LAPORAN TM PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ANALI

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT

NAMA

:

NIM

:

KELAS

:

KELOMPOK

:

ASISTEN


:

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

BAB III

ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT
TUJUAN
:
 Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif karbohidrat
 Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing metode
A. Pre-lab
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?
Jenis-jenis karbohidrat dapat dibedakan berdasarkan susunan molekulnya. Molekul
sederhana, sedikit kopleks dan kompleks. Berdasarkan susunan molekul dan banyaknya
atom karbon, hidrogen dan oksigen dibagi menjadi 3 (Campbell, 2015) :
 Monosakarida
Monosakarida adalah jenis karbohidrat yang paling sederhana karena
molekulnya hanya terdiri dari beberapa atom C dan tidak dapat lagi diuraikan
dengan cara hidrolisis menjadi jenis karbohidrat yang lain.
Monosakarida + air

Tidak bereaksi

Contoh monosakarida : Glukosa, Fruktosa dan Galaktosa
Monosakarida merupakan bentuk akhir yang diserap oleh tubuh. Monosakarida

dapat berupa aldosa dan ketosa (Suhardjo, 2009).
 Disakarida
Disakarida ialah karbohidrat yang terbentuk dari gabungan dua monosakarida.
Disakarida dapat diperoleh dengan adanya ikatan yang terbentuk pada
monosakarida pertama dan monosakarida kedua yang diikat dengan ikatan
glikosidik. Dalam proses penyatuan monosakarida terjadi pelepasan molekul air
(Sumardjo, 2009).
Contoh disakarida : Maltosa, Laktosa, Fruktosa, selobiosa (Suhardjo, 2009).
Laktosa adalah disakarida pereduksi. Selama proses pencernaan, laktosa
mengalami proses hidrolisis enzimatik oleh laktase dari sel-sel mukosa usus.
Beberapa sifat lakotsa: Hidrolisis laktosa menghasilkan molekul glukosa dan
galaktosa. Hanya terdapat pada binatang mamalia dan manusia, Dapat dperoleh
dari hasil samping pembuatan keju. Bereaksi positif terhadap pereaksi fehling,
benedict, dan tollens (Sumardjo, 2009).
 Polisakarida
Polisakarida merupakan karbohidrat yang sangat kompleks dikarenakan rantai
pembentukannya yang panjang dan padat. Polisakarida merupakan polimer dari
monosakarida, dimana rantai penghubungnya terus membentuk ikatan hingga
membentuk molekul. Polisakarida digunakan untuk cadangan makanan bagi otot
yang dinamakan glikogen pada tubuh manusia. Sedangkan pada tanaman

polisakarida disimpan dalam bentuk pati. Polisakarida terdiri dari amilosa dan amilo
pektin (Sumardjo, 2009).
Contoh : pati, glikogen, selulosa.

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

2. Sebutkan dan jelaskan metode-metode yang digunakan untuk uji kualitatif karbohidrat
1. Uji Molisch
Prinsipnya Karbohidrat akan didehidrasi oleh asam sulfat pekat membentuk
senyawa furfural atau turunannya. Furfural dan turunannya akan berkondensasi
dengan alfanaftol (molish) menghasilkan senyawa kompleks berwarna merah ungu
pada bidang batas antara larutan karbohidrat dan H 2SO4 pekat. Dehidrasi heksosa

menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa
menghasilkan senyawa fulfural. Uji positifnya jika timbul cincin merah ungu yang
merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan alpha-naftol
dalam pereaksi molish (Madan, 2013).
2. Uji Benedict
Larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direduksi oleh gula yang mempunyai
gugus aldehid sehingga CuO atau kupri tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna
merah bata (endapan). Merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus
aldehid atau keton bebas. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh
gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis. Biasanya ditambahkan zat
pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan
CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau
merah bata serta adanya endapan (Madan, 2013).
3. Uji Iodin
Uji iodium digunakan untuk melihat pembentukan polisakarida. Penambahan iodium
pada suatu polisakarida akan menyebabkan terbentuknya kompleks absorbsi
berwarna spesifik. Amilum atau pati akan menghasilkan warna biru. Hasil yang postif
hanya pada penambahan air dan HCl dengan iodine. Amilopektin dengan iodin akan
memberi warna merah ungu, sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan
membentuk warna merah coklat (Madan, 2013).

4. Uji Seliwanoff
Perubahan fruktosa oleh HCl panas menjadi levulinat dan hidroksimetil furfural,
selanjutnya kondensasi hidroksimetil dengan resorsinol akaan menghasilkan
senyawa sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa akan member reaksi
positif berwarna oranye. Uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus
keton atau disebut juga ketosa. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung
gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya (Madan, 2013).
5. Uji Barfoed
Monosakarida akan mereduksi Cu2+ dalam suasana asam lemah (CH3COOH),
menghasilkan endapan yang berwarna merah bata dari Cu2O. Digunakan untuk
menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Uji positif ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan merah orange (Madan, 2013).
6. Uji Fehling
Prinsip dari metode fehling yaitu menggunakan gugus aldehid pada gula untuk
mereduksi senyawa Cu2SO4 menjadi Cu2O (enpadan berwarna merah bata)
setelah dipanaskan pada suasana basa (Benedict dan Fehling) atau asam (Barfoed)
dengan ditambahkan agen pengikat (chelating agent) seperti Na-sitrat dan K-Natatrat. Digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi (monosakarida,
laktosa, maltosa, dll). Uji positif ditandai dengan warna merah bata (Madan, 2013).
7. Test Moore
Uji Moore menggunakan NaOH (alkali) yang berfungsi sebagai ion OH- yang akan


Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

berikatan dengan rantai aldehid yang membentuk aldol aldehid (aldehida dengan
cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan. Pemanasan bertujuan untuk
membuka ikatan karbon dengan hydrogen dan menggantikannya dengan gugus –
OH (Preiss, 2014).
8. Metode Osazon
Reaksi ini dapat digunakan baik untuk larutan aldosa maupun ketosa, yaitu dengan
menambahkan larutan fenilhidrazin, lalu dipanaskan hingga terbentuk kristal
berwarna kuning yang dinamakan hidrazon (osazon) (Preiss, 2014).
9. Metode Tollens

Tollen terdiri dari Ag2SO4 yang bila ada gula pereduksi Ag akan direduksi menjadi
Ag+ yang akan membentuk cinci perak. Kelemahan dari reaksi Tollen adalah dia
bukan cuma bereaksi dengan gula pereduksi tetapi juga bereaksi dengan senyawa
keton yang mempunyai gugus metil (Sumardjo, 2009).
3. Bagaimana prinsip analisis karbohidrat menggunakan uji yodium?
Analisis menggunakan uji yodium adalah dengan mereaksikan yodium dengan
karbohidrat golongan polisakarida. Menunjukkan warna kompleks yaitu mereaksikannya
dengan polisakarida dan akan memberikan warna spesifik yang bergantung pada jenis
karbohidratnya. Jika mereaksikan amilosa dengan iodin maka akan meberikan warna biru,
jika mereaksikan amilopektin dengan yodium maka akan berwarna merah keunguan
(Sinnot, 2007).
4. Jelaskan mekanisme dari uji Barfoed dan sampel apa saja yang bereaksi terhadap
reagen Barfoed!
Mekanisme dari uji barfoed ialah Monosakarida tersebut akan mereduksi Cu2+
dalam suasana asam lemah (CH3COOH) dan menghasilkan endapan yang berwarna merah
bata dari Cu2O. Digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dalam sampel. Uji
positifnya ditunjukkan dengan terbentuknya sebuah endapan merah orange. Dalam
suasana asam ini gula reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan
reaksi yang sangat lambat dengan larutan Barfoed sehingga tidak memberikan endapan
merah kecuali pada waktu percobaan yang diperlama. Uji ini untuk menunjukkan gula

monosakarida karena gula ini bereaksi cepat. Sampel gula jenis monosakarida memiliki
waktu yang lebih cepat membentuk warna merah bata pada uji barfoed (Marks, 2008).
5. Jelaskan prinsip dari uji Benedict
Larutan CuSO4 dalam suasana alkali akan direduksi oleh gula yang mempunyai
gugus aldehid sehingga CuO atau kupri tereduksi menjadi Cu 2O yang berwarna merah bata
(endapan). Merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton
bebas. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton
bebas dalam suasana alkalis. Biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau
tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan
(Sumardjo, 2009).

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D


D3

6. Bagaimana mekanisme dari uji Molisch dan berikan contoh reaksinya !
Bahan yang mengandung monosakarida bila direaksikan dengan H 2SO4 pekat akan
terhidrolisis membentuk furural. Furfural ini akan membentuk persenyawaan dengan naftol
ditandai dengan terbentuknya warna violet (cincin). Oleh karena itu, H 2SO4 dapat
menghidrolisis oligosakarida dan polisakarida (Septorini, 2008).

(Septorini, 2008).

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3


B. TINJAUAN BAHAN
1. Reagen Molisch
Pereaksi molisch terbuat dari pelarutan α-naftol dalam pelarut organik seperti etanol,
alkohol dan khloroform. Reagen molisch merupakan reagen yang digunakan untuk
mengidentifikasi karbohidrat. Reagen molisch merupakan senyawa α-naftol yang
dapat diperoleh di etanol 96%. Reagen ini berkerja dengan mengkondensasi molekul
aldehid hasil dehidrasi karbohidrat dengan 2 molekul fenol yang akan menghasilkan
warna kompleks merah atau ungu (Sumardjo,2009).
2. H2SO4
Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Asam sulfat(H 2SO4)
merupakan asam kuat yang memiliki 2 atom hidrogen. Asam sulfat banyak digunakan
dalam dunia industri dan pendidikan. Asam sulfat biasanya digunakan dalam aki
motor. Asam sulfat murni berupa cairan seperti minyak disebut juga minyak vitriol,
bersifat korosif, cairan bening tak berwarna dan tak berbau. Zat ini larut dalam air
pada semua perbandingan. Pembuatan asam sulfat menggunakan proses kontak
dengan pembakaran belerang dan penambahan senyawa vanadium(V) oksida dalam
suhu yang tinggi (Brady, 2008).
3. Larutan Yodium
Yodium merupakan halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling
elektropositif. Larutan yodium merupakan larutan yang berasal dari senyawa yang
diencerkan. Dikenal juga dengan larutan lugol. Reaksi saat penambahan lugol pada
sampel yang mengandung pati , akan membentuk warna biru gelap atau hitam. Pati
yang termasuk adalah amilosa dan amilopektin serta glikol. Logol tidak digunakan
dalam mengidentifikasi gula gula sederhana seperti glukosa, fruktosa, maltosa
(Khopar, 2007).
4. Reagen Barfoed
Pereaksi ini terbuat dari Cu(CH3COO)2 dan asam asetat glasial yang dilarutkan dalam
air. Barfoed adalah reagen kimia yang digunakan untuk mendeteksi adanya
monosakarida. Hal ini didasarkan dalam penggunaan tembaga (II) asetat untuk
tembaga (I) oksida (CuCO2)yang membentuk endapan merah mata (Flinn, 2011).
RCHO + 2Cu2+ + 2H2O  RCOOH + Cu2O + 4H+
(Disakarida juga bereaksi, namun sangat lambat). Kelompok aldehid monosakarida
biasanya membentuk hemiasetal siklik teroksidasi menjadi karboksilat tersebut.
Sejumlah zat yang lain, termasuk natrium klorida, dapat menggangu (Flinn, 2007).
5. Reagen Benedict
Pereaksi ini dibuat dari pencampuran larutan Natrium sitrat dan Na 2CO3 dengan
larutan CuSO4.5H2O . Reagen benedict adalah suatu reagen kimia yang digunakan
dalam uji benedict, nama tersebut diambil dalam ahli kima bernama Stanley
Rossister Benedict. Reagen ini digunakan untuk menguji ada atu tidak adanya gula
pereduksi dalam sampel. Reaksi yang terjadi saat sampel ditambah reagen ini asalah
tembaga sulfat pada reagen akan bereaksi dengan gula pereduksi, apabila positif
terdapat gula pereduksi dan terdapat endapan merah bata (Cu+) (Sumardjo, 2009).

