Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya) dalam Menjawab Tantangan Zaman | Aidulsyah | Jurnal Pemikiran Sosiologi 30014 68523 1 PB

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No.2, November 2013

Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN
di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya) dalam Menjawab Tantangan Zaman
Oleh
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi1

Abstrak
Perbincangan antara Islamization dan globalization masih menjadi topik yang hangat untuk didiskusikan
lebih jauh karena diantara keduanya terjadi pertentangan sistem peradaban yang saling bertolak
belakang. Namun, sesusai dengan perkembangan zaman telah muncul berbagai macam pendekatan yang
bervariasi dari kalangan umat muslim dalam menyikapi globalisasi itu sendiri. Tulisan ini mencoba
meneropong tentang berbagai variasi yang terjadi terhadap agenda globalisasi melalui aktivisme Rohis
di SMA Negeri di Eks Se-Karesidenan Surakarta dalam menjawab tantangan globalisasi itu sendiri. Hasil
temuan menunjukkan para aktivis Rohis di beberapa sekolah justru mendukung globalisasi selama itu
membawa kebaikan (ideology modernis), namun ada pula aktivis rohis yang menentang globalisasi yaitu
pada mereka yang menganut ideology revivalis, serta ada pula aktivis rohis yang menganut paham
transformatif yang bersifat humanis, tidak menentang globalisasi dan menerapkan ajaran islam sercara
kaffah.
Kata kunci: aktivisme Islam, pelajar, globalisasi


Abstract
The difference of Islamization and globalization is still an interesting topic to discuss due the opposing
civilization system. Unfirtunately, as the time goes by various approach has emerged from moslem
community toward the globalization itself. This rsearch tries to dissect the various approach toward the
globalization through activism (Moslem Student Activity) Rohis of senior high schools in Ex Surakarta
Residency in responding the globalization. The result shows that the Rohis activist in many schools
support the globalization as long as it brings goodness (modernist ideology). Unfortunately there are also
some who defy the globalization (revivalist ideology). But there are also some who embrace the
transformative understanding which is humanist; not defying the globalization and applying the
teachings of islam entirely.
Keywords: Islamic activism, student, globalization

A. Pendahuluan

pada saat itu sering di istilahkan sebagai the age of
globalization. Meskipun ramainya diskursus tentang

Pembicaraan tentangberbagai sisi terkait globalisasi

globalisasi berasal dari persoalan seputar ekonomi,


dengan semangat keagamaan nampaknya masih

namun dalam perkembangannya globalisasi juga

menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk dikaji

berkaitan dengan persoalan-persoalan lain seputar

lebih jauh. Isu globalisasi sendiri mulai marak

sosial, politik, agama, budaya, dan lain sebagainya.

dibicarakan sekitar dekade tahun 1990-an yang

Ketika berbicara globalisasi, pastilah yang terlintas
1

Fachri Aidulsyah, mahasiswa program sarjana Sosiologi FISIPOL UGM angkatan 2010. Nurrahmad Wibisono,
mahasiswa program sarjana Sosiologi FISIPOL UGM angkatan 2011. Yustia Atsanatrilova Adi adalah mahasiswi

Pascasarjana Sosiologi.

25

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

dalam pemikiran kita adalah borderless world yang

territorial demi tercapainya struktur masyarakat

berkaitan dengan proses inter-koneksi yang terjadi

global.

diantara berbagai macam masyarakat maupun

Berkaitan dengan pengaruh globalisasi budaya dan


negara yang menyangkut dimensi persemaian

agama,

berbagai macam hal yang mampu melewati batasbatas

internasional.

Istilah

intensitas pergulatan antara nilai-nilai budaya lokal
dan global. Sistem nilai budaya lokal yang selama

kontinuitas lingkungan yang terkonstruksi sebagai

ini digunakan sebagai acuan oleh masyarakat tidak

kesatuan utuh. Marshall McLuhan menyebut dunia


jarang mengalami perubahan karena pengaruh

yang diliputi kesadaran globalisasi dengan istilah
global

nilai-nilai budaya global, terutama dengan adanya

Jan Aart Scholte menyatakan;

kemajuan teknologi informasi mempercepat proses

setidaknya adal 5 garis besar yang selama ini
dijadikan

dalam mendefinisikan

diantaranya;

(1)


terjadinya

(2005) menyatakan bahwa;

globalisasi telah menimbulkan semakin tingginya

globalisasi

mengindikasikan bahwa dunia adalah sebuah

village.2

Ardhika

perubahan tersebut. Proses globalisasi telah pula

globalisasi,

merambah kehidupan agama yang serba sakral


proses

menjadi

internasionalisasi yang menghubungkan kegiatan

sekuler,

yang

dapat

menimbulkan

ketegangan bagi umat beragama. Nilai-nilai yang

antar negara melampaui batas-batas setiap negara

mapan selama ini telah mengalami perubahan yang


itu sendiri; (2) terjadinya proses liberalisasi yang

pada gilirannya menimbulkan keresahan psikologis

merujuk pada pembukaan keran ekonomi dunia

dan krisis identitas di kalangan masyarakat.3

lintas negara melalui mekanisme pasar bebas yang
Dengan

semakin terbuka dan tanpa batas; (3) terjadinya
proses universalisasi baik berupa

yang

globalisasi

telah


memanfaatkan jasa komunikasi, transformasi dan

diarahkan menuju budaya yang

informasi hasil

modernisasi teknologi tersebut.

Pertemuan dan gesekan ini akan menghasilkan

atau modernisasi, yaitu diberlakukannya seluruh

kompetisi liar yang berarti saling dipengaruhi dan

struktur modernitas Barat yang berkaitan dengan

mempengaruhi, saling bertabrakan nilai-nilai yang

semangat kapitalisme, industrialisme, rasionalisme,


berbeda yang akan menghasilkan kalah atau

positivisme, yang cenderung menggantikan tradisi

menang; atau saling kerjasama (electic) yang akan

lokal yang sudah ada lebih dulu; (5) terjadinya
geografi

dengan

nilai budaya dan agama di seluruh dunia yang

universal lintas negara; (4) terjadinya westernisasi

deteritorialisasi

lain,

mempertemukan dan mengalami gesekan nilai-


informasi,

komunikasi, maupun budaya masyarakat suatu
negara

kata

menghasilkan sintesa dan antitesa baru.4 Berbicara

suatu negara dengan

tentang globalisasi di dalam dinamika ke-Indonesia-

semangat menghapuskan logika jarak dan batas

an, tentunya kita tidak akan terlepas untuk

Subhilhar dan )ndra Kesuma Nasution.
. Dunia
)slam ditengah Globalisasi . Jurnal Wawasan, Volume ,
Nomor 3: 36.
3 Menyikapi Aroganis Umat Beragama di Era Globalisasi.
http://www.parisada.org. Diakses 31 Maret 2013.

