Pengaruh Kegiatan Rohani Islam (Rohis) terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan

PENGARUH KEGIATAN ROHANI ISLAM (ROHIS)
TERHADAP SIKAP BERAGAMA SISWA KELAS IX
SMP NEGERI 14 TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Disusun Oleh:

LINA ANDRIYANI
NIM: 109011000089

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M

ABSTRAK


Lina Andriyani (NIM. 109011000089), Pengaruh Kegiatan Rohani Islam
terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang
Selatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan kegiatan
Rohis dengan sikap beragama siswa kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.
Subjek penelitian ini adalah Pembina dan seluruh anggota Rohis kelas IX-1, IX-2
dan IX-3 SMP Negeri 14 Tangerang Selatan. Objek penelitian ini adalah kegiatan
Rohis meliputi: kegiatan ibadah harian, Baca Qur’an, kerjasama dan lain
sebagainya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif dengan desain
korelasional. Dalam menentukan sampel penulis menggunakan teknik purposive
sampling dengan menggunakan rumus slovin. Untuk mengumpulkan data penulis
menggunakan teknik observasi, wawancara dan angket dengan model skala likert
yang kemudian diolah menggunakan SPSS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan Rohis yang selama ini berjalan
membawa pengaruh yang sangat kuat bagi sikap beragama siswa SMP Negeri 14
Tangerang Selatan yaitu sebasar 0.949% atau 95%.

Kata Kunci: Rohis, Sikap Beragama.


v

ABSTRACT

Lina Andriyani (NIM. 109011000089), Pengaruh Kegiatan Rohani Islam
terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang
Selatan.

The purpose of this study was to determine how Rohis activities and whether there
is influence between Rohis activities with the rest of religious attitudes in SMP
Negeri 14 South Tangerang.
This research subject is the constructor and all members of the class Rohis IX-1,
IX-2, and IX-3 SMP Negeri 14 South Tangerang. Object of this study is Rohis
activities include; activities of daily worship, read the Quran, cooperation and so
forth.
In this study authors use the methode with the correlational design. As for the
author in determining the sample using purposive sampling technique using the
formula slovin. As for the authors collected data using observation, interviews and
questionaires with likert scale models were then processed using SPSS.

This study was shown that the activities that had been running Rohis brings a very
strong influence on attitudes of religious students of SMP Negeri 14 South
Tangerang is equal to 0.956% or 95%.

Key words: Rohis, Religious attitudes.

vi

KATA PENGANTAR
   
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT., Tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Rohani Islam (Rohis)
Terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan”
dengan baik dan lancar. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan pengikut sampai
akhir zaman.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa, dan
kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan

skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Abdul Madjid Khon, MAg., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam,
dan Marhamah Shaleh, Lc, MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam,
beserta segenap dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta
bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang
telah beliau berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
4. Dr. Zaimuddin, MA., Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam
membagi waktu, tenaga, dan pikiran dalam upaya memberikan bimbingan,
petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam mengerjakan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya.

vii

5. Drs. H. Muslih, M. Pd., Kepala SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang

beliau pimpin.
6. Seluruh dewan guru SMP Negeri 14 Tangerang Selatan khususnya Ibu
Endang Purnama Sari, S. Ag, selaku guru Pendidikan Agama Islam sekaligus
pembina Rohis yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian ini.
7. Siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang telah bersedia
sebagai subjek dalam Penelitian ini.
8. Kedua orang tua yaitu Bpk. H. Murdani dan Ibu Encum Sulaimah, yang selalu
penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan
kepada penulis.
9. Kakak-kakakku Amelia dan Zulkifli serta adikku tercinta Ahmad Fachrizal,
terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.
10. Sahabat-sahabat yang saya cintai yaitu Lukman, Wulandari, Diyah Iis, teman
seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2009, kelas PAI C,
Sayyidah dan teman-teman Lembaga Tahfizh dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ)
Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas
kebersamaan, dukungan, bantuan, dan motivasinya.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan
perhatian yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Tiada daya dan upaya melainkan milik Allah semata, tiada gading yang tak
retak, begitu pula tiada hal di dunia yang sempurna karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Harapan penulis semoga karya ilmiah dapat
bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis.
Jakarta, 27 Juni 2016
Penulis

viii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ..............................

ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................


iii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...............................................

iv

ABSTRAK ......................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ....................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................


xi

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xiii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................

1

B. Identifikasi Masalah .................................................................


7

C. Pembatasan Masalah ................................................................

7

D. Perumusan Masalah .................................................................

8

E. Tujuan Penelitian .....................................................................

8

F. Manfaat Penelitian ...................................................................

8

KAJIAN TEORI

A. Sikap Beragama .......................................................................

9

1. Pengertian Sikap Beragama ...............................................

9

2. Ruang Lingkup Sikap Beragama .......................................

13

3. Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Beragama
Siswa ..................................................................................

15

a. Faktor Internal .............................................................

15


b. Faktor Eksternal .........................................................

16

ix

BAB III

B. Pengertian Rohani Islam ..........................................................

18

1. Rohani Islam ......................................................................

18

2. Fungsi dan Tujuan Rohani Islam .......................................

20

3. Komitmen Berorganisasi ....................................................

21

4. Kegiatan Rohani Islam .......................................................

22

C. Penelitian Yang Relevan ..........................................................

24

D. Kerangka Berpikir ....................................................................

25

E. Hipotesis ...................................................................................

26

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................

