MAKALAH PAJAK ATAS JASA PERHOTELAN PROGR (1)

MAKALAH
PAJAK ATAS JASA PERHOTELAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu
ZEIN MUTTAQIN, S.E.I.,M.A

Disusun Oleh :
ERLINAWATI (13423121)
DIFA ARYANTI (13423142)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kemampuan kepada

penyusun sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bertema “Pajak Hotel”
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang diampu oleh
Bapak Zein Muttaqin, S.E.I., M.A.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kesalahan mendasar pada
makalah ini. Oleh sebab itu, penyusun berharap kritik dan saran yang membangun sebagai
bentuk perbaikan pada makalah ini. Akhir kata, penyusun mengucapkan terimakasih bagi
seluruh pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Yogyakarta, 15 Desember 2016

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2.

Tujuan ........................................................................................................... 2
1.3.
Manfaat ......................................................................................................... 3
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 4
2.1.
Pengertian ..................................................................................................... 4
2.2.
Fungsi Pajak .................................................................................................. 4
2.3.
Produk dan Jasa Hotel ................................................................................... 4
2.4.
Subjek Pajak Hotel ........................................................................................ 5
2.5.
Objek Pajak Hotel ......................................................................................... 6
2.6.
Bukan Objek Pajak Hotel.............................................................................. 6
2.7.
Jatuh Tempo dan Tata Cara Pembayaran ...................................................... 6
2.8.
Tata Cara Pemungutan Pajak ........................................................................ 7

2.9.
Tarif Pajak ..................................................................................................... 7
2.10.
Tata Cara Perhitungan Pajak ......................................................................... 8
2.11.
Kriteria Jasa Perhotelan yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai .. 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10
3.1.
Kesimpulan ................................................................................................. 10

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam praktik perpajakan yang tengah hangat didengungkan oleh hampir seluruh
lapisan masyarakat, perbedaan persepsi masyarakat bukanlah hal yang tidak mungkin.
Seringkali suatu aturan pajak mudah dipahami dan diaplikasikan dengan benar, namun tidak
jarang dapat menimbulkan persepsi yang berbeda apabila terdapat kata atau kalimat yang
mempunyai kemiripan namun ternyata mempunyai perlakuan yang berbeda.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaaan Negara yang digunakan untuk
melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga Negara
Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.
Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama
pemerintah. Pembangunan nasional di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan
masyarakat dari adanya pembangunan daerah. Biaya pembangunan daerah berasal dari
penerimaan daerah yag berasal dari beberapa sumber, seperti pajak daerah. Oleh karena itu
peran masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar pajak.
Pajak daerah adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Oleh sebab itu ppaajk daerah
harus dikelola secara professional dan tranpasaran dalam rangka optimalisasi dan usaha
meningkatkan kontribusinya terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Jenis pajak kabupaten/kota menurut UU No.28 Tahun 2009 tentang pajak Daerah
daRetribusi adalah: (1) pajak hotel, (2) pajak restoran, (3) pajak hibran, (4) pajak reklame, (5)
pajak penerangan jalan, (6) pajak mineral bukan logam dan batuan, (7) pajak parkir, (8) pajak
air tanah, (9) pajak sarang burung walet , (10) PBB perdesaan dan perkotaan dan (BPHTB).
Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan berkembagnya

bisnis pariwisata adalah pajak hotel.
Pajak hotel merupakan pajak daerah dimana penerimaan pajak ini cukup material untuk
menunjang pendapatan asli daerah. Pajak hotel adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan
yang disediakan hotel. Hotel secara tidak langsung memberikan bentuk apresiasi kepada
pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahan, bentuk dari apresiasi tersebut adalah
pemenuhan kewajiban perpajakan daerah. Merupakan suatu mutualisme apabila wajib pajak
hotel memenuhi kewajiban perpajakan, hal ini dikarenakan pajak tersebut nantinya sebagian
akan dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur yang dapat menunjang peningkatan
potensi-potensi penerimaan hotel itu sendiri walaupun hotel tidak akan menerima kontraprestasi
secara langsung dari pembayaran pajak. Hal tersebut merupakan fungsi bedgetair dari pajak
yaitu sebagai sumber dana pemerintah daerah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya
dalam rangka mengatisipasi dan dinamika kegiatan masyarakat seirama dengan tuntutan era
globalisasi dan otonomi daerah.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana konsep dasar pajak?
2. Bagaimana konsep dasar pajak hotel?

