Strategi Dakwah Rohis Dalam Menanamkan Nilai-Nillai Agama Di Sman 1 Leuwiliang Bogor

(1)

SMAN 1 LEUWILIANG BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I.)

Oleh

Soleh Setiawan

NIM: 109051000233

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435H/2014M


(2)

SMAN 1 LEUWILIANG BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kominikasi Islam (S. Kom. I.)

Oleh

Soleh Setiawan

NIM: 109051000233

Pembimbing

Umi Musyarafah, MA

NIP.197108161997032002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435H/2014M


(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupaka hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2013


(5)

i

Soleh Setiawan NIM: 109051000233

Strategi Dakwah ROHIS Dalam Menanamkan Nilai- nilai Agama Di SMAN 1 Leuwiliang Bogor

Manusia merupakan makhluk Allah yang dianugrahi potensi untuk mengimani Allah dan mengamalkan ajaran-Nya. Karena fitrah ini lah manusia dijuluki “homo religius”, makhluk beragama. Namun terkadang manusia lalai dan terlambat menyedari bahwa kesadaran beragama itu penting dan agama bukan hanya dijadikan sebagai identitas sosial saja. Maka dari itu kehadiran kegiatan dakwah sangatla hpenting dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan. Apalagi di kalangan remaja yang dari hari –kehari mengarah pada skulerisme.

Berdasarkan konteks di atas maka peneliti merumuskan masalah yang berkaitan dengan latar belakang masalah sebagai berikut: Bagaimana strategi dakwah Rohis dalam menanamkan nilai-niali agama di SMAN 1 Leuwiliang Bogor? Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dakwah rohis SMAN 1 Leuwiliang Bogor?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi tersebut digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang menuju pada kesimpulan. Di dukung dengan teori strategi konsep Fred R David.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari obyek penelitian, bahwa kegiatan Rohis mempunyai peran yang sangat besar dalam menanamkan nilai-nlai agama pada siswa SMAN 1 Leuwiliang Bogor dapat diketahui dengan berbagai macam kegiatan Kerohanian Islam agar terbina perilaku yang baik, terbuktidarihasilpenelitianmenunjukkanbahwaadaperubahanpositifpadadirisiswa. Terutama dari segi keagamaan. Adapun tahapannya sebagai berikut yakni perumusan strategi, implementasistrategi, dan eveluasi. Dalam strateginya tentunya rohis menemui faktor pendukung dan penghambat. Adapun faktor pendukungnya seperti: organisasi yang solod, dukungan dari pihak sekolah, dukungan alumnus dan faktor penghambatnya terbatasnya dana, terbatasnya fasilitas, serta longgarnya orang tua dalam menanam kan nilai-nilai agama.


(6)

ii

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT dzat Maha Sempurna yang senatiasa menyempurnakan kenikmatan kepada hamba-Nya. Dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penelitian ini, sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW berserta sahabat dan keluarganya.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulis tidak akan mampu menyelesaikan tanpa bantuan dari pihak lain. Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril maupun materil.

Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta Wadek I Dr. Suparto, M.Ed, Wadek II Drs. Jumroni, M.Si, dan Wadek III Drs. Wahidin Saputra, MA.

2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si dan Ibu Umi Musyarofah, M.A selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(7)

iii

bimbingan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Fauzun Jamal, Lc selaku Pembimbing Akademik KPI G 2009 yang

selalu mendengarkan keluh kesah kami dan pengarahannya dari semester 1 sampai saat ini.

5. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Para petugas Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas dan memudahkan penulis dalam meminjamkan buku refrensi. 7. Kedua orangtua saya, Bapak Yusup dan Ibu Resih yang tak pernah

berhenti berusaha mendidik anaknya dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Kaka saya Uta Sutrisno semangat dalam menyelesaikan tulisan ini. 8. Teman kuliah penulis seluruh anak KPI angkatan 2009 terutama KPI G 2009 tanpa terkecuali yang telah banyak memberikan kenangan selama kuliah.

9. Teman-teman TAPLAK (Tabloid Asal Jeplak), GBM (Geng Bunga Matahari) dan ARC (Ar Rahman Community) yang telah berjuang bersama dari semester awal hingga saat ini. Dan telah memberikan banyak pengalaman serta kenangan yang luar biasa. Terutama Agus, Engkong,


(8)

iv

Nisa, Opi, Puni, Wulan, Wini, dan Yanka.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa disebutkan tapi tidak mengurangi rasa hormat saya pada teman-teman semua, terima kasih banyak ya teman.

Semoga semua bantuan dan do’anya yang telah diberikan kepada penulis akan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis mohon maaf apabila tanpa sengaja melakukan kesalahan dalam penulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin Ya Rabbal’alamin. Wassalam.

Jakarta, 23 Desember2013


(9)

v

KATA PENGANTAR…..………..ii

DAFTAR ISI...………....iii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangPenelitian………...1

B. PerumusanMasalah………5

C. TujuandanManfaat………6

D. MetodologiPenelitian……….7

E. TinjauanPustaka………...12

F. SistematikaPenulisan………13

BAB II TINJAUAN TORITIS A. Strategi………...……….. 14

1. PengertianStrategi……….14

2. TahapanStrategi………17

3. FaktorStrategi………...19

B. Dakwah………18

1. PengertianDakwah………20

2. Unsur-unsurDakwah……….23

3. TujuanDakwah………..27

C. StrategiDakwah………...28

1. PengertianStrategiDakwah………..28

2. Asas-asasStrategiDakwah………...29

D. Nilai-nilai Agama………30

1. PengertianNilai……….………30

2. Pengertian Agama………..………31


(10)

vi

BAB III PROFIL ROHIS SMAN 1 LEUWILIANG

A. SejarahPerkembanganRohis di Indonesia….……….37

B. SejarahPerkembanganRohis di Bogor………39

C. SejarahperkembanganRohis di SMAN 1 Leuwiliang Bogor..……...40

D. VisidanMisiRohis ………..………...42

E. StrukturOrganisasi………..43

F. ProgranKegiatan……….45

BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN A. StrategiDakwahRohis……….46

B. PerumusanStrategiDakwahRohis………..48

C. ImplementasiDakwahRohis………...53

D. EveluasiDakwahRohis………...………64

E. FaktorPendukungdanPengahambatRohis………..……...66

BAB V PENUTUP A. Kesimpuan………...71

B. Saran………72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

1

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk Allah yang dianugrahi potensi untuk mengimani Allah dan mengamalkan ajaran-Nya. Karena fitrah inilah manusia

dijuluki “homo religius”, makhluk beragama1.

Makhluk yang beragama tentunya harus memiliki kesadaran beragama yang merujuk kepada aspek rohaniah individu. Yakni berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang direfleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat haluminallah maupun habluminannas2.

Namun, terkadang manusia lalai dan terlambat menyedari bahwa kesadaran beragama itu penting dan agama bukan hanya dijadikan sebagai identitas sosial saja. Maka dari itu, kehadiran kegiatan dakwah sangatlah penting dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan.

Dakwah itu sendiri adalah sebuah keharusan dalam Islam, karena dakwah adalah salah satu cara untuk memelihara agama Islam itu sendiri. Dakwah pada dasarnya selalu megacu kepada Rasullulah dan para sahabat. Namun, kini dakwah dikemas dengan sedemikian rupa yang pada dasarnya sama.

1

Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Radar Jaya), h. 46

2

Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 136


(12)

Menurut A. Hasmy dalam bukunya Dutsur Dakwah Menurut Al-

Qur’an, mendefinisikan dakwah yaitu: mengajak orang lain untuk meyakni

dan mengamalkan akidah dan syariat Islam yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh para pendahwah itu sendiri.3

Menurut Farid Ma’ruf Noor, dakwah merupakan suatu perjuangan

hidup untuk menegakkan dan menjunjung tinggi undang-undang Allah dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan masyarakat sehingga ajaran Islam menjadi shibghah yang mendasari, menjiwai, dan mewarnai seluruh sikap dan tingkah laku dalam hidup dan kehidupannya.4

Berbicara tentang dakwah adalah berbicara tentang komunikasi, karena komunikasi adalah kegiatan informatif, yakni agar orang lain mengerti, mengetahui dan kegiatan persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu faham atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-lain.5

Dalam aktivitasnya dakwah haruslah memiliki strategi yang sesuai dengan keadaan lingkungan sosiologis, psikologis, pendidikan dan ekonomi. Terlebih, kini perkembangan zaman semakin pesat, teknologi baru yang mutakhir bermunculan. Tentunya membawa dampak positif dan negatif, terlebih kepada remaja kini. Karena sangat kurangnya kesadaran remaja

3

A.Hasmy, Dustur Dakwah menurut al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang,1997), h. 18. 4

Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah (Surabaya: Bina Ilmu, 1981), h.29. 5

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek ( Bandung: Rosda, 2002 ), h. 9.


(13)

terhadap nilai-nilai keagamaan menjadikan mereka kehilangan arah dalam hidup.

Masa remaja memang sangat rentan terhadap hal tersebut. Hal ini, dikarenakan masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Mereka akan berkumpul dan bergaul diantara mereka yang sebaya. Membentuk komunitas sendiri, tidak berkumpul dengan orang yang sudah dewasa juga tidak bermain dengan kanak-kanak lagi.