27

B. Metode Penelitian .....................................................................

27

C. Populasi dan Sampel ................................................................

27

D. Teknik Pegumpulan Data .........................................................

28

E. Uji Coba Instrumen ..................................................................

29

F. Teknik Pengolahan Hasil Penelitian ........................................

33

G. Teknik Analisis Data penelitian ...............................................

33

1. Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................

33

a. Uji Validitas .................................................................

33

b. Uji Reliabilitas .............................................................

34

2. Karakteristik Variabel ........................................................

34

3. Uji Asumsi Klasik ..............................................................

35

a. Uji Normalitas .............................................................

35

b. Uji Multikolonieritas ....................................................

35

c. Heteroskedastisitas .......................................................

36

4. Uji Hipotesis ......................................................................

36

a. Uji Koefisien Determinasi ...........................................

36

b. Uji t ..............................................................................

37

c. Uji f ..............................................................................

37

d. Analisis Korelasional .................................................

38

x

BAB IV

BAB V

5. Operasionalisasi Variabel...................................................

38

a. Variabel Independen ....................................................

39

b. Variabel Dependen .......................................................

39

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah .......................................................

40

1. Sejarah Rohis......................................................................

40

2. Kurikulum Rohis di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan ...

44

3. Keadaan Guru & Karyawan, Sarana & Prasarana..............

46

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................

47

C. Statistik Deskriptif....................................................................

53

D. Uji Asumsi Klasik ....................................................................

60

1. Uji Normalitas Data ...........................................................

60

2. Uji Multikolinearitas ..........................................................

61

3. Uji Heteroskedastisitas .......................................................

62

E. Analisis Korelasi Rank Spearman ............................................

62

F. Uji Goodness Of Fit .................................................................

65

1. Koefisien Determinasi ........................................................

65

2. Uji Statistik T .....................................................................

66

3. Uji Statistik F .....................................................................

66

4. Analisis Korelasional .........................................................

67

5. Pembahasan Hasil Penenlitian ...........................................

70

6. Uji Hipotesis.......................................................................

71

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...............................................................................

74

B. Saran .........................................................................................

75

DAFTAR PUSTAKA

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 : Jumlah Siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan .....................

27

TABEL 3.2 : Instrumen Penelitian...................................................................

30

TABEL 4.1 : Keadaan Guru & Karyawan .......................................................

45

TABEL 4.2 : Jumlah Siswa..............................................................................

45

TABEL 4.3 : Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Rohis.......................

47

TABEL 4.3 : Hasil Pengujuian Validitas dan Reliabilitas Sikap Beragama....

50

TABEL 4.5 : Statistik Deskriptif Rohis ..........................................................

54

TABEL 4.6 : Frekuensi Rohis..........................................................................

55

TABEL 4.8 : Statistik Deskriptif Sikap Beragama ..........................................

58

TABEL 4.9 : Distribusi Frekuensi Sikap Beragama ........................................

58

TABEL 4.11 : Hasil Uji Normalitas ................................................................

61

TABEL 4.12 : Hasil Uji Multikolinearitas.......................................................

62

TABEL 4.13 : Uji Glesjer ................................................................................

63

TABEL 4.14 : Interval Korelasi .......................................................................

63

TABEL 4.15 : Koefisien Korelasi ....................................................................

64

TABEL 4.16 : Koefisien Determinasi ..............................................................

66

TABEL 4.17 : Uji Statistik T ...........................................................................

66

TABEL 4.18 : Uji Statistik F ...........................................................................

67

TABEL. 4. 19 Indeks Korelasi ........................................................................

68

xii

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK 4.7 Frekuensi Rohis .........................................................................

56

GRAFIK 4.10 Frekuensi Sikap Beragama ......................................................

60

GRAFIK 4.20 Peningkatan Rohis ...................................................................

72

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi sekaligus
untuk mengabdi kepada-Nya. Manusia merupakan ciptaan Allah yang paling
sempurna diantara makhluk yang lain. Karena manusia memiliki unsur atau
komponen yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Namun, dalam fase
pertumbuhan dan perkembangannya, manusia pasti melewati beberapa tahapan,
dari masa bayi, anak-anak, remaja dan orang tua.
Masa remaja seringkali dihubungkan dengan hal mengenai penyimpangan
dan ketidakwajaran hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori perkembangan
yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai
akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh
berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan baru yang
dialami remaja membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa
gangguan pikiran, perasaan maupun gangguan perilaku. Sehingga kemudian, tidak
jarang remaja mengambil resiko dengan melakukan sesuatu yang berupa
kenakalan remaja.
Remaja masa kini dihadapkan pada lingkungan dimana segala sesuatu
berubah sangat cepat. Mereka dibanjiri oleh informasi yang banyak dan cepat
untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk hingga mencapai apa
yang disebut information overload. Akibatnya timbul perasaan terasing,
keputusasaan, problem identitas dan masalah-masalah yang berhubungan dengan
benturan budaya.1

Moh. Wardi, Jurnal Pendidikan Islam “Penerapan Nilai PAI dalam Perubahan Sosial
Remaja”, (Pamekasan : Tadris ), vol. 7, hal. 32.
1