6. Glukosa

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

(McMurry, 2011).
Glukosa merupakan gula sederhana yang termasuk monosakarida. Glukosa
termasuk golongan aldosa yang berarti memiliki gugus aldehid. Rumus kimia glukosa
adalah C6H12O6 , glukosa diperoleh dari hidrolisis sukrosa (gula tebu) atau pati
(amilum). Di alam glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam
alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan
sinar matahari dan klorofil dalam daun serta mempunyai sifat: Memutar bidang
polarisasi cahaya ke kanan (+52.70). Dapat mereduksi larutan fehling dan membuat
larutan merah bata. Dapat mengalami mutarotasi. Dapat difermentasi menghasilkan
alkohol (etanol) dengan reaksi sebagai berikut: C6H12O6 --> 2C2H5OH + 2CO2
(McMurry, 2011).
7. Fruktosa

(Madan, 2013).
Fruktosa adalah salah satu contoh dari monosakarida yang banyak di buah dan
sayuran. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis dari pada gula tebu atau sukrosa.
Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan
resorsinol (1,3 dhidroksi-benzena) dalam asam clorida. Disebut juga sebagai gula
buah, dperoleh dari hdrolisis sukrosa; dan mempunyai sifat: Memutar bidang
polarisasi cahaya ke kiri (-92.4oC). Dapat mereuksi larutan fehling dan membentuk
endapan merah bata. Dapat difermentasi (Lyons, 2010).
8. Sukrosa

(Preiss, 2013).
Sukrosa adalah disakarida yang dibentuk dari penyatuan glukosa dan fruktosa.
Sukrosa memiliki rumus molekul C 11H22O11 .Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida
dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa dibentuk oleh banyak tanaman tetapi tidak
terdapat pada hewan tingkat tinggi. Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya
terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

fruktosa dalam jumlah yang ekuimolekular. Sukrosa bereaks negatif terhadap
pereaksi fehling, benedict, dan tollens (Preiss, 2013).
8. Maltosa

(Standsfield, 2007).
Maltosa merupakan disakarida yang biasa dikatakan dengan gula gandum. Maltosa
merupakan hasil penyatuan dua molekul glukosa. Maltosa merupakan hasil dari
pemecahan pati menggunakan enzim amilase. Maltosa memiliki gugus aldehid
dioksida, hal ini menunjukkan pada maltosa sebagai gula pereduks (Standsfield,
2007).
9. Pati

(Gandjar, 2007).
Pati adalah merupakan karbohidrat kopleks yang tidak larut dalam air. Selain itu pati
berwujud bubuk putih. Rumus kimia pati adalah (C6H10O5)n >100 . Pati tersusun
dari dua macam karbohidrat yaitu amilosa dan amilopektin. Pati merupakan
polisakarida dalam tumbuhan dalam beberapa hal di manusia dan hewan bernama
glikogen (Gandjar, 2007).
10. Dekstrin

(Suprapti, 2007).
Dekstrin adalah golongan karbohidrat dengan berat molekul yang sangat tinggi yang
merupakan modifikasi pati dan asam. Desktrin mudah larut dalam air, lebih cepat
terdeispersi, tidak kental. Dekstrin digunakan di dunia pangan insutri, farmasil.
Dekstrin dibagi menjadi dua dekstrin putih dan kuning. Selain itu dekstrin dapat
berupa basah atau kering (Suprapti, 2007).

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

C. DIAGRAM ALIR
1. Uji Molisch
1 ml sampel

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2 tetes reagen Molisch
Dikocok
1 ml H2SO4
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil

2. Uji Yodium
1 tetes sampel
Diteteskan diatas cawan petri

1 tetes larutan yodium
Diamati perubahan warna yang terjadi

Hasil

3. Uji Barfoed

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

5 tetes sampel
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
1 ml reagen Barfoed
Dipanaskan dalam penangas air
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil

4. Uji Benedict
2 tetes sampel
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

1 ml reagen Benedict
Dipanaskan diatas api bunsen
Diamati perubahan yang terjadi
Hasil

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

D. Hasil Percobaan Dan Pengamatan :
1. Uji Molish
a. Tuliskan data hasil uji Molisch
Senyawa
Glukosa
Sukrosa
Pati

Hasil Uji (+/-)
+++

Keterangan
Positif Karbohidrat

++

Positif Karbohidrat

+

Positif Karbohidrat

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Molisch dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
Tujuan dari dilakukannya uji Molisch ialah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya
kandungan karbohidrat dalam suatu bahan. Prinsip uji Molisch adalah reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural. Ketika bereaksi dengan alfa-naftol
akan membentuk kompleks warna ungu pada permukaan (Westriningsih, 2010). Reaksi yang
terjadi pada uji Molisch adalah:

