Penerapan Metode Diskusi dan Penggunaan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI
DAN DEMONSTRASI TERHADAP HASIL BELAJAR PELAJARAN
FISIKA PADA KELAS VII SEKOLAH INDONESIA DAVAO-FILIPINA
Oleh: Dwi Apriyanti
NIM: 016440973
tiwi_pascal@yahoo.com
ABSTRAK.
Hasil pengamatan pendahuluan pada pembelajaran Fisika di kelas VII Sekolah Indonesia
Davao, Filipina, menunjukkan terdapat banyak kendala. Kendala-kendala tersebut mengakibatkan
masih banyaknya siswa yang nilainya di bawah KKM terhadap materi Gerak dan Perubahan serta
turunannya yaitu; Kecepatan, Jarak dan Waktu, serta Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak
Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Kendala tersebut antara lain: Kendala bahasa, dimana sebagian
besar murid-murid tidak bisa berbahasa Indonesia, adanya gap antara siswa lulusan SID dan
Sekolah Dasar Filipina dalam Matematika dan IPA, serta kendala budaya. Tujuan dari Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini: 1. Mengetahui metode pembelajaran Fisika yang lebih tepat yang sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran fisika, kondisi murid dan kondisi sekolah. 2. Meningkatkan
kemampuan murid-murid dalam mengerjakan soal-soal/ tugas-tugas baik perorangan maupun
kelompok. 3. Meningkatkan rasa kebersamaan, menghormati perbedaan. 4. Bertanggung jawab untuk
memperoleh hasil lebih baik dengan melaksanakan percobaan. Penggunaan metodologi
pembelajaran yang variatif dan tepat, dalam hal ini metode pembelajaran diskusi dan demonstrasi
menunjukkan hasil daya serap materi yang lebih baik dari metodologi ceramah. Dari hasil tes

maupun observasi bisa dilihat adanya peningkatan nilai rata-rata. Nilai rata-rata siklus I=38,95,
Siklus II=74,74 dan siklus III=77,11.
Kata Lunci: Metode Pembelajaran, Media Pembelajaran dan Hasil Belajar

1

I.

Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
1. Identifikasi Masalah:
Berdasarkan beberapa kali hasil tes harian, diketahui bahwa nilai yang di
dapat oleh oleh murid-murid kelas VII Sekolah Indonesia Davao dalam pelajaran
Fisika kurang dari KKM. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan anak
menyerap materi ajar yang disampaikan oleh guru sehingga hasil yang
diharapkan bersama tidak tercapai; Pertama adalah metode ceramah yang selama
ini digunakan dalam pembelajaran Fisika di kelas tersebut. Kedua, sebagian besar
murid-murid kelas VII belum bisa berbahasa Indonesia dan yang ketiga adalah
sebagian besar murid-murid tersebut lulusan dari Sekolah Dasar Filipina, dimana
untuk kurikulum mata pelajaran IPA dan Matematika Sekolah Dasar Filipina

secara umum masih di bawah standard kurikulum pelajaran IPA dan Matematika
di Indonesia.
Selain memiliki kelebihan, metode ceramah juga memiliki kekurangan.
Casinto (2010:46). Menurut Casinto kelebihan metode ceramah adalah: Dapat
digunakan untuk mengajar siswa dalam jumlah besar, tujuan pembelajaran dapat
didefinisikan secara jelas, guru dapat mengendalikan isi, arah dan kecepatan
pembelajaran dan ceramah yang inspiratif dapat memancing siswa untuk belajar
mandiri. Sedang kekurangan metode ceramah adalah; Guru menjadi center
pembelajaran yang kemudian membuat murid tidak aktif. Murid hanya mencatat
apa yang disampaikan guru, yang terjadi adalah komunikasi satu arah dan itu
sangat tergantung pada guru sebagai penyaji. Apabila guru sebagai penyaji tidak
pandai mengkomunikasikan pelajaran, maka antusias murid pasti akan turun.
Dengan latar belakang murid yang sebagian besar tidak mengerti bahasa
Indonesia, maka juga akan sangat membebankan guru untuk menerangkan materi
Fisika dengan ceramah dan Tanya jawab. Selain akan memberatkan guru untuk
menyampaikan dalam bilingual bahkan trilingual, akhirnya guru kehabisan waktu
untuk menyelesaikan materi yang sudah dirancang dalam RPP.
Pembelajaran Fisika pada SMP selayaknya memberikan penekanan pada
pemberian pengalaman langsung dalam kegiatan praktek untuk mengembangkan
potensi murid yang ada sehingga murid bisa menemukan sendiri konsep-konsep