4

2

A, Qodri Azizy. 2003. Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam Persiapan SDM dan Terciptanya
Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 20

26

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

membicarakan lebih jauh tentang bagaimana

penduduk Muslim yang cepat telah memunculkan

dinamika resistensi maupun asosiasi antara cara

pengangguran dalam jumlah besar,

pandang Islam terhadap konteks globalisasi itu

menimbulkan ketidakpuasan dikalangan kaum

sendiri. Konteks globalisasi yang terjadi di Indonesia

muda Muslim. Kedua, kebangkitan Islam (Islamic

tentunya menjadi permasalahan tersendiri di dalam

resurgence) telah memberikan keyakinan baru

penerimaannya bagi sebagian kaum muslim. Perihal

kepada kaum Muslim akan keistimewaan dan

ini tidak bisa dipungkiri, bahwa antara konsep

ketinggian nilai dan peradaban Islam, dibanding

globalisasi

nilai

yang

dibangun

oleh

konsep

dan

peradaban

sehingga

Barat. Ketiga, secara

westernization tentunya sangat bertolak belakang

bersamaan, Barat berusaha meng-globalkan nilai

dengan Islamization.

dan

menekankan

Timo

Kivimäki

(2008)

institusinya, untuk

menjaga

superioritas

bahwa; perbedaan yang sangat sulit

militer dan ekonominya, dan turut campur dalam

untuk dipertemukan dan cenderung antagonis

konflik di dunia Muslim. Hal ini telah memicu

antara westernization dengan Islamization telah

kemarahan diantara kaum Muslim. Keempat,

memberikan

negatif terhadap

runtuhnya komunisme telah menggeser musuh

subtansi pertumbuhan globalisasi itu sendiri.5

bersama diantara Islam dan Barat dan masing-

Malcom Walter menambahkan; globalisasi yang

masing merasa sebagai ancaman utama bagi yang

datang bersama dengan kapitalisme ini malah

lain. Kelima, meningkatnya interaksi antara Muslim

membawa kekuatan baru yang menghapus otoritas

dan Barat telah mendorong perasaan baru pada

agama, politik, militer dan sumber kekuatan

masing-masing pihak akan identitas mereka sendiri,

lainnya. Karena

gerakan

dan bahwa mereka berbeda dengan yang lain.

globalisasi ini telah membawa ideologi baru yang

Bahkan, papar Huntington, dalam kedua masyarakat

bertujuan agar semua menjadi terbuka dan bebas

- Islam dan Barat— sikap toleran terhadap yang lain

menerima ideologi dan nilai-nilai kebudayan Barat

telah merosot tajam pada dekade 1980-an dan

seperti seperti demokrasi, Hak Asasi Manusia,

1990-an.7

sorotan

yang

kenyataannya

feminisme/gender, liberalisme dan sekularisme.6

Dari akar permasalahan di atas, setidaknya dapat

Perseteruan antara westernization dan Islamization

disadari bahwa pandangan umat muslim terhadap

pada dasarnya sudah banyak dikaji oleh para

ide globalisasi terbagi dalam tiga kelompok,

sarjana

sosial, salah satunya adalah Samuel

diantaranya; (1) sebagian umat muslim merespon

Huntington yang mengungkapkan bahwa; yang

dengan sikap anti-modernisme dan pada akhirnya
anti-Barat ; (2) sebagian kaum

menyebabkan hangatnya perseteruan antara Islam
dan Barat dipicu karena; pertama, pertumbuhan

merespon

5

7

Terence Chong (ed). 2008. Globalization and Its Counter
in Southeast Asia. Singapore: Institute of Southeast Asian
Studies: 233
6 Fahmi Hamid Zarkasyi. 2007. Merespon Globalisasi
dengan
Pluralisme
Agama.
Artikel
online.
http://www.insistnet.com

muslim

yang

dengan anggapan pemisahan antara

Sebagaimana yang dibahas dalam Adian Husaini (2005).
Sumber: Adian Husaini, 2005. Wajah Peradaban Barat.
Jakarta: Gema Insani Press: 137.

27

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

lainnya. Kelompok ini menjadikan Barat sebagai

Barat terhadap )slam tersebut apakah oleh musuh-

kiblat dan role model dalam masa depan dan bahkan

Muslim) dengan demikian dikonseptualisasikan

bagi way of life mereka; (3) sebagian umat muslim

sebagai

yang bersikap secara kritis, namun tidak secara

konspirasi untuk menghancurkan, melemahkan, dan

otomatis anti modernisasi atau anti-Barat. Meskipun

akhirnya mendominasi negara-negara Muslim.9

agama dan politik atau masalah-masalah keduniaan

modernisasi

musuh asing atau wakil-wakil Barat di dunia

suatu

tahap

pertama

dalam sebuah

berasal dari Barat dan mempunyai

arti spesifik serta tidak bisa lepas dari Barat, namun
Islam dalam Pandangan Sosiologis

di mata kelompok ini, modernisasi dimodifikasi agar
tidak bertentangan dengan hal-hal yang dianggap

Berbicara tentang konteks Islamization, maka

prinsip oleh mereka. Di dalam kelompok yang ketiga

pembicaraan selanjutnya tidak hanya

ini, Barat tidak secara otomatis dianggap sebagai

pada

musuh dan dalam waktu bersamaan tidak pula

agama. Sebab Islam dimaknai sebagai Islam yang

menganggap Barat sebagai role model yang hebat

diturunkan sebagai din, sejatinya telah memiliki

dalam segalanya dan harus ditiru.8

konsep

Quintan Wiktorowicz (2012)

sebuah

sistem

manhaj al-hayat atau way of life, acuan dan
kerangka tata nilai kehidupan. Memahami Islam

menutupi kepentingan-kepentingan lain, kalangan

sebagai way of life harus terkait satu bagian dengan

Islamis seringkali mengungkapkan ketidakpuasan

bagian lainnya. Sebagai satu tata nilai, Islam tidaklah

dan tujuan-tujuan mereka dalam bahasa yang mirip
(untington

sebagai

Tuhanan.10 Dengan kata lain, Islam merupakan

dimensi krisis ini. Apakah klaim-klaim tersebut

peradaban

seminalnya

Islam hanya sebagai sebuah

peradaban yang berasal dari nilai-nilai keber-

mengungkapkan;

kalangan Islamis sendiri cenderung menekankan

dengan bahasa

pemaknaan

berhenti

hanya sebagai landasan etis dan moral saja, tetapi

99 ,

ajarannya sangat bersifat operasional dan aplikatif

dimana mobilisasi dilihat sebagai suatu tanggapan

dalam segala segi kehidupan manusia.11

terhadap niat busuk Barat untuk menghancurkan
budaya masyarakat masyarakat Muslim. Dampak

Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa konteks dan

langsung dari argumen infiltrasi budaya ini adalah

konsep keber-Islam-an bukan hanya mendorong

bahwa pengikisan nilai-nilai dan praktik-praktik

seseorang untuk aktif dalam melakukan ritualisasi

Islam

menyebabkan

agama yang bahwasanya Islam bukan hanya

munculnya berbagai persoalan yang lebih besar di

dimaknai bersifat sholat dan puasa saja. Melainkan

berbagai wilayah kehidupan sosial, termasuk

ada dorongan untuk membangun peradaban yang

ekonomi, politik dan pertahanan militer. Serangan

berlandaskan pada prinsip-prinsip ke-Tuhan-an itu

dapat

dipastikan

akan

10

8

A, Qodri Azizy, 2003. Opcit:28
Quintan Wiktorowicz (editor).2012. Aktivisme Islam:
Pendekatan Teori Gerakan Sosial. Jakarta: Yayasan Abad
Demokrasi: 52
9

28

Fahmi Hamid Zarkasyi. 2010. Peradaban Islam: Makna
dan Strategi Pembangunannya.Ponorogo: Center for
Islamic and Occidental Studies
11 Khusnul Khotimah.
9. )slam dan Globalisasi:
Sebuah Pandangan tentang Universalitas )slam . Jurnal
Dakwah dan Komunikasi Vol.3 No.1 , STAIN Purwokerto

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

sendiri. Dalam hal ini aktualisasi iman dan keber-

menentukan sederetan perintah dan larangan, ia

Tuhan-an dalam

dapat

mengajak manusia pada sebuah tujuan tertentu

dimaknai sebagai keimanan terhadap Tuhan dan

serta menunjukkan jalan yang dapat mengantarkan

aktualisasinya dalam tindakan merupakan hasil

sampai tujuan tersebut. Ideologi akan menentukan

dari

mengenai kita seharusnya

pandangan

internalisasi

individu

sosiologis

yaitu

pengenalan,

bagaimana,

kita

pemahaman, dan kesadaran pada diri seseorang

harus hidup bagaimana, kita harus membina yang

terhadap nilai-nilai agama.12 Tidak dipungkiri

bagaimana, kita harus membina diri berdasarkan

bahwa proses pembentukan

pola yang bagaimana, bagaimanakah kita membina

pemahaman agama

dan membangun masyarakat kita ini.

yang ada pada diri setiap individu tidak hanya
berasal pada kesadaran individu itu sendiri,
melainkan juga berasal dari

struktur

Disinilah

dan

proses

terpenting

yang

politik lain. Dengan demikian, menurut pemahaman

berpikir

tersebut ada 3 hal penting: (1) aktor yang terlibat;

individu itu dihasilkan dari interaksinya dengan

(2) aktivisme; (3) ideologi. Aktor yang terlibat dalam

dunia sosial serta struktur yang ada disekitarnya.

Islam

Proses sosial itu akan membentuk diri dan identitas
individu sebagai seorang

unsur

membedakan Islam politik dengan gejala sosial-

lingkungan sosial masyarakat yang melingkupinya.
G.H.Mead menjelaskan bahwa

letaknya,

politik adalah sekelompok orang yang

beragama Islam (muslim). Identitas keagamaan-

subjek.13

sebagai sumber makna yang dibangun individu-

Serupa dengan pandangan Cooley bahwa diri (self)

individu dalam proses interaksi sosial, lebih dari

tidak bersifat objektif. Diri (self) yang terbentuk

Islam itu

hanya kreasi dari pikiran-pikiran. Pikiran terbentuk

keterlibatan individu-individu

karena adanya interaksi sosial. Artinya reaksi-

dalam Islam politik. Sebagian mereka diyakini justru

reaksi orang lain akan menjadi acuan atau bahan

bergerak demi peneguhan identitas (keagamaan).14

sendiri,

mengikat

aktivitas

dan

yang berkhidmat

untuk self itu dalam bertindak. Tindakan yang
dimaksud dalam konteks ini

adalah

proses
Pemuda dan Aktivisme Keislaman dalam Dunia

pemaknaan individu terhadap agamanya. Wajarlah,
jikalau

Gilles

Kepel

Pendidikan

mengkonseptualisasikan

bahwasanya Islam bukan hanya dimaknai sebagai
gejala

keagamaan,

fenomena

tetapi

sosial-politik

lebih merupakan
yang

Perdebatan antara westernization dan Islamization

melibatkan

menjadi semakin menarik untuk ditelaah lebih jauh

sekelompok individu Muslim yang aktif melakukan

ditinjau dari konteks aktivisme kepemudaan Islam

gerakan didasari ideologi tertentu yang mereka

di dalam arus globalisasi. Di lingkungan Sekolah

yakini. Lebih jauh Mutahhari menjelaskan ideologi

Menengah Atas (SMA) misalnya, secara legal formal

12 Syamsu Yusuf. 2005. Psikologi Belajar Agama. Bandung:

14

Noorhaidi Hasan. 2012. Islam Politik di Dunia Kontemporer; Konsep, Genealogi, dan Teori. Yogyakarta: SukaPress UIN Sunan Kalijaga: 3

Pustaka Bani Quraisy
13 George Ritzer. 2007. Teori Sosiologi dari Klasik Sampai
Pos-modern. Yogyakarta : Kreasi Wacana

29

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

sudah sejak lama unit kegiatan pelajar yang berbasis

confusion. Tuntutan menjadi seseorang yang dewasa

keagamaan sudah lama ada, terutama disekolah-

dengan dukungan kemampuan yang dimilikinya

sekolah negeri atau pun umum. Di dalam unit

membuat individu pada fase ini mencoba mulai

kegiatan pelajar yang berbasis keagamaan itu, ada

membentuk jati diri serta identitas sosialnya.

yang kita kenal sebagai unit kerohanian Islam

Namun, dikarenakan kondisi psikis yang belum

(Rohis). Alasan utama mengapa sekolah umum

matang, maka proses pembentukan identitas diri ini

membentuk unit kerohanian Islam adalah; sebagai

oleh remaja sering sekali dimaknai secara ekstrim

sebuah alternatif untuk pengembangan agama

dan berlebihan, sehingga tidak jarang malah

diluar pelajaran agama yang sangat minimdi

menimbulkan implikasi negatif bagi lingkungannya.

sekolah. Karena biasanya, sekolah umum hanya

Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di

memberikan porsi mata pelajaran agama berkisar 2-

satu pihak, sering dimbangi semangat kolektif yang

3 jam dalam sepekan. Oleh karena itu, makadengan

begitu tinggi terhadap kelompok yang dimilikinya.

adanya Rohis, diharapkan mampu menjadi wadah

Purwadi (2004) mengukuhkan; remaja merupakan

untuk

dan

salah satu cerminan individu yang aktif dan kreatif

mengembangkan diri berdasarkan konsep, serta

namun juga rentan terhadap berbagai macam nilai-

nilai-nilai ke-Islaman di luar kegiatan akademik

nilai keagamaan yang bisa saja mengandung unsur

sekolah. Di tinjau dari perspektif agama, dapat

radikalisme. Masa remaja merupakan masa dimana

dipahami bahwa metode pembelajaran siswa bukan

suatu individu mengalami banyak perubahan

hanya menciptakan siswa pintar secara akademik,

sebagai efek transisi dari anak-anak ke dewasa. Pada

melainkan juga memiliki kapasitas di bidang

masa ini individu mengalami tahap perkembangan

keagamaan. Dalam perkembangannya, organisasi ini

yang unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

juga

tantangan dan harapan.