Masa remaja adalah masa di mana seseorang banyak mencari jati diri. Masa untuk menunjukkan eksistensi diri mereka. Sayangnya eksistensi itu mereka tunjukan dengan melakukan tindakan yang negatif yang dapat menyababkan keresahan dalam masyarakat, dari yang ringan sampai yang berat, misalnya mencotek saat ujian, tawuran, pergaulan bebas (free sex), kebut-kebutan di jalan, pornografi dan pornoaksi, penyalah-gunaan narkoba, mabuk-mabukan.6

Hal ini, seakan menunjukan krisis moral yang terjadi di kalangan pelajar. Krisis moral terjadi karena sebagian besar orang tidak mau lagi mengindahkan tuntunan agama, yang secara normatif mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik, meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat dan munkarat.7

6

Wahyu Hidayanto, “Remaja dan Jati Diri,” artikel diakses pada pada 7 juni 2013 dari http://sosbud.kompasiana.com/2013/06/09/remaja-dan-jati-diri--563632.html

7


(14)

Maka perlunya pembentukan pola kehidupan mental spiritual dan kekuatan moral (moral force) dalam kaitanya mengadapi tantangan dan kesulitan-kesulitan yang timbul pada kehidupan sosial kontemporer masa kini, terutama dalam menghadapi ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan pemikiran sebagaimana di atas, maka dapat dipolakan dan memproyeksikan tentang sikap dan kecenderungan sebagaian besar kehidupan manusia. Yakni kecenderungan hidup bergaya sekuler.8

Ditambah dengan muatan-muatan keagamaan berkurang secara kuantitas waktu menjadi permasalahan yang muncul di lingkungan sekolah. Padahal seharusnya sekolah menjadi lembaga pendidikan formal yang mengarahkan siswa dan siwi cerdas secara akademik, intelektual dan emosional, sosial, maupun moral-spiritual.

Permasalahan ini hampir sama terjadi di lignkungan sekolah pada umumnya, tidak terkecuali di SMAN 1 Leuwiliang Bogor. Terlebih lingkungan tersebut adalah lingkungan transisi dari lingkungan tradisional ke arah modern. Niai-nilai keagamaan pun tumbuh sedikit demi sedikit tidak lagi ditaati. Misalkan berpacaran, mencontek ketika ujian, mnum-minuman keras dan kekerasan.

Tentunya hal ini menjadi suatu permasalan yang harus diselsaikan. Dalam mengantisipasi hal ini perlunya wadah kegiatan dakwah di lingkungan sekolah. Untungnya di SMAN 1 Leuwiliang bogor terdapat sebuah beberapa Mitra Pustaka, 2003), h. 5-6

8

Munir Amin Syamsul, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah islam, (Jakarta: AMZAH , 2008), h.34.


(15)

ekstrakulikuler. Khususnya ekstrakulikuler keislaman yakni ROHIS (Rohani Islam).

Diharapkan Rohis mampu menanamkan nilai-nilai keagamaan di SMAN 1 Leuwiliang Bogor. Ekstra kulikuler ini sudah lama terbentuk di sekolah tersebut. Sebagai wadah dakwah Islam di sekolah tentunya Rohis haruslah memliki strategi dalam berdakwah. Karena strategi ini berpengaruh terhadap keberhasilan Rohis dalam dakwahnya.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan atau mengadakan

penelitian tentang: “STRATEGI DAKWAH ROHIS DALAM

MENANAMKAN NILAI-NILAI AGAMA DI SMAN 1 LEUWILIANG

BOGOR”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini.

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah yang mencangkup pada unsur-unsur diantaranya: Strategi dakwah, masalah yang timbul (masalah yang di hadapi siswa), metode yang digunakan, materi yang disampaikan dan media yang digunakan dalam dakwahnya. Jadi peneliti membatasinya pada: Strategi dakwah, masalah yang dihadapi, metode, materi, dan media yang digunakan.


(16)

2. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana strategi dakwah Rohis dalam menanamkan nilai-nilai

Agama di SMAN 1 Leuwiliang Bogor?

2) Apa faktor pendukung dan penghambat dakwah Rohis dalam menanamkan nilai-nilai Agama di SMAN 1 Leuwiliang bogor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi dakwah Rohis dalam menanamkan nilai-nilai Agama di SMAN 1 Leuwiliang Bogor. 2) Serta peneliti ingin pula mengetahui faktor pendukung dan

penghambat strategi dakwah Rohis dalam penenaman nilai-nilai Agama di SMAN 1 Leuwiliang Bogor.

2. Manfaat Penelitian 1) Teoritis:

Diharapkan skripsi ini dapat menjadi salah satu literatur dalam rangka pengembangn wawasan terutama mengena strategi dakwah Islam di lingkungan sekolah.


(17)

2) Praktis:

Dapat diaplikasikan dalam kegiatan dakwah rohani Rohis, khususnya pada siswa di lingkungan pendidikan.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif.

Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainya9.

Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, di samping itu juga tentang peranan organisasi,

9

M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Pernada Media Group 2010), h. 6.


(18)

pergerakan sosial atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.10

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.

Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.

10

Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar- Dasar Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2009), h. 4.


(19)

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SMAN 1 Leuwiliang Jl. Raya Leuwiliang No. 47 Leuwiliang Bogor.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli - November 2013. 4. Sumber Data

1. Data Primer

Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan11. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang strategi dakwah Rohis di SMAN 1 Leuwiliang yaitu dengan cara wawancara dengan Rohis dan yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai

11


(20)

dokumen Rohis. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya.

Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung.12

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

1. Observasi Langsung

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan indra tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan indra untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagimana strategi dakwah Rohis di SMAN 1 Leuwiliang Bogor.

Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang strategi dakwah

12


(21)

Rohis di SMAN 1 Leuwiliang, sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan penduan wawancara.13

Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang strategi dakwah Rohis di SMAN 1 Leuwiliang Bogor. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan Pembina Rois, ketua Rohis, dan Sumber terkait lainya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.

13


(22)

Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.

Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang strategi dakwah Rohis di SMAN 1 Leuwiliang.

E. Tinjauan Pustaka

Skripsi ini terinspirasi dari karya sebelumnya yang berjudul “Strategi

Dakwah Generasi Muda Mesjid Al-Hikmah(GEMA) Dalam Meningakatkan Nilai-nilai Keislaman Para Pemuda di Kampung Areman Cimanggu Depok. Karya: Indra Dita Puspito/ 107051002572.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, pembahasan dibagi menjadi lima bab, adapun sistematika penulisanya sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN.

Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujun dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI.

Meliputi pengertian strategi, dakwah, unsur-unsur dakwah, strategi dakwah, konsep strategi Fred R David dan nilai-nilai keagamaan.


(23)

BAB III. GAMBARAN UMUM ROHIS SMAN 1 LEUWI LIANG.

Meliputi sejarah dan perkembangan, Rohis di Indonesia, Bogor dan SMA 1 leuwiliang itu sendiri. Serta visi dan misi, program kerja.

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISA.

Strategi Dakwah Rohis pada siswa yang meliputi: identifikasi Responden, menjawab rumusan masalah tentang bagaimana strategi dakwah Rohis dalam menanamkan nilai-nilai Islam di SMAN 1 Leuwiliang Bogor, faktor pendukung dan penghambat strategi dakwah Rohis dalam menanamkan nilai-nilai Islam di SMAN 1 Leuwiliang Bogor.

BAB V. PENUTUP.


(24)

14

A. Strategi

Sebelum jauh membahas strategi dakwah, penulis akan menguraikan ruang lingkup strategi dan dakwah secara umum, yakni sebagai berikut:

1. Pengertian Strategi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi adalah ilmu seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus14

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos” (status yakni mliter atau memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana perang.15

Selain, itu ada pula yang mendefinisikan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keungulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang direncanakan

14

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Insonesia edisi ketiga (Jakarta: Balai pustaka, 2005), h. 1092.

15

Hendrawan Supratikno,Advanced Strategic management; Back to Basic Approach, (Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2004), Cet, ke-2, h. 5.


(25)

untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.16

Kata strategi pula banyak diadopsi dan diartikan lebih luas sesuai bidang ilmu atau kegiatan yang menempatkanya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang jenderal di masa perang saja, akan tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab seorang pemimpin.17

Namun secara terminologi strategi dipaparkan oleh beberapa ahli, agar lebih jelasnya penulis coba mengambil beberapa definisi strategi dari beberapa pakar diantaranya:

1) Onong Uchjana Effendi: Strategi pada dasarnya adalah perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.18

16

Lawrence R. Jauch, Wiliam F. Gluek, Menejemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 1988), h.2.

17

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Ui, 1999), h.10.

18

Onong Uchjana Effendi, Ilmu komunikasi, Teori dan Praktik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet 1, h. 32.


(26)

2) Imam Mulyana: Menjelaskan bahwa stretegi adalah ilmu seni menggunakan kemampuan bersama sumber daya dan lingkungan secara efektif yang terbaik.19

3) Kardiman: Strategi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilikan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.20

4) Din Syamsudin: strategi mengandung arti di antaranya:

a) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.

b) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program utuk mencapai tujuan.

c) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam dalam mencapai keberhasilan.21

Setelah melihat pemaparan dari beberapa ahli, pada dasarnya strategi hampir sama yakni sebuah cara atau taktik untuk meraih atau mencapai tujuan yang hendak dicapai.