(Slowinski, 2016).
Mekanisme uji Molisch ialah karbohidrat direaksikan dengan H 2SO4 pekat yang
menghasilkan cincin furfural dan kompleks warna ungu. Karbohidrat pada sampel akan
dihidrolisis menjadi monosakarida, selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami
dehidrasi dengan H2SO4 menjadi furfural, golongan heksosa menjadi hidroksi-multifurfural
menggunakan H2SO4 pekat. Pereaksi Molisch yang terdiri dari alfa-naftol dalam alkohol akan
bereaksi dengan furfural tersebut lalu membentuk kompleks warna ungu. Monosakarida
akan bereaksi lebih cepat daripada disakarida dan polisakarida karena pada monosakarida
langsung bisa mengalami dehidrasi dengan asam sulfat membentuk furfural, sementara
pada disakarida harus diubah dahulu menjadi monosakarida baru bisa dihidrolisis oleh asam
sulfat membentuk furfural. Apabila sampel tersebut mengandung karbohidrat maka kompleks
warna ungu dengan bentuk cincin akan berada pada permukaan sampel (Westriningsih,
2010).

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

Analisa Prosedur
Pertama-tama adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang diperlukan
antara lain 3 buah tabung reaksi yang sudah di beri nama sesuai dengan sampel yang
digunakan (glukosa, sukrosa, pati) beserta raknya, pipet ukur 10 ml, pipet tetes, bulb, pipet
tetes, H2SO4 pekat, reagen Molisch , dan 3 buah sampel yang akan diuji yakni glukosa 5%,
sukrosa 5%, dan pati 1%. Setelah semua alat dan bahan siap, maka uji Molisch dapat
dimulai. Pertama ambil 1 ml glukosa 5% menggunakan pipet ukusr 10 ml dan dan bulb,
karena menggunakan pipet ukur 10 ml, maka hisap glukosa menggunakan bulb hingga
cairan glukosa mencapai skala angka 9 pada pipet ukur 10 ml. Kemudian masukkan 1 ml
glukosa tersebut ke dalam tabung reaksi glukosa. Cuci pipet ukur tersebut hingga bersih
kemudian keringkan. Selanjutnya ambil 1 ml sukrosa 5% menggunakan pipet ukur 10 ml
yang sudah dicuci tadi dan menggunakan bulb. Cara mengambil 1 ml sukrosa 5%
menggunakan pipet ukur sama dengan saat mengambil 1 ml glukosa 5% yakni dengan
menghisap sampai larutan berada pada skala angka 9. Kemudian masukkan 1 ml sukrosa
tersebut ke dalam tabung reaksi sukrosa. Cuci pipet ukur tersebut hingga bersih. Gunakan
kembali pipet ukur tersebut untuk mengambil sampel pati 1% sebanyak 1 ml. Setelah itu
masukkan 1 ml pati tersebut ke dalam tabung reaksi pati. Setelah semua tabung terisi
sampel, masukkan 2 tetes reagen Molisch ke dalam masing-masing tabung reaksi
menggunakan pipet tetes. Kocok tabung reaksi agar sampel dan reagen benar-benar
tercampur. Setelah itu masukkan ketiga tabung tersebut ke dalam rak tabung reaksi. Bawa
rak, pipet ukur 10 ml, bulb, serta H2SO4 pekat ke lemari asam. Ambil 3 ml H2SO4
menggunakan pipet ukur 10 ml dan bulb, dalam mengambil H2SO4 lakukan di dalam lemari
asam karena pada lemari asam, terdapat blower yang dapat menyedot aroma H 2SO4 yang
berbahaya apabila terhirup oleh manusia. Setelah itu masukkan masing-masing 1 ml H 2SO4
pekat ke dalam masing-masing tabung reaksi. Dalam memasukkan H 2SO4 pekat ke dalam
tabung reaksi, tabung reaksi harus dimiringkan dan pipet ukur harus ditegakkan agar H 2SO4
tidak langsung bereaksi terhadap sampel, dan agar H 2SO4 bereaksi perlahan melalui dinding
tabung reaksi lalu menjalar menuju sampel. Setelah H2SO4 dimasukkan, perhatikan
perubahan yang terjadi pada ketiga sampel. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cincin
warna ungu pada permukaan.
Analisa Hasil
Sampel yang digunakan untuk uji Molisch adalah glukosa, sukrosa, dan pati. Uji
molisch digunakan untuk mengidentifikasi adanya kandungan karbohidrat dalam suatu
sampel. Apabila sampel yang diuji mengandung karbohidrat, maka akan terbentuk cincin
warna ungu pada permukaan sampel. Berdasarkan uji Molisch yang telah dilakukan, sampel
glukosa yang belum ditambahkan reagen apapun berwarna bening sedikit keruh, sampel
sukrosa berwarna bening sedikit keruh, dan sampel pati berwarna putih keruh. Kemudian
ditambahkan masing-masing 2 tetes reagen Molisch. Lalu setelah ditambahkan H2SO4 pekat
sebanyak 1 ml pada masing-masing tabung reaksi, warnanya berubah menjadi hitam pada
ketiga tabung dan terbentuk cincin ungu pada ketika sampel berikut. Hal ini sesuai dengan
literatur, bahwa sampel akan membentuk cincin ungu pada permukaannya karenas glukosa,
sukrosa, dan pati merupakan senyawa yang mengandung karbohidrat (Sutomo, 2010).

