Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PROSEDUR PELAKSANAAN PENYITAAN OLEH JURU SITA PAJAK TERHADAP WAJIB PAJAK BADAN

DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN O

L E H

Nama : SARAH SORAYA HARAHAP Nim : 102600059

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

Adapun penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis membahas suatu topik dengan judul “ Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”. Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis menyadari sepenuhya masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Hal ini disebabkan keterbatasan ilmu yang dimiliki penulis.Oleh sebab itu dengan terbuka, penlis menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.

Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Badarudin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilm Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs.Alwi Hasyim Batubara,M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara


(3)

3. Bapak Drs.Amru Nasution M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dari awal hingga selesai.

4. Seluruh Dosen dan Staff Pegawai Program studi D3 Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

5. Terima Kasih yang tak terlupakan buat kepada Ayahanda Sakti Alamsyah Harahap dan Ibunda Sumiaty Br.Ginting yang telah membesarkan dari segi material, moral, motivasi, saran, dan nasehat serta kasih sayang yang sangat penuh ketulusan kepada penulis

6. Terima kasih juga buat Uwak Ahmad Sulaiman Dalimunthe dan Roslaini penulis ucapkan atas semangat dan doa yang diberikan kepada penulis

7. Kakak – kakak ku Helviana Sari Dalimunthe, Nurlaila Sari Dalimunthe dan Fairuz Farah Dilla Harahap yang penulis sayangi yang telah banyak memberikan motivasi, semangat, doa, dan dukungan yang tulus diberikan kepada penulis

8. Penulis juga secara khusus mengucapkan terima kasih kepada sahabat penulis KURA 59 ( Abidah sari Lubis, Raja Wina Handayani, Juwita Sari Sinaga, Fanny Nurina) untuk pendapat dan pengertiannya kepada penulis


(4)

9. Terima Kasih kepada teman – teman TAX’B 2010 dan teman – teman seperjuangan di D3 Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, kiranya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Atas bantuan nya penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2013 Hormat Saya


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan Penulisan Dan Manfaat PKLM ... 4

C. Uraian Teoritis ... 7

D. Ruang Lingkup PKLM ... 11

E. Metode PKLM ... 12

F. Metode Pengumpulan Data PKLM ... 13

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 14

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM ... 17

A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Belawan ... 17

B. Visi Dan Misi KPP Pratama Medan Belawan ... 20

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 21

D. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan ... 24

BAB III GAMBARAN DATA PENYITAAN ... 32

A. Posedur Penyitaan yang dilaksanakan Oleh Juru Sita Pajak Pada Saat Melaksanakan Penyitaan ... 32

B. Barang – barang Penanggung Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya ... 36


(6)

C. Pengertian Juru Sita Pajak ... 38

D. Pelaksanaan Penyitaan...39

E. Pencabutan Sita...40

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 42

A. Prosedur Penyitaan yang Dilaksanakan Oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 42

B. Kendala – Kendala Juru Sita Pajak Dalam Melakukan Penyitaan ... 56

C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

1. Kesimpulan ... 59

2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

Dalam rangka meningkatkan pembangunan dan perekonomian yang baik adalah dengan cara memperbaiki serta mengembangkan tatanan kinerja sistem perekonomian dan pembangunan termasuk juga pada sistem perpajakannya. Karena pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Setiap orang disuatu negara pasti dan selalu berhubungan dengan pajak, karena pajak merupakan salah satu aspek yang sangat membantu bagi pendapatan negara, sehingga masalah pajak juga menjadi masalah seluruh rakyat. Dengan demikian, setiap orang sebagai anggota masyarakat suatu negara harus mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak. Dilain pihak diharapkan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak sehingga pendapatan negara dari sektor penerimaan pajak akan meningkat.

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai aparat perpajakan, mempunyai tugas yang cukup berat dalam memenuhi pendapatan Negara yang telah ditetepkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat menjadi APBN sehingga aparat pajak harus aktif dalam melakukan pembinaan dan


(8)

pengawasan dalam pelaksanaan perpajakan agar wajib pajak taat terhadap peraturan yang telah disusun dan ditetapkan dalam Undang - Undang perpajakan.

Dahulu sebelum adanya tax reform, Indonesia menganut sistem official assessment, kemudian setelah adanya tax reform, sistem tersebut kemudian diganti menjadi self assessment, yang kemudian sistem ini terus berlaku sampai sekarang di Indonesia.