19

Imam Mulyana, Mengupas konsep Strategi, Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h.32.

20

A. M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: Pronhalindo), h. 58.

21

Din Syamsudn, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta: Logos, 2000), h. 127.


(27)

2. Tahapan-tahapan Strategi

Fred R. David seperti dikutip Bambang Hardii, mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapan-tahapan yang harus ditempuh, yakni:

1) Perumusan Stategi

perumusan strategi adalah proses awal strategi disusun dimana dalam proses tersebut terdapat pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal, penetapan kekuatan dan kelemahan secara internal, menghasilkan energi alternatif, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada tahapan ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi.22

Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja, diantaranya:

a) Tahap input (masukan)

Dalam tahapan ini proses yang dilakukan adalah meringakas informasi sebagai masukan awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

22

Bambang Hardi, Strategi Menejemen, Strategi Memenagkan Perang Bisnis, (Malang: Bayu Publishing, 2005), h. 5


(28)

b) Tahap pencocokan

Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.

c) Tahapan keputusan

Menggunakan semacam teknik, diperoleh dari input sasaran dalam mengevaluasi strategi alternatif yang telah diidentifikasi dalam tahap kedua.

2) Implementasi Strategi

Implementasi adalah sebuah realisasi dari strategi itu sendiri, kerena implementasi berarti mobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi sebuah tindakan. Kegiatan yang termasuk ke dalam implementasi adalah pengembangan budaya organisasi dalam mendukung strategi, menciptakan struktur yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk. Agar tujuan yang hendak dicapai terlaksana.23

23


(29)

3) Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah proses dimana manager membandingkan antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan. Tahap ini adalah tahapan yang terakhir dalam strategi.24

3. Faktor-faktor Strategi

Kesadaran bagi setiap orang, baik secara individu maupun kelompok/organisasi, baik organisasi sosial atau organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan berubah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan sebuah usaha-usaha yang mengarahkan pada penyampaian tujuan disebut strategi. Sebuah strategi haruslah efektif dan jelas, karena ia mengarahkan organisasi pada tujuannya, untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor strategi, diantaranya:

a. Lingkungan

Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi yang sama dan selalu berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas kepada segala sendi kehidupn manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya kepada cara berfikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan, dan pandangan kehidupan.

24


(30)

b. Lingkungan organisasi

Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan kebijakan organisasi yang ada.

c. Kepemimpnan

S. P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, setiap pemimpin dalam menilai perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal atau internal berbeda.25

B. Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa arab, yaitu da’a, yad’u, dan da’awan. Artinya, mengajak, menyeru, memanggil. Warso Munawwir, menyebutkan bahwa dakwah adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge), dan memohon

(to pray).26

Dakwah dalam pengertian tersebut, dapat dijumpai dalam ayat-ayat Al- Qur’an antara lain:

25

S. P. Siagian, Manajemen Modern (Jakarta: Masagung, 1994), cet ke-2. h. 9 26


(31)

Firman Allah:

“Artinya: Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” (QS. Yunus 10:25).27

Bahwasanya menyikapi kehidupan dunia yang pendek dan singkat, sebaiknya manusia memikirkan kehidupan akhirat sebagaimana yang dianjurkan dan dipesankan oleh Allah SWT. Allah mengutus para nabi untuk memberi petunjuk kepada umat manusia, agar selalu berfikir mengenai keselamatan dan kesejahteraan hidup yang sebenarnya. Sudah jelas bahwa barangsiapa yang dalam perjalanan hidupnya selalu berjalan pada jalan petunjuk, maka amal perbuatan mereka akan dijauhkan dari kesesatan dan tetap berada pada jalan yang lurus.28

Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi bisa dilihat dari pemaparan para ahli mengenai dakwah di bawah ini:

1. Menurut Toha Yahya Omar.

27

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Dep. Agama RI), 10:25. 28


(32)

“Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.”29

2. Menurut M. Natsir

“Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia tentang konsepsi Islam, pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi al- amar bi al-ma’ruf an -nahyu an al-munkar dengan berbagai macam dara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamanya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.”30

Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa dakwah adalah sebuah aktivitas mengajak, menyeru, merangsang manusia kepada jalan kebaikan dengan penuh kesadaran yang kemudian mendapatkan kebaikan di dunia maupun di akhirat. Maka dari itu dakwah tidak terlepas dari beberapa unsur yang harus dipenuhi dalam aktivitasnya.

29

Toha Yahya Omar. Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya,1979), h 1. 30


(33)

2. Unsur –unsur dakwah

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah. unsur-unsur tersebut diantaranya:

1. Da’i (pelaku dakwah)

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik menggunakan lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok, atau lewat organisasi/lembaga.31 2. Mad’u (penerima dakwah)

Mad’u, yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak.32

3. Maddah (materi dakwah)

Maddah adalah isi pesan atau materi dakwah yang disampaikan da’i kepada mad’u. dalam dakwah Islam sudah jelas bahwa materinya adalah ajaran Islam sendiri.33

31

M. Munir dan Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah (Jakarta: Rahmat Semesta, 2009), h. 21-22

32

M. Munir dan Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah, h. 23

33


(34)

4. Wasilah (media dakwah)

Wasilah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan

materi dakwah kepada mad’u. Dalam penyampaian materi dakwah

bisa menggunakan beberapa media misalnya: lisan, tulisan, lukisan, audiovisual dan akhlak.34

5. Metode Dakwah

Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki

pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang

ditentukan secara jelas untuk mencapai suatu tujuan”. Metode

dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk

menyampaikan ajaran materi dakwah kepada mad’u. Metode

dakwah terbagi ke dalam beberapa macam di antranya yaitu:35

a) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode yang digunakan dengan maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Metode ini lebih kepada retorika

seorang da’i pada suatu aktivitas dakwahnya.

34

M. Munir dan Wahyu Ilaihi. Manajemen Dakwah, h.32

35


(35)

b) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah.

c) Metode Diskusi

Metode diskusi ini dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran/gagasan antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur yang bertujuan untuk memperoleh kebenaran.

d) Metode Propaganda

Metode Propaganda adalah suatu upaya untuk menyiarkan Islam dengan cara memengaruhi dan membujuk massa secara massal, persuasif, dan bersifat otoritatif (paksaan).

e) Metode Keteladanan

Dakwah dengan menggunakan metode keteladanan atau demonstrasi berarti suatu cara penyajian dakwah dengan


(36)

akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang telah dicontohkannya.

f) Metode Drama

Dakwah dengan menggunakan metode drama adalah suatu cara menyajikan materi dakwah dengan mempertunjukan dan mempertontonkan kepada mad’u agar dakwah dapat tercapai sesuai apa yang ditargetkan.

g) Metode Silaturahim

Metode silaturahim yakni dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada penerima dakwah.

6. Atsar (Efek Dakwah)

Dalam setiap aktivitas dakwah pasti akan menimbulkan reaksi. Artinya, jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah, media dakwah dan metode dakwah. Maka, akan timbul respon dan efek pada mad’u.36

36


(37)

3. Tujuan Dakwah.

Seperti halnya yang telah diketahui, bahwa dakwah merupakan satu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksud untuk memberi arah atau pedoman bagi gerak dan langkah dakwah. Karena dengan tidak adanya tujuan maka dakwah bagaikan bahtera yang terombang-ambing tanpa arah yang jelas. pada dasarnya tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat adil dan makmur serta mendapatkan ridha Allah SWT.37

Adapun tujuan dakwah secara khusus secara operasional dapat dibagi lagi ke dalam beberapa tujuan yakni:

1) Mengajak umat Islam untuk selalu mengingat dan bertakwa kepada Allah SWT. Maksudnya mereka diharapkan senantiasa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. 2) Membina mental agama Islam bagi kaum muallaf. Memberikan

pencerahan terhadap muallaf sangat berbeda dengan kaum yang sudah lama mengenal Islam. Dengan demikian untuk kaum muallaf disesuaikan dengan kemampuan dan keadaannya.

3) Mengajak umat manusia yang belum beriman untuk beriman kepada Allah SWT. Karena pada dasarnya manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Hanya saja perlunya pencerahan bagi mereka yang belum beriman kepada Allah.

37


(38)

4) Mendidik dan mengajarkan anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.38

C. STRATEGI DAKWAH

Di atas penulis telah memaparkan ruang lingkup strategi dan dakwah, maka berikutnya yang perlu dibahas adalah strategi dakwah yakni bisa dikatakan kombinasi strategi dan dakwah.

1. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah adalah perencanaan dan penyerahan kegiatan dan operasi dakwah yang dibuat secara rasional untuk mencapai tujuan-tujuan islam yang meliputi keseluruhan dimensi kemanusiaan.39

Melaksanakan aktivitas dakwah tentunya memerlukan

persiapan yang matang. Hanya saja seorang da’i sebagai opinion leader harus memiliki kapasitas yang mumpuni untuk menopang aktivitas dakwahnya. Menurut Asmuni Sukri yang beliau kutip dari Hamka, menyatakan bahwa:40

“Jayanya atau suksesnya suatu dakwah memang sangat bergantung kepada pribadi dari pembawa dakwah itu

sendiri, yang sekarang lebih popular kita sebut dengan da’i.”

38

Moh. Ardani, Fikih Dakwah ( Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006), Cet. 1, h. 16-17. 39

Acep Apirudin Dakwah Antar Budaya, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2012), h. 119.