menambah

sebagai

motivasi

dan

pengentahuan

wadah

untuk

agama,

mengembangkan

pembenahan

diri

untuk

Kondisi psikis remaja yang tidak stabil, mudah

mengembangkan akhlaq yang mulia sesuai dengan

goyah dan kritis akan menjadikan remaja menjadi

anjuran Islam.

individu yang rentan. Kerentanan ini bisa membuat

Pembicaraan mengenai Rohis di SMA menjadi

remaja

semakin menarik, karena pada dasarnya pelajar

memaknai agama. Beberapa institusi yang berperan

SMA berada di dalam usia yang masuk dalam

dalam memberikan pengaruh pemahaman agama

kategori remaja. Maria J Erikson (1993, dalam

terhadap remaja adalah institusi keluarga, institusi

Purwadi, 2004)15 mengungkapkan masa remaja

pendidikan,

(adolescence)

adanya

pergerakan agama. Institusi keluarga sebagai

kecenderungan kebingungan identitas – identity

institusi dasar pembentukan kepribadian individu

ditandai

dengan

15

Purwadi, 2004. Proses Pembentukan Identitas Diri
Remaja, dalam Indonesian Psychologycal Journal Vol.1
No.1 :43-52

30

mengalami

institusi

kesalah

agama

kaprahan

dan

dalam

organisasi

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

memiliki

peran

penting

B.

dalam pembentukan

pertama bagi anak dan juga sebagai training center
nilai-nilai

nilai-nilai

Masuknya

Pengaruh

Ideologi

Keagamaan di Rohis SMA Negeri di Solo Raya

kepribadian aktor. Keluarga merupakan lingkungan

bagi internalisasi

Studi

Ketertarikan para siswa untuk ikut serta dalam

yang

aktivisme Rohis semakin menarik untuk dikaji lebih

dimaksud bisa beraneka ragam termasuk nilai-nilai

jauh.

keagamaan.16

Dalam

dinamika

perjalanannya,

Rohis

memiliki peranan sentral dalam mengkonstruksi

Keadaan psikologis remaja yang masih bergejolak

identitas dan cara pandang para anggotanya dalam

menjadikan mereka memiliki rasa keingintahuan

memahami Islam.

yang besar akan berbagai hal yang ada di dekat

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan terhadap

mereka mulai dari penyabab kejadian-kejadian

aktivisme Rohis di SMA Negeri eks Karesidenan

yang mereka temui hingga keberadaan akan Tuhan

Surakarta

dan kebenaran suatu agama. Menurut. Muthahari,

Islam. Sebagaimana yang kita pahami, Karesidenan

yang ada dalam diri seseorang untuk mencari tahu

Surakarta adalah salah satu kota yang sangat multi-

kebenaran akan keberadaan Tuhan dan agama,

17Keingintahuan

mengusahakan

macam

aktivis Rohis dalam memahami dan memaknai

dalam dirinya, dimana fitrah merupakan dorongan

ini

berbagai

karakteristik yang saling berbeda diantara sesama

setiap orang sebenarnya memiliki konsep fitrah

dalam hal

menunjukkan

kultur dengan berbagai macam corak pemahaman

keislamannya.

terhadap keberagamaan – baik liberalis, moderat,

remaja akan hal-hal semacam ini

agama kebatinan, maupun yang ekstrimis- tumbuh

harus diakomodasi dengan baik oleh guru agama,

dan berkembang di dalamnya. Tak dapat dipungkiri

karena apabila guru tidak dapat mengakomodasi

jika berdasarkan hasil riset menunjukkan bahwa

keingintahuan siswa maka siswa akan mencari

berbagai macam corak pemahaman terhadap

kebenaran melalui organisasi di sekolah maupun di

keberagamaan tersebut mempengaruhi berbagai

luar sekolah. Salah satunya adalah, dengan melalui

macam aktivisme rohis yang terdapat di SMA

keikutsertaan Rohis itu sendiri.

Negeri

se-eks-Karesidenan

Surakarta.

Corak

pemahaman terhadap keberagamaan yang berbeda
tersebut sangatlah

dipengaruhi oleh konstruksi

paradigma/pandangan hidup keberagamaan yang
berkembang di dalamnya.18

16 Hurlock, Elizabeth. 1956.

terdapat dalam pikiran orang yang befungsi sebagai
motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan
moral. Untuk meninjau lebih jauh tentang pandangan
hidup, silahkan lihat Fahmi Hamid Zar- kasyi. Pandangan
Hidup dan Tradisi Intelektual Is-lam. (Jakarta:
www.insistnet.com)

Child Development. New York
: Hill Book Company.inc.: 43
17 Murtadha Muthaahari.2011. Fitrah. Jakarta: Penerbit
Citra: 174
18 Ninian Smart mengungkapkan bahwa; pandangan
hidup adalah kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang

31

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

Berdasarkan hasil riset di lapangan, analisis melalui

setimpal, mungkin jika koruptor dihukum mati atau

pembacaan terhadap peta paradigma ideologi

diterapkan hukum Islam seperti potong tangan,

yang berkembang di dalam aktivisme Rohis di SMA

korupsi di Indonesia bisa terberantas. Pelaksanaan

negeri eks Karesidenan Surakarta terbagi kedalam

perpolitikan Indonesia kurang sportif, sepertinya

tiga kategori, yaitu; paradigma modernis, paradigma

masih banyak praktek pemberian uang dalam

revivalis, dan

pemilihan umum, juga belum ada pendidikan politik

paradigma transformatif.19 Ketiga

(penyuluhan) bagi masyarakat desa.

paradigma ini memiliki bentuk dan cirinya masingmasing dan setiap orang dalam satu organisasi

Meskipun begitu, para pengurus rohis yang menjadi

memiliki paradigma ideologinya masing-masing

informan cukup toleran dengan

dalam menjalankan kehidupan beragama termasuk

teman

yang

berbeda agama, ditunjukkan dengan kerjasama

dalam agama Islam.

dalam kegiatan sosial dan saling menghargai

Yang menarik adalah, berdasarkan hasil riset

perayaan hari besar agama lain. Kegiatan yang

tentang dinamika Rohis yang kami lakukan di

pernah dilakukan bersama antara rohis dengan

beberapa SMA di Eks Se-Karesidenan Surakarta

yang berbeda agama adalah kegiatan bakti sosial

menunjukkan kecenderungan yang sangat menarik

(Wawancara dengan N, Pembina rohis, tanggal 5

dalam menjawab tantangan globalisasi itu sendiri.