2. Uji Yodium

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

a. Tuliskan data hasil uji Yodium!
Senyawa

Hasil Uji (+/-)

Dekstrin

+++

Maltosa

-

Glukosa

-

Pati

++

Keterangan
Positif mengandung pati
Negatif mengandung pati
Negatif mengandung pati
Positif mengandung pati

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Yodium dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
Tujuan dilakukannya uji yodium adalah untuk mengidentifikasi pati dalam suatu
bahanl. Uji positif akan menghasilkan warna biru pekat pada sampel. Prinsip uji Yodium
yakni larutan yodium akan bereaksi dengan pati dengan cara larutan yodium dalam bentuk
triiodida dan masuk dalam struktur helikal pati dan menghasilkan warna biru pekat.
Mekanisme uji yodium adalah kalium iodida yang dimasukkan pada sampel akan
membentuk ion kompleks triiodida. Triiodida tersebut akan masuk ke struktur helikal pati
sehingga terbentuk warna biru pekat atau biru kehitaman (Westriningsih, 2010). Reaksi yang
terjadi pada uji yodium adalah:
H2O2(aq) + 3 I-(aq) + 2 H+ → I3- + 2 H2O
I3-(aq) + 2 S2O32-(aq) → 3 I-(aq) + S4O62-(aq)
(Slowinski, 2016).
Analisa Prosedur
Alat dan bahan yang harus disiapkan adalah cawan petri, kertas hvs putih, pipet
tetes, larutan yodium 5%, dekstrin 5%, maltosa 5%, glukosa 5%, dan pati 1%. Setelah
semua alat dan bahan siap, maka uji yodium sudah dapat dilakukan. Pertama-tama buat
garis seperti tanda + besar pada kertas hvs putih menggunakan pulpen. Lalu beri nama
sesuai dengan sampel yang digunakkan (dekstrin, maltosa, glukosa, dan pati) pada masingmasing bagian dari garis tersebut. Tujuan dibuatnya garis tanda + dan diberi nama adalah
untuk membatasi agar masing-masing sampel tidak tercampur dan pemberian nama
ditujukan agar kita tidak bingung saat membandingkan sampel tersebut. Letakkan cawan
petri diatas garis + pada kertas hvs tersebut. Teteskan satu tetes glukosa menggunakan
pipet tetes pada bagian koordinat garis yang bertuliskan glukosa. Cuci pipet tetes tersebut
hingga bersih agar sisa glukosa yang masih menempel pada dinding pipet tetes tidak
mengkontaminasi sampel lain. Kemudian gunakan pipet tetes tersebut untuk meneteskan
satu tetes maltosa pada bagian koordinat garis yang bertuliskan maltosa. Cuci kembali pipet
tetes tersebut hingga bersih. Lalu ambil 1 tetes dekstrin menggunakan pipet tetes yang
bersih dan teteskan pada bagian cawan petri yang bertuliskan dekstrin. Cuci kembali pipet
tetes hingga bersih. Lalu ambil 1 tetes pati menggunakan pipet tetes yang bersih dan
teteskan pada bagian cawan petri yang bertuliskan pati. Setelah semua sampel diteteskan
pada cawan petri, selanjutnya meneteskan 1 ml larutan yodium pada masing-masing
sampel. Ambil larutan yodium menggunakan pipet tetes yang sudah bersih kemudian

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

teteskan masing-masing 1 tetes larutan yodium pada masing-masing sampel, kemudian
amati perubahan yang terjadi pada sampel setelah ditetesi larutan yodium. Uji positif akan
menghasilkan warna biru pekat atau biru kehitaman pada sampel.
Pembahasan Sampel
Sampel yang digunakan dalam uji yodium adalah dekstrin, maltosa, glukosa, dan
pati. Uji yodium digunakan untuk mengidentifikasi adanya kandungan pati dalam suatu
sampel. Apabila sampel yang diuji mengandung pati, maka sampel akan berwarna biru pekat
atau biru kehitaman. Sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel dekstrin berwarna
bening keruh, sampel maltosa berwarna bening keruh, sampel glukosa berwarna bening
keruh, dan sampel pati berwarna putih keruh. Kemudian setelah ditetesi larutan dekstrin
yang tadinya berwarna bening keruh, lalu ditetesi larutan yodium, dekstrin menjadi berwarna
biru kehitaman pekat yang artinya dekstrin mengandung pati karena saat ditambahkan
larutan yodium, dekstrin berubah warna menjadi biru kehitaman. Sedangkan pada sampel
maltosa, sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sukrosa berwarna bening keruh, namun
setelah ditetesi dengan larutan yodium sampel menjadi berwarna cokelat bening kemerahan
(karena tercampur dengan larutan yodium yang berwarna coklat kemerahan) yang
menandakan bahwa sukrosa tidak mengandung pati karena saat sampel ditetesi dengan
larutan yodium tidak mengubah sampel menjadi warna biru pekat maupun biru kehitaman.
Setelah itu pada sampel glukosa, sebelum ditetesi dengan larutan yodium, sampel glukosa
berwarna bening keruh, namun setelah ditetesi dengan larutan yodium, sampel berwarna
cokelat bening kemerahan (karena tercampur dengan larutan yodium yang berwarna cokelat
kemerahan) yang menandakan bahwa glukosa tidak mengandung pati karena saat sampel
ditetesi dengan larutan yodium tidak mengubah sampel menjadi warna biru pekat maupun
biru kehitaman. Dan pada sampel pati, sebelum ditetesi dengan larutan yodium, pati
berwarna putih keruh, setelah ditetesi dengan larutan yodium, sampel berubah warna
menjadi biru pekat yang menandakan bahwa sampel pati mengandung pati. Sehingga
berdasarkan uji Yodium menggunakan 4 sampel yang berbeda yakni dekstrin, maltosa,
glukosa, dan pati, yang mengandung pati adalah dekstrin dan pati. Hal tersebut sudah
sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa saat dilakukan uji yodium, maka sampel
yang mengandung pati akan menunjukkan warna biru pekat atau biru kehitaman
(Abdurahman, 2008), dan pada literature lainnya menyatakan yang mengandung pati adalah
dekstrin dan pati (Sutomo, 2010).