40


(39)

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa strategi dakwah adalah merupakan, siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan dalam aktivitas atau kegiatan dakwah, yang peranannya sangat menentukan sekali dalam proses pencapaian tujuan dakwah.

2. Asas-asas Strategi Dakwah

Dalam strategi dakwah, ada beberapa asas yang harus diperhatikan agar sebuah dakwah dapat berjalan dengan efektif dan tepat sasaran. Asas-asas tersebut adalah:

a) Asas Fisiologis, asas ini sangat erat hubungannya dengan tujuan- tujuan yang akan dicapai dalam aktivitas dakwah.

b) Asas sosiologis, asas ini berhubungan dengan masalah yang berakitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.

c) Asas kemampuan da’i, asas ini bisa dikatakana juga dengan

kredibilitas seorang da’i.

d) Asas Psikologis, asas ini berhubungan dengan kejiwaan dan mental manusia.

e) Asas Efektifitas dan efesiensi, maksudnya adalah dalam aktivitas dakwahnya harus dapat menyeimbangkan antara waktu ataupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian akhirnya.41

41


(40)

D. NILAI-NILAI ISLAM 1. Pengertian Nilai

Mukhtar Effendy, mengartikan nilai sebagai hal-hal yang bersifat abstrak dan mengandung manfaat atau berguna bagi manusia. Nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok social membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai.42

Sedangkan Lorens Bagus, menyebutkan nilai sebagai harkat kualitas suatu hal yang dianggap istimewa dan yang disukai, karena mempunyai nilai tinggi.43

Berbeda dengan kedua pendapat di atas, Peter Salim dan Yeni Salim menyebutkan bahwa nilai merupakan suatu konsep abstrak yang terdapat dalam diri manusia mengenai sesuatu yang dianggap baik dan benar dalam hal-hal yang dianggap benar dan salah.44

2. Pengertian Agama .

Agama berasal dari kata Sankskrit, ada yang berpendapat bahwa kata itu terdiri atas dua kata, a berarti tidak dan gam berarti pergi jadi

42

Mukhtar, Effendy. Eksiklopedi Agama dan Filsafat.(Palembang: Universitas Sriwijata, 2001), h. 894.

43

Lorens, Bagus. Kamus Filsafat.(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), h.713.

44

Peter Salim dan Yeni Salin.Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1996), h. 1034.


(41)

agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun menurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian. Pendapat lain mengatakan bahwa Agama berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa gam berarti tuntunan. Agama juga mempunyai tuntunan, yaitu kitab suci. Istilah agama dalam bahasa asing bermacam-macam, antara lain religion

dan al-dhin.45

Kata al-dhin dalam bahasa arab terdiri atas huruf dal, ya, dan nun. Dari huruf-huruf ini bisa dibaca dengan dain yang berarti utang dan dengan din yang mengandung arti agama dan hari kiamat.46

Musthafa Abd.Raziq,yang dikutip oleh Zainal Arifin Abbas, dalam bukunyaPerkembangan Pikiran Tergadap Agama mengatakan bahwa agama adalah terjemahan dari kata din yang berarti peraturan-peraturan yang terdiri atas kepercayan–kepercayaan yang berhubungan dengan keadaan-keadaan yang suci.47

Parsudi Suparlan, yang dikutip oleh Roland Robertson, dalam bukunyaAgama Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis, lebih mengkhususkan pengertian agama dalam konteks sosiologi. Menurutnya agama adalah suatu system keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam

45

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Jakarta:UI Press, 1979)jil.1, h.9.

46

Quraisy Stihab, Mahkota Tuntunan Illahi (Jakarta: Untagama, 1986), h. 35.

47

Zainal Arifin Abbas, Perkembangan Pikiran Tergadap Agama (Jakarta: Pustaka Al-husna, 1984), h. 52.


(42)

menginterprestasikan dan memberi respons terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci.48

A.M. Saefuddin mengatakan bahwa agama merupakan kebutuhan paling esensial manusia yang bersifat universal.49

Durkheim, yang dikutip oleh Zainal Arifin Abbas, dalam bukunya Perkembangan Pikiran Terhadap Agama mengatakan, bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.50

3. Pengertian Nilai-Nilai Agama

Nilai-nilai keagamaan terdiri dari dua kata yaitu kata nilai dan keagamaan. Nilai itu sendiri adalah hakikat suatu hal yang menyebabkan hal itu dikejar oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.51

Dengan demikian nilai dapat dirumuskan sebagai sifat yang terdapat pada sesuatu yang menempatkan pada posisi yang berharga dan

48

Roland Robertson, Agama Dalam Analisa Dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), h. vi.

49

A.M. Saefuddin dkk, Desekularisasi Pemikiran Landasan Islamisasi (Bandung: Mizan, 1987), h. 47.

50

Zainal Arifin Abbas, Perkembangan Pikiran Terhadap Agama, h. 52.

51


(43)

terhormat yakni bahwa sifat ini menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun sekelompok orang, contoh hal itu adalah nasab bagi orang-orang terhormat mempunyai nilai yang tinggi, ilmu bagi ulama` mempunyai nilai yang tinggi dan keberanian bagi pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan sebagainya.52

Nilai Agama berhubungan antara manusia dengan tuhan, kaitannya dengan pelaksanaan perintah dan larangannya. Nilai agama diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang bermanfaat baik didunia maupun di akhirat, seperti rajin beribadah, berbakti kepada orangtua, menjaga kebersihan, tidak berjudi dan tidak meminum-minuman keras, dan sebagainnya. Bila seseorang melanggar norma/kaidah agama, ia akan mendapatkan sanksi dari Tuhan sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Oleh karena itu,tujuan norma agama adalah menciptakan insan-insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam pengertian mampu melaksanakan apa yang menjadi perintah dan meninggalkan apa yang dilarangannya.

Dalam surat Al-Imran ayat 104 menjelaskan:

.

52

Nurcholish Majdjid, Masyarakat Religius Membumikan Nilai-Nilai Islam Dalam Kehidupan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,2000), h. 98-100.


(44)

Artinya: ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar”

Adapun kegunaan nilai agama, yaitu untuk mengendalikan sikap dan perilaku setiap manusia dalam kehidupannya agar selamat di dunia dan di akhirat.53

4. Bentuk-Bentuk Nilai Agama Islam

Bentuk-bentuk nilai agama Islam terbagi ke dalam tiga bagian yakni yang berkaitan dengan akidah, ibadah dan akhlak.

a) Akidah

Secara etimologi, aqidah berasal dari aqada-ya’qidu aqadan- aqidatan. Aqadan berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi aqadan

dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat.54

Secara terminologi Ibnu Tarmiyah menjelaskan bahwa aqidah adalah sebagai suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati, dengan jiwa tenang, sehingga jiwa itu menjadi yakin dan mantap tanpa ada keraguan. Serta Al Bana mendefinisikan bahwa aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkanya, sehingga menimbulkan

53Lana Umma, “nilai dan norma dalam kehidupan

.” Artikel ini diakses pada 17 januari 2014 dari http://lanats46.blogspot.com/2011/03/nilai-dan-norma-dalam-kehidupan

54


(45)

ketenagan jiwa dan menjadikan kepercayaan bersih dari kebingaungan dan keraguan.55

b) Ibadah

Secara etimologi dijelaskan bahwa ibadah berasal dari bahasa Arab yaitu al- ibadah, yangartinya pengabdian, penyembahan,

ketaatan, menghinakan/merendahkan diri dan do’a.

Secara terminologi pengertian ibadah menurut Hasby Ash Shiddeeqy yaitu segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat.56

c) Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa bearti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat.57

Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:

1. Ibn Miskawaih

Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.58

55

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 306

56

Hasby Ash Shiddiqy, Kuliah Ibadah, (Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2000), cet. ke-1, h. 5

57

A Mustafa, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia, 1999), Cet. III, h. 11.

58

Zahrudin AR, Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004). Cet ke-1 h. 4


(46)

2. Imam Al-Ghazali

Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dar segi akal dan syara, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan begitupun sebaliknya.59

5. Faktor yang memengaruhi nilai-nilai Agama

Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegang peran penting. Diantara segala unsur lingkungan sosial yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsurr lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (meniadakan) tingkah laku yang sesuai.60

59

. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 29

60EmmaSoraya, “nilai, moral dan Agama

.” Artikel ini diakses pada 17 januari 2014 dari


(47)

37

A. Sejarah Perkembangan Rohis

1. Sejarah Perkembangan Rohis di Indonesia

Rohis sudah dikenal oleh masyarakat sejak lama. Namun, sampai saat ini penulis belum menemukan rujukan kapan jelasnya Rohis muncul di indonesia hingga penggagasnya. Akan tetapi, cikal bakalnya berkembang pada awal tahun 1980-an ditengah tindakan refresif pemerintah terhadap perkembangan pendidikan Islam.

Terbukti ketika itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu melalui Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan SK Nomor 52/Kep/D/1982 tentang pengaturan pakaian sekolah yang didalamnya termaktub larangan untuk memakai jilbab disekolah negeri. Kemudia banyak perkumpulan Pelajar Muslim yang Protes. Dari situlah bibit-biit Rohis mulai terlihat.55

Memang dalam perjalanannya Rohis sering mendapatkan batu sandungan misalnya, dikaitkan dengan beberapa kasus yang kontroversial misalnya dikaitkan dengan kasus terorisme dan NII (Negara Islam Indonesia). Salah satunya, ketika stasiun televisi Metro TV menyebut Rohani Islam atau Rohis sebagai pintu masuk teroris di sekolah-sekolah.