Dalam sistem self assessment, wajib pajak diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri berapa besarnya pajak terutang yang harus dibayar.

Tetapi sayangnya masih banyak wajib pajak yang lalai atau belum menyadari akan pentingnya pajak, hal ini disebabkan karena hampir sebagian masyarakat menganggap bahwa ewajiban membayar pajak itu bukanlah suatu hal yang diwajibkan pemungutannya karena mereka hanya mengetahui bahwa pajak dipungut hanya kepada orang-orang yang berpenghasilan tertentu. Dan kenyataannya masih banyak wajib pajak yang tidak melunasi hutang pajaknya sampai pada jatuh tempo pembayarannya. Oleh sebab itu direktorat jenderal pajak akan mengeluarkan Penetapan dan Ketetapan sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP) terkait dengan jatuh tempo pembayaran dan merupakan dasar untuk melakukan penagihan pajak.


(9)

Surat Penetapan dan Ketetapan Pajak Harus dilunasi dalam jangka waktu 30 hari atau sampai tanggal jatuh tempo sejak tanggal diterbitkannya Surat Penetapan dan Ketetapan tersebut.

Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh wajib pajak sampai batas waktu yang sudah ditetapkan maka fiskus menerbitkan surat teguran, dan apabila surat teguran tersebut diterbitkan tetapi wajib pajak belum juga melunasi pajak terutangnya, maka terhadap wajib pajak tersebut akan diterbitkan surat paksa, dan jika setelah surat paksa ternyata wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya, maka akan dilakukan tindakan penyitaan yang dalam hal ini dilakukan oleh Juru Sita Pajak.

Harus diakui bahwa sangat sulit melakukan tindakan penyitaan tersbut, karena banyak wajib pajak yang selalu berusaha untuk menghindari semaksimal mungkin agar tidak mengalami penyitaan. Ketidakpahaman wajib pajak akan prosedur penyitaan juga mengenai hak dan kewajiban wajib pajak saat dilakukan penyitaan adalah merupakan suatu kendala yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak.

Maka untuk itu perlu dilaksanakan PKLM ini, untuk mengetahui lebih banyak bagaimana prosedur penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Karena dengan lebih memahami prosedur penyitaan diharapkan dapat meminimalkan jumlah wajib pajak yang selalu menghindari penyitaan tersebut. Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk mengambil judul :


(10)

“Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah:

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) :

1.1. Untuk mengetahui prosedur penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

1.2.Untuk mengetahui kendala - kendala yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak dalam melakukan penyitaan terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

1.3.Untuk mengetahui cara penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi Juru Sita Pajak pada saat melakukan penyitaan terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.


(11)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) :

2.1. Bagi mahasiswa :

a. Mendorong mahasiswa untuk belajar, mengetahui bagaimana menjadi tenaga ahli yang siap pakai.

b. Untuk menciptakan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja.

c. Menambah motivasi belajar untuk mengetahui bagaimana situasi dunia kerja yang sebenarnya.

d. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa, sehingga dapat meningkatkan potensi yang ada didalam dirinya untuk menjadi pegawai perusahaan yang berkualitas tinggi.

e. Mengetahui dan memahami bagaimana prosedur dan pelaksanaan penyitaan oleh Juru Sita Pajak terhadap wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan :

a. Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap kantor, baik berupakritikan yang membangun dan menjadi sumber masukan untukmeningkatkan kinerja di lingkungan kantor tersebut.


(12)

b. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dengan Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).

c. Untuk mempromosikan image atau citra KPP Pratama Medan Belawan kepada Masyarakat khususnya sivitas akademika FISIP USU.

2.3. Bagi Program Studi D III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara :

a. Guna mempromosikan sumber daya manusia yang ahli sesuai dengan bidang keahliannya.

b. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi D3 Administrasi Perpajakan FISIP USU. c. Membangun image yang baik terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan

dari lembaga pendidikan nasional, khususnya Universitas Sumatera Utara. d. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fisip USU dengan instansi yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(13)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan berganti nama dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang berada di lingkungan Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara dan berkedudukan di jalan Yos Sudarso Km 8,2 Tanjung Mulia, Medan.