atau definisi-definisi tanpa harus dibatasi oleh kendala bahasa. Pembelajaran
yang baik adalah pembelajaran yang memiliki asas keadilan dimana segala
macam potensi dan gaya belajar murid dapat dilayani dengan baik.
Selain mengembangkan potensi mengamati, mencatat, berpikir kritis dan
bekerja secara ilmiah, pembelajaran Fisika juga diharapkan dapat menumbuhkembangkan sifat dan sikap murid dalam bekerja sama, mengkomunikasikan ide2

idenya dengan baik serta dapat menghormati perbedaan pendapat diantara
sesamanya. Diharapkan dari kegiatan di atas, pembelajaran Fisika bukanlah
hanya menghapal teori-teori dan rumus-rumus, tetapi jauh dari pada itu dapat
membuat murid mempunyai sikap kritis dalam mengamati, mencatat,
bekerjasama serta dapat mengkomunikasikan ide-idenya dalam bahasa yang baik.
Keterlibatan

murid

dalam

proses

belajar


mengajar

diharapkan

dapat

meningkatkan prestasi belajar yang dicerminkan dalam nilai yang di dapat dalam
setiap tes.
2. Analisis Masalah.
Secara umum bahwa pembelajaran Fisika pada kelas VII Sekolah Indonesia
Davao tidak mencapai sasaran karena disebabkan beberapa hal: 1. Metodelogi
pembelajarannya yang kurang variatif. 2. Latar belakang murid-muridnya yang
sebagian besar tidak bisa berbahasa Indonesia. 3. Sebagian besar murid-muridnya
lulusan dari Sekolah Dasar Filipina yang secara umum materi IPA dan
Matematikanya masih di bawah standar Indonesia.
Untuk meningkatkan prestasi belajar dan memiliki sikap bekerja ilmiah dan
mampu berkomunikasi dengan baik, maka metodelogi pembelajarannya harus
bervariasi, bukan hanya dengan metode ceramah dan Tanya jawab saja, tapi juga
harus menggunakan metodelogi lain yang sesuai dengan pembelajaran Fisika,

yang dapat mengembangkan potensi anak dan berkeadlian dengan cara dapat
melayani lebih banyak lagi gaya belajar murid.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Memadukan metode ceramah dengan metode diskusi serta metode
demonstrasi diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru
pada pembelajaran Fisika di kelas VII Sekolah Indonesia Davao.
B. Rumusan Masalah.
Dengan melihat permasalahan di atas maka:
1. Apakah metode diskusi dan metode demonstrasi dapat meningkatkan minat
belajar murid murid kelas VII Sekolah Indonesia dalam belajar Fisika?
2. Apakah ada peningkatan prestasi ketika digunakan metode diskusi dan
metode demonstrasi dibandingkan dengan metode sebelumnya yaitu metode
ceramah? Peningkatan prestasi bisa dilihat dari kenaikan nilai rata-rata kelas.
C. Tujuan Penelitian.
1. Membuat siswa mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal yang diukur
dari hasil Ujian Akhir Sekolah.
2. Melalui metode Diskusi kelompok maupun diskusi kelas, siswa diharapkan
mempunyai rasa kebersamaan dan menghargai pendapat orang lain, melatih
emosional dan melatih berargumen dengan =las an-alasan yang logis berdasarkan
fakta dan data serta bersikap sopan santun.