3. Uji Barfoed
a. Tuliskan data hasil Barfoed test!

Nama
NIM
Kelas
Kelompok
Senyawa
Glukosa
Fruktosa

D

D3

Keterangan

Hasil Uji

+

Annisa Meylana I

Terdapat endapan merah bata

+

Merah bata

Maltosa

+

Merah bata

Sukrosa

-

Biru kehijauan

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Barfoed
percobaan ini!

dari beberapa sampel dalam

Uji Barfoed dilakukan untuk mengidentifikasi sampel yang mengandung gugus gula
pereduksi dalam suasana asam. Uji positif akan menghasilkan endapan berwarna merah
bata. Prinsip uji Barfoed adalah gula pereduksi dicampurkan dengan reagen Barfoed
sehingga menghasilkan endapan kupro oksida berwarna merah bata. Mekanisme uji Barfoed
adalah Cu2+ yang berada pada reagen Barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih
cepat oleh gugus gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan Cu 2O
(kupro oksida) berwarna merah bata. Sedangkan dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat
menghasilkan hidroksimetilfurfural dan dengan penambahan resorsinol akan megalami
kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah. Reaksi pada monosakarida
lebih cepat daripada senyawa disakarida karena pada senyawa disakarida, senyawa
disakarida harus diubah dahulu menjadi monosakarida (Insel, 2010). Reaksi yang terjadi
pada uji Barfoed adalah:

(Slowinski, 2016).

Analisa Prosedur
Dalam melakukan uji Barfoed, alat dan bahan yang harus disiapkan adalah 3 buah
tabung reaksi yang diberi nama sesuai dengan sampel yang digunakan yakni glukosa,

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

fruktosa dan sukrosa. Kemudian diperlukan juga rak tabung reaksi, pipet ukur 10 ml, bulb,
pipet tetes, air, gelas beker 250 ml, penjepit kayu, penangas air, reagen barfoed, serta
sampel yakni glukosa 5%, fruktosa 5%, dan sukrosa 5%. Setelah alat dan bahan siap uji
Barfoed dapat dilakukan. Pertama isi gelas beker 250 ml menggunakan air lalu didihkan
diatas penangas air. Sambil menunggu air mendidi, ambil glukosa menggunakan pipet tetes
kemudian masukkan 5 tetes glukosa ke dalam tabung reaksi glukosa. Cuci pipet tetes
hingga bersih agar saat pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel lain, sampel tersebut
tidak terkontaminasi. Setelah itu ambil fruktosa menggunakan pipet tetes yang telah bersih
kemudian masukkan 5 tetes fruktosa ke dalam tabung reaksi fruktosa. Lalu cuci kembali
pipet tetes hingga bersih. Setelah itu ambil sukrosa menggunakan pipet tetes lalu teteskan 5
tetes sukrosa ke dalam tabung reaksi sukrosa. Setelah keempat tabung terisi sampel, ambil
sebanyak 4 ml reagen Barfoed menggunakan pipet ukur 10 ml. Dalam mengambil 4 ml
sampel menggunakan pipet ukur 10 ml, caranya adalah hisap sampel menggunakan
bantuan bulb hingga mencapai skala angka 6 pada pipet ukur 10 ml. Kemudian masukkan 1
ml reagen Barfoed ke dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian homogenkan dengan
menggoyang-goyangkan tabung reaksi. Jika air yang berada di gelas beker sudah mendidih,
masukkan ketiga tabung tersebut ke dalam gelas beker tesebut. Lakukan secara hati-hati
karena gelas beker sangat panas akibat pemanasan dengan penangas, gunakan penjepit
kayu untuk memudahkan peletakkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. Biarkan tabung
reaksi tersebut dipanaskan menggunakan air mendidih, tunggu hingga seluruh tabung reaksi
menghasilkan endapan, namun apabila setelah dilakukan pemanasan cukup lama namun
terdapat tabung reaksi yang tetap tidak menunjukkan menghasilkan endapan merah bata
maka pemanasan dapat dihentikan. Ambil keempat tabung tersebut secara satu persatu
menggunakan penjepit kayu agar tangan tidak panas. Setelah itu jejerkan ketiga tabung
tersebut pada rak tabung reaksi lalu perhatian perubahan dan perbedaan masing-masing
tabung.
Pembahasan Sampel
Sampel yang digunakan pada uji Barfoed adalah glukosa, fruktosa, maltosa, dan
sukrosa. Sebelum ditambahkan reagen Barfoed, semua sampel tersebut berwarna bening
kerung. Setelah ditambahkan masing-masing 1 ml reagen Barfoed, semua sampel di dalam
tabung berubah warna menjadi biru muda bening. Kemudian sampel tersebut dipanaskan
pada air mendidih yang berada di gelas beker 250 ml, yang dipanaskan diatas penangas air.
Setelah dilakukan pemanasan, terlihat bahwa dihasilkan endapan merah bata pada tabung
reaksi dengan sampel fruktosa, dan dapat diketahui bahwa fruktosa memiliki gugus gula
pereduksi. Kemudian sampel glukosa mulai menghasilkan endapan merah bata, dan dapat
diketahui bahwa glukosa memiliki gugus gula pereduksi. Sedangkan setelah sekian lama
dipanaskan namun tidak ada tanda-tanda terbentuknya endapan merah bata pada sampel
sukrosa, yang menandakan bahwa sukrosa tidak mengandung gugus gula pereduksi. Jadi
berdasarkan uji yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan yang mengandung gugus gula
pereduksi adalah glukosa, fruktosa, dan maltosa. Karena saat dipanaskan ada penangas air
terbentuk endapan merah bata pada ketiga sampel tersebut dan hal tersebut juga sudah
sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa glukosa dan fruktosa mengandung gugus
gula pereduksi (Sumantri, 2007).
4. Uji Benedict

