Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Laporan Tugas Akhir
Negara Indonesia merupakan Negara yang menjungjung tinggi hukum
yang berlandaskan pada Undang-undang Dasar 1945 dan berasaskan Pancasila.
Sekarang ini setiap Negara sedang melakukan pembangunan secara menyeluruh
baik dari segi infrastruktur

maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak

terkecuali Bangsa Indonesia. Untuk melaksanakan pembangunan yang pesat dan
menyeluruh dalam kehidupan nasional maka diperlukan dukungan dan peran serta
seluruh

potensi

masyarakat.

Pembangunan


Nasional

merupakan

suatu

pembangunan yang terus berkelanjutan dan saling berkesinambungan yang pada
dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama dengan pemerintah.
Pada saat ini Negara Indonesia yang merupakan

suatu negara yang

berkembang sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan infrastuktur di
berbagai macam bidang baik di bidang Ekonomi, Hukum, Pendidikan, Sosial dan
lainnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan
kehidupan bangsa sebagaimana yang tercantum dalam pokok-pokok UUD 1945.
Dalam melaksanakan program meningkatkan pembangunan dan perekononomian
tersebut,


langkah

yang

baik

adalah

dengan

cara

memperbaiki

serta

mengembangkan tatanan kinerja system perekonomian dan pembanguna termasuk
juga pada sistem perpajakannya karena pajak merupakan penerimaan Negara yang
paling utama dan terbesar.


Universitas Sumatera Utara

Di samping itu pajak merupakan sumber pendapatan asli Negara yang
mempunyai potensi besar dalam mendukung seluruh program kerja suatu
pemerintah dalam melakukan suatu perubahan agar dimana semua tujuan yang
diharapkan pemerintah dapat tercapai, maka dari itu diperlukan suatu penanganan
dan perhatian yang menyeluruh dari segenap insan

perpajakan dalam

memaksimalkan penerimaan negara yang belum mencapai potensi maksimalnya.
Dengan keadaan sekarang ini bangsa Indonesia sedang keluar dari krisis
ekonomi global yang melanda di berbagai negara.Pemerintah dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai aparat perpajakan, mempunyai tugas
yang cukup berat dalam memenuhi pendapatan negara yang telah ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sehingga aparat pajak harus
aktif dalam melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pelaksaan perpajakan
agar wajib pajak taat terhadap peraturan yang telah disusun dan ditetapkan dalam
Undang-Undang perpajakan.sistem perpajakan di Indonesia telah mengalami
berapakali perubahan, perubahan yang sangat signifikan dalam hal perpajakan

yaitu ketika terjadinya reformasi sistem perpajakanpada tahun 1983. Sejak saat
itu, sistem pemungutan pajak telah mengalami perubahan signifikan yaitu official
assessment system menjadi self assessment system. Hal ini disebabkan oleh
pertumbuhan jumlah wajib pajak di Indonesia yang sangat pesat, tetapi tidak
berbanding lurus dengan jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh oleh
Direktorat Jenderal Pajak. Berbeda dengan official assessment system, dalam self
assessment system wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetor dan melapor sendiri pajaknya.

Universitas Sumatera Utara

Dengan adanya reformasi sistem perpajakan ini, diharapkan adanya
peningkatan kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban perpajakannya,
namun dalam pelaksaannya masih banyak wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajiban perpajakannya dengan baik sehingga timbul utang pajak. Direktorat
Jenderal Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi hal hal ini, antara
lain dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang penagihan pajak
dengan Surat Paksa. Undang-Undang ini kemudian menjadi dasar untuk
melakukan tindakan penagihan aktif, antara lain pelaksanaan penagihan seketika

dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, pelaksanaan penyitaan, serta
pelaksanaan lelang yang bertujuan untuk menjual barang milik wajib pajak untuk
melunasi utang pajaknya.
Surat penetapan dan ketetapan pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 30
hari atau sampai tanggal jatuh tempo sejak tanggal diterbitkannya surat penetapan
dan ketetapan tersebut. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh wajib pajak
sampai batas waktu yang ditentukan maka fiskus menerbitkan surat teguran, dan
apabila suratteguran tersebut diterbitkan tetapi wajib pajak belum juga melunasi
pajak terutangnya, maka terhadap wajib pajak tersebut akan diterbitkan surat
paksa, dan jika setelah surat paksa ternyata wajib pajak belum juga melunasi
utang pajaknya, maka akan dilakukan tindakan penyitaan yang dalam hal ini
dilakukan oleh Juru Sita Pajak.