3. Melalui Demonstrasi dengan menggunakan alat-alat peraga, diharapkan dapat
menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab untuk memperoleh hasil yang baik,
3

melalui percobaan-percobaan yang dilakukan secara jujur, tanapa ada rekayasa
dari hasil percobaannya.
D. Manfaat Penelitian.
1. Bagi Siswa :
a. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar Fisika
b. Meningkatkan hasil belajar siswa
c. Memupuk rasa kebersamaan siswa
d. Melatih siswa untuk mengemukakan pendapat dengan sopan serta dapat
berargumen dengan alas an-alasan yang logis dan rasional dan menghargai
pendapat orang lain.
e. Melatih siswa jujur serta objektif dalam menerima hasil.
2. Bagi Guru :
a. Memperbaiki strategi pembelajaran.
b. Melatih rasa dan kepekaan guru terhadap karakteristik murid.
c. Meningkatkan ketrampilan guru untuk memilih metode yang lebih tepat
sesuai dengan karakteristik murid dan lingkungan

d. Melatih guru untuk selalu termotivasi melakukan

inovasi

dalam

pembelajaran.
e. Menghilangkan

adalah

pusat

kesombongan

guru

bahwa

guru


daripembelajaran.
3. Bagi Sekolah :
a. Hasil penelitian ini bisa dijadikan refrensi bagi guru-guru lain yang
mempunyai problem yang sama.
b. Mutu sekolah akan semakin baik, terutama dalam peningkatan Standar
Ketuntasan Minimal Mata Pelajaran Fisika.
c. Dapat membantu sekolah dalam memetakan sekaligus mencari solusi
permasalahn belajar siswa.
II.

Kajian Pustaka.
A. Metode Pembelajaran.
1. Definisi
Metode Pembelajaran terdiri dari dua kata “Metode” dan “Pembelajaran”.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Gita Media Press: 448) Metode adalah
cara sistematis dan berpikir secara baik untuk mencapai tujuan. Pembelajaran
terambil dari kata ajar, yang dalam kamus yang sama (hal:24) pembelajaran
mempunyai arti proses atau cara menjadikan orang belajar. Abdorrakhman
Gintings (2010:42) memberikan definisi metode pembelajaran adalah cara atau

pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta
berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran
pada diri pembelajar.
Dari definisi di atas kita dapat simpulkan pengertian metode pembelajaran
adalah cara ilmu atau jalan yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya
dapat tercapai tujuan dari belajar dan mengajar.
2. Macam-Macam Metode Pembelajaran.

4

Macam-macam metode pembelajaran sebenarnya sangat banyak, tergantung
dari keunikan mata pelajaran yang diajarkan. Casinto dalam bukunya Handbook
on Principles of Teaching (2010:45) ada tujuh macam metode pembelajaran
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.


yaitu:
Ceramah
Demonstrasi
Diskusi
Studi kasus
Simulasi
Instruksi Individu
Kerja Group
3. Cara Menentukan/ Memilih Metode Pembelajaran.
Sebelum kita menerapkan metode pembelajaran dalam suatu kelas. Dalyono
(2007:23) mengingatkan agar seorang guru harus mengetahui dan memerlukan
prinsip-prinsip psikologi. Winarno Surakhmad dalam Djamarah (2006:46)
menambahkan ada 5 macam yang mempengaruhi penggunaan metode
pembelajaran yaitu: 1. Tujuan berbagai jenis dan fungsi lembaga pendidikan. 2.
Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya, latar belakang ekonomi, sosial
dsbnya. 3. Situasi yang berbagai macam keadaan. 4. Fasilitas yang berbagai
kualitasnya. 5. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
4. Metode Pembelajaran Diskusi dan Demonstrasi.
a. Metode Pembelajaran Diskusi.

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Diskusi adalah
pembahasan atau tukar pikirantentang suatu maslah yang dilakukan oleh dua
orang atau l;ebih demi mendapatkan kesimpulan.
Killen dalam Surya Dharma, Ph.D (2008) mengatakan bahwa
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan
suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan metode.
Surya Dharma membagi diskusi ke dalam beberapa kategori; Diskusi
kelas, diskusi kelompok kecil, symposium dan diskusi panel.
Sanjaya (2007) dan Sabri (2005) mengatakan ada beberapa
keunggulan dan kekurangan dalam metode pembelajaran diskusi kelas antara
lain:
a.1. Kelebihan Metode Diskusi.
a.1.1. Melatih siswa belajar untuk mengemukakan pemikiran dan pendapat.
a.1.2. Memberikan kesempatan siswa untuk memperoleh penjelasanpenjelasan dari berbagai sumber.