1

2

Di berbagai kota maupun daerah, sudah menjadi pengetahuan umum
bahwa ulah remaja khususnya pelajar dewasa ini mencemaskan masyarakat,
mereka tidak lagi membolos sekolah, merokok, minum-minuman keras, atau
menggoda lawan jenisnya, tetapi tak jarang mereka terlibat dalam aksi tawuran
layaknya preman, terjerumus dalam kehidupan seksual pranikah, dan berbagai
bentuk perilaku menyimpang lainnya. Kemerosotan moral ini tidak hanya
mempengaruhi orang dewasa saja akan tetapi juga siswa menengah pertama yang
menjadi generasi harapan untuk meneruskan cita-cita bangsa Indonesia.
Merosotnya moral dan pergeseran nilai-nilai agama yang terlihat dalam
perilaku sehari-hari pelajar saat ini disebabkan antara lain, kurangnya
pengetahuan dan penghayatan mereka pada agama yang mereka dapatkan di
sekolah serta ketidakseimbangan pendidikan jasmani dan rohani yang bertumpu
pada pembinaan mental dan akhlak.
Oleh karena itu di sinilah diharapkan peran lembaga pendidikan untuk
dapat mengoptimalisasikan lagi dalam hal membina serta memperbaiki akhlak
para pelajar. Agar generasi muda saat ini dapat menjadi generasi muda yang
mampu membangun masa depan yang lebih baik sesuai dengan tujuan nasional itu
sendiri

yaitu

bertujuan

untuk

mencerdaskan

kehidupan

bangsa

dan

mengembangkan manusia Indonesia yang berbudi luhur memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan merupakan proses pembinaan yang dilakukan secara terus
menerus kepada anak dalam upaya membentuk manusia yang bertaqwa, berakhlaq
mulia, bertanggung jawab, dan berlaku jujur. Untuk mencapai tujuan tersebut
tentu tidak cukup dengan pendidikan formal saja melainkan diperlukan juga
bimbingan yang terarah di luar jam sekolah untuk menunjang dan menambah
pengetahuan yang didapat di sekolah.
Jika diamati lebih seksama bahwa sesungguhnya kegiatan ekstrakurikuler
(ekskul) tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan intrakurikuler. Kegiatan
ekskul sebagai media pembinaan dan pengembangan kemampuan, minat dan
bakat para siswa mengandung seperangkat nilai-nilai yang cukup urgen bagi

3

proses pendewasaan dan kemajuan mereka di masa depan. Tidak sedikit para
aktivis ekskul yang menunjukkan kepiawaiannya dalam berbagai hal. Kegiatan
semacam ini mampu meredam gejolak kenakalan para pelajar, karena
diasumsikan bahwa kenakalan para pelajar salah satu penyebabnya adalah mereka
merasa kurang senang dengan keadaan di lingkungan keluarga, sehingga waktu
luang mereka digunakan pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Sebaliknya dengan
aktif mengikuti kegiatan ekskul, diharapkan mereka akan merasa senang untuk
bersosialisasi dengan teman-teman seperjuangannya, dan menganggap bahwa
sekolah sebagai sumber inspirasi untuk memenuhi kebutuhan dan sekaligus
sebagai penyalur minat dan bakat mereka, dan bukan sekedar pengisi waktu luang.
Selain itu, siswa juga dididik dan dibina dengan ilmu Agama yang berdasarkan
Al-Qur’an dengan melakukan kegiatan-kegiatan peningkatan bacaan Al-Qur’an,
peringatan hari besar Islam, pesantren kilat dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
dapat memotivasi siswa untuk dapat mengamalkan ajaran agama Islam dengan
sebaik-baiknya. Serta agar iman mereka tidak mudah goyah dan hancur. Hal ini
sesuai dengan firman Allah:

         
         
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta
dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang
benar. (QS. Al-Hujurat : 15)
Pendidikan dapat dilalui dengan berbagai cara yaitu melalui proses
pendidikan formal, informal, dan nonformal baik pendidikan umum dan
pendidikan agama. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Zakiyah Darajat bahwa
“untuk memperoleh pendidikan ada tiga jalur yang harus ditempuh, yaitu:

4

keluarga sebagai jalur pendidikan informal, sekolah sebagai jalur pendidikan
formal, dan masyarakat sebagai pendidikan nonformal”.2
Peranan sekolah dalam rangka mengantarkan siswa-siswinya untuk
peningkatan perilaku beragama, salah satu usaha yang dilakukan adalah
memberikan suatu wadah Kerohanian Islam (Rohis) agar siswa dapat termotivasi
untuk bertingkah laku yang baik terhadap dirinya sendiri, terhadap pencipta-Nya
(Allah SWT), dan terhadap sesamanya.
Selain keterlibatan pihak sekolah, Pemerintahpun dalam hal ini
Kementrian Agama tidak tinggal diam,

secara konsisten terus-menerus

menggencarkan upaya internalisasi nilai-nilai Islam rahmatan lil „alamin melalui
kegiatan Rohis di sekolah. Salah satu kegiatan pembinaan Rohis yang dilakukan
Kemenag adalah menggelar Perkemahan Rohis Tingkat Nasional Tahun 2014.
Kegiatan yang melibatkan 2.000 siswa tingkat SMA dan SMK seluruh Indonesia
yang telah diselenggarakan pada 12-15 Nopember 2014 di Cibubur yang dibuka
oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.” Kata Direktur Pendidikan
Agama Islam. Amin Haidari kepada pers di Jakarta.3
Selain itu, pada tahun 2016 tepatnya di bulan Mei Pemerintah dalam hal
ini

Kementerian

Agama

mengadakan

perkemahan

Rohis

se-Indonesia.