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

a. Tuliskan data hasil Benedict test!
Senyawa

Hasil Uji
Sebelum Pemanasan
Biru kehijauan

Setelah Psemanasan
Merah bata

Biru kehijauan

Merah bata

Maltosa

Biru kehijauan

Merah bata

Sukrosa

Biru kehijauan

Biru

Glukosa
Laktosa
Fruktosa

Keterangan
+++
++
+
-

b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Benedict dari beberapa sampel dalam
percobaan ini?
Tujuan dari dilakukannya uji Benedict adalah mengidentifikasi adanya gugus gula
pereduksi dalam suasana basa. Reagen benedict yang tersusun atas tembaga sulfat, larutan
natrium karbobat dan natrium sitrat Uji positif akan menghasilkan endapan berwarna merah
bata. Prinsip dari uji Benedict adalah larutan CuSO 4 dalam suasana basa akan direaksikan
dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Mekanisme dari uji Benedict adalah glukosa dioksidasi menjadi garam asam glukoranat yang
kemudian mereduksi CuO menjadi Cu2O menjadi merah bata. Reaksi yang terjadi pada uji
Benedict adalah:

Analisa Prosedur
Dalam melakukan uji Benedict, alat dan bahan yang perlu disiapkan adalah 4 buah
tabung reaksi yang diberi label sesuai dengan sampel yang digunakan (glukosa, maltosa,
fruktosa, sukrosa), rak tabung reaksi, pipet ukur 10ml, pipet tetes, bulb, bunsen, korek api,
penjepit kayu, maltosa 5%, glukosa 5%, fruktosa 5%, dan sukrosa 5%. Setelah semua alat
dan bahan siap, uji Benedict dapat dilakukan. Pertama-tama ambil glukosa 5%
menggunakan pipet tetes kemudian masukkan 2 tetes glukosa ke dalam tabung reaksi yang
berlabel glukosa. Setelah itu cuci pipet tetes hingga bersih. Pipet tetes perlu dicuci setiap
setelah selesai digunakan untuk mengambil sampel agar jika pipet tersebut digunakan untuk
mengambil sampel lain, maka sampel tersebut tidak terkontaminasi. Selanjutnya ambil
fruktosa 5% menggunakan pipet tetes yang bersih dan masukkan 2 tetes fruktosa ke dalam
tabung reaksi dengan label fruktosa. Cuci kembali pipet tetes tersebut hingga bersih. Setelah
itu ambil sukrosa 5% menggunakan pipet tetes yang sudah bersih dan masukkan 2 tetes
sukrosa ke dalam tabung reaksi dengan label sukrosa. Begitu juga dengan maltosa. Setelah
semua tabung reaksi berisi sampel yang sesuai dengan labelnya, maka langkah selanjutnya
adalah menambahkan 1 ml reagen Benedict ke dalam masing-masing tabung sampel. Ambil
3 ml reagen Benedict menggunakan pipet ukur 10 ml dengan menyedot reagen Benedict
menggunakan bulb hingga mencapai skala angka 7 pada pipet ukur. Kemudian masukkan 1
ml reagen Benedict ke dalam masing-masing tabung yang berisi sampel kemudian

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

homogenkan dengan menggoyang-goyangkan tabung. Setelah semua sampel terisi reagen
Benedict, nyalakan api Bunsen menggunakan korek api, usahakan agar api stabil dan tidak
goyang-goyang karena terkena angin. Setelah itu ambil tabung reaksi dengan label glukosa,
jepit tabung reaksi tersebut dengan penjepit kayu, kemudian letakkan diatas api Bunsen
sambil digoyangkan kekiri dan kekanan. Beri jarak antara ujung lidah api dengan ujung
tabung agar pemanasan dapat terjadi secara perlahan dan dengan suhu yang tidak terlalu
tinggi. Pemanasan tidak boleh dengan api terlalu dekat/dengan suhu tinggi karena reagen
Benedict tidak tahan dengan suhu tinggi. Lakukan pemanasan dengan menggoyangkan
tabung ke kanan dan kekiri agar bagian bawah tabung tetap mengenai api namun tidak
sepanas pemanasan dengan api Bunsen terus menerus. Lakukan terus menerus hingga
terjadi perubahan pada sampel, perubahan yang terjadi adalah sampel berubah warna
menjadi merah bata. Apabila sekiranya sudah dipanaskan cukup lama namun tidak terjadi
perubahan apa-apa maka pemanasan dapat dihentikan. Uji positif dinyatakan dengan
sampel berubah warna menjadi warna merah.
Pembahasan Sampel
Dalam uji Benedict digunakan glukosa, fruktosa, maltosa dan sukrosa. Uji Benedict
digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus gula pereduksi dalam suasana basa. Uji
positif akan menghasilkan warna merah bata. Sebelum keempat sampel ditambahkan
dengan reagen Benedict, keempat sampel tersebut berwarna bening keruh, setelah
ditambahkan reagen Benedict, ketiga sampel tersebut berwarna biru kehijauan, kemudian
setelah dipanaskan dengan panas api Bunsen, sampel glukosa dan fruktosa berubah
menjadi warna merah hati dan sampel sukrosa tetap berwarna biru muda walaupun sudah
dipanaskan dengan waktu yang sama dengan pemanasan sampel lainnya sedangkan
maltosa perubahan warna membutuhkan waktu yang sangat lama saat pemanasan. Dari hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel yang mengandung gugus gula pereduksi adalah
glukosa, maltosa dan fruktosa.hal tersebut sudah sesuai dengan literature, yang menyatakan
bahwa glukosa, maltosa dan fruktosa mengandung gugus gula pereduksi (Sumantri, 2007).