5

a.1.3. Memberi kesempatan siswa dapat mwnyelesaikan problem bersamasama.
a.1.4. Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru.
a.1.5. Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri
menyetujui atau menentang pendapat teman-teman.
a.1.6. Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang
bervariasi.
a.1.7. Melatih siswa untuk dapat berfikir secara matang-matang sebelum
berbicara.
a.1.8 Melatih siswa berbicara secara sistematis.
a.1.9. Menambah wawasan siswa terhadap problem yang di bahas.
a.2. Kekurangan Metode Diskusi.
a.2.1. Tidak semua topik dapat di jadikan metode diskusi hanya hal-hal yang
bersifat problematik saja yang dapat didiskusikan.
a.2.2. Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
a.2.3. Sulit menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
a.2.4. Biasaanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat.
a.2.5. Pembicaraan di dalam diskusi lebih di dominasi oleh siswa yang berani
dan telah terbiasa bicara.
a.2.6. Memungkinkan minculnya rasa permusuhan antar kelompok,dan
menganggap kelompoknyalah yang paling benar.
Agar guru dapat memaksimalkan dan mengeksplorasi kemampuan
murid serta agar semua murid aktif, maka seorang guru benar-benar harus jeli
menjadi moderator dalam diskusi kelas tersebut.
b. Metode Pembelajaran Demonstrasi.
Muhibbin Syah (1995) Mengatakan bahwa metode demonstrasi
adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan
dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan.
Menurut Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan metode
Demonstrasi dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
b.1. Keunggulan Metode Demonstrasi
b.1.1. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan pada hal-hal yang dianggap
penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

6

Disamping itu, perhatian siswapun lebih mudah dipusatkan kepada proses
belajar mengajar dan tidak kepada yang lainnya.
b.1.2. Dapat membimbing siswa kea rah berpikir yang sama dalam satu
saluran pikiran yang sama.
b.1.3. Ekonomis dalam jam pembelajaran di sekolah dan ekonomis dalam
waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu
yang pendek.
b.1.4. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan
hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran
yang jelas dari hasil pengamatnnya.
b.1.5. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan, maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
b.1.6. Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat
diperjelas waktu proses demonstrasi.
b.2. Kekurangan Metode Demonstrasi
b.2.1. Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau
mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan,
kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol.
b.2.2. Untuk mengadakan demonstrasi digunakan alat-alat yang khusus,
kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang
tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara
seksama.
b.2.3.

Dalam

mengadakan

pengamatan

terhadap

hal-hal

yang

didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak
diabaikan oleh peserta didik.
b.2.4. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas.
b.2.5. Memerlukan banyak waktu, kadang-kadang hasilnya sangat minimum.
b.2.6. Kadang hal-hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika
proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.
b.2.7. Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian
dan kesabaran.
B. Media Pembelajaran
1. Definisi
Media Pembelajaran terdiri dari dua kata “Media” dan “Pembelajaran”.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Gita Media Press: 441) kata Media
mempunya arti sebagai berikut: 1. Sarana, alat; 2. Perantara, penghubung; 3.
Yang terletak di antara dua pihak. 4.
Mengutip Haryanto, S.Pd bahwa Media Pembelajaran adalah
7

“alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan
atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses
belajar”. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber,
lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran /
pelatihan. Pada umumnya keberadaan media muncul karena keterbatasan katakata, waktu, ruang, dan ukuran. Ditambahkan juga bahwa media pembelajaran
berfungsi sebagai sarana yang mampu menyampaikan pesan sekaligus
mempermudah penerima pesan dalam memahami isi pesan.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa: Media pembelajaran
adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan
kepada penerima pesan untuk memudahkan penerima pesan menerima suatu
konsep.
2. Macam-Macam Media Pembelajaran
Haryanto S.Pd membagi media pembelajaran secara garis besar terbagi
kedalam :
a. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
b. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
c. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan
sejenisnya
d. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer
dan sejenisnya.
3. Cara Memilih Media Pendidikan.
Abdorrakhman Gintings membuat kriteria untuk memilih media pembelajaran
yang baik dan efektif sebagai berikut:
a. Harus menyajikan informasi yang sesuai dengan tujuan dan materi
pembelajaran.
b. Sesuai dengan karakteristik kelas.
c. Sesuai dengan kegiatan belajar dan pembelajaran yang dirancang
d. Sesuai dengan tempat penyelenggaraan belajar dan pembelajaran.
e. Memuat informasi yang dapat memicu terjadinya proses belajar mengajar
yang interaktif
f.