Perkemahan Rohis menjadi salah satu wadah penangkal terhadap berbagai
peristiwa negatif yang menimpa remaja seperti pergaulan bebas dan pemakaian
obat-obatan terlarang. Pada kegiatan ini para siswa akan saling berinteraksi, saling
belajar mengenai nilai-nilai agama dengan pembimbing yang kompeten.
Menurut Komaruddin selaku Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, keadaan
siswa-siswi ini berada pada usia yang sangat rentan terhadap berbagai pengaruh
arus globalisasi dan perkembangan media sosial. Mereka dengan mudah mencari
sumber pengetahuan melalui internet. Karenanya, perlu ada pendampingan,
sehingga tidak ada penyimpangan seperti yang diberitakan selama ini. “Ada isu

2

Zakiyah Darajat, Kesehatan mental, (Jakarta : PT Gunung Agung, 2001), h. 121.
Kemenag.go.id/indeks.”Kemenag Tangkal Radikalisme Melalui Kegiatan Rohis”. Rabu,
08 April 2015.
3

5

negatif, Rohis dianggap menjadi bagian dari penyebaran paham-paham radikal,
bahkan terorisme. Ini jangan sampai terjadi,”katanya.4
Kegiatan ekstrakurikuler seperti halnya Rohis dapat mengajarkan siswa
tentang pendidikan keorganisasian, kerjasama, sosialisasi, serta tanggung jawab
yang perlu ditanamkan dalam diri siswa sehingga mereka tidak hanya
mendapatkan ilmu secara teoritis saja melainkan lebih kepada hal-hal yang
bersifat praktis, yang tentu saja dibutuhkan siswa ketika mereka berada di dalam
lingkungan masyarakat.
Jadi, jelas bahwa sekolah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman dan
penghayatan nilai-nilai Agama yang positif kepada siswanya yaitu salah satu
jalan yang ditempuh adalah dengan mengikuti kegiatan Rohis. Diharapkan dengan
adanya kegiatan Rohis tersebut siswa mempunyai sikap beragama yang baik.
Pengaruh Kegiatan Rohani Islam (Rohis) di Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) 14 Tangerang Selatan dalam meningkatkan sikap beragama sangat
penting, sehingga pada tahun ini Rohis diwajibkan oleh pihak sekolah. Tentunya
perlu bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan aspek afektif dan psikomotor siswa.
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru Agama
Islam SMP Negeri 14 Tangerang Selatan bahwa, awal berdirinya sekolah sekitar
tahun 2010 mayoritas siswa-siswinya berasal dari masyarakat sekitar sekolah.
Yang mana keadaan masyarakat di lingkungan sekitar sekolah sesungguhnya
berada di lingkungan yang negatif. Mayoritas masyarakatnya 70% perilaku
beragamanya menyimpang, seperti; mereka terbiasa minum-minuman keras, para
pelajarnya pun sering kali terlibat dalam aksi tawuran dengan sekolah lain yang
belokasi tidak jauh dari sekolah. Namun, setelah 3 tahun terakhir kebiasaan
tersebut hilang, para siswa yang mendaftar di sekolah tersebut tidak hanya yang
berasal dari masyarakat sekitar, bahkan sampai ada yang berasal dari tamatan
sekolah unggulan.

4

Kemenag, sharia.co.id, Kementerian Agama akan menggelar Jambore Nasional, diakses
pada Juni 2016.

6

Selain itu, bila dilihat dari perilaku para pelajar putri, mereka yang
mengenakan kerudung lebih banyak. Dari kualitas alumninya, tingkat ibadah
mereka lebih kuat dan perilakunya pun lebih terlihat. Aksi tawuran pun lama
kelamaan hilang. Semua itu tentu tidak lepas dari adanya pengaruh guru dan
Rohis, tak jarang kegiatan yang diadakan oleh Rohis pun banyak membantu
pelajaran agama khususnya BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an) di sekolah.5
Lokasi SMP Negeri I4 Tangerang Selatan berada di tengah kota. Hal ini
secara tidak langsung sebenarnya akan dapat mempengaruhi jiwa mereka, karena
agama sebagai pengontrol dan penengah antara pendidikan dan fenomena.
Melalui kegiatan Rohani Islam, jiwa siswa dapat terbina dengan baik dan setelah
pembinaan itu berhasil akan terbentuk perilaku yang baik. Seperti yang dikatakan
Zakiyah Darajat:
Agama memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai
kepada yang sebesar-besarnya mulai dari hidup pribadi, keluarga,
masyarakat dan hubungan dengan Allah, bahkan dengan alam semesta
dan makhluk hidup lain. Jika bimbingan-bimbingan tersebut dijalankan
betul-betul akan terjaminlah kebahagiaan dan ketentraman batin dalam
hidup ini tiada saling sengketa, adu domba, tiada kecurigaan dalam
pergaulan. Hidup aman, damai dan sayang menyayangi antar satu sama
lain.6
Dari apa yang dikatakan oleh Zakiyah Darajat, dapat disimpulkan bahwa
dengan agama, mental atau jiwa mendapatkan ketenangan. Segala kejahatan nafsu
akan terkontrol sehingga akan muncul perilaku yang baik. Karena bagaimanapun
agama

merupakan

bibit

terbaik

yang

diperlukan

dalam

pembinaan

kepribadiannya. Selain itu pendidikan yang ditekankan pada tujuan untuk
mencerdaskan bangsa serta menjunjung tinggi derajat dan martabat manusia dan
bangsa, yang dalam pandangan Al-Qur’an dikenal dengan khoirul

ummah.