55

Prayoga, “Rohis dan Perjuanganya.” Artikel ini diakses pada 17 januari 2014 dari http://andhikaprayoga21.blogspot.com/2012/09/rohis-dan-perjuangannya.html


(48)

Pada tayangan tanggal 5 September 2012, Metro TV mengadakan dialog di program MHI (Metro Hari Ini) bersama narasumber Guru Besar Universitas Islam Negeri Jakarta Prof. Bambang Pranowo, mantan Kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono dan pengamat terorisme Taufik Andri.56

Maka berawal dari kasus inilah Rohis seluruh Indosesia melakukan protes, bahkan Metro TV menjadi Statsiun Televisi pertama di Indonesia yang mendapatkan pengaduan ke KPI (komisi penyiaran Indonesia). Yakni sebanyak 29.730 pengaduan.57

Berawal dari kasun ini pula kemudian lahirlah Deklarasi Forum Slilaturahmi Rohis Nasional pada tanggal 23 September 2012. Ketika itu hamper seluruh Rohis di Indonesia sama-sama mendeklarasikan forum tersebut. Rohis DKI Jakarta mendeklarasikan di Bundaran HI, Bandung, aksi simpatik Rohis juga diselenggarakan ketika acara Car Free Day, Surabaya, aksi simpatik rohis mengambil tempat di Taman Bungkul, Masih di Jawa Timur. Rohis se-Kabupaten Ngawi juga akan memusatkan

56Farid Wadjdi, “

Menunggu Penjelasan Bambang Pranowo dan Metro TV Soal Rohis Teroris.” Artikel ini dialyses pada 16 januari 2014 dari http://media.kompasiana.com/mainstream- media/2012/09/15/menunggu-penjelasan-bambang-pranowo-dan-metro-tv-soal-rohis-teroris-493219.html

57Agita Sukma Listiyanti, “Kasus Rohis MetroTV Pecah Rekor Aduan ke KPI.” Artikel ini

diakses pada 16 januari 2014 dari http://www.tempo.co/read/news/2013/01/31/078458315/Kasus-Rohis-MetroTV-Pecah-Rekor-Aduan-ke-KPI


(49)

aksi simpatik di alun-alun kota, Di Jogjakarta, aksi serupa akan diselenggarakan di kilometer nol perempatan Malioboro.58

Kini setelah terbentuknya Forum Silaturahim Rohis Nasional, maka banyak interaksi yang dilakukan antara Rohis di wilayah yang satu dan lainya. Forum Silaturaim Rohis Nasional kemudian mengawali langkahnya dengan mengadakan Forum Silaturahmi Rohis se- Insonesia yang dilaksanakan di Nurul Fikri Boarding School Lembang Bandung. Pada tanggal 29 dan 30 Maret 2013. Dalam silaturahmi Rohis Nasional ini agendanya berisi dengan Diskusi-diskusi, serta ada pengenalan sekaligus pelepasan duta pelajar peduli Palestina yang akan berangkat ke Palestina, dan acara intinya adalah pembentukan forum rohis Se-Indonesia.59

Setelah Forum Silaturahmi Rohis Nasonal debentuk cabang-cabang di daerah pun bemunculan, tidak terkecuali kabupaten bogor.

2. Sejarah Perkembangan Rohis Bogor

Sejarah berkembangnya Rohis di Bogor hamper sama dengan Rohis-Rohis di daerah lain. Keberadaan Rohis di Bogor sekitar tahun 1980an. Hanya saja Rohis bau ada di sekolah-sekolah yang ada di perkotaan saja.

58

Bersama dakwah, “Deklarasi Forum Silaturahim Rohis Nasional.” Artikel ini diakses pada 16 januari 2014 dari http://www.bersamadakwah.com/2012/09/deklarasi-forum-silaturahim-rohis.html 59Nurul Fikri Lembang, “Pelajar Memadati Silaturahim Rohis.” Artikel ini diakses pada 16


(50)

Namun sekitar tahun 1990an Rohis menyebar ke beberapa sekolah di sekitarnya. Awalnya kegiatan Rohis ini dianggap hal yang biasa-biasa saja. Namun, kini kegatan Rohis dianggap penting. Sehingga Rohis di Bogor, khususnya di Kab. Bogor mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah. Hal ini terlihat ketika walikota bogor yang mengadakan pelepasan 250 anggota Rohis untuk mengikuti Musyawarah Rohis Nusantara (MUNAS) yang dilaksanakan oleh Forum ROHIS Nusantara (FORNUSA) dan diikuti oleh pelajar ROHIS se-Indonesia.60

Rohis semakin tertata ketika Forum Rohis Nusantara terbentuk di kota Bogor. Forum Rohis Nusantara kota Bogor itu sendiri dilator belakangi oleh hal yang sama yakni berawal dari celotehan Mento Tv yang menyebutkan Rohis sarang teroris.61

Tujuan dibentuknya FORNUSA di kab. Bogor yakni sebagai wadah diskusi untuk pemecahan masalah-masalah di sekolah terutama masalah keorganisasian serta sebagai wadah menyatukan Rohis se-Indonesia khususnya di kab. Bogor.62

60

http://kotabogor.go.id/component/content/article/1-berita-terbaru/10199-ruyat-lepas-

kontingen-pelajar-rohis-61

Wawancara via email dengan Hudzaifah Muhammad (Ketua FORNUSA kab. Bogor), bogor, 17 januari 2014.

62

Wawancara via email dengan Hudzaifah Muhammad (Ketua FORNUSA kab. Bogor), bogor, 17 januari 2014.


(51)

3. Sejarah Perkembangan Rohis di SMAN 1 Leuwiliang Bogor

Sejarah perkembangan Rohis di SMAN 1 Leuwiliang itu sendiri tidak mengetahui persis kapan Rohis ada di sekolah tersebut. Namun, Pembina Rohis menyebutkan bahwa Rohis ada sekitar tahun 1990an.63

Rohis SMA leuwiliang terbentuk dilatar belakangi kekhawatiran sekolaah pada era teknologi dan moderenisasi. Karena sekolah dirasakan perlu wadah lain untuk memberikan pemahaman-pemahaman, pengrahan, dan memberikan pengaethuan tentang ajaran Islam 64

Adapun tujuan dibentuknya Rohis yang dipaparkan oleh pembina Rohis adalah:

Tujuan dibentuknya Rohis adalah untuk membina pelajar yang cerdas secara akademis dan agamis. Selain itu pembentukan Rohis sebagai salah satu cara membina pelajar agar tindakan dan prilakunya mencerminkan muslim yang sejati65

Serta ketua Rohis Ahmad Fahrudin menjelaskan:

“Yang melatar belakangi dibentuknya rohis adalah dirasa kurangnya pemahaman-pemahan keislaman di lingkungan sekolah umum sehingga perlu dibentuknya organisasi Rohis yang beperan dalam pembentukan mental siswa. Dalam pembentukan mental, Rohani Islam berperan penting dalam pemecahan suatu masalah baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah, di mana dalam kegiatan organisasi ini kita dapat menanggulangi masalah-masalah generasi muda sekarang yang kurang memahami ajaran Islam.

63

Wawancara Pribadi dengan Asep Sarifudin (Pembina Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 5 September 2013.

64

Wawancara Pribadi dengan Asep Sarifudin (Pembina Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 5 September 2013.

65

Wawancara Pribadi dengan Asep Sarifudin (Pembina Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 5 September 2013.


(52)

Selain itu juga, kegiatan

ini dapat menggerakan pemuda dan

pemudi yang selalu menjalin ukhuwah Islamiah untuk menjadi generasi bangsa indonesia yang kuat.”66

a. Visi dan Misi Rohis SMAN 1Leuwiliang

Visi diharapkan dapat menjadi bagian cita-cita yang akan direalisasikan. Visi ROHIS: Insya Allah, menjadi organisasi dawah di sekolah yang handal, kreatif dan bermanfaat bagi pelajar.

Misi Misi merupakan jalan yang harus ditempuh dalam mencapai tujuan. Misi rohis adalah:

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa.

2) Menyimpan, membuat dan mempublikasikan informasi Dawah Islam. 3) Menyelenggarakan pelayanan, pengkajian dan pelatihan Dawah Islam

yang berkualitas untuk siswa.

4) Menambah khazanah wawasan tentang Agama Islam.67

b. Struktur Organisasi Rohis SMAN 1 Leuwiliang 1. KEPENGURUSAN

a) Dewan Penasehat : Kepala Sekolah SMAN 1 Leuwiliang : Wakasek Kesiswaan

: Ade Hekmawati, S. Pdi

66

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fahrudin (Ketua Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 9 Agustus 2013.