Tampilan sederhana dan singkat tapi memperjelas pemahaman.

g. Dapat dioperasikan sendiri, terutama oleh guru.

8

h. Didukung oleh sarana prasarana.
i.

Biayanya cukup terjangkau oleh sekolah.

C. Hasil Belajar.
1. Belajar.
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli. Heru Prasusi
mendefdinisikan belajar sebagai proses berkelanjutan dimulai dari titik awal yang
sebelumnya tidak bisa atau mengerti. Atau, belajar yaitu proses perubahan
tingkah laku berkat pengalaman dan latihan.
Abdorrakhman Gintings (2010:34) menyatakan bahwa definisi modern
tentang belajar adalah “Pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah
laku”. Menurut Bloom dalam Gintings (2010:35) bahwa tingkah laku dapat
dibedakan

atas

tiga

ranah:

Pengetahuan

(Cognitive),

Ketrampilan

(Psychomotoric) dan Sikap (Affective).
Kolesnik dalam Asturias (2004:21) mengatakan bahwa “Learning may be
defined as the acquisition, retention, and application of knowledge, skills,
attitudes, ways of thingking, on some other type of new response”
Asturias juga menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
kompleks, yang menghasilkan perubahan pada pada tingkah laku dan belajar
adalah hasil dari interaksi manusia dengan lingkungannya.
2. Hasil Belajar.
Heru Prasusi mendefinisikan Hasil Belajar adalah akibat dari proses belajar
dengan adanya kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah menerima
pengalaman

belajar.

Peningkatan

hasil

belajar

dapat

diukur

dengan

menggunakan/ membandingkan selisih nilai pretes dengan nilai post tes.
Menurut Gintings bahwa apabila pendapat Bloom diterapkan dalam tujuan
proses pembelajaran, maka ada tiga domain yang harus meningkat yaitu:
Cognitive, Psychomotoric dan Affective dibandingkan dengan kondisi awal,
maka itulah yang disebut dengan hasil belajar.
3. Hasil Belajar dalam Fisika
Secara umum, hasil belajar dalam pelajaran Fisika sama dengan hasil belajar
mata pelajaran IPA lainnya, yaitu adanya perubahan sikap dan tingkah laku siswa
dari aspek ketrampilan berfikir, bekerja, berkomunikasi, bersosialisasi yang
diukur dengan angka atau nilai yang diperoleh dari hasil tes. Selain itu, hasil
belajar juga harus bisa memenuhi indikator-indikator yang sudah dibuat
berdasarkan SK-KD mata pelajaran IPA yang dijabarkan dalam RPP.
III.

Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
9

1. Subjek Penelitian adalah murid-murid Sekolah Indonesia Davao-Filipina kelas
VII yang berjumlah sembilan belas murid, pada mata pelajaran Fisika.
2. Tempat Penelitian adalah kelas VII Sekolah Indonesia Davao-Filipina yang
terletak dalam compound Konsulat Jenderal RI Davao City, Ecoland Sub.
Division, Matina, Davao City 8000, Philippines.
3. Waktu Penelitian dimulai dari tanggal; 5 Juli 2012- 2 Agustus 2012
N0