Oktober 2013). Bahkan

Adapun

tentang laporan kegiatan

hasil

analisa

yang

kami

lakukan

dalam

data

rohis

sekunder

SMA

Negeri

1 Nguter, pada bagian kepengurusan terdapat

menunjukkan kecenderungan sebagai berikut.

tulisan Seksi Kerohanian Kristen dan Katolik, yang
berarti
1. Paradigma Modernis

seksi

dimasukkan

kerohanian agama

non

Islam

menjadi bagian dari rohis dalam

Dari hasil wawancara dengan informan yang

laporan tersebut. Berdasar keterangan yang berasal

merupakan pengurus rohis saat membicarakan isu

dari salah satu pengurus rohis, jumlah siswa-siswi

menyangkut

hukum,

yang beragama non Islam (Kristen dan Katolik)

nampak

hanya sedikit, dari kelas satu hingga kelas tiga hanya

perekonomian,

pemerintahan di Indonesia

politik,

mereka

terlihat menanggapi serta kritis. Rata-rata

para

ada 15 orang, meskipun sangat minoritas namun

informan ketika ditanya tentang perekonomian,

para informan yang merupakan pengurus rohis

hukum, politik Indonesia merasa kurang puas.

terlihat tidak menjadikan mereka sebagai yang

Ketua rohis menyebutkan hukum di Indonesia

terpinggirkan. Salah satu informan yang merupakan

dirasa banyak ketidakadilan dan kekurang-tegasan

wakil ketua rohis menyatakan merasa sungkan jika

pemerintah, contoh dalam penjara masih sering ada

berbicara berkaitan dengan agamanya, teutama

transaksi

narkoba, koruptor tidak dihukum

ketika ada teman yang non-muslim dan ingin

Pengklasifikasian ideologi rohis didasarkan pada hasil
temuan lapangan yang dianalisis dengan tipolo-gi atau
peta ideologi yang ditawarkan Mansour Fakih. Untuk

meninjau lebih jauh, silahkan lihat Mansour Fakih. 2002.
Jalan Lain:Manifesto Intelektual Or-ganik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

19

32

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

menjaga

perasaan

mereka.

Sekedar

contoh,

pada rohis. Meskipun tidak dapat dipungkiri pihak

misalnya saat ingin mengajak teman-teman yang

sekolah, bahwa para pemberi materi pada rohis

muslim sholat Jumat berjamaah di masjid sekolah.
Hal ini semakin memperkuat bahwa toleransi antar

seringkali membawa

agama yang berbeda berlangsung bahkan sampai

2013). Diterangkan, meskipun alumni membawa

pada ranah perilaku sehari-hari.

bendera masing-masing tetapi tidak berpengaruh
kepada siswa yang diberi materi, dalam artian
apapun

pada salah satu kegiatan rohis, yaitu kegiatan bulan

tata

laksana

bendera

yang

dibawa

alumni

tidak

disangkut-pautkan dengan kegiatan rohis. Dalam hal

Ramadhan menunjukkan bahwa SMAN.1 Nguter
mengenal

sendiri-sendiri,

semisal dari PKS, PAN, PKB dll (FGD, 23 November

Laporan yang dibuat sebagai pertanggung-jawaban

telah

bendera

ini semakin menunjukkan bahwa ideologi yang

keorganisasian

berkembang

meskipun masih sederhana bentuknya. Di sekolah

pada

rohis

beraneka

macam,

terkadang sesuai pula dengan ideologi yang diusung

ini siswi baik yang bukan anggota rohis maupun

partai politik yang masuk memberi materi dan

anggota masih terlihat beberapa orang yang tidak

berinteraksi dengan mereka.

menggunakan jilbab, dan belum ada gerakan
jilbabisasi, hal ini terlihat saat melakukan kegiatan

Berbagai pandangan yang masuk ke sekolah ini

rutin pembacaan al-Quran. Nampak jelas beberapa

justru

siswi yang tidak mengenakan jilbab. Mereka para

(sekolah) ingin menyuguhkan berbagai variasi

informan dalam memaknai jihad adalah dengan

ideologi Islam namun tetap pada satu garis yang tak

belajar, dan tidak membenarkan pelaku bunuh diri

berpihak pada satu paham ekstrim. Ditinjau dari

yang mengatasnamakan jihad agama. Dari paparan

kegiatan yang dilakukan, muncul berbagai inovasi

tentang sekolah ini, maka terlihat kecenderungan

yang dilakukan seperti mengadakan outbond, bakti

paham Islam modern atau liberal lebih dominan.

sosial keluar juga pernah mengundang band musik

kepala sekolah

ibukota saat sesaat setelah perayaan hari raya

Pada SMAN 1 Klaten terdapat kontrol yang kuat dari

keagamaan (Idul Fitri). Gejala tersebut semakin

pihak sekolah terutama kepala sekolah dan pembina

memperkuat bahwa rohis pada sekolah ini tergolong

rohis sehingga gerakan rohis sekolah ini diarahkan

mengedepankan paradigma

pada Islam modernis, mereka berusaha membuat

ber-Islam

secara

modernis karena masih menyelenggarakan pentas

sekolahnya tidak berada di arena fundamentalis

musik dan kegiatan-kegiatan Islam yang dipadukan

yang dekat dengan ranah terorisme maupun liberal.
Hal

memperlihatkan bahwa

dengan budaya modern lainnya. Dengan kata lain,

tersebut diperkuat dari keterangan kepala

kalangan ini adalah mereka yang memiliki paham

sekolah di kabupaten Klaten, dimana salah seorang

untuk tidak terlalu mempermasalahkan adanya

pelajar pernah terlibat dalam aksi terorisme. Untuk

pengaruh budaya global dalam dinamika dakwah

itu setiap pihak termasuk alumni yang akan

yang mereka sajikan. )stilah

memberikan materi atau kajian pada rohis akan

)slam modernis

merupakan proyek dari generasi Islam baru yang

diseleksi terlebih dahulu untuk memastikan tidak

terpengaruh Barat

ada paham-paham yang menyimpang yang masuk
33

untuk

menyesuaikan diri

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

dengan peradaban modern, namun dengan tetap

dengan nilai-nilai di luar ajaran islam. Ideologi salafi

mempertahankan kesetiaan terhadap kebudayaan

ini bukanlah ideologi fundamental

Islam. Dengan kata lain, modernisme Islam

digambarkan oleh beberapa literatur yang memiliki

merupakan sebuah titik tengah (interstitial space)

tipe gerakan

antara )slamisme dan sekularisme , yang mungkin

sekulerisme.