67

Laporan Program Kerja ROHIS SMAN 1 Leuwiliang Bogor dari ketua ROHIS Ahmad Fahrudin pada 9 Agustus 2013


(53)

:ALUMNUS Rohis SMAN 1 Leuwiliang

b) Pembina : Drs. H. Asep Hidayat

c) Ketua Umum : Ahmad Fahrudin

d) Ketua I : Rifaldi Imanullah

e) Ketua II : Melati Putri Utami

f) Sekertaris I : Sandy Irawan

g) Sekertris II : Siti Fatonah

h) Bendahara I : M. Yahya Syifaudin i) Bendahara II : Melati Rahma Mulya

2. DIVISI KEPENGURUSAN

a) Divisi DPU(Dewan Pembina Umat)

Ketua Divisi: Imandega Muhammad

Anggota:

1. Dzikril Ibnu Qayyim 2. Maulana Firdaus 3. Reka Panji

4. Afifah Astafannisa 5. Rani

b) Divisi Kaderisasi


(54)

Anggota:

1. Fadhli Ramadhani

2. Anggita Nissa Devi Indriani 3. Zilfah Sri Maulida

4. Winda Hamidah 5. Lia Aulia c) Divisi Medikom

Ketua Divisi: Dicky Randyka

Anggota:

1. Fachmi Amarullah 2. Destina Puspitawati 3. Ellenda Sabrina Z 4. Nita Dewi

d) Divisi Sarana dan Prasaran

Ketua Divisi: Usep Saeudin

Anggota:

1. Mughni Nugraha 2. Amarullah Surbakti e) Divisi Keputrian

Ketua Divisi: Venny Oktaviany

Anggota:

1. Dini Komalasari 2. Bella Nirmala


(55)

3. Herdina Januarti Siti Komariah

c. Program Rohis SMAN 1 Leuwiliang Periode 2013-2014

1. Program Kerja Harian dan Mingguan a) Baca Al-Qur’an Lima Menit (Baklim) b) Infaq

c) Buletin

d) Pengellolaan website Rohis e) Pengelolaan SMS Dakwah

f) Ta’lim Jum’at

g) Tahsin h) Tahfidz

2. Program Kerja Bulanan a) Majalah Dinding (Mading) b) Mentoring Gabungan c) Mabit

d) Tafaqur Alam e) Rujak Party f) Keputrian

3. Program Kerja Tahunan

a) Perlombaan Antar Generasi Islam (PELANGI) b) Islamic Class Metting


(56)

46

A. Strategi Dakwah Rohis SMAN 1 Leuwiliang

Rohis terbentuk karena kurangnya kegiatan keagamaan di sekolah. Serta semakin bergesernya moralitat pelajar ke arah yang negatif. Terlebih belum adanya wadah dakwah di sekolah. Maka dari itu Rohis dibentuk sebagai salah satu media atau wadah untuk menanamkan niai-nilai keagamaan yang meliputi: ibadah, akhlak dan akidah. Seperti yang saya kutip:

“Yang melatar belakangi dibentuknya rohis adalah dirasa kurangnya pemahaman-pemahan keislaman di lingkungan sekolah umum sehingga perlu dibentuknya organisasi Rohis yang beperan dalam pembentukan mental siswa. Dalam pembentukan mental, Rohani Islam berperan penting dalam pemecahan suatu masalah baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah, di mana dalam kegiatan organisasi ini kita dapat menanggulangi masalah-masalah generasi muda sekarang yang kurang memahami ajaran Islam. Selain itu juga, kegiatan ini dapat menggerakan pemuda dan pemudi yang selalu menjalin ukhuwah Islamiah untuk menjadi generasi bangsa indonesia yang kuat.”68

Pada awal berdirinya Rohis dipelopori oleh beberapa siswa dan siswi yang kritis terhadap tantangan era globalisaisi. Yakni, era yang serba modern dan kebudayaan asing semakin sulit untuk diantisipasi.

68

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fahrudin (Ketua Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 9 Agustus 2013.


(57)

Dalam hal ini beberapa siswa mengadakan kerja sama dengan kepala sekolah dan para dewan guru dibidang keagamamaan. Maka terbentuklah ekstra kurikuler Rohis dengan beberapa pengurus di bawah tanggung jawab kepala sekolah SMAN 1 Leuwiliang.

Kemudian kegiatan ekstra kurikuler ini dikembagakan dan dibentuk menjadi suatu organisasi yang mempunyai suatu badan kepengurusan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Kini Rohis yang ada di SMAN 1 Leuwiliang bergerak di bidang pengembangan potensi siswa dan siswi dalam memahami dan mempelajari nilai-nilai agama Islam.

Sebuah organisasi dakwah haruslah memiliki strategi dakwah yang baik. Hal ini, dikarenakan agar setiap tujuan dakwahnya dapat dicapai. Rohis sebagai organsasi dakwah di sekolah tentunya harus pula memiliki strategi dakwah yang sesuai demi tercapainya tujuan yang hendak dicapai yakni adanya peningkatan pemahaman tentang Islam.69

Untuk mengetahui strategi dakwah Rohis peneliti menggunakan konsep Fred R David yang dibagi ke beberapa tahapan yaitu:

69

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fahrudin (Ketua Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 9 Agustus 2013


(58)

1. Perumusan Strategi Dakwah Rohis SMAN 1 Leuwiliang

Perumusan strategi adalah hal yang sangat penting dalam tahapan awal strategi. Dalam tahapan ini strategi diawali dengan merancang dan menyeleksi strategi yang pada akhirnya menjadi pedoman dan patokan dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini langkah-langkah dalam perumusan strategi dakwah Rohis SMAN 1 Leuwiliang tidak pernah keluar dari penanaman nilai-niai keagamaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:

a. Tahap Input (masukan)

Tahapan input adalah tahapan awal yang dilakukan untuk merumuskan strategi. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa Input (masukan) berasal dari pengurus Rohis sebelumnya dan guru bidang keagamaan. Seperti yang dikatakan Ketua Rohis:

Kami dalam menentukan kegiatan tentunya berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak sekolah. Selain itu, kami berkonsultasi dengan alumnus Rohis dan guru bidang keagamaan. Misalnya, kegiatan Membaca Al- Qur’an Lima Menit (baklim) dikarenakan masih banyaknya siswa dan siswi yang kurang baik bahkan tidak bisa membaca Al- Qur’an.70

70

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fahrudin (Ketua Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 9 Agustus 2013


(59)

b. Tahapan Pencocokan

Dalam tahapan pencocokan ini tentunya sebuah organisasi harus bisa memprediksikan peluang keberhasilan sebauh strategi diukur melalui kekuatan dan kelemahan organisasi, Peneliti melihat dalam tahapan pencocokan ini Rohis kurang mampu melihat permasalahan sasaran dakwahnya. Sehingga hanya sebagian kecil dari kegiatan yang dilakukan diarahkan kepada pihak-pihak tertentu. c. Tahapan Keputusan

Dalam tahapan keputusan ini sebuah strategi alternatif yang dihasilkan kemudian diputuskan untuk digunakan atau tidak. Adapun Rohis itu sendiri disa terlihat pertimbangan menggunakan waktu kegiatan setelah selsai KBM.

d. Pengenalan sasaran dakwah

Dalam hal ini pengenalan sasaran dakwah Rohis SMAN 1 Leuwiliang diarahkan pada Siswa dan siswi SMAN 1 Leuwiliang terutama pada anggota Rohis itu sendiri.

e. Pengkajian tujuan

Dalam sebuah strategi tentunya pengkajian tujuan haruslah jelas dengan begitu program yang sudah tersusun agar tidak sia-sia. Maka dengan demikian haruslah mengetahui siapa sasaran dakwah


(60)

mereka, strategi seperti apa yang akan mereka lakukan dan apa tujuan utama Rohis.

Sesuai dengan yang peneliti dapatkan di lapangan tentang pengkajian tujuan oleh Rohis SMAN 1 Leuwiliang dengan pemaparan Ahmad Fahrudin (Ketua Rohis) yang saya kutip.

“Pada dasarnya tujuan dibentuknya Rohis adalah untuk memotivasi peningkatan kemampuan dan keberhasilan siswa dalam memahami Islam serta menumbuh kembangkan semangat hidup beragama di lingkungan sekolah umum. Terlebih, pelajar kini mulai kehilangan jati dirinya dengan melakukan hal-hal yang negatif. Kami sebagai wadah dakwah di sekolah menginginkan lingkungan pelajar yang sehat buakan hanya dari segi jasmani akan tetapi dari segi rohani pula.”71 Dari pemaparan tujuan oleh Ketua Rohis, bisa dilihat bahwa tujuan Rohis adalah untuk menanamkan nilai-nilai Islam pada diri siswa dan siswi serta mengarahkan siswa dan siswi kepada prilaku yang sesuai dengan tuntunan agama.

Untuk mempermudah kerja mereka dalam mencapai tujuan dibuatlah sistem kerja yang terstruktur sesuai kebutuhan dalam mobilisasi dakwahnya dan pembagian tugasnya. Seperti: Divisi DPU(dewan pembina umat), divisi kaderisasi, divisi medikom (media

71

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fahrudin (Ketua Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 9 Agustus 2013.


(61)

dan komunikasi), divisi sarana dan prasarana, serta divisi keputrian. Dengan begitu, mempermudah pula dalam pembagian kerja mereka.72

f. Efektifitas dan efesiensi strategi dakwah

Efektifitas dan efesiensi dalam strategi dakwah haruslah diperhatikan. Hal ini, karena berkaitan dengan sumber daya organisasi yang dimiliki yang nantinya akan berpengaruh kepada keberhasilan dalam dakwahnya.Untuk mengukur efektifitas dan efesiensi tentunya harus melihat proses in put (masukan) dan out put (keluaran).

