerja B adalah setiap 1 jam kerja istirahat selama 5 menit. Pola
pekerja C adalah setiap 40 menit bekerja,istirahat selama 30 menit.
Pola pekerja D sedikit mirip dengan pola pekerja F. Pekerja D tidak
beristirahat dengan pola tertentu seperti pekerja B dan C. Jadwal istirahat pekerja
D juga tidak sesuai standar Permenkes no 48 Tahun 2016. Pada pekerja F,pola
istirahatnya sudah mulai standar berdasrkan Permenkes no 48 Tahun 2016 yaitu 2
jam. Kemiripan pola pekerja D dan F adalah mereka banyak turun ke lapangan.
Walaupun mereka mempunyai pola istirahat yang sedikit dari pekerjaan kantor
tetapi mereka melakukan aktifitas di lapangan juga. Aktiftas di lapangan dapat
diartikan sebagai peregangan juga. Dengan adanya aktifitas di lapngan maka
pekerja dapat terhindar dari penyakit kerja akibat kelelahan di kantor. Salah
satunya MSDs.
Pola pekerja E adalah pola yang agak Mirip dengan B dan C. Pekerja E
akan beristirahat setiap bekerja selama 1 jam. Perbedaan Pola istirahat Pekerja E
adalah durasi istirahatnya. Pekerja beristirahat dengan jadwal yang tidak menentu.
Walaupun demikian,pekerja sudah lumayan memenuhi standar dengan membuat
pola istirahat seperti itu. Durasi ia beristirahat juga sudah diatas standar yang
ditetapkan oleh Permenkes no 48 Tahun 2016.
Pola pekerja G dan H adalah pola yang paling berbeda diantara 8 pekerja
yang ada. Pekerja G dan H tidak merasakan kelelahan akibat pekerjaan mereka.
Ini disebabkan karna mereka sudah nyaman dengan postur,ruangan dan pola
pekerjaan yang mereka jalani. Walaupun mereka tidak merasakan kelelahan
sebaiknya mereka menerapkan salah satu pola yang ditetapkan Permenkes no 48
Rangga Mahardika-1407112758

70

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Tahun 2016 agar dapat terhindar dari dampak buruk yang sewaktu waktu dapat
menyerang.
4.6.5

Koridor
Pada poin ini akan dilihat apakah ruangan kerja memiliki koridor atau

space untuk evakuasi bila ada hal darurat tiba tiba. Pada Permenkes no 48 Tahun
2016 Koridor harus berada di antara seberang meja ataupun di antara sebelah
meja. Koridor yang berada di antara seberang meja haruslah sepanjang 80 cm
sedangkan di antara sebelah meja sepanjang 120 cm. Data yang didapat sebagai
berikut :
4.6.5.1 Koridor di antara Seberang Meja
Pada poin ini akan ditinjau apakah diantara seberang meja kerja para
pekerja ada ruang yang cukup untuk jalur evakuasi pekerja jika ada terjadi suatu
hal darurat. Lebar koridor sesuai standar Permenkes no 48 Tahun 2016 minimal
adalah 80 cm. Data yang didapat sebagai berikut :

Jarak Koridor 80 cm
Keterangan
Yes
No
NA
Mansur Purba(A) v
hasil pengukuran 300 cm
Hamran S.H(B)
v
hasil pengukuran 300 cm
Azhar Jefri(C)
v
hasil pengukuran 300 cm
Endang Setra(D)
v
hasil pengukuran 300 cm
Yosri Rahman(E) v
hasil pengukuran 300 cm
Zulherman(F)
v
Tidak ada meja lain
Tabel 4.29 Pengukuran Ergonomis Koridor Main Control Room.

No Nama
1
2
3
4
5
6

No
1
2

Jarak Koridor 80 cm
Keterangan
Yes
No
NA
Taufik Saleh (G)
v
Tidak ada meja lain
Sapriadi (H)
v
Tidak ada meja lain
Tabel 4.30 Pengukuran Ergonomis Koridor Pekerja Utilities.
Nama

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa Ruangan Kerja Pekerja
A,B,C,D dan E memiliki koridor yang sudah sangat memenuhi standar yang
berlaku berdasarkan