saja akan bergerak kembali ke arah Islamisme atau

memerangi

menjalankan kehidupannya seperti jaman rasul. Hal

berada dalam posisi moderat di antara kedua titik

tersebut didukung data di lapangan diantaranya, ada

Dalam Oxford English Dictionary

pemisahan

dijelaskan bahwa yang menjadi isu sentral adalah
mengupayakan agar

radikal

ke revivalis dimana mereka menginginkan untuk

terjadi di Turki di bawah Turki Muda, atau tetap

ekstrem

dan

Ideologi salafi yang ditemui di lapangan cenderung

bergerak ke arah sekulerisme seperti halnya yang

itu.20

frontal

seperti yang

yang

jelas

antara

laki-laki

dan

perempuan, antara mereka tidak diperkenankan

keyakinan agama serasi

saling bicara dengan yang bukan muhrim. Ada

dengan pemikiran modern.21

pemisahan pula dalam mengurus sebuah kegiatan
atau program, jika kegiatan ditujukan untuk putri
berarti perempuan saja yang mengurus, demikian

2. Paradigma Revivalis

pula sebaliknya.
Hasil

temuan

lapangan

menunjukkan

bahwa
Ideologi salafi dari temuan lapangan menunjukan

ideologi Salafi tumbuh berkembang di beberapa

gerakan purifikasi Islam yang sangat santun dalam

tubuh rohis SMA Negeri di eks-karesidenan
Surakarta.

Dalam

hal

ini,

Hasan

pengamalan dakwahnya dan tanpa kekerasan.

(2010)

Dalam gerakan yang mengamalkan dakwah dengan

mengungkapkan ideologi ini lahir sebagai gerakan

sangat skriptual

purifikasi islam (Salafisme) yang pertama kali

melihat konteks kondisi

tahun 1703-1792 sebagai salah satu alternatif

saat ini yang menurut mereka sudah liberal dan

antara berbagai pemahaman agama Islam seperti

ekstrim dan mereka menolak adanya ekonomi

Islam kejawen, Islam syiah, Islam India, dan lain-

kapitalis dan globalisasi. Hal ini sesuai dengan

Gerakan ini berusaha memisahkan antara

karakter ideologi revivalis yang disebut oleh

ajaran islam dari tasawuf, budaya lokal, dan lain-

Mansour Fakih, dimana ideologi ini menentang

lain. Gerakan ini mendasarkan ideologinya sesuai
Al-Qur an

dan

As-Sunnah

dan

masyarakat muslim

di zamannya dengan kondisi masyarakat muslim

gerakan untuk mediasi ketegangan yang terjadi

pada

Al-

qur an, (adist, dan kitab-kitab ulama/salaf serta

diperkenalkan oleh Muhammad ibn Abd al-Wahab

lain.

seperti yang ada di

globalisasi

ingin

dan kapitalisme karena dipandang

sebagai agenda Barat yang tidak memiliki dasar-

mengembalikan islam seperti pada jaman Nabi
Muhammad sehingga tidak ada lagi percampuran

20

21

Yudi Latif. 2005. Intelegensia Muslim dan Kuasa:
Genealogi Intelegensia Muslim Indonesia Abad ke- 20.
Bandung: Penerbit Mizan: 120-121

34

Opcit. 46

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

dasar ajaran Islam, dipaksakan untuk masuk ke

tersebut didukung data lapangan diantaranya,

masyarakat muslim.22

berusaha melakukan pemisahan yang jelas antara
laki-laki dan perempuan, diantara mereka tidak

Meskipun salafi menentang konsep globalisasi dan

diperkenankan saling bicara dengan orang yang

kapitalisme, namun tidak berarti menutup diri dari

bukan muhrim.

globalisasi itu sendiri. Mereka melakukan gerakan

mengurus sebuah kegiatan atau program, jika

penentangan pada ideologi politik global yaitu

kegiatan ditujukan untuk putri berarti perempuan

liberal, sosialis, demokrasi, dan sebagainya serta
ekonomi

kapitalisme

yang

menurut

saja yang mengurus, dan mengikuti, demikian pula

mereka

sebaliknya.

merupakan ideologi barat yang tidak sesuai dengan
ajaran

Islam.

Mereka

melakukan

Ada pemisahan pula dalam

Anggota rohis

gerakan

peremuan lebih

aktif untuk

penentangan globalisasi pada sistem pemerintahan

mendengarkan radio karena menurut pemahaman

dan ekonomi kapitalisme dengan mengoptimalkan

Islam, wanita disarankan untuk tidak keluar rumah

teknologi

sehingga mereka lebih memilih mendengarkan

informasi

yang

merupakan

sarana

globalisasi itu sendiri untuk membentuk negara

radio

Islam

mengembangkan pemahaman keagamaan mereka.

global. Gerakan ini dilakukan untuk

sebagai

salah

satu

cara

untuk

yang

Radio yang biasanya didengarkan oleh mereka

diharapkan dapat berkembang dan mengalahkan

adalah radio Dauroh, Darussalaf, dan Al- Madina. Hal

ekonomi kapitalisme.

ini seperti yang dikatakan oleh narasumber An dan

membangun kekuatan Islam

global

Dn:

Hal ini juga terjadi di anggota rohis kedua sekolah

Aku gak pernah mengikuti kajian di luar
rumah mbak, saya di rumah mendengarkan
radio Dauroh seperti yang disarankan sama
mbak A, mbak B …. Radio-radio semacam itu
mbak (yang sama ideologinya), banyak mbak
kaya Darussalaf, Al-Madina, masih banyak
lagi mbak.

tersebut dimana mereka menolak adanya sistem
demokrasi sehingga mereka tidak berpartisipasi
aktif dalam kegiatan yang berbau demokrasi, salah
satunya

berpartisipasi

dalam

pemilihan

umum (A, anggota rohis SMAN 1 Surakarta, 6

(An,
28 Oktober 2013 dan anggota Rohis
putri kelas XI, 6 November 2013).

November 2013). SMAN 1 Surakarta memang
memiliki paham salafi, namun paham salafi ini
bukanlah

ideologi

fundamental

seperti

digambarkan oleh beberapa literatur yang

yang
Jaringan salafi selain memanfaatkan radio juga

secara

menggunakan internet untuk melakukan streaming

frontal dan radikal memerangi sekulerisme.Salafi

kajian radio. Sedangkan anggota rohis putra aktif

yang peneliti temui di SMAN 1 Surakarta lebih
cenderung

ke

revivalis,

dimana

dalam kegiatan pengajian jaringan salafi. Radio-

mereka

radio yang disebutkan di atas merupakan jaringan

menginginkan untuk menjalankan kehidupannya

radio aliran Salaf dimana radio-radio tersebut

seperti jaman Rasul (As, 6 November 2013). Hal
22

Mansour Fakih. 2002. Jalan Lain: Manifesto In-telektual
Organik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

35

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

pondok-pondok

peneliti di SMAN 1 Surakarta dan SMAN 1 Gemolong

pesantren aliran salaf dan kajian-kajian rutin di luar

di Sragen dimana semua anggota Rohis laki-laki

pondok pesantren yang diselenggarakan di masjid-

mengenakan

masjid di Solo raya baik di dalam maupun luar kota

melipatnya ke atas hingga mata kakinya terlihat.