Berkaitan dengan efektifitas dan efesiensi peneliti berpendapat bahwa adanya pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh Rohis. Baik dari segi situasi dan kondisi yang menurutnya berpengaruh terhadap efektifitas dan efesiensi dakwahnya. Seperti yang saya kutip dari ketua Rohis:

“Kami sangat menyadari sangat terbatasnya waktu

dalam melaksanakan kegiatan, namun kami berusaha mencari jalan keluar dengan cara memaksimalkan waktu yang ada seperti menggunakan waktu yang sedikit namun berulang dan serinng. Hal ini bisa di lihar dari belajar membaa Al-Qur’an, meski waktu yang kami miliki hanya lima menit sebelum waktu pembelajaran sekolah dimualai. Namun, dengan rutinitas dan terus berulang dilaksanakan setiap hari menjadi sangat efektif dan efisien. Dalam hal lain kami lebih

72

Laporan Program Kerja ROHIS SMAN 1 Leuwiliang Bogor dari ketua ROHIS Ahmad Fahrudin pada 9 Agustus 2013


(62)

menggunakan waktu di luar jam pelajaran atau di jam-jam

yang kosong.”73

Peneliti berpendapat bahwa kegiatan harian seperti membaca

Al-Qur’an yang dilaksanakan hanya lima menit sebelum KBM

(kegiatan belajar mengajar). Hal ini, dikarenakan terbatasnya waktu yang tersedia. Namun, dengan begitu terlihat efektif dan efisien karena pelaksanaanya rutin setiap hari sebeum KBM. Sehingga apabila dikomulatifkan dalam satu minggu mereka membaca Al- Qur’an selama 30 menit. Dengan begitu siswa dan siswi bisa lancar dalam membaca Al- Qur’an.

Dalam kegiatan, Rohis juga sering melibatkan SDM (sumber daya manusia ) dari luar organisasi. Seperti yang saya kutip:

“Dari pihak lain pun banyak salah satunya dari TIM ALUMNI Rohis, bahkan kadangkala kami memanggil pendakwah-pendakwah yang sudah mumpuni dalam mengisi acara dan kegiatan kami, seperti dulu kami pernah mengundang Ust. Zaky Mirza. Serta, tidak kami lupakan pihak sponsor pun ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang kami

lakukan.”74

Hal ini, dikarenakan SDM dari luar lebih kredibel dibandingkan dengan sumber daya manusia yang ada di dalam Rohis

73

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fahrudin (Ketua Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 9 Agustus 2013.

74

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fahrudin (Ketua Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 9 Agustus 2013.


(63)

itu sendiri. Karena dalam penanaman nilai-nilai keagamaan diperlukan orang-orang yang mumpuni juga dalam bidang keagamaan.

Dalam hal ini Rohis mampu melihat situasi dan perkembangan zaman. Hal ini terlihat dari beberapa variasi pengunaan media yang beragam baik media elektronik, online, dan media cetak. Sehingga mereka bisa melakukan aktifitas dakwahnya tidak hanya dalam sekolah saja. Misalkan, mengirim pesan bermuatan dakwah kepada siswa-siswi setiap minggunya yang dilakukan oleh divisi medikom. Serta menggaunakan facebook dan blog untuk sarana dakwahnya juga. Hal ini juga dirasa sangat praktis dan menghemat dana. Jadi penanaman nilai-nilai keagamaan bisa dilakukan kepada siswa dan siswi bukan hanya di sekolah saja.

2. Implementasi Strategi Dakwah Rohis SMAN 1 Leuwiliang

Implementasi strategi dakwah adalah sebuah realisasi dari strategi itu sendiri. Jelasnya implementasi berarti mobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi sebuah tindakan. Kegiatan yang termasuk ke dalam implementasi adalah pengembangan budaya organisasi dalam mendukung strategi, menciptakan struktur yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk agar tujuan yang hendak dicapai terlaksana.


(64)

Dalam hal ini implementasi Rohis digambarkan dalam sebuah program selama periode satu tahun yang sudah melewati rumusan strategi. Dalam perumusan strategi masukan (input) diolah sesuai dengan kebutuhan dan tujuan strategi. Hasilnya adalah beberapa kegiatan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan yang sistematis dan konsisten seperti dalam tabel kegiatan harian dan mingguan di bawah ini:

Tabel 1.

Program Kerja Harian dan Mingguan

No. Kegiatan Format Waktu Tujuan

1 Bakliim Membaca

Al-Qur’an menit 5 menit sebelum KBM

Meningkatkan kualitas membaca

Al-Qur’an

2 Infaq Menyalurkan

infaq jum’at Setiap hari jum’at Meningkatkan kepedulian antar sesama umat muslim 3 Bulletin Bulletin

mading

Setiap 1 bulan Menyebarkan dakwah serta informsiseputar dunia islam berupa selebaran kepada siswa-siswi SMN 1 Leuwiliang 4 Pengelolaan

website Rohis Memberikan informasi melalui media internet

Setiap minggu Memberikan informasi seputar dunia islam serta publikasi kegiatan Rohis SMAN 1 Leuwiliang


(65)

5 Pengelolaan SMS Dakwah

SMS Tausyiah Rohis SMAN 1 Leuwiliang

Setiap jum’at Tausiyah

berupa pesan kepada siswa-siswi muslim SMAN 1 Leuwiliang

6 Ta’lim

Jum’at Pengajian rutin setelah shalat

jum’at

Setiap jum’at Menambah

keimanan dan ketaqwaan

7 Tahsin Latihan baca

Al-Qur’an Setiap hari sabtu (selepas puang sekolah) Melatih dan mempertajam bacaan Al-Qur’an

8 Tahfidz Menghafal

Qur’an Disesuaikan Memahami isi kandungan

Al-Qur’an dengan

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Sumber: (Laporan Program kerja Rohis Periode 2013-2014)75

Baklim (membca al- qur’an lima menit), dilaksanakan setiap hari sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan di setiap kelas dari kelas X-XII, selama lima menit. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dan siswi dalam hal ibadah

75

Laporan Program Kerja ROHIS SMAN 1 Leuwiliang Bogor dari ketua ROHIS Ahmad Fahrudin pada 9 Agustus 2013


(66)

membaca Al-Qur’an. Yang bertangung jawab melaksanakan kegiatan ini adalah semua angota Rohis yang ada di kelas tersebut.

Infaq dilakukan bertujua untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama. Dengan kegiatan ini diharapkan siswa dan siswi mampu memupuk diri untuk peduli terhadap sesama.

Buletin, kegiatan ini adalam penyebaran informasi berupa tulisan tentang pengetahuan agama Islam. Berkaitan tentang tauhid, akhlak dan sejarah-sejarah Islam. Kegiatan ini diharapkan memberikan informasi dan pengetahuan terhadap siswa dan siswi tentang nilai-nili keagamaan.

Pengelolaan website Rohis dan SMS dakwah, peneliti melihat bahwa kegiatan ini adalah salah satu cara untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui media online dan elektronik. Media dakwah yang mereka gunakan melalui media online yakni berupa blogspot dengan akun (http://rohissman1leuwiliang.blogspot.com), twitter dengan akun

(https://twitter.com/Rohis_Smanell) dan facebook dengan akunya (https://www.facebook.com/rohis.smanleuwiliang). Dengan menggunakan

media tersebut Rohis menanamkan nilai-nilai keagamaan tidak hanya di sekolah saja. Nilai-nilai yang ditanamkan hususnya yang berkaitan dengan akhlak dan tingkah laku. Ada pula dengan cara mengirim pesan-pesan


(67)

islami yang dikirimkan kepada siswa dan siswi muslim di SMA tersebut. Seperti yang saya kutip:

“Bahkan kami memiliki sebuah program SMS nasihat

Islami yang kami kirimkan ke seluruh siswa muslim, hal ini kami lakukan untuk memberikan pemahaman-pemahaman keislaman dan mengajak siswa-siswi kepada sunah-sunah yang diajarkan baginda Muhammad SAW.”76

Ta’lim juma’at adalah kegiatan berupa pengajian yang diisi oleh guru/ustadz. Pesan-pesan yang disampaikan berupa pengetahuan agama Islam guna membentuk siswa dan siswi yang cerdas secara tingkah laku dan pengetahuan. Peneliti berpendapat bahwa kegiatan ta’lim jum’at ini adalah salah satu cara untuk mengarahkan siswa dan siswi kepada kebaikan. Serta dengan adanya materi tentang akhlak peneliti pun berpendapat bahwa kegiatan ini bisa mengurangi tindakan permisif siswa dan siswi.

Tahsin adalah kegiatan latihan membaca Al- Qur’an, dilakukan setiap hari sabtu selepas pulang sekolah. Peneliti berpendapat bahwa kegiatan ini memberikan wadah yang positif bagi siswa dan siswi, khususnya anggota Rohis. Agar mereka tidak mengisi waktu dengan hal yang negatif.

76

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fahrudin (Ketua Rohis SMA 1 Leuwiliang), bogor, 9 Agustus 2013.


(68)

Tahfidz adalah kegiatan berupa menghapal Al-Qur’an dengan memahami kandungan ayatnya. Biasanya kegiatan ini disesuaikan dengan waktu yang ada. Peneliti berpendapat bahwa kegiatan tahfidz ini memberikan dampak posotif. Karena, dengan pemahaman kandungan ayat-ayat Al-Qur’an menjadi suatu pedoman bagi siswa dan siswi khususnya anggota Rohis dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kegiatan bulanan yang dilakukan oleh Rohis adalah:

Tabel 2.