KPP Pratama Medan Belawan meliputi kecamatan : 1. Kecamatan Medan Belawan

2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Labuhan 4. Kecamatan Medan Deli

Keempat kecamatan diatas berbatasan dengan : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Belawan b. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Barat d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sunggal


(14)

Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kotamadya Medan, wilayah kerja KPP Medan Utara yang telah berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mempunyai luas 107,58 KM2 (10.758 Ha) yang terdiri dari 4 (empat) kecamatan yang meliputi 23 (dua puluh tiga) kelurahan.

Sebelum tahun 1967, Kantor Pelayanan Pajak bernama Kantor Inpeksi Pajak Medan dan oleh pemerintah dipecah menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A

2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30

Pada tahun 1978, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inpeksi Pajak. Pada saat itu ada dua Kantor Inpeksi Pajak, yaitu:

1. Kantor Inpeksi Pajak Medan Pajak Selatan 2. Kantor Inpeksi Pajak Medan Kisaran

Pada tanggal 1 April 1979, Kantor Inpeksi Pajak diseluruh Indonesia diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Untuk wilayah Medan, Kantor Pelayanan Pajak dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A


(15)

Pada tahun 1989 tepatnya bulan April, Kantor Pelayanan Pajak dikembangkan menjadi tiga, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

Kemudian dengan SK No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, terhitung tanggal 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamalan Potensi Perpajakan, sehingga Kantor Pelayanan Pajak di Medan dibagi menjadi enam Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 Medan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan yang berlokasi di Jalan Suka Mulia Nomor 17 A Medan


(16)

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A Medan

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai yang berlokasi di Jalan Asrama Nomor 7 A Medan

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 17 A Medan

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 30 A Medan.

Adapun Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan adalah Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang telah berganti nama. Sedangkan mengenai hal lainnya tidak ada yang berubah.

B. Visi Dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah instansi yang berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pajak sehingga dapat dikatakan bahwa visi misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sama dengan visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.

Pada tahun 2013, DJP telah melakukan transformasi visi demi memenuhi kriteria visi yang S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Achievable, Relevan, and Time-Based). DJP membutuhkan pedoman/visi baru yang lebih spesifik dan terukur daripada visi-visi sebelumnya.


(17)

Visi baru Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 tersebut adalah:

VISI

“Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara”

Frase lugas yang pada hakikatnya merupakan sebuah visi sekaligus tantangan tersebut telah final dirumuskan. Tugas DJP sekarang adalah melaksanakan eksekusinya dengan penuh komitmen, kesungguhan, dan tanggung jawab. Semoga transformasi visi ini akan menjadi resolusi awal tahun 2013 yang mampu membakar semangat kita selaku punggawa negeri untuk mewujudkan agar Direktorat Jenderal Pajak mampu menjadi instansi yang terbaik di kancah internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

MISI

“Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara

demi kemakmuran rakyat”

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan

Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi untuk menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjelaskan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang


(18)

berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 29/PMK.01/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nom Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada lampiran II wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 (empat) kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Medan Belawan 2. Kecamatan Medan Labuhan 3. Kecamatan Medan Marelan 4. Kecamatan Medan Deli

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan membawahi seksi/sub.bagian umum, kelompok jabatan fungsional. KPP Pratama dipimpin oleh seorang kepala kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala sub.bagian umum dan dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana.

Adapun seksi/sub.bagian umum dan kelompok fungsional tersebut sebagai berikut :


(19)

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pemeriksaan 5. Seksi Penagihan 6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4 11.Kelompok Jabatan Fungsional

Berikut gambar Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

SUBBAGIAN UMUM

SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI I SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI II SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI III SEKSI PENGAWASAN DAN

KONSULTASI IV KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PELAYANAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI RIKI SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN

SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI


(20)

D. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Medan Belawan

Uraian dan Fungsi KPP Pratama diatur didalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak pada Paragraf 2 (dua) pasal 58 sampai dengan 61.

Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertanian, perkebunan dan perhutanan

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

4. Penyuluhan perpajakan

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak 6. Pelaksanaan ekstensifikasi

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak 10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan


(21)

12.Pembetulan ketetapan pajak 13.Pelaksanaan administrasi kantor

Dalam melaksanakan fungsinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :

a. Kepala Kantor

KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP dan Karipka. Maka kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan, wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum

1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat-surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan

2. Mendistribusikan surat-surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat-surat keluar kepada instansi yang terkait

3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin 4. Memberi nasehat dan menegakkan kedisiplinan kepada pegawai


(22)

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan 2. Penyajian informasi perpajakan

3. Perekaman dokumen perpajakan

4. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan 5. Pelayanan dukungan teknis komputer 6. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling

7. Pelaksanaan SI DJP serta penyiapan laporan kinerja

d. Seksi Pelayanan

1. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan 2. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan

3. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat lainnya

4. Memberikan penyuluhan perpajakan 5. Melaksanakan registrasi Wajib Pajak

6. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan

e. Seksi Penagihan

1. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, memproses permohonan pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.