1


3. Bagaimana perhitungan untuk pajak hotel?
1.3 Tujuan:
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka makalah memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dari pajak
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar pajak hotel
3. Untuk memahami konsep perhitungan pajak hotel

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pajak adalah iuran atau pungutan wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat
(wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin Negara dan biaya pembangunan tanpa balas
jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Namun secara logika masyarakat tersebut mempunyai
dampak secara langsung terhadap kesejahteraan masyarakat seperti pembangunan jalan,
jembatan, dan tempat-tempat umum lainnya (Suprianto, 2011).
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait

lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah
kamar lebih dari 10 (sepuluh). Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel.
Menurut Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 02 Tahun 2002, Hotel adalah bangunan
yang khusus disediakan bagi orang untuk menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan atau
fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola
dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
2.2 Fungsi Pajak
Pada umumnya pajak memiliki fungsi tersendiri bagi perekonomian, pajak memiliki
kegunaan dan manfaat untuk kesejahteraan umum. Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2011)
dibagi menjadi dua fungsi yaitu:
a. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai seumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaranpengeluarannya.
b. Fungsi Regulered
Pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi (Walakandou, 2013).
2.3 Produk Dan Jasa Hotel
Menurut Kotler, Bowen dan Maken (1999, p. 13) produk hotel dibedakan menjadi tiga,
antara lain:

1. Rooms: single, double, suites, poolsides, cabana;
2. Food and Beverages: minibars, poolside lounges, in-room services, vending machine,
restaurant, cocktail lounge;
3. Special services: executive centre, tour desk, fitness centre.
Selanjutnya, menurut McCleary, Weaver dan Lan (1994, p. 55), atribut- atribut hotel
adalah kriteria- kriteria umum dalam pemilihan sebuah hotel yang sama pentingnya dengan
aspek keamanan dan keselamatan termasuk tersedianya fasilitas dan pelayanan lainnya yang
lebih spesifik. Dapat disimpulkan produk hotel yang berupa fisik dan jasa atau pelayanan, serta
termasuk juga tempat, orang, organisasi, kegiatan dan ide juga bisa dikatakan sebagai atributatribut yang dimiliki oleh hotel. Atribut hotel dibagi menjadi 12, yaitu:
1. Fasilitas dan layanan bisnis (business services and facilities)
Antara lain terdiri atas: komputer, peralatan audiovisual, layana n sek retar iat ,
mesi n photocopy, mesi n fax, konektivitas internet, concierge floor, kamar suite,
layanan kesehatan, prearranged check-in.

3

2. Fasilitas keamanan (security facilities)
Antara lain terdiri atas: kunci ganda, lubang pengintai, kamera pengamatan,
kunci rantai, penerangan yang baik pada jalan masuk, penerangan yang baik pada area
parkir, sistem penyemprot air, kunci elektronik.

3. Fasilitas dasar (basic facilities)
Antara lain terdiri atas: matras dan bantal yang nyaman, pemeliharaan furniture,
kualitas handuk yang baik, kebersihan, reputasi hotel yang baik.
4. Layanan p ribadi (personal services)
Antara lain terdiri atas: layanan valet, layanan laundry, room service, layanan
bell staff, safety box di dalam kamar, layanan wake-up call.
5. Tambahan cuma-cuma (free extras)
Antara lain terdiri atas: sarapan pagi kontinental, panggilan telepon lokal, tidak
ada tambahan biaya untuk panggilan jarak jauh, koran, bar dan lounge.
6. Kenyamanan fasilitas makan (convenient eating facilities)
Antara lain terdiri atas: vending machine, snack bar, restoran keluarga, game
room.
7. Program penghargaan hotel (hotel reward program)
Antara lain terdiri atas: program hotel bagi pelanggan yang sering menginap di
hotel.
8. Kekhasan kamar hotel (room special feature)
Antara lain terdiri atas: meja atau area kerja, kamar bebas rokok, penerangan
yang baik, rekomendasi dari biro perjalanan, kenyamanan untuk bisnis.
9. Fasilitas bandara atau pertemuan (airport or meeting hotel)
Antara lain terdiri atas: kenyamanan perjalanan ke bandara, fasilitas pertemuan,

