Perilaku Gizi Primigravida Muda di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan

kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang karena tumbuh kembang
anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan. Berat
badan lahir yang normal menjadi titik awal yang baik bagi proses tumbuh kembang
setelah lahir serta menjadi petunjuk bagi kualitas hidup selanjutnya. Kehamilan
merupakan kelompok rentan terhadap masalah gizi oleh karena ibu hamil
memerlukan unsur gizi yang lebih banyak dari pada ibu yang tidak hamil. Keadaan
gizi ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung, bila status
gizi ibu baik kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat. Perbaikan gizi
sangat penting untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil menurunkan angka kematian
bayi dan balita serta meningkatkan kemampuan tumbuh kembang fisik. Oleh karena
itu, keadaan gizi mempunyai peranan yang sangat penting didalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia.
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil adalah salah satu masalah di
negara berkembang, sekitar 25%-50% kematian wanita disebabkan oleh hal yang

berkaitan dengan kehamilan. Hal ini merupakan salah satu penyebab masih tingginya
angka kematian ibu di Indonesia yaitu mencapai 228 kasus per 100.000 kelahiran
hidup, masih sangat jauh dengan target yang ingin dicapai oleh pembangunan
millennium yaitu menurunkan 75% kematian ibu dalam kurun waktu 1990-2015 dan
tercapainya akses secara universal. Untuk Indonesia goal yang ditetapkan adalah

1
Universitas Sumatera Utara

2

menurunkan AKI dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 102
kasus per 100.000 kelahiran hidup (Riskesdas 2010).
Salah satu yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu yaitu 4T atau
sering juga disebut empat terlalu yaitu terlalu muda (35 tahun). Berdasarkan data WHO tahun 2008
sekitar 16 juta perempuan berusia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya atau bisa
dikatakan sekitar 11% dari semua kelahiran diseluruh dunia. Praktek pernikahan usia
dini paling banyak terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Di Afrika diperkirakan 42%
dari populasi anak menikah sebelum mereka berusia 18 tahun sedangkan di Asia
Tenggara didapatkan data bahwa sekitar 10 juta anak usia di bawah 18 tahun telah

menikah. Sebesar 95% dari kelahiran di usia remaja tersebut terjadi di negara-negara
berkembang (Saroso. S, 2009).
Hasil penelitian UNICEF di Indonesia tahun 2002, menemukan angka
kejadian pernikahan anak berusia 15 tahun berkisar 11%, sedangkan yang menikah
disaat usia tepat 18 tahun sekitar 35%. Hasil Riskesdas tahun 2010 terdapat sebesar
46,4% menikah diusia muda yang akan menunjang terjadinya kehamilan di usia
muda. BKKBN Provinsi Sumatera Utara menyebutkan jumlah kehamilan pada
perempuan dibawah usia 20 tahun di tahun 2011 sebesar 20-30% dari jumlah usia
remaja, terdapat di daerah pedesaan dan daerah pinggiran kota.
Depkes tahun 2008 menyatakan ibu usia produktif akan lebih memungkinkan
berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya memelihara kehamilannya
sedangkan ibu hamil dengan usia yang masih sangat muda memiiliki kepribadian

Universitas Sumatera Utara

3

immature (kurang matang), introvert (tidak mau berbagi dengan orang lain), perasaan
dan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi kehamilan.
Primigravida muda merupakan salah satu resiko tinggi didalam kehamilan

karena merupakan kehamilan untuk pertama kalinya dan terjadi diusia muda yaitu
usia kurang dari 20 tahun. Kehamilan pada usia ini termasuk ke dalam salah satu
kategori dari 4T yaitu terlalu muda. Pada kehamilan ini selain organ reproduksi yang
belum siap seutuhnya untuk hamil dan melahirkan, primigravida muda juga menjadi
resiko didalam kehamilan karena merupakan kehamilan untuk pertama kalinya dan
proses peralihan menjadi seorang calon ibu pada usia remaja, dalam hal ini
primigravida belum ada pengalaman sama sekali dalam perawatan kehamilan tersebut
termasuk didalam pemenuhan asupan gizi. Dimana primigravida muda membutuhkan
asupan gizi yang lebih tinggi dari ibu hamil pada umumnya karena selain
membutuhkan asupan gizi untuk kehamilannya ibu primigravida muda juga
membutuhkan asupan gizi yang lebih untuk pertumbuhan tubuhnya sendiri.
Pengetahuan gizi ibu hamil dapat dipengaruhi oleh karakterisitik ibu dan salah
satu faktor yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan gizi yang diperoleh adalah faktor pendidikan. Ibu yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi gizi. Tingkat
pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menyerap informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup, khususnya dalam hal
kesehatan dan gizi. Usia ibu yang relatif masih muda, cenderung memiliki sedikit
sekali pengetahuan tentang gizi dan pengalaman (Hurlock.1998). Gunawan dalam
penelitianya menyebutkan terjadi kehamilan pada usia remaja sebesar 54,8%, sebesar