Program Kerja Bulanan Rohis

No. Kegiatan Format Waktu Tujuan

1 Madding Madding

yang berisikan informasi-informasi islam dan Rohis Satu bulan sekali Menyebarkan dakwah berupa majalah dinding.

2 Mentoring Gabungan Pemberian materi islam dengan mengundang ustadz. Satu bulan sekali Menyeberkan dakwah Islami kepada siswa-siswi.

3 Mabit Bermalam di

mesjid Setiap akhir bulan Mempererat keakraban sesama anggota rohis.

4 Tafakur

Alam Pemberian materi dengan menikmati keindahan alam

6 bulan sekali Menumbuhkan rasa syukur dan kecintaas kepada Allah SWT. Akan semua ciptaaNya.


(69)

5 Rujak Party Pertemuan dengan mengadakan muhasabah Setiap akhir bulan Menumbuhkan rasa persaudaraan di kalangan anggota dan pengurus.

6 Keputrian Pembinaan

siswi, baik dari anggota Rohis ataupun lainya. Setiap satu bulan sekali Mengarahkan siswi agar mampu menghiasi dirinya dengan ajaran-ajaran agama Islam. Sumber: (Laporan Program Kerja Rohis Periode 2013-2014)77

Mading ini berupa informasi tentang Islam dan Rohis. Mading dilakukan setiap satu bulan sekali. Informasi itu berupa artikel-artikel keislaman, karya sastra Islam, dan informasi yang berkaitan tentang kegiatan Rohis. Tujunaya hampir sama dengan buletin yakni menyampaikan pesan-pesan dakwah yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan pada siswa dan siswi SMAN 1 Leuwiliang Bogor.

Kegiatan yang kedua adalah mentoring gabungan, mentoring gabungan adalah kegiatan memberikan materi dan memberikan ruang berdiskusi bagi siswa dan siswi yang berkaitan tentang keislaman. Mentoring gabungan berbeda dengan mentoring khusus anggota Rohis. Perbedaannya terletak pada angggota yang ikut mentoring. Mentoring

77

Laporan Program Kerja ROHIS SMAN 1 Leuwiliang Bogor dari ketua ROHIS Ahmad Fahrudin pada 9 Agustus 2013


(70)

khusus Rohis diarahkan hanya untuk Rohis saja. Akan tetapi mentoring gabungan diarahkan kepada seluruh siswa dan siswi. Peneliti berpendapat bahwa kegiatan mentoring ini akan berdampak positif, karena dengan adanya pengarahan-pengarahan dari mentor dan pemberian materi. Sehingga ada kontrol bagi mereka agar apa yang mereka lakukan berpedoman pada tuntunan Islam.

Kegiatan ketiga adalah mabit, mabit adalah sebuah kegiatan mendekatkan diri kepada Allah dengan bermalam di mesjid. Kegiatan yang keempat adalah tafaqur alam, kegiatan ini perkemahan yang di dalamnya terdapat pemberian materi. Selain itu, sebagai perenungan diri terhadap nikmat yang Allah berikan. Kegiatan ini terakhir kali dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2013.

Kegiatan yang terakhir adalah rujak party, rujak party yakni sebuah kegaitan membuat rujak pada intinya, kemudian ikuti dengan pemberian materi-materi dan muhasabah diri untuk anggota Rohis. Adapun kegiatan tahunan seperti tabel di bawah ini:

Tabel IV. 3 Prograk kerja Tahunan N

o.

Kegiatan Format Waktu Tujuan

1 Pelangi Perlombaan antar generasi islam se-Bogor Raya

Satu tahun sekali

Mempererat keakraban antar sekolah se- Bogor


(71)

2 Islamic classmeetin g Perlimbaan antar kelas Setiap akhir UAS Memberikan wadah kreativitas untuk siswa-siswi. 3 Perayaan

Maulid Nabu Muhammad SAW. Pemberian materi dengan mengundang ustadz Hari-hari Besar Islam Menumbuh kembangkan kecintaan kepada Allah dan RasulNya dengan merayakan hari besar islam 4 Kegiata Isra

Mi’raj Pemberian materi islam dengan mengundang ustadz 5 Kegiatan

bulan ramadhan

Pesantren ramadhan, buka pusa bersama, dan penyeluran bakti sosial.

Sumber: (Laporan Program Kerja Rohis 2013-2014)78

Perlombaan antar generasi Islam (PELANGI), adalah sebuah perlombaan yang diadakan oleh Rohis dalam rangka mempererat tali persaudaraan antar sekolah SMA/sederajat dan SMP/sederajat se-Bogor. Peneliti melihat keigiatan ini memberikan wadah positif bagi siswa dan siswi. Apalagi dengan maraknya voulence (kekerasan) antar pelajar, keggiatan ini menjadi jalan mangantisipasi permasalahan tersebut. Karena dalam kegiatan ini bisa lebih mempererat tali silaturahmi antar pelajar.

Islamic class metting, hampir sama dengan perlombaan antar generasi Islam. Namun, cakupanya hanya antar kelas di sekolah SMAN 1

78

Laporan Program Kerja ROHIS SMAN 1 Leuwiliang Bogor dari ketua ROHIS Ahmad Fahrudin pada 9 Agustus 2013


(1)

3. P: Sejak kapan Rohis di SMAN 1 Leuwiliang ada?

R: Saya pastinya tidak mengetahui persis kapan Rohis ada di sini. Namun, kalau tidak salah Rohis ini ada sekitar tahun 1990an. Tapi bapak pikir itu hanya bibit awal mula kemunculanya. Karena, pada masa itu ada diantara siswa yang memang sering berdiskusi tentang keislaman dan problematikanya.

4. P: Dengan adanya rohis apakah perubahan seperti apa yang terjadi pada diri siswa?

R: Sejauh ini ada ya, misalnya ada perbedaan prilaku antara siswa dan siswi yang ikut kegiatan Rohis dan tidak. Siswa yang mengikuti kegiatan Rohis lebih sopan dan santun baik dalam berprilaku atau bertindak. Selain itu secara psikologis mereka lebih matang. Berbeda dengan siswa yang lain. Itu si yang bapak lihat sejauh ini.

5. P: Bagimana respon masyarakat sekolah terhadap Rohis?

R: kalau respon masyarakat sekolah tentunya baik. Terutama guru di bidang keagamaan, mereka terasa terbantu dengan adanya rohis. Karena dulu banyak siswa yang tidak membaca Al-Qur’an dengan adanya Rohis ada peningkatan yang lumayan. Maka saya selaku Pembina dan guru-guru lainya sangat mengepresiasi Rohis.

6. P: Seperti apa peran Pembina dalam kegiatan Rohis ini?

R: Peran pembina Rohis hanya manerahkan anak-anak jika mereka kesulitan dan menemukan permasalahan. Saya tidak menentukan harus seperti ini dan harus seperti itu. Saya membiarkan mereka dalam menjalankan organisasi ini


(2)

agar mereka nantinya terbiasa. Akan tetapi, saya tetap mengawasi setiar langkah yang mereka lakukan dalam oganisasi.

Pewawancara Responden


(3)

DOKUMENTASI

(Kegiatan PELANGI ”Perlombaan Antar Generasi” season 5, Tingkat SMA/Sederajat)


(4)

(5)

(6)

(Kegiatan PENGGARIS: Pengajian Antar Rohis Se-Bogor Raya) Sumber: Bloog ROHIS SMAN 1 Leuwiliang, Bogor


Dokumen yang terkait

Fungsi Pengawasan Dprd Kabupaten Bogor Terhadap Efisiensi Administrasi Pelayanan Kesehatan Daerah (Studi Pelayanan Publik Di Rsud Leuwiliang Kabupaten Bogor)

0 16 117

Strategi Penghimpunan Dana Zakat Di Bprs Amanah Ummah Leuwiliang Bogor

2 33 77

Strategi Komunikasi Guru Terhadap Murid Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Agama Di Sd Islam Terpadu Amalia, Cibinong, Bogor

1 11 159

STRATEGI DAKWAH KULTURAL MUHAMMADIYAH DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN NILAI – NILAI PENDIDIKAN ISLAM Strategi Dakwah Kultural Muhammadiyah Dalam Mengimplementasikan Nilai – Nilai Pendidikan Islam Di Masyarakat (Studi Empirik Pengurus Ranting Muhammadiyah Kelur

0 1 16

UPAYA GURU AGAMA ISLAM MEMOTIVASI SISWA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN UPAYA GURU AGAMA ISLAM MEMOTIVASI SISWA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 3 16

UPAYA GURU AGAMA ISLAM MEMOTIVASI SISWA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN UPAYA GURU AGAMA ISLAM MEMOTIVASI SISWA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA PADA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 3 18

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI RELIGIUS SISWA DI SMPN 2 NGANTRU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

26 Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor

0 0 7

STRATEGI DAKWAH BAKOR RISMA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI AKHLAK PADA REMAJA DI BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 3 103

Strategi guru pendidikan agama islam dalam menanamkan nilai-nilai multicultural di SMAN 1 Air Naningan Kabupaten Tanggamus - Raden Intan Repository

0 0 59