Hari/Tanggal

Kela

Materi Pelajaran

Siklus

Metode

1

Kamis, 5 Juli 2012

s
VII

Gerak dan Perubahan

I

Ceramah & Tanya

2

Kamis, 19 Juli 2012

VII

Kecepatan, Jarak dan

II

Jawab
Ceramah & Tanya

3

Kamis, 2 Agustus 2012

VII

waktu
GLB dan GLBB

III

Jawab & Diskusi
Ceramah & Tanya
Jawab &
Demonstrasi

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran/ Kegiatan Pengembangan.
1. Perencanaan
a. Membuat skenario pembelajaran
b. Membuat perencanaan perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya setelah
mengamati (observasi) dan menilai hasil tes.
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini guru melaksanakan apa yang sudah dipersiapkan pada tahap
perencanaan di kelas, sesuai dengan jadwal dan materi yang diajarkan.
a. Melaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah dibuat oleh guru
tersebut pada setiap siklus
b. Mengobservasi dan mencatat murid dan guru yang dilakukan oleh teman
sejawat pada setiap siklus
c. Melakukan tes setiap selesai pembelajaran pada setiap siklus.
d. Mengevaluasi setiap siklus dengan cara membandingkan hasil tes yang di
dapat murid ketika menerima pelajaran dengan metode ceramah, diskusi dan
demonstrasi.
3. Instrumen Penilaian/ Pengamatan.
a. Untuk mengamati antusias/ ketertarikan murid dan aktifitas murid
(mendengar, mengeluarkan pendapat, mengamati objek, berdiskusi) dalam
mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar di kelas digunakan lembar observasi.
10

b. Untuk mengamati aktifitas guru, seperti apakah sudah sesuai dengan RPP,
mengatur ruangan, respon terhadap aktifitas di kelas digunakan lembar
observasi.
c. Untuk mengamati sejauh mana siswa memahami dan mengaplikasikan
pengetahuannya digunakan tes multiple choice pada setiap akhir siklus.
4. Teknik Analisa Data
a. Guru mengumpulkan data-data tentang murid, terutama sebelum adanya
Penelitian Perbaikan Pembelajaran, seperti nilai tugas, nilai tes harian, quiz
latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, latar belakang bahasa,
kehadiran, keaktifan di kelas dsb.
b. Mengumpulkan data tes akhir setiap selesai siklus.
c. Mengolah dan menafsirkan data.
d. Menindak lanjuti hasil dari pengolahan dan tafsiran data tersebut di atas.
Tabel 1. Nilai Hasil Tes Setiap Siklus (Kuantitatif)
No

Nama Siswa

Nilai

1

Keterangan

Komentar

Sama/ di bawah/ di atas

Tuntas/ belum

KKM

Tuntas

2
3

19

Tabel 2. Nilai Hasil Tes Setiap Siklus dalam persentase (%) kualitatif
No

Nilai

Jumlah
Siswa

Jumlah
Nilai

Dibawah KKM

Prosentase ( % )
Sama dengan KKM

Diatas KKM

1
2
19
Tabel 3. Afeksitas Murid dalam Setiap Siklus
N

NAMA

O

MURID

SKOR SIKLUS I

SKOR

Kehadira

Kedisiplina

Keaktifa

Ketertiba

n

n

n

n

%

SEHARUSNYA

1
2

11

3

19
IV.

Hasil dan Pembahasan
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
1. Nilai 4. Tes Per siklus.

N
O

NAMA MURID

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

NILAI TES PER-SIKLUS
PENINGKATAN III
PENINGKATAN

I

II

Anglie Q. Betahay
Fernan C. Santoso
Sarah Sasamu
Ivan Loyd Bacquiano
Gilbert Daling Kansil
Raldo M. D. Polii
Aaron J.F. Paparang
Jerrica M. Damasin
Joshua M. Manis
Jessika Kalentuang
Precious V.

70
35
45
20
30
30
30
25
40
35
25

85
75
75
85
80
75
60
75
80
70
70

15
40
30
65
50
45
30
50
40
35
45

90
80
75
85
75
75
65
75
80
70
75

5
5
0
0
-5
0
5
0
0
0
5

12
13
14
15
16
17
18

Kalentuang
Risline G. Lumpid
Kristina P. Mendome
Imee Sendiang
Aprian M. Pangumpia
Jhon Angelo Tulas
Herman Arbaan
Reinheart S.