Permenkes no 48 Tahun 2016. Standar yang dimiliki

Rangga Mahardika-1407112758

71

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Permenkes no 48 Tahun 2016 adalah 80 cm sedangkan pada ruangan kerja
A,B,C,D dan E adalah 300 cm. dari pengukuran tersebut kita dapat mengehtahui
bahwa koridor di Ruangan kerja pekerja A,B,C,D dan E sudah diatas standar
Permenkes no 48 Tahun 2016.
Pekerja F,G dan H tidak memiliki koridor diantara seberang meja karena
alasan yang berbeda. Seperti yang telah dibahas di poin Ruang Kerja,Pekerja F
memiliki ruangan kerja tersendiri. Dalam ruangan ini tidak ada meja yang dapat
dibandingkan jaraknya untuk membentuk sebuah koridor. Di Permenkes no 48
Tahun 2016, koridor yang dimaksud adalah ruang antar meja sedangkan di
ruangan pekerja F tidak dapat meja yang dapat dijadikan pemabanding. Ruangan
kerja pekerja F memiliki Koridor tersendiri.
Untuk Pekerja G dan H,mempunyai alas an yang hamper sama dengan
pekerja F. Seperti yang telah dibahas di poin Ruang Kerja,Pekerja G dan H
memiliki ruangan kerja berbeda. Dalam ruangan ini terdapat satu deretan meja
panjang yang terdiri dari beberapa layar sehingga tidak ada meja yang dapat
dibandingkan jaraknya untuk membentuk sebuah koridor. Di Permenkes no 48
Tahun 2016, koridor yang dimaksud adalah ruang antar meja sedangkan di
ruangan pekerja G dan H tidak dapat meja yang dapat dijadikan pemabanding.
Ruangan kerja pekerja G dan H memiliki Koridor tersendiri
4.6.5.2 Koridor di antara Sebelah Meja
Poin ini tidak dapat diukur karena posisi Meja di Ruangan Main Control
Room dan Utilities tidak ada yang bersebelahan.
4.6.6

Aspek Keshatan Lingkungan Kerja

Pada poin ini akan ditinjau dan dilakukan beberpa pengukuran terkait Lingkungan
kerja. Beberapa aspek yang akan diukur yaitu Kebisingan, Intensitas Cahaya,
Temperatur,kelembaban,konsentrasi debu dan konsentrasi CO. Berikut Hasil yang
didapat.
4.6.6.1 Kebisingan
Pada poin ini akan diukur apakah tingkat kebisingan di ruangan kerja para
pekerja sudah standar atau belum. Berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016

Rangga Mahardika-1407112758

72

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

range nilai kebisingan di ruangan kerja adalah 55-65. Data yang didapat sebagai
berikut :
Nilai Kebisingan
No
1
2
3
4
5
6

Nama
Mansur Purba(A)
Hamran S.H(B)
Azhar Jefri(C)
Endang Setra(D)
Yosri Rahman(E)
Zulherman(F)

55-65 dBA
Yes
No NA
v
v
v
v
v
v

Keterangan
hasil pengukuran 60,3 dBA
hasil pengukuran 60,3 dBA
hasil pengukuran 60,3 dBA
hasil pengukuran 60,3 dBA
hasil pengukuran 60,3 dBA
hasil pengukuran 52 dBA

Tabel 4.31 Pengukuran Ergonomis Kebisingan Pekerja Main Control Room.
Nilai Kebisingan
No
1
2

Nama

Keterangan
55-65 dBA
Yes
No
NA
v
Taufik Saleh (G)
hasil pengukuran 58 dBA
Sapriadi (H)
v
hasil pengukuran 58 dBA
Tabel 4.32 Pengukuran Ergonomis Kebisingan Pekerja Utilities
Berdasarkan data yang telah didapat,diketahui bahwa nilai ambang

kebisingan di seluruh Control Room

masih termasuk aman karena nilai

kebisingan yang telah diukur di seluruh Control Room mempunyai nilai yang
termasuk dalam range aman menurut Permenkes no 48 Tahun 2016 sehingga tidak
ada keluhan dari seluruh pekerja yang telah diukur. Sumber kebisingan pada
ruangan tersebut hanya berasal dari suara percakapan antar pekerja. Ruangan ini
tiddak memiliki mesin atau alat yang menghasilkan kebisingan yang mengganggu.
4.6.6.2 Intensitas Cahaya
Pada Poin ini akan diukur intensitas ccahaya suatu kantor apakah sudah
cukup atau belum. Menurut Permenkes no 48 Tahun 2016 intensitas cahaya
ruangan kerja haruslah berkisar 300-500 Lux. Berikut data yang didapat :
Intensitas Cahaya
No