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

PERTANYAAN
1. Bagaimana membedakan monosakarida dan disakarida dengan menggunakan Barfoed
test?
Dalam membedakan monosakarida dan disakarida dapat dilakukan dengan
menggunakan Barfoed test. Barfoed test dilakukan dengan meneteskan 5 tetes sampel
yang ingin diuji (dari golongan monosakarida dan disakarida) ke dalam tabung reaksi.
Kemudian masukkan 1 ml reagen Barfoed ke dalam masing-masing tabung reaksi yang
berisi sampel, kemudian dipanaskan pada gelas beker yang berisi air mendidih dan tetap
dilakukan pemanasan pada penangas air. pada kondisi asam, monosakarida akan
bereaksi membentuk endapan merah bata lebih cepat dari pada disakarida.
Monosakarida dapat bereaksi dengan lebih cepat dikarenakan struktur molekul
monosakarida yang lebih sederhana dibandingkan dengan struktur disakarida (Winarsi,
2007).
2.

Bagaimana mengidentifikasi gula pereduksi sampel pada uji Benedict?
Cara mengidentifikasi gula pereduksi sampel pada uji Benedict adalah, masukkan 2
tetes sampel yang ingin diuji ke dalam tabung reaksi. Kemudian masukkan 1 ml reagen
Benedict ke dalam tabung sampel dan homogenkan. Setelah itu panaskan tabung reaksi
tersebut diatas api bunsen sambil digoyangkan ke kiri dan ke kanan agar panas dari api
bunsen tidak merusak reagen Benedict, karena reagen Benedict tidak tahan terhadap
panas. Setelah dilakukan pemanasan menggunakan reagen Benedict, apabila sampel
tersebut berubah warna menjadi merah bata, maka dapat dihasilkan bahwa sampel
tersebut memiliki gugus gula pereduksi. Apabila sampel yang diuji tidak berubah warna
sama sekali saat pemanasan maka dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut tidak
memiliki gugus gula pereduksi (Westriningsih, 2010).

Nama
NIM
Kelas
Kelompok

Annisa Meylana I
D

D3

KESIMPULAN
Prinsip uji Molisch adalah reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk
cincin furfural. Ketika bereaksi dengan alfa-naftol akan membentuk kompleks warna ungu
pada permukaan. Prinsip uji Yodium yakni larutan yodium akan bereaksi dengan pati dengan
cara larutan yodium dalam bentuk triiodida dan masuk dalam struktur helikal pati dan
menghasilkan warna biru pekat. Prinsip uji Barfoed adalah gula pereduksi dicampurkan
dengan reagen Barfoed sehingga menghasilkan endapan kupro oksida berwarna merah
bata. Prinsip dari uji Benedict adalah larutan CuSO4 dalam suasana basa akan direaksikan
dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.
Tujuan dilakukannya uji Molisch adalah mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan
karbohidrat dalam suatu sampel. Tujuan dilakukannya uji yodium adalah untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya pati dalam suatu sampel. Tujuan dilakukannya uji Barfoed
adalah untuk mengidentifikasi sampel yang mengandung gugus gula pereduksi dalam
suasana asam. Tujuan dari dilakukannya uji Benedict adalah mengidentifikasi adanya gugus
gula pereduksi dalam suasana basa. Berdasarkan seluruh uji yang dilakukan pada seluruh
sampel, dapat disimpulkan yang mengandung karbohidrat dalam uji Molisch adalah glukosa,
sukrosa, dan pati. Yang mengandung pati dalam uji Yodium adalah dekstrin dan pati. Yang
mengandung gugus gula reduksi dalam suasana asam pada uji Barfoed adalah glukosa dan
fruktosa, sedangkan yang mengandung gugus gula pereduksi pada suasana basa adalah
glukosa, dan fruktosa.

DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 2008. Chemistry: The Study of Matter and its Changes. Oakland: Wiley
PLUS
Flinn, Batavia. 2011. MSDS. London: Rick & Co Press
Gandjar, Indrawati. 2007. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Lyons, Frank. 2010. Fructose Exposed: The Sweet Truth About Aremica’s Expanding
Waisline and Failing Health. New York: Qulon Press
Madan, R.L. 2013. Organic Chemistry. New Delhi: Tata McGraw-Hill Education Private Ltd
Marks, Dawn B. 2008. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC
McMurry. John. 2011. Organic Chemistry Eight edition. Ontario: Brooks/ Cole
Preiss, Jack. 2014. The Biochemistry in Plant Volume 3 Carbohydratess: Structure & Fuction.
Amsterdam: Elsevier
Septorini, Ragil. 2008. Perbedaan Kadar Glukosa Pada Onggok Yang Dihidrolisis Dengan
Asam Klorida, Asam Sulfat, Dan Asam Oksalat. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang
Sinnot, Michael. 2013. Carbohydrate Chemistry and Biochemistry : Structure and
Suhardjo. 2009. Prinsip Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Sastra 1 Fakultas Biosekta. Jakarta: EGC
Suprapti, M. 2007. Tepung Tapioka: Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Kanisius

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Abdurahman, Deden. 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Bandung: Grafindo Media Pratama
Slowinski, Abraham. 2016. Chemical Principles In The Laboratory. Boston: Cengage
Learning
Sutomo, Budi. 2010. Makanan Sehat Pendamping Asi. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka
Westriningsih. 2010. Intisari Kimia. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kansius