2. Melakukan penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Paksa, Surat Perintah Melakukan Penyitaan


(23)

3. Melakukan penyitaan, urusan lelang dan penyitaan lainnya

Di seksi penagihan terdapat beberapa Juru Sita Pajak (JSP) yang telah mendapatkan pendidikan khusus berkaitan dengan penagihan dan penyitaan pajak. Adapun tugas JSP adalah :

1. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS) 2. Memberitahukan Surat Paksa (SP)

3. Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)

4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan

Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugas harus dilengkapi kartu tanda pengenal dan memperlihatkannya kepada Penanggung Pajak.

f. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan

2. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

3. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya

Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak memiliki kewenangan pemeriksaan pajak yang diatur dalam pasal 29 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan.

g. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan


(24)

2. Pendataan objek dan subjek pajak

3. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

1. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar

2. Memberikan bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan

3. Penyusunan profil wajib pajak 4. Menganalisis kinerja wajib pajak

5. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding

6. Penyelesaian permohonan izin prinsip pembebasan PPh Pasal 22 Impor

7. Melaksanakan proses penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili /tempat tinggal/wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (Waskon I) a. Kelurahan Kampung Besar

b. Kelurahan Martubung c. Kelurahan Sei Mati d. Kelurahan Pekan Labuhan


(25)

e. Kelurahan Tangkahan f. Kelurahan Nelayan Indah

2. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi II (Waskon II) a. Kelurahan Labuhan Deli

b. Kelurahan Rengas Pulau c. Kelurahan Terjun d. Kelurahan Tanah 600 e. Kelurahan Paya Pasir

3. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi III (Waskon III) a. Kelurahan Tanjung Mulia

b. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir c. Kelurahan Mabur

d. Kelurahan Kota Bangun e. Kelurahan Titi Papan f. Kelurahan Hilir

4. Seksi Pengawasan Dan Konsultasi IV (Waskon IV) a. Kelurahan Sicanang

b. Kelurahan Belawan Bahari c. Kelurahan Belawan Bahagia d. Kelurahan Belawan I

e. Kelurahan Belawan II f. Kelurahan Bagan Deli


(26)

i. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan, sedangkan Pejabat Fungsioanal Penilai berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.

Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan berjumlah 78 orang yang terdiri dari pegawai 73 orang termasuk dengan kepala kantor dan pegawai honorer (petugas security yang dibiayai dana DIPA) sebanyak 4 orang. Adapun perincian jumlah pegawai berdasarkan pegawai per seksi/bagian/kelompokadalah sebagai berikut :

Tabel II.1 Jumlah Pegawai Per Seksi/Bagian/Kelompok Di KPP Medan Belawan Tahun 2012

No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai

1 Sub Bagian Umum 8

2 Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 9

3 Pelayanan 11

4 Penagihan 3

5 Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4


(27)

7 Pengawasan dan Konsultasi I 6

8 Pengawasan dan Konsultasi II 6

9 Pengawasan dan Konsultasi III 6

10 Pengawasan dan Konsultasi IV 6

11 Fungsional 10

Jumlah 73

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

C. Uraian Teoritis.

1. Ketentuan Umum

Dasar hukum yang mengatur mengenai Prosedur Penyitaan dapat dilihat berdasarkan ketetapan atau aturan yang berlaku antara lain :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah dirubah dengan undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penyitaan Dengan Surat Paksa.

c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561/KMK.04/2000 Tentang Tata Cara Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa.


(28)

d. Peraturan Menteri Keuangan - 24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketikan Dan Sekaligus.

2. Pengertian Penyitaan Pajak

Menurut Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2000 pasal 1 sub 14 dinyatakan bahwa :

“Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi hutang pajak menurut peraturan per undang-undangan yang berlaku”.