layanan banquet
10. Harga murah (low price)
Antara lain terdiri atas: harga murah, restoran yang enak.
11. Periklanan dan parkir (advertising and parking)
Antara lain terdiri atas: impressive advertising, onpremises parking
12. Fasilitas fitness (fitness facilities/recreational facilities)
Antara lain terdiri atas : fasilitas kebugaran dan rekreasi. (Ruly Naftali lesmana,
Damian Dionisius, 2007)
2.4 Subjek Pajak Hotel
(Prakosa, 2005) Subyek pajak daerah adalah orang pribadi atau badan yang dapat
dikenakan pajak. Berkaitan dengan pajak hotel maka yang dimaksud dengan subjek pajak hotel
adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel. Sedangkan yang
dimaksud dengan Wajib Pajak Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan membayarkan
pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu.
Pajak hotel dipungut atas pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran,
termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan (Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI
Jakarta).


4

2.5 Objek Pajak Hotel
Dalam bukunya (Prakosa, 2005) dijelaskan objek pajak hotel adalah pelayanan yang
disediakan hotel dengan pembayaran, termasuk:
1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek
2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka
pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan.
3. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk
umum.
4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan dihotel.
2.6 Bukan Objek Pajak Hotel
Sedangkan yang tidak termasuk objek pajak hotel adalah:
1. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan/ atau fasilitas tempat tinggal lainnya yang
tidak menyatu denga hotel.
2. Pelayanan tinggal diasrama, dipondok pesantren
3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan dihotel yang dipergunakan oleh bukan
tamu hotel dengan pembayaran
4. Pertokoan, perkantoran, perbankan salon yang dipergunakan oleh umum di hotel
5. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan
oleh umum.
Sehubungan dengan objek pajak yang telah diuraikan diatas dimana semuanya diatur
dalam pasal 2, maka pada pasal 3 dinyatakan bahwa yang menjadi Subjek Pajak Hotel adalah
orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran di hotel. Wajib Pajak Hotel adalah
pengusaha hotel yang dalam hal ini menerima sejumlah pembayaran. Sehingga dapat
disimpulkan yang dimaksud wajib pajak untuk pajak hotel adalah orang atau badan yang
membayar atas pelayanan hotel dan pengusaha hotel. Dimana pembayar hotel merupakan
wajib pajak tidak langsung, sedangkan bagi pengusaha hotel merupakan wajib pajak langsung
karena merupakan wajib pungut. Pengusaha hotel itu berkewajiban menyetorkan Pajak Hotel ini
ke kas daerah.
Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan Dasar untuk
menghitung Pajak yang terutang. Dasar Pengenaan Pajak dalam Pajak Hotel ini adalah jumlah
pembayaran yang dilakukan penyewa ataupun pengguna kepada hotel.
Berdasarkan Pasal 35 UU No 28 Tahun 2009 mengenai Pajak Daerah dan Resribusi
Daerah, disebutkan bahwa Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi adalah sebesar 10 %
(sepuluh persen) dan selanjutnya tarif tersebut akan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pokok
pajak terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak (10%) terhadap dasar pengenaan
pajaknya. Dalam tata cara pemungutan Pajak, Pengusaha Hotel harus menambahkan Pajak
Hotel atas pembayaran pelayanan di Hotel dengan mengenakan tarif pajak. Apabila dalam
pembayaran pelayanan di Hotel, pengusaha tidak menambahkan pajak atas pembayaran
pelayanan maka dalam jumlah pembayaran dianggap telah termasuk Pajak Hotel (Widuri,
2008).
2.6 Jatuh Tempo dan Tata Cara Pembayaran
Dalam pelaksanaannya, saat jatuh tempo pembayaran pajak ditetapkan oleh Kepala
Daerah. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala
Daerah sesuai
Waktu yang ditentukan dalamSKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD ;Pembayaran
pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dimana bentuk,
5