Nama

300-500 Lux
Yes
No NA
1 Mansur Purba(A)
v
2 Hamran S.H(B)
v
3 Azhar Jefri(C)
v
Rangga
4 Mahardika-1407112758
Endang Setra(D)
v
5 Yosri Rahman(E)
v
6 Zulherman(F)
v

Keterangan
hasil pengukuran 181 Lux
hasil pengukuran 180 Lux
hasil pengukuran 183 Lux
hasil pengukuran 219 Lux 73
hasil pengukuran 192 Lux
hasil pengukuran 412 Lux

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Tabel 4.33 Pengukuran Ergonomis Intensitas cahaya Pekerja Main Control
Room.
Nilai Kebisingan
No

Nama

Keterangan
55-65 dBA
Yes
No
NA
v
1
Taufik Saleh (G)
hasil pengukuran 304 Lux
2
Sapriadi (H)
v
hasil pengukuran 304 Lux
Tabel 4.34 Pengukuran Ergonomis Intensitas Cahaya Pekerja Utilities
Berdasarkan data tersebut diketahui bahawa Ruangan kerja pekerja
A,B,C,D dan E mempunyai Intensitas cahaya dibawah standarPermenkes no 48
Tahun 2016. Menurut Permenkes no 48 Tahun 2016, intensitas cahaya ruangan
kerja memiiki rentang nilai 300-500 Lux. Pada Pekerja A instensitas cahayanya
adalah 181 Lux. Pekerja B memiliki nilai intensitas cahaya hanya sebesar 180
Lux. Pekerja C memiliki nilai intensitas cahaya hanya sebesar 183 Lux. Pekerja
D memiliki nilai intensitas cahaya hanya sebesar 219 Lux. Pada Poin Ruang kerja
telah dibahas bahwa pekerja A,B,C,D dan E bekerja dalam satu ruangan yang
berisi beberapa dertan meja. Walaupun mereka bekerja dalam satu ruangan,tetapi
Intensitas ruang kerja yang mereke miliki berbeda beda karena posisi mereka dari
sumber cahaya berebeda beda. Faktor yang menyebabkan ruang tersebut
mempunyai intensitas cahaya yang kecil karena lampu pada ruangan tersebut
dipasang sebuah filter atau benda semacam penutup yang terbuat dari semacam
kaca atau fiber yang transparan dengan warna yang agak keru dikarenakan noda
yang menempel pada benda tersebut. Terlihat juga bahwa daya lampu sudah
menurun. Selain itu ruangan pekerja sangat tertutup dan tidak mendapat sinar
matahari dari luar. Walaupun begitu, para pekerja tidak mempunyai keluhan
terhadap keadaan ruangan tersebut.
Pekerja E memiliki nilai intensitas cahaya hanya sebesar 192 Lux. Untuk
ruang pekerja F,G dan H sudah memasuki rentang nilai standar intensitas cahaya
berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Ruangan kerja pekerja F memiliki
intensitas cahaya sebesar 412 Lux. Pekerja G dan H memiliki intesitas cahaya
yang sama yaitu 304 Lux. Pekerja F,G dan H tidak memiliki keluhan mengenai
intensitas cahaya yang mereka miliki. Ruang kerja F memiliki lampu dengan daya
yang masih kuat sehingga ruang kerja pekerja F memiliki intensitas cahya yang
Rangga Mahardika-1407112758

74

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

cukup. Pada pekerja F dan G memiliki keadaan yang hampir sama dengan ruang
Pekerja A,B,C,D dan E tetapi Ruangan kerja pekerja G dan H memiliki satu pintu
besar yang langsung menghadap keluar sehingga ada cahaya dari luar yang masuk
selain dai lampu. Lampu pada ruangan kerja G dan H juga masih mempunyai
daya yang baik.
4.6.6.3 Temperatur
Pada poin ini akan ditinjau apakah Temperatur ruangan sudah memenuhi
standar atau belum. Menurut permenkes no 48 Tahun 2016 standar temperatur
ruangan kerja adalah 23-26o C. Menurut Permenkes Temperatur untuk ruangan
yang berisi banyak mesin atau alat yang harus tetap dingin adalah minimal 18 oC.
berikut data yang didapat.
Temperatur Ruangan
No
1
2
3
4
5
6

Nama
Mansur Purba(A)
Hamran S.H(B)
Azhar Jefri(C)
Endang Setra(D)
Yosri Rahman(E)
Zulherman(F)

Kerja 23-26oC
Yes
No
NA
v
v
v
v
v
v

Keterangan
hasil pengukuran 22,9o C
hasil pengukuran 22,9o C
hasil pengukuran 22,9o C
hasil pengukuran 22,9o C
hasil pengukuran 22,9o C
hasil pengukuran 24,4o C

Tabel 4.35 Pengukuran Ergonomis Temperatur Ruangan Pekerja Main Control
Room.