Universitas Sumatera Utara

4

82% dari mereka berpendidikan sekolah dasar, dan 70,6% berstatus ekonomi kurang.
Prianita dalam penelitianya tentang faktor usia terhadap keluaran kehamilan di
Rumah Sakit kariadi semarang tahun 2010 dengan 240 sampel menyebutkan sebesar
33,35% bayi berat badan lahir rendah yang dilahirkan oleh primigravida muda. Ibu
yang berusia kurang 20 tahun lebih sering mengalami komplikasi dalam kehamilan
maupun didalam persalinan pertamanya seperti terjadinya pre eklamsia, perdarahan,
anemia, melahirkan BBLR, bayi prematur dan kurang energi kronis (KEK) yang
menggambarkan kekurangan pangan dalam jumlah maupun kualitasnya (Manuaba,
1998).
Salah satu hal penting selain dari faktor obstetri yang menyebabkan
banyaknya masalah dan komplikasi pada kehamilan usia muda yaitu masalah gizi.
Hal ini bisa disebabkan karena menikah pada usia muda berarti mereka meninggalkan
bangku sekolah, tingkat pendidikan yang rendah, dan pendapatan yang rendah
tentunya akan berpengaruh terhadap perawatan kehamilan termasuk asupan gizi
selama kehamilan. Kurangnya pengetahuan berperan didalam proses terjadinya

masalah gizi diberbagai masyarakat termasuk primigravida muda. Hal ini
menyebabkan adanya pandangannya yang salah terhadap suatu makanan, dan
akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dengan kecukupan zat
gizi. Jika seseorang mengonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhan gizinya maka akan
menyebabkan kekurangan gizi.
Pemerintahan Kota Binjai adalah salah satu Pemerintahan Kota yang terletak
dan terdekat dengan Kota Medan, masih bisa dikatakan pinggiran dari Kota Medan,
dimana kasus pernikahan diusia muda pada umumnya memang terdapat di daerah

Universitas Sumatera Utara

5

pedesaan atau pinggiran kota. Di Pemerintah Kota Binjai ditemukan kasus kehamilan
di usia muda dari tahun ke tahun, menurut laporan KIA per Desember tahun 2011
terdapat sebanyak 64 orang ibu primigravida muda yang pernah melakukan
kunjungan kehamilan dari 454 kunjungan kehamilan. Di tahun 2012 Januari sampai
dengan Oktober tercatat 66 primigravida yang sudah melakukan kunjungan hamil
dari 411 kunjungan kehamilan yang tercatat. Kasus primigravida muda yang di
wilayah kerja Puskesmas Binjai Timur juga tidak terlepas dari masalah kehamilan

seperti anemia dan mual muntah yang berlebihan. Selain itu, juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, kebanyakan dari mereka tinggal bersama keluarga dan
pola makan mereka masih dipengaruhi oleh kebiasaan bersama keluarga, seperti
minum kopi bersama di pagi hari.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di klinik bersalin penerima
Jampersal yang berada di wilayah kerja Puskesmas Binjai Timur menyatakan bahwa
ibu hamil yang dirawat karena hiperemisis gravidarum lebih sering ibu hamil dengan
usia muda, dan menurut catatan persalinan klinik tersebut di tahun 2011 terdapat
sebesar 15% dari persalinan ibu primigravida muda melahirkan bayi berat badan lahir
rendah.
Faktor kebiasaan setempat juga mempengaruhi didalam menjalani proses
kehamilannya yaitu memantangkan makanan tertentu yang dianggap membawa
akibat yang tidak baik bagi kesehatan ibu hamil, seperti memantangkan ikan karena
dianggap menyebabkan bau amis pada persalinan, dan mereka cenderung mengurangi
porsi makan selama kehamilan agar setelah bersalin mereka langsing kembali seperti
teman sebaya yang belum menikah dan melahirkan.

Universitas Sumatera Utara

6


Mengingat komplikasi yang ditimbulkan serta kasus yang masih ada setiap
tahun, juga faktor pendukung yang menyebabkan terjadinya komplikasi merupakan
salah satu hal yang tidak kalah penting adalah gizi dalam kehamilan. Maka peneliti
tertarik untuk melihat bagaimana Gambaran Perilaku Gizi Primigravida Muda di
Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2012.
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku gizi ibu hamil
sehubungan dengan kehamilan untuk pertama kalinya diusia muda di wilayah kerja
Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1


Tujuan Umum
Untuk mengetahui perilaku gizi primigravida muda di wilayah kerja

Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai Tahun 2012.
1.3.2. Tujuan khusus
1.

Untuk mengetahui jenis dan frekuensi konsumsi pangan ibu primigravida
muda di wilayah kerja Puskesmas Binjai Timur Kota Binjai.

2.

Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi dan protein ibu primigravida
muda di wilayah kerja Puskesmas Binjai Timur Kota Binjai.

Universitas Sumatera Utara

7

1.4


Manfaat Penelitian
Memberikan sumbangan pengetahuan bagi petugas Puskesmas Tanah Tinggi

Kecamatan Binjai Timur, khususnya kepada bidan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Tanah Tinggi dalam memberikan pelayanan kebidanan, khususnya
mengenai gizi primigravida muda.

Universitas Sumatera Utara