Karena itu pendidikan mempunyai tantangan yang cukup berat serta harus
memiliki nilai tambah agar dapat memberikan kesejahteraan lahir dan batin.
Selain itu juga harus dapat memberikan perilaku yang membangun yaitu manusia
yang kreatif, produktif dan dinamis, efektif dan efisien. Namun pendidikan juga
5

Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru PAI SMPN 14 Tangerang Selatan, pada hari
Selasa 07 Agustus 2015. Di ruang Guru SMPN 14 Tangsel.
6
Zakiyah Darajat, Peran Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta, Gunung Agung,
1995, h. 59.

7

dapat mengembangkan sikap kearifan, yaitu sikap yang mampu memahami makna
kehidupan bersama untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara.
Berbagai penjelasan dan fenomena telah dituangkan penulis, ketertarikan
penulis

terpanggil

untuk

mengembangkan

pemikiran

tentang

kegiatan

ekstrakurikuler Rohis dengan judul “Pengaruh Kegiatan Rohani Islam (Rohis)
Terhadap Sikap Beragama Siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 14 Tangerang Selatan”.
Dalam hal ini penulis ingin meneliti pengaruh kegiatan Rohis terhadap
sikap beragama siswa kelas IX

SMP Negeri 14 Tangerang Selatan, yang

merupakan lembaga pendidikan yang representatif untuk dijadikan penelitian,
sehingga dapat dijadikan suatu contoh bagi lembaga lainnya. Ini dipandang sangat
penting bagi penulis, karena pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selama
ini berlangsung dirasa masih minim dalam pembentukan sikap (afektif) siswa.

B. Identifikasi Masalah
Dari berbagai realita yang ada dan berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka diperoleh beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Kurangnya kuantitas guru Rohis sehingga kurang efektif kegiatan Rohis.
2. Minimnya waktu pembelajaran Agama Islam dalam upaya membentuk
sikap beragama siswa.

C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka
peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Siswa yang dimaksud dalam skripsi ini adalah siswa kelas IX-1, IX-2
dan IX-3 SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.
2. Sikap beragama yang dimaksud adalah kegiatan beragama yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya: sholat wajib,
sholat sunnah, sholat berjamaah di masjid, membaca ayat al Qur’an,
beramal sholeh, ikhlas, rendah hati, dan lain sebagainya.

8

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dipaparkan di atas, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah “Apakah
ada pengaruh yang signifikan antara Kegiatan Rohis terhadap sikap
beragama siswa kelas IX di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan?”

E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan Rohis di SMP Negeri
14 Tangerang Selatan.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara kegiatan Rohis dengan
sikap beragama siswa kelas IX di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan.

F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan mengadakan
penelitian selanjutnya.
2. Sebagai pertimbangan bagi Pembina Rohis untuk lebih memberikan
perhatian pada kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Rohis, agar
dapat menghasilkan pembinaan akhlak yang baik.
3. Bagi peneliti, mendapat khazanah ilmu baru. Serta dapat memecahkan
masalah secara teoritis.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sikap Beragama
1. Pengertian Sikap Beragama
Mengawali pembahasan mengenai sikap beragama, maka terlebih dahulu
akan dikemukakan definisi mengenai sikap. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia sikap didefinisikan sebagai: ”perilaku atau gerak-gerik yang
berdasarkan pada pendirian (pendapat atau keyakinan)”.1
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, dijelaskan pengertian sikap
sebagai berikut, “Sikap adalah faktor yang dapat mendorong/menimbulkan
tingkah laku tertentu. Sikap senantiasa ada dalam diri manusia namun tidak selalu
aktif setiap saat. Sikap merupakan kecenderungan untuk beraksi secara positif
untuk (menerima) ataupun negatif (menolak) terhadap objek berdasarkan
penilaian diri”. 2
Menurut M. Alisuf Sabri, sikap (attitude) adalah kecenderungan untuk
mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh
tak acuh.3 Pengertian ini serupa dengan definisi yang dikemukakan oleh Sarlito
Wirawan Sarwono, bahwa sikap adalah “Kesiapan pada seseorang untuk
bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu”4
Adapun menurut Akhyas Azhari, sikap adalah suatu perbuatan atau
tingkah laku sebagai reaksi atau respon terhadap suatu rangsangan yang disertai
dengan pendirian orang lain. Dalam hal ini sebagian psikolog mengemukakan
bahwa sikap diawali dengan perasaan (emosi) baru kemudian menunjukkan reaksi

1

Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, (Jakarta
: Balai Pustaka, 1999), h. 838.
2
Tim Penyusun Ensiklopedia Nasional Indonesia, Ensiklopedi Nasional Indonesia,
(Jakarta : PT. Citra Adipustaka, 1991), h. 31-32.
3
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h.
83.
4
Sarlito Wirawan sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 2004), h. 94.

9

10

(respon) atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai sebuah reaksi, sikap selalu
berhubungan dengan dua relatif, senang atau tidak senang melaksanakan.5
Menurut Ma’rat sebagaimana dikutip oleh Jalaludin, meskipun belum
lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian mengenai sikap. Dari
13 itu dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut
adalah bahwa:6
Pertama, Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui
pengalaman dan sikap interaksi dengan lingkungan (attitudes are learned).
Kedua, Sikap selalu berhubungan dengan objek seperti manusia, wawasan,
peristiwa ataupun ide (attitudes are referent). Ketiga, Sikap diperoleh dalam
berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, tempat ibadat ataupun tempat
lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan (attitudes are social learnings).7
Keempat, Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan caracara tertentu terhadap objek (attitudes are readiness to respond). Kelima, sikap
adalah perasaan dan afektif, seperti yang tampak dalam menentukan pilihan
apakah positif, negatif atau ragu (attitudes are affective). Keenam, Sikap memiliki
intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah (attitudes are very
intensive).8
Ketujuh, Sikap bergantung pada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi
dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan di saat dan situasi yang berbeda
belum tentu cocok (attitudes have a timedimension). Kedelapan, Sikap merupakan
penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau
bahkan tidak memadai (attitudes are inferred).9
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu keadaan
yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku
(merespon) secara tertentu. Sikap timbul karena ada stimulus. Terbentukannya
suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan
5

Akhyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Teraju, 2004), c.1, hal.