45
55
70
45
35
50
35

70
70
90
80
80
75
60

25
15
20
35
45
25
25

80
75
95
80
75
80
65

10
5
5
0
-5
5
5

19

Mendome
Melanie Pangelawan

45

65

20

70

2. Nilai Afeksitas
a. Tabel 5. Siklus I
SKOR YANG
DIPEROLEH
19

SIKLUS I
SKOR
SEHARUSNYA
19

Kedisiplinan

87

100

87 %

Keaktifan

40

100

40 %

Ketertiban

78

100

78 %

ASPEK YANG
DIAMATI
Kehadiran

PROSENTASE
100 %

b. Tabel 6. Siklus II.
12

SKOR YANG
DIPEROLEH

SIKLUS II
SKOR
SEHARUSNYA

PROSENTASE

19

19

100 %

Kedisiplinan

88

100

88 %

Keaktifan

70

100

70 %

Ketertiban

80

100

80 %

SKOR YANG
DIPEROLEH

SIKLUS III
SKOR
SEHARUSNYA

PROSENTASE

19

19

100 %

Kedisiplinan

92

100

92 %

Keaktifan

85

100

85 %

Ketertiban

90

100

90 %

ASFEK YANG
DIAMATI
Kehadiran

c. Tabel 7. Siklus III

ASFEK YANG
DIAMATI
Kehadiran

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.
Kalau kita lihat data yang ada, maka dari siklus I ke siklus ke II ada kenaikan
rata-rata kelas. Rata-rata kelas yang sebelumnya pada siklus I yaitu 38,95 pada siklus
II naik menjadi 74,74 dari jumlah siswa 19 orang. Dilihat dari data prosentase nilai
siklus II nilai paling rendah 60 dimana pada siklus sebelumnya 20. Nilai tertinggi
pada siklus I yaitu 70, sedang pada Siklus II nilai tertinggi adalah 90. Kita juga dapat
melihat adanya peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus III apabila dibandingkan
dengan siklus II. Nilai rata-rata pada Siklus III ini yaitu 77,11 sedang pada Siklus II
nilai rata-ratanya adalah 74,74, berarti ada kenaikan rata-rata sebesar 2,37.
Untuk afeksitas murid juga terjadi kenaikan yang signifikan rata-ratanya,
baik kehadiran, kedisiplinan, keaktifan murid dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar serta ketertiban mematuhi aturan ketika kegiatan belajar mengajar sedang
dilaksanakan.
Hal ini bisa disimpulkan bahwa kombinasi metode pembelajaran ceramah,
diskusi dan demontrasi apabila disiapkan secara baik dan benar akan sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar murid.
V.

Simpulan dan Saran Tindak Lanjut.
A. Kesimpulan.

13

Pada hakekatnya suatu Penelitian Tindakan Kelas pada setiap Satuan
Pendidikan adalah sebuah “respon cepat” dari seorang guru terhadap permasalahanpermasalahan yang terjadi di dalam kelas ketika suatu proses Kegiatan Belajar
Mengajar dilaksanakan. Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas diawali dengan adanya
latar belakang masalah. Dari latar belakang permasalahan itulah, guru lalu
mengidentifikasi permasalahan itu untuk kemudian

dianalisis serta dirumuskan

permasalahannya yang terjadi di dalam kelas. Langkah selanjutnya adalah guru
membuat hipotesa, baik hipotesa tentang latar belakang dan sebab terjadinya
permasalahn serta hipotes tindakan yang akan dilakukan.
Dari kegiatan Penelitian Kelas di kelas VII Sekolah Indonesia Davao pada
pelajaran Fisika yang dilakukan dengan tiga Siklus, akhirnya penulis dapat
menyimpulkan sebagagi berikut:
1. Penerapan berbagai Metode Pembelajaran yang dilakukan secara tepat akan
meningkatkan hasil belajar para murid.
2. Penerapan Metode Pembelajaran yang bervariasi akan melahirkan keaktifan para
murid.
3. Penerapan Metode Pembelajaran yang tepat dan bervariasi akan membuat
suasana kelas lebih kondusif dan para murid akan merasa lebih nyaman dan
senang belajar di dalam kelas.
B. Saran
Sebagai penyampai pengetahuan