Universitas Sumatera Utara

Harus diakui bahwa sangat sulit melakukan tindakan penyitaan tersebut,
dikarenakan banyak wajib pajak yang selalu berusaha menghindari semaksimal
mungkin agar tidak mengalami penyitaan. Ketidakpahaman wajib pajak akan
prosedur penyitaan juga mengenai hak dan kewajiban wajib pajak saat dilakukan
penyitaan adalah merupakan suatu kendala yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak.

Berdasarkan uraian diatas, perlu dilaksanakan penelitian agar mengetahui lebih
banyak bagaimana pelaksanaan prosedur penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita
Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Karena dengan lebih
memahami prosedur penyitaan diharapkan dapat meminimalkan jumlah wajib
pajak yang selalu menghindari penyitaan tersebut.

Oleh karena itu,

penulis

tertarik untuk membuat laporan prakti kerja lapangan yang berjudul : Prosedur
Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
B. Tujuan dan Manfaat Tugas Akhir
1. Tujuan
Adapun

yang

menjaditujuanpenulisandalam


Laporan

TugasAkhiriniadalahsebagaiberikut:
1.1.Untukmengetahuiprosedurpenagihanaktif

yang

dilakukanolehJuruSitaPajakterhadapWajibPajakBadan

di

Kantor

kendala

yang

PelayananPajakPratama Medan Barat.
1.2.


Untukmengetahui

masalah

dihadapiolehJuruSitaPajakserta

atau

alternatif

pemecahan

masalah

dalampelaksaaanpenagihandanpenyitaanterhadapWajibPajakBadan di
Kantor Pelayanan PajakPratama Medan Barat.

Universitas Sumatera Utara


1.3.Untukmengetahui dan memahami system penyitaan barang-barang
sitaan milik wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Patama
Medan Barat.
2. Manfaat
Adapunmanfaat yang diharapkanolehpenuliskedepannyaadalah:
2.1. Bagi Mahasiswa
a. Untukdapatmenambahpengetahuandanwawasan
perpajakan

serta

untuk

di

dapatmenerapkanteori

diberikanpadabangkuperkuliahandengankenyataan

bidang

yang
yang

terjadidilapangan .
b. Mendorongmahasiswauntukbelajar,
mengetahuibagaimanamenjaditenagaahli yang siappakai
c. Menerapkanteoridanpraktek

yang

selamainidilakukanbaikdalampembelajaranataupunpraktekkerj
alapangandalamperkuliahankeduniakerja.
d. menambahwawasandanilmupengetahuanmahasiswa,
sehinggadapatmeningkatkanpotensi

yang

adadidalamdirinyauntukmenjadipegawaiperusahaan

yang


berkualitastinggi.
2.2. Bagi Kantor PelayananPajak (KPP) Pratama Medan Barat
a. Gunamempromosikansumberdayamanusia

yang

ahlisesuaidenganbidangahlinya.
b. dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kerja
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil

Universitas Sumatera Utara

keputusan dalam memperbaiki kinerja sehingga dapat berjalan
dengan lebih baik.

3.3. Bagi Prodi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a) Mempererat hubungan kerja sama Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara dengan instansi pemerintah khususnya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
b) Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan
yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM).
C. Uraian Teoritis Laporan Tugas Akhir
1. Ketentuan umum
Dasar hukum yang mengatur prosedur penyitaan dapat dilihat
berdasarkan ketetapan atau aturan-aturan yang berlaku sebagai berikut:
a) Udang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa
b) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK 04/2000 tentang
Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus an Pelaksanaan Surat
Paksa

Universitas Sumatera Utara

c) Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-627/PJ/2001
tanggal 24 September 2001 tetang Tata Cara Pemblokiran dan
Penyitaan Harta Kekayaan Penanggung Pajak yang tersimpan pada
anak dalam rangka Penagiha Pajak dengan Surat Paksa.
d) Peraturan Menteri Keuangan-24/PMK 03/2008 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan
Penagihan dan Sekaligus
e) Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan (KUP)

2. Pengertian penyitaan Pajak
Menurut Undang-Undang No 19 Tahun 2000 pasal 1 sub 14
dinyatakan bahwa : “Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk
mengusai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk
melunasi hutang pajak menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kegiatan penagihan pajak dilakukan oleh bagian penagihan (seksi
penagihan) dikantor pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar.”
Penagihan Pajak adalah tindakan penagihan yang dilakukan oleh fiskus
atau Juru Sita Pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu jatuh
tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis
pajak, masa pajakdan tahun pajak.