162.
6

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), c. 10, h. 259.
Ibid, h. 260
8
ibid.
9
Ibid.
7

11

kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama dan adat istiadat. Dalam
hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap putra putrinya. Sebab keluargalah sebagai kelompok primer bagi anak merupakan
pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tak selalu tetap, ia dapat
berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar
yang bersifat positif dan mengesankan.
Menurut Saifudin Azwar komponen-komponen sikap terbagi 3, yaitu:
a. Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang
selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.
b. Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek.
Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap suatu obyek.
c. Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku ada
dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.10
Selanjutnya pengertian tentang beragama. Sebelum dikemukakan tentang
definisi beragama, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian Agama yang
merupakan kata dasar dari beragama. Kata beragama ditinjau dari aspek bahasa
berasal dari kata “Agama” yang berarti suatu ajaran, sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan

manusia dengan manusia serta

manusia dengan Tuhan-Nya.11
Sedangkan dalam Ensiklopedi Hukum Islam Agama adalah aturan atau
tata cara hidup manusia yang dipercayainya bersumber dari Yang Maha Kuasa
untuk kebahagiaan dunia dan di akhirat.12

10

Saifudin Azwar, Sikap Manusia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), h. 201.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, …..h 12.
12
Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoev, 1996), Cet ke-1, h. 32
11

12

Sedangkan Agama dalam Kamus Besar Bahasa Arab berarti “Diin” yang
berarti tunduk, patuh, balasan dan beragama.13
Sedangkan menurut Quraisy Shihab bahwa Agama adalah “hubungan
antara makhluk dengan khaliknya, hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya
serta tampak pada ibadah yang dilakukannya, dan tercermin pula dalam sikap
kesehariannya.14
Menurut istilah, Agama adalah suatu peraturan Tuhan yang mendorong
jiwa seseorang yang mempunyai akal memegang peraturan Tuhan itu dengan
kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kebahagian di
akhirat.15
Harun Nasution berpendapat sebagaimana yang di kutip oleh Jalaluddin
pengertian Agama berdasarkan asal kata yaitu al- Din, religi (relegere, religare)
dan Agama. Al-Din berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa
Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang balasan,
kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan
dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun kata Agama terdiri
dari a= tidak; gam= pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau
diwarisi turun-temurun. 16
Lebih lanjut lagi Harun Nasution mendefinisikan agama sebagai berikut:
1) pengkuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang
harus dipatuhi. 2) adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia. 3) percaya
kepada kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. 4) suatu sistem
tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib. 5) pemujaan terhadap kekuatan gaib
yang timbul dari perasaan lemah dan takut terhadap kekuatan misterius yang ada
di alam sekitar. 6) ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
seorang Rasul.17
13

Mahmud Yunus, Kamus Besar Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1989), hal. 132
14
Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an”, (Bandung : Mizan anggota IKAPI, 1993), h.
210.
15
Abuddin Nata, Al Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), cet.7,
hal. 9.
16
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2010), h.12.
17
Ibid, h. 12-13.

13

Dari berbagai definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa Agama adalah
keyakinan atau kepercayaan terhadap sesuatu yang ghaib yang mengatur
kehidupan rohani manusia. Sehingga menimbulkan cara hidup tertentu sesuai
dengan aturan Tuhan.
Selanjutnya bila kata Agama mendapat awalan ber- menjadi “beragama”
yang berarti beribadat, taat kepada Agama. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata “beragama” diartikan sebagai, “Menganut atau memeluk Agama ;
beribadah atau taat kepada Agama atau lebih jelasnya lagi kata beragama diartikan
sebagai memeluk atau taat menjalankan ajaran-ajaran yang dianut”.18
Dari uraian-uraian di atas, mengenai sikap beragama, adapun pengertian
sikap beragama dengan sendirinya adalah keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorong untuk bertingkah laku berkaitan dengan Agama.

Agama

menyangkut kehidupan batin manusia oleh karena itu kesadaran beragama dan
pengalaman beragama seseorang lebih menggambarkan sisi batin dalam
kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan gaib. Dari
kesadaran Agama dan pengalaman Agama maka kemudian muncul sikap
beragama yang ditampilkan seseorang.19
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sikap
beragama adalah tingkah laku yang taat kepada Agama atau perbuatan yang
mencerminkan ketaatan dalam menjalankan ajaran Agama yang didasarkan oleh
pengetahuan dan perasaan terhadap agama dengan harapan mendapat ridha Allah
SWT.

2. Ruang Lingkup Sikap Beragama
Dari segi konteks beragama dalam Agama Islam menurut Yusuf AlQardhowy memiliki dimensi-dimensi atau pokok-pokok Islam yang secara garis
besar dibagi 3 yaitu, aqidah, ibadah atau praktek agama atau syariah, dan akhlak.

18

Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia ….h.

211
19

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2010), h. 257.