(Tranferer)

dan

pembentuk

karakter/

kepribadian (Tranformer), guru menjadi manager di kelas. Guru disarankan untu tidak
pernah berhenti berinovasi dalam menciptakan kelas menjadi kelas yang hidup dan
kelas yang kondusif. Karena pada kelas itulah murid akan merasakan senang dan
nyaman ketika belajar.
Penggunaan berbagai Metode Pembelajaran juga sangat disarankan, disesuaikan
dengan kondisi mata pelajaran/ materi yang hendak disampaikan, kondisi sekolah,
kondisi guru itu sendiri dan kondisi para murid, agar semua yang terlibat dalam
Proses Belajar Mengajar menjadi bergairah dan bersemangat, terutama para murid,
mengembangkan semua potensi yang ada dalam menyerap materi yang disampaikan
oleh guru.
Dalam kasus Sekolah Indonesia Davao, dimana sebagian besar muridnya di
asramakan dan orang tua murid tinggal berjauhan dari sekolah, maka komunikasi
yang dibangun antara guru dan Pembina asrama maupun KJRI disarankan lebih
intensif lagi. Rasa bosan tinggal di asrama, rindu pada keluarga adalah hal yang
bersifat

manusiawi,

dimana

perasaan-perasaan

itu

tentunya

akan

sangat

mempengaruhi kegiatan belajar di kelas, di sisi lain juga ketersediaan fasilitasfasilitas di asrama yang menunjang kegiatan belajar mengajar juga harus terus
ditingkatkan. Dalam kasus Sekolah Indonesia Davao; guru, Pembina asrama,
14

perwakilan murid dan pihak KJRI disarankan agar lebih sering berbicara dari hati ke
hati. Dimana Pembina asrama dan pihak KJRI dalam hal ini menjadi pengganti dari
orang tua murid yang sebagian besar tinggal di asrama.
Berdasarkan dari kesimpulan diatas untuk menindaklanjuti hasil penelitian
tindakan kelas ini, guru dituntut untuk mempersiapkan strategi pembelajaran yang
tepat sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik

seluas-luasnya

dalam hal ini guru berfungsi

sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Ada
beberapa kendala yang sering menyebabkan kegagalan dalam melaksanakan
pembelajaran, guru dalam proses pembelajaran hanya menyampaikan materi yang
bersifat fakta bukan bersifat prinsip. Disini disarankan agar dalam menyampaikan
materi dengan prinsip secara umum agar siswa dilatih memecahkan berbagai
persoalan. Upaya agar di sekolah menarik dan meyenangkan bagi siswa sehingga
motivasi siswa untuk belajar meningkat maka guru harus menciptakan model
pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi siswa untuk dapat mengikuti
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
1. Asturias, Marilou, 2004, Educational Psychology, Mandaluyong City, Book Atbp.
2. Casinto, Dr. Carlo Domingo, 2010, Handbook on Principles of Teaching 1, Manila,
Philippines, Rex Book Store.
3. Dalyono, Drs. M, 2007, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta
4. Dharma, Surya, MPA, Ph.D, 2008, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Jakarta,
Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional
5. Djamarah, Syaiful Bahri; Zain, A, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
6. Gintings, Prof. Abdorrakhman, 2010, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung,
Humaniora.

15

7. Haryanto, S.Pd, http://belajarpsikologi.com/pengertian-media-pembelajaran/
diunduh tanggal 28 Juni 2012.
8. Kasan, Tholib, 2009, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta, Studia Press
9. Prasusi, Heru, (2009), Pengaruh Kompetensi Profesi Guru, Kretivitas Guru dan Superlink
Siswa Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Biologi Kelas X Siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri di Kabupaten Tangerang, Matahari Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Vol 10,
hal 4.
10. Sabri, Ahmad, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Quantum Teaching
11. Sanjaya, Wina, 2007, Strategi Pembelajaran, Jakarta, Kencana
12. Suhartono, Suparlan, M.Ed, Ph.D, 2009, Filsafat Pendidikan, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media.
13. Syah, Muhibbin, 1995, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung, Remaja
Rosdakarya
14. Tim Prima Pena, tanpa tahun, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Gita Media Press.
15. Wardhani, IGAK.: Wihardit, K, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas
Terbuka.

16

17