Universitas Sumatera Utara

Defenisi penagihan pajak menurut Soemitro (1996:17) yaitu
Penagihan Pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jederal Pajak
karena wajib pajak tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang Pajak,
khusunya mengenai pembayaran pajak yang terutang.
Defenisi lain menurut Rusdji (2004:6) , yaitu Penagihan Pajak
adalah serangkaian tindakan agar wajib pajak melunasi utang pajakdan
biaya

penagihan

pajak

dengan

meegur

atau

memperingatkan,

melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan Surat
Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Pada dasarnya
tindakan penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak

3. Subjek dan Objek Penyitaan
Subjek peyitaan adalah Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yag
tidak bertanggung jawab atas pelunasan pembayaran utang pajaknya dan
tidak menjalankan hak serta memenuhi kewajiban pajak menurut
ketentuan dan peraturan undang-undang yang berlaku.
Objek Penyitaan adalah barang yang bergerak maupun tidak
bergerak milik penanggung pajak, yaitu atas barang milik perusahaan,
pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik
modal, baik di tempat kedududukan yang bersangkutan, ditempat tinggal
mereka, ataupun ditempat lain.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Undang-Undang No 19 Tahun 2000 pasal 14 ayat 1,2 dan 3
dimana penyitaan dapat dilaksanakan terhadap penanggung pajak yang berada di
tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain termasuk yang
penguasaanya berada ditangan pihak lain dengan hak tanggungan sebagai jaminan
pelunasan hutang tertentu, berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak,
dimana:
a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai dan
deposito berjangka, tabungan, rekening koran, obligasi, saham,
surat berharga, dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.
b. Barang yang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal
dengan isi kotor tertentu. Penyitaan yang dilakukan sampai dengan
nilai barang disita diperkirakan telah mencukupi untuk melunasi
utang pajak dan biaya penagihan.

4. Defenisi Juru Sita Pajak.
Pengertian juru sita pajak dalam pasal 1 ayat 6 Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000 adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang
meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa,
penyitaan, dan penyanderaan. Juru sita pajak tidak mengubah status hak
milik wajib pajak, bahkan barang-barang tersebut diserahkan

kepada

wajib pajak untuk dititipkan kembali padanya. Juru sita pajak diangkat dan
diberhentikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk
penagihan pajak pusat atau Gubernur atau Bupati/Walikota untuk
penagihan pajak daerah (Rusjdi,2007)

Universitas Sumatera Utara

Adapun wewenang Jurusita Pajak adalah :
1. Jurusita Pajak menjalankan tugas diwilayah kerja Pejabat yang
mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Kepala
Daerah sesuai dengan pasal 5 ayat 5 UU PPSP
2. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 5 ayat 4 UU PPSP, dalam
melaksanakan tugas, Jurusita Pajak dapat meminta bantuan Kepolisian,
Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundangundangan, Pemerintah Daerah Setempat, Badan Pertahanan Nasional,
Direktorat Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau pihak
lain.
3. Jurusita Pajak berwenang untuk memasuki dan memeriksa semua
ruangan untuk menemukan objek sita di tempat usaha dan melakukan
penyitaan di tempat kedudukan, di tempat tinggal penanggung pajak
atau ditempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan
objek sita dalam melaksanakan penyitaan.
Berdasarkan pasal 5 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2000, juru sita pajak mempunyai tugas, yaitu:
a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
b. Memberitahukan Surat Paksa
c. Melaksanakan Penyitaan atau barang penanggung pajak yang hendak
disita
d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan
dalam melaksanakan tugasnya, juru sita pajak harus dilengkapi dengan

Universitas Sumatera Utara

kartu tanda pengenal juru sita pajak dan surat perintah melaksanakan
penyitaan yang harus diperlihatkan kepada penanggung pajak.

Adapun Jurusita Pajak dapat diberhentikan apabila:
a. Meninggal dunia
b. Pensiun
c. Karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya
d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas
e. Melakukan perbuatan tercela
f. Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak
g. Sakit jasmani atau rohani terus menerus.

5. Pelaksanaan Penyitaan
Dalam melaksakan penyitaan, juru sita pajak harus melakukan
penyitaan sesuai prosedur penyitaan yang sudah diatur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun tata cara penyitaan yang dilakukan oleh juru sita pajak
yaitu dengan mealui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Menyampaikan surat pemberitahuan bahwa akan dilakukan penyitaan
b. Menyampaikan surat perintah melakukan penyitaan
c. Penyitaan dilakukan oleh juru sita pajak dengan dua orang saksi.
d. Barang yang utama disita adalah barang bergerak
e. Membuat berita acara pelaksanaan sita.