jenis, isi dan ukuran Surat Setoran Pajak Daerah(SSPD) ditetapkan oleh Kepala Daerah
Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas namun dalam kasus tertentu, Kepala
Daerah dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur pajak terutang dalam jangka waktu
tertentu, setelah Wajib Pajak memenuhi persyaratan yang ditentukan ; Angsuran pembayaran
pajak harus dilakukan secara teratur dan berurutan sesuai ketentuan yang berlaku, dengan
dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang
dibayar; Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menunda
pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang
ditentukan dengan dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum
atau kurang dibayar ; Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran pajak
serta tata cara pembayaran angsuran dan ditetapkan oleh Kepala Daerah.
2.7 Tata Cara Pemungutan Pajak
Tata cara pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2011:6) terdiri dari:
1. Stelsel nyata (riel stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan
yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai kelebihan atau kebaikan dan
kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan
kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode
(setelahpenghasilan riil diketahui).
1. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undangundang. Misalnya, penghasilan suatu tahun di anggap sama dengan tahun sebelumnya,
sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang
untuk tahun pajak yang berjalan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama
tahun berjalan, tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya
adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
2. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal
tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan kemudian pada akhir tahun
besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak
menurut kenyataan lebih besar dari pada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak
harus menambah. Sabaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.
2.8 Tarif Pajak
Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua unsur, yaitu tarif pajak
dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau presentase tertentu. Tarif pajak
dibedakan menjadi:
1. Tarif Tetap: tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapun jumlah pengenaan
pajak.
2. Tarif Proposional / Sebanding: tarif berupa presentase tertentu yang sifatnya tetap
terhadap berapa pun dasar pengenaan pajaknya. Semakin besar dasar pengenaan
pajak maka semakin besar pula jumlah pajak yang terutang dengan kenaikan secsara
proposional atau sebanding.
3. Tarif Progresif / Meningkat: tarif berupa presentase tertentu yang semakin
meningkat dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak.

6

4. Tarif Degresif / Menurun: tarif berupa presentase tertentu yang semakin menurun
dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. (SevRitni Pasulu, Heince
R.N Wokas, 2015)
2.9 Tata Cara Perhitungan Pajak Hotel
Besarnya pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak hotel adalah sesuai dengan
rumus. (Pawiloi, 2014)
Pajak Terutang=Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
Contoh perhitungan pajak Hotel adalah pajak di hitung sendiri oleh wajib pajak ( selft
assessment), misalnya:
Hotel x mendapat omset dalam satu bulan sebesar Rp. 80.000.000,Jadi pendapatan Hotel x sebesar Rp.80.000.000,Dan tarif pajak Hotel yang ditetapkan pemerintah daerah sebesar 10% maka besaran
pajak terutang yang harus dibayar oleh pengusaha Hotel ke kas daerah adalah sebagai berikut:
Masa pajak tanggal 1 s/d 30 januari
Dasar pengenaan pajak (jumlah pembayaran Rp.80.000.000,- yang di terima)
Tarif pajak (perda No 1 tahun 2013)10%
Rp.80.000.000,-x10%=Rp.8.000.000,Besarnya pajak yang harus dibayar oleh Hotel x adalah sebesar Rp.8.000.000,2.10 Kriteria Jasa Perhotelan Yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
Selama ini jasa perhotelan masuk salam objek pajak pembangunan yang dipungut ileh
pemerintah daerah. Pada prakteknya sering terdapat kesalahpahaman mengenai pemungutan
pajak jasa perhotelan. Dengan demikian, PMK No. 43/2015 ini diterbitkan selain untuk
mempertegas kelompok jasa yang dikenai PPN, juga untuk menghindari tumpang tindih
pemungutan pajak pada bidang usaha jasa perhotelan
Kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN meliputi jasa penyewaan kamar,
termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel, serta fasilitas
yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap, dan jasa penyewaan
ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan
hotel. Yang dimaksud dengan tambahannya pada jasa penyewaan kamar adalah semua fasilitas
penunjang yang terkait secara langsung dengan jasa penyewaan kamar, antara lain pelayanan
kamar (room service), air conditioning, binatu (laundry and dry cleaning), kasur tambahan
(extrabed), funiture dan perlengkapan tetap, telepon, brankas (safety box), internet, televisi
satelit/kabel, dan juga minibar.
Pembebasan pengenaan PPN juga ditetapkan pada fasilitas yang berhubungan langsung
dengan kegiatan jasa penyewaan kamar dan semata-mata diperuntungkan bagi tamu yang
menginap, antara lain fasilitas olahraga dan hiburan, fotokopi, teleks, faksimili, dan transportasi
hotel yang semata-mata diperuntungkan bagi tamu yang menginap.
7