memiliki

hubungan

dengan

Solo dan beberapa alumni rohis SMAN 1 Surakarta

identitas

tersebut

dengan

cara

Kemudian dalam cara berpakaian yang merupakan

dan SMA Negeri 1 Gemolong bergabung didalamnya.

salah satu bagian trend-mode juga pergaulan,

Dalam menyikapi persoalan kehidupan sehari-hari

peneliti

terkait dengan perkembangan ekonomi, politik,

mencolok antara anggota rohis dan siswi yang

pergaulan di Indonesia para informan yang

tidak mengikuti rohis. Siswi yang tidak mengikuti

merupakan

rohis

rohis ada yang tidak mengenakan jilbab dan ada pula

memberikan nuansa agamis. Misalnya dengan

yang mengenakan jilbab namun hanya sampai

sebagai

yang keburukannya tidak boleh

sebatas bahu, namun lain dengan anggota rohis yang

diungkapkan di depan publik seperti yang dikatakan

menggunakan jilbab yang hampir menutupi tiga

oleh An dan dibenarkan teman-temannya sesama

perempat anggota badannya. Pemakaian identitas

anggota rohis:

jilbab sebegai bentuk resistensi

Amir

anggota

dan

pengurus

mendapati

perbedaan

yang

sangat

ideologi yang

mereka pahami ini tidak terjadi begitu saja. Peneliti
mengamati

Kalau seperti itu (sistem kepemimpinan),
tapi di Islam sendiri
kan
diajarkan
pemimpin harus, gak boleh ghibahi23
pemimpin, tetep harus mentaati pemimpin,
jadi kalaupun ingin menasehati pemimpin itu
tuh gak boleh di depan umum sehingga
menampakkan kesalahan pemimpin, jadi
harus, mengkritik atau gimana gitu, khusus
yang tau pemimpin itu, gitu caranya, jadi
kalau islam itu mengajarkan kalau
pemimpin itu harus ditaati e…apalagi kalau
pemimpin itu islam.

bahwa

terjadi proses perubahan

bertahap antara anggota rohis putri kelas X, XI, dan
XII.
ROHIS kelas X terlihat masih menggunakan jilbab
se-bahu dengan beberapa di antaranya msih
menggunakan jilbab agak transparan, sedangkan
kelas XI mulai menggunakan jilbab yang cukup
tebal dan beberapa diantaranya menggunakannya
sampai siku. Sedangkan rohis kelas XII sudah

(An, 6 November 2013).

menggunakan jilbab yang menutupi telapak tangan
dan bagian belakang menutupi tiga perempat
badannya. Sedangkan para alumni yang sering

Menurut Mansour Fakih, Islam dengan ideologi

berkunjung

revivalis

simbol-simbol resistensi

mengenakan pakaian hitam-hitam dan beberapa

berupa memakai cadar, jilbab panjang hingga

bercadar. Identitas yang ingin di bentuk pada siswi

menutupi pinggang, dan celana di atas mata kaki.24

SMA tersebut adalah jilbab cadar sebagai salah satu

Identitas seperti yang ditemui dari hasil observasi

identitas yang dibawa oleh Islam salafi. Hal ini

23

24

menciptakan

Ghibah dalam Islam dimaknai sebagai prilaku yang
membicarakan kejelekan seseorang kepada orang lain.

36

Opcit: 257

ke

rohis

SMAN

1 Surakarta

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

nampak dari para alumni SMAN 1 Surakarta dan

cukup terbuka dan menerima adanya perbedaan

SMAN 1 Gemolong di Sragen yang masuk ke paham

SARA.

salafi dan sering berkunjung ke sekolah tersebut

Paradigma ini memandang bahwa umat islam sudah

mengenakan jilbab besar yang menutupi tiga
perempat

tubuhnya

Meskipun

dan

perempuan

mengenakan

cadar.

berpaham

salafi

banyak yang tidak lagi berpegang teguh pada AlQur an dalam kehidupan sehari-hari karena terlalu
berpikiran

menggunakan jilbab besar dan bercadar namun

secara

liberal.

Orang-orang

yang

memiliki ideologi revivalis memiliki pandangan

identitas ini tidak dapat serta merta langsung

bahwa

disimpulkan sebagai penganut Salafi karena masih

Al-Qur an

dengan

sangat

lengkap

menjelaskan tentang kehidupan manusia di segala

ada banyak paham lain yang menggunakan identitas

aspek

tersebut.

Al-Qur an

sehingga

digunakan

sebagai

pedoman hidup. Mereka memerangi paham-paham
di luar Al-Qur an dan juga memerangi globalisasi,

Paham Salafi ini memang menentang budaya sekuler
namun tidak memerangi dan tidak memaksa untuk

kapitalisasi,

merubah menjadi khilafah. Anggota rohis di SMA ini
tapi peneliti

menginkan kehidupan yang kembali pada Al-Qur an

menemukan bahwa di dalam salafi SMA ini tidak

kehidupan seperti zaman nabi sehingga kelompok

ada gerakan-gerakan radikal dalam kehidupan

ini cenderung

sehari-hari para informan. Gerakan yang mereka

mewujudkan pola kehidupan seperti zaman nabi.

lakukan sangat lembut, bahkan mereka sangat taat

Dengan

pada

sembarang berfatwa dan melukai perasaan orang

diidentikkan sebagai kalangan fundamentalisme

lain dalam berbicara, hal ini sama dengan anggota

maupun keluar (external) sebagai akar penyebab

rohis

Gemolong. Anggota SMA ini juga

persoalan kemiskinan dan kemunduran Islam.

mengakui bahwa mereka memiliki pandangan

Mengapa umat Islam miskin, bagi mereka adalah

Salafi, mereka bahkan lebih terbuka terhadap orang

lebih disebabkan karena semakin banyaknya umat

lain dan terbuka dalam berbagi informasi.

)slam yang justru memakai ideologi lain atau isme

memang

cenderung

ajaran

SMA

yang

eksklusif,

melarang

mereka

dan

diberalisme.

Paradigma

ini

dan memaknai kehidupan yang baik adalah

untuk

kata

mengidamkan dan mencoba

lain, kaum revivalis juga sering

yang melihat baik faktor ke dalam (internal)

lain sebagai dasar pijakan ketimbang menggunakan

Data lain yang memperkuat bahwa anggota rohis

al-Qur an sebagai acuan dasar. Pandangan

di kedua SMA ini tidaklah radikal adalah para

ini

berangkat berdasarkan keyakinan bahwa al Qur an

informan cukup kritis berkenaan dengan persoalan

pada dasarnya telah menyediakan petunjuk secara

ekonomi, politik, hukum serta pergaulan di
Indonesia. Berbicara tentang masalah jihad terkait
pelaku bom bunuh diri, ada yang memberi
tanggapan bahwa pelaku bom bunuh diri itu niatnya
saja yang benar, untuk Allah. Tapi caranya tidak
sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Informan juga
37

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

komplet, jelas, dan sempurna sebagai pondasi

tetapi sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia

bermasyarakat dan bernegara.25

hingga para penganut salafi

membentuk jaringan

Islam salafi global. Komunitas ini tidak lagi terbatas

Ideologi salafi dapat masuk dan tersebar ke berbagai

pada

tempat termasuk ke institusi pendidikan formal

sekat-sekat

regional geografis, mereka

membangun dunia baru yaitu dunia tanpa batas

yang dikelola oleh pemerintah tidak lain karena

dalam bentuk negara yaitu negara global.

pengaruh media komunikasi baik itu internet
maupun radio. Globalisasi memberikan pengaruh
yang sangat signifikan dalam penyebaran ideologi

3. Paradigma Transformatif

salafi yang selama ini banyak ditentang oleh
Untuk SMAN 3 Boyolali, pembinaan rohis SMA ini

masyarakat Indonesia karena gerakan salafi ini

cukup intensif dengan berbagai macam program.

berupaya untuk melakukan purifikasi agama dari
akulturasi

tradisi

dan

budaya.

Gerakan

Pembina serta alumni cukup mempunyai peran

ini

besar

melakukan dakwah keagamaan berupa publikasi

besar.

karena itu berbagai organisasi maupun paham

yang berarti buku, melakukan interaksi melalui

tidak dihalangi masuk SMA ini dengan catatan pihak

dunia maya baik itu melalui website ataupun email
jaringan

dengan

bahwa Islam adalah satu (FGD, 23 November 2013),

menyebutnya dengan kitab dalam bahasa Indonesia

membangun

rohis,

Pembina rohis mempunyai pandangan keagamaan

kajian, membukukan berbagai fatwa ustad dan

dan

pembinaan

perbandingan peran pembina yang lebih

jadwal dan tempat pengajian, rekaman-rekaman

komunitas,

dalam

sekolah akan mengadakan pengarahan agar tidak

islam

ada pemahaman yang berbahaya yang masuk lewat

internasional.

rohis. Sekolah ini berusaha untuk menerapkan
Gerakan ini tidak berupaya untuk melakukan
penolakan

terhadap

demokrasi,

liberal,

sistem
sosialis,

ideologi islam yang modern dengan memposisikan

pemerintahan
dan

rohis

sistem

di

tengah-tengah untuk mengeleminasi

kecenderungan pada satu aliran tertentu.

pemerintahan lainnya diluar syariat islam dengan
Dari hasil wawancara terungkap keterkaitan rohis

memerangi dan menginginkan gerakan merdeka

dengan organisasi di luar cukup baik, rohis sekolah

dan membentuk negara berbasiskan Islam akan

ini terbuka bagi organisasi diluar yang ingin

tetapi mereka membangun dunia Islam global

berkolaborasi dan bekerja sama khususnya bagi

dengan menyatukan orang-orang yang memiliki

organisasi yang ingin mengisi kajian rutin yang

ideologi sama dan melakukan interaksi secara

dilaksanakan rohis tiap hari sabtu. Tapi dengan

intensif dalam satu website terintegrasi antara

catatan organisasi tersebut tidak menjurus pada

penganut salafi di berbagai negara. Keterbukaan

kepentingan politis atau

informasi ini menjadikan ideologi salafi tidak lagi

ajaran-ajaran

yang

menyimpang. Akan tetapi walaupun demikian,

hanya dianut oleh masyarakat di Timur-tengah akan

informan tidak melarang jika ketika lulus dari SMAN
25

Ibid: 255-256

38

Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No. 2, 2013
Kerohanian Islam (Rohis) dalam Jurang Globalisasi Aktivisme Rohis SMAN di Eks Se-Karesidenan Surakarta (Solo Raya)
dalam Menjawab Tantangan Zaman
Fachri Aidulsyah, Nurrahmad Wibisono, Yustia Atsanatrilova Adi

ini,

ada

siswa

yang

dengan

kesadarannya

kegiatan khusus devisi ke-nisaan, yaitu devisi

menentukkan pilihan untuk aktif di organisasi-

perempuan, yang kegiatannya antara

lain

Cuci

organisasi di luar setelah menjadi alumni rohis ini,

Mukena, Regenerasi Mukena, Mabit Mabiru (Malam

karena menurut informan itu merupakan hak dari

Bina Taqwa Malam Bina Rukiyah), Program Peduli

siswa yang bersangkutan. rohis tersebut pernah

Baju Taqwa (P2BT), Pelangi Muslimah, dan Baksos

bekerja sama dengan organisasi-organisasi besar

Kenisaan. Dari program-program rohis sekolah

lainnya seperti Muhammadiyah, NU, PKPU, PKS , dan

Boyolali ini terdapat unsur paham islam yang

sebagainya.

transformatif.
dan

Pada SMAN 1 Kerjo nampak cukup jelas bahwa

kapitalisme, informan yang diwawancara yang

ideologi yang dikembangkan dalam rohis SMA ini

merupakan bagian dari rohis (pengurus dan

adalah transformatif dimana rohis sekolah ini tidak

anggota) tidak begitu paham akan hal tersebut,

terpaku pada ajaran agama secara tekstual seperti

mereka hanya paham sekarang zaman kemajuan

yang ada pada ideologi tradisional dan tidak

Iptek.

mengkritik

Dalam

kaitan

Lalu

pandangan

berkaitan

globalisasi

dengan

perkembangan

bahwa

kemiskinan

merupakan

ekonomi, hukum, dan politik di Indonesia, mereka

kesalahan dari seseorang karena kultur, kebiasaan,

memang mengharapkan ekonomi, hukum, politik

dan semacamnya seperti yang dipikirkan oleh para

Indonesia mengambil nilai- nilai Islam, tapi Islam

penganut ideologi liberal serta tidak berusaha

tidak harus dijadikan landasan negara, karena

memerangi globalisasi dan kapitalisme seperti para

Indonesia negara majemuk.

kaum revivalis. Rohis SMA ini bersifat humanis
dimana mereka tidak melakukan kekerasan dan

Pada sekolah ini rohis dikelola dengan tata

tidak terlalu kaku dalam menerapkan ajaran agama

keorganisasian yang cukup lengkap, termasuk

seperti yang diungkapkan oleh salah satu

adanya AD dan ART (Anggaran Dasar dan Anggaran

agama

Rumah Tangga) yang menjadi dasar dan acuan

terkait

guru

konsumerisme sebagai dampak

globalisasi;

dalam kegiatan-kegiatan rohis. Setiap tahun ada
perencanaan program kerja juga evaluasi program
yang hasilnya dicatat dengan cukup lengkap. Ini

sedikit keras/pemaksaan diperlukan tapi
perlu digaris bawahi bahwa ini untuk
menegakkan akhlak yang baik… kekerasan
yang dimaksud disini bukanlah dengan
tindakan radikal seperti membom, memukul