14

a. Aqidah
Akidah secara etimologi yaitu kepercayaan. Sedangkan secara terminologi
disamakan dengan keimanan, yang menunjukkan kepada seberapa tingkat
keyakinan seseorang terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya yang
bersifat fundamental dan dogmatis. Ruang lingkup aqidahlah yang paling
mendasar sebagai pondasi atas sikap beragama, aqidah juga merupakan
alasan utama seseorang yang dapat berperilaku sebagai hamba yang
percaya kepada atas kekuasaan Tuhannya. Aqidah berkaitan dengan iman
dan taqwa, hal inilah yang melahirkan keyakinan-keyakinan yang ada pada
setiap dirinya merupakan pemberian dari Tuhan.20
b. Ibadah atau praktik ibadah (syariah)
Ibadah atau praktik ibadah syariah merupakan peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan langsung seorang muslim dengan Kholiknya dan
sesama manusia, yang menunjukkan seberapa patuh tingkat ketaatan
seorang muslim yang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual
keagamaan yang diperintahkan dan dianjurkan, baik yang menyangkut
ibadah (ritual) dalam arti khusus maupun dalam arti yang luas yang
merupakan media komunikasi langsung dan integral serta sarana
komunikasi antara Khalik dan makhluknya. Ibadah juga merupakan
perwujudan dari sikap beragama seseorang dalam kehidupan.21
c. Akhlak
Ruang lingkup akhlak berkaitan dengan perilaku dirinya sebagai
muslim yang taat, dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari yang
semuanya itu sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini disebabkan ia
memiliki kesadaran yang terdapat pada jiwanya tentang ajaran agama yang
sesungguhnya, juga setiap ajaran agamanya itu telah meresap sebenarbenarnya dalam hatinya. Sehingga lahirlah sikap yang mulia dan dalam

Yusuf Al-Qardhawi, “Pengantar Kajian Islam, Penerjemah Setiawan Budi Utomo,
(Jakarta : Pustaka Al-Kausar, 1997), h. 55.
21
Ibid.
20

15

perilaku sehari-harinya dapat mencerminkan sikap beragama seperti, mudah
menolong, jujur, bersedekah dan lain sebagainya.22

3. Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap Beragama Siswa
Manusia adalah makhluk beragama (homo religius), akan tetapi untuk
menjadikan manusia yang memiliki sikap atau rasa beragama, maka potensi
tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan dari lingkungannya.
Pembentukan dan perubahan sikap beragama tidak terjadi dengan sendirinya,
melainkan melalui proses tertentu melalui kontak sosial dan interaksi antara
individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, pada perkembangan
selanjutnya pembentukan sikap beragama dipengaruhi oleh berbagai faktor,
dalam hal ini penulis mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi sikap
beragama seseorang, yakni faktor Internal (dari dalam) dan faktor Eksternal
(dari luar).23
a. Faktor Internal
1) Faktor Hereditas
Sikap Keagamaan memang bukan secara langsung sebagai faktor
bawaan yang diwariskan secara turun-temurun, melainkan terbentuk dari
berbagai unsur lainya yang mencakup kognitif, afektif, dan konatif.24
2) Tingkat Usia
Dalam The Development of Religious on Children, Ernest Harms
mengungkapkan bahwa perkembangan agama pada anak-anak ditentukan
oleh tingkat usia mereka. Perkembangan tersebut dipengaruhi pula oleh
perkembangan berbagai aspek kejiwaan, termasuk perkembangan berpikir.
Ternyata anak yang menginjak usia berpikir kritis lebih kritis pula dalam
memahami ajaran agama. Selanjutnya, pada usia remaja saat mereka

Yusuf Al-Qardhawi, “Pengantar Kajian Islam, Penerjemah Setiawan Budi Utomo,
(Jakarta : Pustaka Al-Kausar, 1997), h. 55.
23
Jalaludin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1990), h. 241
24
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2008), h.
79.
22

16

menginjak usia kematangan seksual, pengaruh itu pun menyertai
perkembangan sikap beragama mereka.25
3) Kepribadian
Kepribadian menurut pandangan psikologi terdiri atas dua unsur,
yaitu unsur hereditas dan pengaruh lingkungan. Hubungan antara kedua
unsur tersebut yang membentuk kepribadian. Adanya kedua unsur ini yang
membentuk kepribadian menyebabkan munculnya konsep tipologi dan
karakter. Tipologi lebih menekankan pada unsur bawaan, sedangkan
karakter lebih ditekankan oleh adanya pengaruh lingkungan.26
4) Kondisi Kejiwaan
Kondisi kejiwaan terkait dengan kepribadian sebagai faktor
intern.27
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana dalam
kehidupan manusia. Anggotanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
Bagi anak-anak, keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang
dikenalnya. Dengan demikian, kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi
awal bagi pembentukan jiwa beragama.28
2) Lingkungan Institusional
Lingkungan institusional yang ikut mempengaruhi perkembangan
jiwa beragama dapat berupa institusi formal seperti sekolah ataupun non
formal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi.29
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam
membantu perkembangan kepribadian anak. Menurut Singgih D. Gunarsa,
pengaruh itu dapat dibagi tiga kelompok, yaitu:
25

Ibid, h. 79.
Ibid, h. 80.
27
Ibid, h. 81.
28
Ibid, h. 82.
29
Ibid, h. 82.
26

17

a) kurikulum dan siswa, b) hubungan guru dan siswa dan c) hubungan
antar siswa.30
3) Lingkungan Masyarakat
Berbeda dengan situasi di rumah dan sekolah, umumnya pergaulan
di masyarakat kurang menekankan pada disiplin atau aturan yang harus
dipatuhi

secara

kuat.