Jasa perhotelan yang tidak termasuk dalam kelompok yang dikenai PPN adalah sebagai
berikut:
1. Jasa penyewaan ruangan untuk selain kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel, di antaranya adalah penyewaan ruangan untuk
Anjungan Tunai Mandiri (ATM), kantor, perbankan, restoran, tempat hiburan, karaoke,
apotek, toko retail, dan klinik,
2. Jasa penyewaan unit dan/atau ruangan, termasuk tambahannya diapartemen,
kondominium, dan sejenisnya, serta fasilitas penunjang terkait lainnya, dan
Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh pengelola jasa
perhotelan.

8

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak adalah iuran atau pungutan wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat
(wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin Negara dan biaya pembangunan tanpa balas
jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. Namun secara logika masyarakat tersebut mempunyai
dampak secara langsung terhadap kesejahteraan masyarakat seperti pembangunan jalan,
jembatan, dan tempat-tempat umum lainnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah
kamar lebih dari 10 (sepuluh). Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel.
Pada umumnya pajak memiliki fungsi tersendiri bagi perekonomian, pajak memiliki
kegunaan dan manfaat untuk kesejahteraan umum. Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2011)
dibagi menjadi dua fungsi yaitu: fungsi budgetair dan fungsi regulered
Pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi
Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel
termasuk didalamnya tempat Kos, Wisma, Pondok wisata dan Gedung pertemuan. Tarif pajak
ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari dasar pengenaan. Tariff pajak dikenakan atas
pembayaran yang dilakukan di hotel termasuk didalamnya Tempat Kos, apartemen, wisma,
Pondok Wisata dan gedung Pertemuan. Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran
yang dilakukan kepada hotel. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya
diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan/atau jasa sebagai pembayaran kepada
pemilik hotel.

9

Daftar Pustaka

Buletin VSL Legal, edisi 23, Mei 2015
Pawiloi, A. M. (2014). Analisis kontribusi pajak reklame dan pajak hotel terhadap pendapatan asli
daerah kota makassar. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.

Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 02 Tahun 2002
Prakosa, K. B. (2005). Pajak dan Retribusi Daerah . Yogyakarta: UII Press.
Ruly Naftali lesmana, Damian Dionisius. (2007). Analisa perbandingan harapan businesswoman dan
bisinessmen dalam pemilihan sebuah hotel ditinjau dari segi atribut hotel dan penggunaan
amenities hotel. manajemen perhotelan, 1-17.
SevRitni Pasulu, Heince R.N Wokas. (2015). Analisis perhitungan dan pemungutan pajak restoran dan
pajak hotel di dinas pendapatan daerah kota bitung. EMBA, 1008-1015.
Suprianto, E. (2011). Perpajakan di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Walakandou, R. J. (2013). Analisis Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di
Kota Manado. EMBA, 723.
Widuri, R. (2008). Pajak Atas Jasa Bidang Perhotelan. Manajemen Perhotelan, 67-71.

www.dpp.jakarta.go.id/pajak-hotel/ diakses pada 15 Desember 2016

10