Universitas Sumatera Utara

6. Wajib Pajak Badan
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi pembayaran
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tetang Ketentuan
Umum dan Tatacara perpajakan (KUP), Badan adalah sekumpulan orang
dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas ,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, lembaga dan
bentuk lainnya termasuk kontrak investor kolektif dan bentuk usaha tetap
D. Ruang Lingkup Tugas Akhir
Ruang lingkup yang dilaksanakan di Kantor Pajak Pratama Medan Kota
mencakup beberapa aspek yang terdiri dari:
1) Prosedur pelaksanaan penyitaan oleh juru sita pajak terhadap wajib pajak
badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
2) Faktor penghambat pelaksanaan penyitaan oleh juru sita pajak terhadap
wajib pajak badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
3) Cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan penyitaan oleh juru sita
pajak terhadap wajib pajak badan pada Kator Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat.

Universitas Sumatera Utara

E. Metode Tugas Akhir
1. Tahap Persiapan
Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan
penelitian ke objek pajak yang meliputi kegiatan seperti pemilihan
objek dan lokasi penelitian, pengajuan judul, penentuan judul,
penyusunan proposal, penentuan dosen pembimbing, diskusi dan
konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pengajuan surat izin ke
lokasi penelitian dari pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atau
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
2. Studi Literatur
Merupakan kegiatan studi mencari data serta informasi – informasi
dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur,
Peraturan Perundang-undangan di bidang perpajakan, Peraturan
Pemerintah, majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun
bahasa yang tertulis yang berhubungan secara langsung dengan
kegiatan penulisan Tugas Akhir.
3. Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung sebagai salah satu sistem tata
kerja dan riset yang akan dilakukan oleh penulis pada KantorPelayanan
Pajak Pratama Medan Barat untuk mendapat gambaran mengenai
masalah yang akan diteliti
4. Pengumpulan Data
Didalam melaksanakan penulisan Proposal Laporan Tugas Akhir,
penulis juga mengumpulkan data yang diperlukan dari kegiatan

Universitas Sumatera Utara

penelitian. Data tersebut diperoleh baik dari hal-hal yang sudah dilihat
dan tentu saja dari data-data yang diberikan pihak Kantor Pelayanan
Pajak Medan Barat baik yang tertulis maupun data secara lisan.
Metode pengumpulan data terbagi dua, yaitu:
a. Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung.
Contoh data primer yang diperoleh dari responden melalui
kuesioner, kelompok fokus dan panel atau juga data hasil
wawancara peneliti dengan informan penelitian.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber
yang sudah ada. Contoh data sekunder misalnya catatan atau
dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan
publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh
dari majalah dan lain sebagainya.
5. Analisis dan Evaluasi
Yaitu setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap
maka penulis sudah dapat melakukan analisis dengan cara menganalisa
permasalahan dan kendala yang di hadapi dan mencari tahu atau
menanyakan solusi atau jalan keluar yang terbaik untuk memecahkan
permasalahan sesuai dengan metode analisis yang tepat dan
mengevaluasi data yang kemudian diinterprestasikan secara objektif,
jelas dan sistematis.

Universitas Sumatera Utara

F. Metode Pengumpulan Data Tugas Akhir
A. Metode Pengumpulan Data
1. Pengamatan
Yaitu kegiatan megumpulkan dan mencari data dengan cara langsung
maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan
peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu
mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan
memberikan petunjuk atau arahan dahulu dengan berpedoman kepada
ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan
pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko yang tinggi.
2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
Melalui metode ini penulis melakukan wawancara langsung kepada
pihak-pihak yang berkompeten dibidangnya, serta pihak-pihak lain
yang dianggap memiliki pengetahuan tentang permasalahan yang
diajukan penulis, dalam hal interview ditujukan kepada seksi
penagihan Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Juru Sita Pajak.
3. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan daftar-daftar dokumentasi yang diperlukan dalam
instansi

yang

yangdibutuhkan

bersangkutan
untuk

untuk

melengkapi

menambah
laporan

objektifitas

tugas

akhir.

Dokumentasitersebut berupa struktur organisasi, peraturan-peraturan
daerah, rencana kerja dan surat keputusan.

Universitas Sumatera Utara

G. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajian
pembahasan ke dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari :
BAB I

: PENDAHULUAN
Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan
laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang Tugas
Akhir,tujuandan

manfaat

Teoritis,ruanglingkup

Tugas

TugasAkhir,

Akhir,
metode

Uraian
penulisan

Tugas Akhir, metode pngumpulan dataTugas Akhir dan
sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.

BAB II

: GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN
PAJAKPRATAMA MEDAN KOTA
Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, Struktur
Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut
serta gambaran lain jika dibutuhkan.

BAB III

: RUANG LINGKUP DAN GAMBARAN DATA
Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana
prosedur dan tata cara pelaksanaan ekstensifikasi wajib
pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

: ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang
diperoleh,

kemudian

mengadakan

evaluasi

serta

memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan
masalah yang diajukan

BAB V

: KESIMPULA DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis
sehubungan

dengan

uraian-uraian

pada

bab-bab

sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara