Militer dan Budaya Politik (1)

Militer dan Budaya Politik
Indonesia

Drs. Indriyanto, S. H, M. Hum.

Pengantar









Tentara tidak bersifat demokratis.
RI salah satu dari negara yang memperoleh
kemerdekaan melalui perjuangan bersenjata.
Sejarah perang kemerdekaan melahirkan dua
kelompok yang berbeda, kelompok yang berjuang
melalui jalur diplomasi, dan jalur senjata (tentara).

Kelompok militer ingin ikut dalam kehidupan politik
ketika melihat kelompok sipil gagal dalam mengelola
negara.
1960-an muncul pemikiran tentang konsep perang
semesta. Ini yang kemudian melahirkan dwi fungsi
ABRI yang mengarah pada militerisme.

Budaya Politik Masyarakat
Indonesia
 Dipengaruhi oleh hubungan “bapak-anak
buah” atau “bapakisme”.
 Patron klien.
 Bapakisme akan melahirkan perasaan
hutang budi pada “anak”, yang kemudian
menimbulkan sikap hormat, sehingga si
anak tidak mau menentang bapak
sekalipun si bapak berbuat tidak benar.

Faktor Penyebab Militer
Berpolitik








Merosotnya kredibilitas pemerintah
dalam menjalankan fungsi
pemerintahannya.
Adanya konflik di antara para pemimpin
politik sipil yang berujung pada tidak
efektifnya pemerintahan.
Tidak adanya ancaman musuh dari luar.
Munculnya masalah keamanan
domestik.

Pola-pola Ideologi
Militer







Perasaan nasionalisme.
Strong puritarianisme (perasaan
kuat, segala sesuatu harus bersih).
Penggunaan collective enterprise
sebagai jalan untuk mencapai
perubahan sosial politik.
Sikap anti politik (politisi sipil).

Ciri-ciri tentara (organisasi)
modern
Centralized command yang tak
terputus antara eselon bawah-atas.
► Disiplin.
► Intercommunication dan perlengkap
yang sempurna dengan self

isolation dan self sufficiency.
 Terbentuknya TNI tidak mempunyai
ciri-ciri modern.


Ideologi Militer Indonesia






Militer menganggap lamban golongan tua
untuk memerdekakan Indonesia.
Perbedaan pandangan dan strategi politik
disebabkan karena golongan militer terlalu
semangat dalam perjuangan.
Radikal (seideologi dengan Tan Malaka,
eks komunis yang nasionalis radikal yang
mendirikan Persatuan Perjuangan).


Militer dan Demokrasi di
Indonesia
 Kedudukan

militer-sipil di Indonesia tidak
memiliki pemisahan peran yang jelas.
 Ketidak stabilan politik dalam negeri
memberi kesempatan militer untuk terlibat.
 Penerapan dwi fungsi ABRI menimbulkan
pemerintahan yang militeristik, totaliter
dan sentralistik.
 Demokrasi mensyaratkan kebebasan,
persamaan hak, dan kedaulatan rakyat.

Militer dalam negara
Demokrasi
Demokrasi:
Berasal dari filsuf Yunani.
Pemakaian konsep ini di dunia modern dimulai

dari pergolakan revolusioner masyarakat
barat akhir abad 18.
Prosedur utama demokrasi adalah pemilihan
para pemimpin secara kompetitif oleh rakyat.

Sifat militer:
Sentralistis, loyal pada pimpinan, tidak
demokratis.

Hubungan Sipil Militer




Claude Welch dan Arthur Smith  “Tidak
pernah ada militer yang secara total
melepaskan dirinya dari politik. Tidak pernah
ada pula militer yang tidak melibatkan dirinya
dalam politik.”
Max Weber  “(Suatu) negara adalah suatu

komunitas manusia yang (berhasil)
mengklaim monopoli atas penggunaan
kekerasan fisik yang sah dalam suatu
wilayah tertentu.”

Idealisasi Hubungan SipilMiliter






Pemerintahan yang berdasarkan pemisahan
kekuasaan dan checks and balance.
Netralitas birokrasi baik sipil maupun militer.
Masyarakat sipil yang mandiri dan otonom.
Partai politik dan sistem kepartaian yang kuat.
Otonomi daerah yang luas.

Tugas Angkatan Bersenjata

► Mendukung

dan mengamankan
berbagai kepentingan nasional.
► Melindungi dan mempertahankan
integritas wilayah nasional dari
ancaman tindakan agresi pihak lawan.
► Mencegah atau mengurangi dampak
kerusakan wilayah sebagai akibat dari
tindakan musuh.
► Memenuhi kewajiban-kewajiban
internasional

TNI dan Dwi Fungsi
Pada awal pembentukan TNI menerima
kedudukan sebagai alat pertahanan
semata. Dikuatkan oleh Jenderal
Soedirman.
 Adanya intervensi politisi sipil terhadap
TNI.

 TNI resmi terlibat dalam politik ketika
Presiden Soekarno membentuk Dewan
Nasional pada bulan Mei 1957.


Peran TNI, Polisi dan Parpol
 TNI adalah alat negara yang berfungsi di bidang pertahanan

khususnya dalam menghadapi musuh dari luar negeri,
sedangkan polisi menjaga keamanan dalam negeri.
Memperkuat kemampuan polisi di bidang keamanan dan
ketertiban diperlukan dalam rangka mengurangi intervensi
tentara.
 Partai politik tidak boleh memanfaatkan militer dan polisi
sebagai alat untuk memperebutkan kekuasaan.

Paradigma Baru TNI







Meyerahkan permasalahan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara kepada institusi fungsional yang
telah disepakati secara nasional.
Memberikan sumbangan pemikiran, tidak
perlu lagi harus mendudukkan personilnya
dalam jabatan sipil.
Melakukan role sharing (kebersamaan
dalam pengambilan keputusan penting
kenegaraan dan pemerintahan) dengan
komponen bangsa lainnya.

Peran TNI Masa
Depan

• Mempertahankan kedaulatan dan integritas






negara dari ancaman dari luar dan dalam
negeri.
Memberi sumbangan Darma Bakti dalam
pembangunan bangsa.
Turut serta secara aktif mengembangkan
demokrasi dan mengantar masyarakat
Indonesia menuju masyarakat madani sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945.
Turut serta aktif meningkatkan kesejahteraan
rakyat dalam arti seluas-luasnya.
Turut serta secara aktif dalam tugas-tugas
pemeliharaan dalam rangka upaya
mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.