Suhu Ruangan Kerja
No Nama

Keterangan
23-26oC
Yes
No
NA
1
Taufik Saleh (G)
v
hasil pengukuran 21o C
2
Sapriadi (H)
v
hasil pengukuran 21o C
Tabel 4.36 Pengukuran Ergonomis Temperatur Ruangan Pekerja Utilities.
Berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui bahwa temperature yang
memenuhi standar hanya temperature pekerja F. Rentang menurut permenkes
adalah 23-26o C. Temperatur ruangan pekerja F adalah 24,4o C. Pada pekerja
A,B,C,D,E suhu ruangan mereka adalah 21,9o C. Suhu ruangan mereka termasuk
Rangga Mahardika-1407112758

75

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

dingin. Suhu ruangan mereka di set seperti itu karena dalam ruangan mereka
terdapat banyakkomputer sehingga suhu ruangan harus dihaga agar tidak terjadi
Overheating pada komputer tesebut. Para pekerja mempunyai keluhan terhadap
suhu ruagan tersebut. Suhu yang ada pada ruangan Pekerja A,B,C,D, dan E terlalu
dingin untuk pekerja. Beberapa Pekerja terlihat memakai jaket untuk
menghangatkan suhu badan mereka akibat suhu yang dingin. Hal yang sama juga
terjadi pada pekerja G dan H. Suhu Kantor mereka juga dibawah standar yang
telah ditetapkan Permenkes no 48 Tahun 2016 tetapi tidak ada keluhan dari
pekerja G dan H. Suhu yang terlalu dingin untuk tubuh tidak baik,apalagi suhu ini
berasal dari AC. Jika sering terpapar suhu dingin yang lama dari AC dapat
menyebabkan Kelimpuhan syaraf wajah. Sebaiknya pekerja yang terpapar suhu
dingin terlalu lama diberi tools atau pakaian tertentu dalam masa kerja mereka
untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

4.6.6.4 Kelembaban
Pada poin ini akan dibahas apakah rungan pekerja sudah memilliki
kelembaban yang tepat atau belum. Menurut Permenkes no 48 Tahun 2016 standar
kelembaban adalah sekitar 60%. Berikut data yang didapat.
Kelembaban Ruangan
No

Nama
Yes

1
2
3
4
5
6

Mansur Purba(A)
Hamran S.H(B)
Azhar Jefri(C)
Endang Setra(D)
Yosri Rahman(E)
Zulherman(F)

60%
No

Keterangan
NA

v
v
v
v
v
v

hasil pengukuran 61,9%
hasil pengukuran 61,9%
hasil pengukuran 61,9%
hasil pengukuran 61,9%
hasil pengukuran 61,9%
hasil pengukuran 69,7%

Tabel 4.37 Pengukuran Ergonomis Kelembaban Ruangan Pekerja Main Control
Room.
Kelembaban Ruangan
No

Nama

Rangga Mahardika-1407112758

60%

Keterangan
76

Laporan Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai

Tabel 4.38 Pengukuran Ergonomis Kelembaban Ruangan Pekerja Utilities.
Berdasrkan data tersebut diketahui bahwa kelembaban ruangan yang
dimiliki seluruh pekerja Control Room sudah memenuhi standar Permenkes no 48
Tahun 2016 yang memiliki standar 60%. Pekerja A,B,C,D dan E memiliki tingkat
kelembaban yang sama yaitu 61,9%. Pekerja F memiliki ruangan kerja dengan
kelembaban sebesar 69,7%. Pekerja G dan H memiliki ruangan kerja dengan
kelembaban sebesar 64%. Tidak ada keluhan pekerja mengenai kelembaban.

4.6.6.5 Debu dan CO
Parameter ini dianggap tidak ada karena di alat pengukuran data
konsentrasi CO dan Debu hanya berkisar 0.003 mg/m3 untuk debu dan 0,001 ppm
untuk CO.

Rangga Mahardika-1407112758

77