Lingkungan

masyarakat

bukan

merupakan

lingkungan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya
merupakan unsur pengaruh belaka, tetapi norma dan tata nilai yang ada
terkadang lebih mengikat sifatnya. Bahkan terkadang pengaruhnya lebih
besar dalam perkembangan sikap beragama, baik dalam bentuk positif
maupun negatif. Misalnya, lingkungan masyarakat yang memiliki tradisi
beragama yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan sikap
beragama anak, sebab kehidupan beragama terkondisi dalam tatanan nilai
dan institusi keagamaan. Keadaan ini akan berpengaruh dalam
pembentukan sikap beragama.31
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam masa
pertumbuhan terbentuknya sikap beragama siswa dapat dipengaruhi oleh dua
faktor di antaranya: 1) Faktor internal, terdiri dari; faktor hereditas (karakteristik
individu yang diwariskan oleh orang tua melalui gen). Tingkat usia (pada usia ini
anak lebih mudah untuk menerima sugesti). Kepribadian (dipengaruhi oleh
bawaan dan lingkungan). Kondisi kejiwaan (konflik akan mempengaruhi keadaan
jiwa). 2) Faktor Eksternal, terdiri dari; lingkungan keluarga (modal awal seorang
anak sebelum terjun di masyarakat pengaruh ini datang dari anggota keluarga).
Lingkungan institusional (melalui sekolah ataupun organisasi akan mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak). Lingkungan masyarakat (terkadang lebih kuat
pengaruhnya baik pengaruh positif maupun negatif).

30
31

84.

Ibid.
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2008), h.

18

B. Pengertian Rohani Islam (Rohis)
1. Rohani Islam (Rohis)
Rohis terdiri dari dua suku kata yaitu Rohani dan Islam. Rohani dalam
bahasa Arab berarti “Ruh”, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti
rohani adalah roh yang bertalian dengan yang tidak berbadan jasmani.32
Sedangkan Islam berarti agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW yang
berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia dalam bentuk
wahyu Allah.33
Definisi lain menjelaskan bahwa Islam adalah berserah diri kepada Tuhan,
dimana penganutnya harus menunjukkannya dengan menyembah-Nya, mentaati
perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.34
Rohis merupakan ekstrakurikuler, yaitu organisasi independen yang
dibentuk khusus di bawah Dewan Keluarga Masjid (DKM) sekolah dan lembaga
sekolah di atasnya. Rohani Islam atau Rohis merupakan sebuah organisasi untuk
memperkuat keislaman, yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pemberdayaan
diri bagi siswa. Selain itu, Rohis memiliki tugas yang lebih signifikan terhadap
pengembangan rohani.
Adapun pengertian lain tentang Rohis yaitu suatu organisasi sekolah yang
berhubungan dengan pelayanan rohani siswa. Rohis dibentuk agar siswa tidak
hanya mendapatkan pendidikan duniawi tetapi juga pendidikan agama sebagai
bekal mereka dalam berkehidupan yang sesuai dengan syariat.35
Rohis merupakan lembaga atau perkumpulan para siswa di sekolah untuk
memperkuat

dan

memperdalam

agama

Islam.

Rohis menjadi

organisasi

ekstrekurikuler sekolah selain sebagai forum pertemuan, Rohis menjadi wahana
pengajaran, dakwah, dan berbagai pengetahuan Islam.36 Salah satu contoh
pergerakan yang dilakukan Rohis adalah menyeru kepada kebaikan dan mencegah
32

Tim redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989),
Cet III, hal. 960.
33
Tim redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), cet.
III, hal. 444.
34
http://wikipedia.org/Islam, diakses pada 01 April 2015.
35
http://id.wikipedia.org/wiki/rohis, diakses pada 01 April 2015.
36

www.stai.saidperintah.ac.id, diakses pada 19 Juli 2016.

19

kepada kemungkaran sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Ali Imron ayat
110.

 
        
            
     

Dokumen yang terkait

Peran rohis dalam meningkatkan sikap keberagaman siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan

2 14 82

Upaya peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dengan pendekatan belajar bermakna (meaningful learning): penelitian tindakan kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang

0 10 96

Pengaruh kegiatan rohis dalam peningkatan sikap keberagamaan siswa : studi kasus di MAN 11 Jakarta

1 26 131

Pengaruh Kegiatan Rohis Terhadap Sikap Keberagamaan Siswa Di SMAN 87 Jakarta

0 21 103

PENYELENGGARAAN EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM (ROHIS) DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA Penyelenggaraan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) Dalam Menumbuhkan Sikap Keberagamaan Siswa Di SMA Negeri 1 Ampel Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 15

PENYELENGGARAAN EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM (ROHIS) DALAM MENUMBUHKAN SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA Penyelenggaraan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) Dalam Menumbuhkan Sikap Keberagamaan Siswa Di SMA Negeri 1 Ampel Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 13

PENDAHULUAN Penyelenggaraan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis) Dalam Menumbuhkan Sikap Keberagamaan Siswa Di SMA Negeri 1 Ampel Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 4

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN SIKAP BERAGAMA TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI STABAT.

0 1 24

BUDAYA RELIGIUS DALAM KEGIATAN ROHANI ISLAM (ROHIS) DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 TANGGAMUS - Raden Intan Repository

0 2 93

UPAYA MENINGKATKAN SPIRITUALITAS PESERTA DIDIK MELALUI KEGIATAN ROHANI ISLAM (ROHIS) DI SMK NEGERI 2 PURWOKERTO

0 0 15