Sedangkan menurut H.Moeldjo Hadi, SH menyatakan bahwa :

“Penyitaan adalah serangkaian tindakan Juru Sita Pajak yang dibantu oleh dua orang saksi untuk menguasai barang-barang dari Wajib Pajak, guna dijadikan sebagai jaminan untuk melunasi utang pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Pada dasarnya tindakan penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak tidak mengubah status hak milik barang Wajib Pajak, bahkan barang-barang tersebut diserahkan kepada Wajib Pajak untuk dititipkan kembali kepadanya.


(29)

3. Subjek dan Objek Penyitaan

Subjek Penyitaan adalah Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang tidak bertanggung jawab atas pelunasan pembayaran utang pajaknya dan tidak menjalankan hak serta memenuhi kewajiban pajak menurut ketentuan dan peraturan undang-undang yang berlaku.

Objek Penyitaan adalah barang yang bergerak maupun yang tidak bergrak milik Penanggung Pajak, yaitu atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka, ataupun di tempat lain.

Berdasarkan Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2000 pasal 14 ayat 1, 2, dan 3dimana penyitaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak lain dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu, berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak, dimana :

a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, rekening koran, obligasi, saham, surat berharga, dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.


(30)

b. Barang yang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu.

Penyitaan yang dilakukan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan telah mencukupi untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan.

4. Definisi Juru Sita Pajak

Juru Sita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan yang meliputi Penagihan Seketikadan Sekaligus, Pemberitahuan Surat Paksa, Penyitaan, dan Penyanderaan.

Berdasarkan pasal 5 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000, Juru Sita Pajak mempunyai tugas, yaitu :

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus b. Memberitahukan Surat Paksa

c. Melaksanakan Penyitaan atas barang Penanggung Pajak yang hendak disita

d. Melaksanakan Penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan Dalam melaksanakan tugasnya, Juru Sita Pajak harus dilengkapi dengan Kartu Tanda Pengenal Juru Sita Pajak dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang harus diperlihatkan kepada Penanggung Pajak.


(31)

5. Pelaksanaan Penyitaan

Didalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus melakukan penyitaan sesuai dengan prosedur-prosedur penyitaan yang sudah diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun tata cara penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak yaitu dengan melalui tahap-tahap sebagai beriut :

a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan bahwa akan dilakukan penyitaan. b. Menyampaikan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.

c. Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak dengan dua orang saksi. d. Barang yang utama disita adalah barang bergerak.

e. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

6. Wajib Pajak Badan

Wajib pajak Badan adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha


(32)

milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,lembaga dan bentuk lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis ingin mengetahui beberapa masalah berikut :

1. Prosedur Penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Kendala-kendala yang dihadapi Juru Sita dalam melakukan penyitaan terhadap Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

3. Cara penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi Juru Sita Pajak pada saat melakukan penyitaan terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

4. Wajib pajak Badan yang mengalami penyitaan oleh juru sita pajak selama 3 tahun ( 2010-2012 ).


(33)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi yang sesuai dengan metode yang digunakan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan :

Pengajuan judul kepada Ketua Program Studi, penentuan judul oleh Ketua Program Studi, pembuatan proposal, pelaksanaan seminar proposal, perbaikan proposal, persetujuan proposal, penentuan dosen pembibing, pembuatan surat izin PKLM ke instansi yang dituju.

2. Studi Literatur :

Dalam hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku-buku yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

3. Observasi Lapangan :

Penulis melakukan pengamatan secara langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan penyitaan oleh Juru Sita Pajak terhadap wajib pajak badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.


(34)

4.Pengumpulan Data :

Mengumpulkan data mengenai “Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.

a. Data Primer :

Bersumber dari pihak yang memahami tentang Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

b. Data Sekunder :

Bersumber dari buku-buku yang memuat tentang Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

5. Analis dan Evaluasi :

Penulis menganalisa dan mengevaluasi data mengenai Prosedur Pelaksanaan Penyitaan Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

F. Metode Pengumpulan Data.

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :


(35)

1. Wawancara (Interview) :

Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang terkait mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

2. Daftar Observasi (Observation Guide ):

Melakukan kegiatan pengamatan langsung tentang objek PKLM yang tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dari sumber data yang perlu.

3. Dokumentasi :

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti Peraturan Pemerintah yang berlaku, Undang-Undang Perpajakan, data mengenai kepegawaian dan dokumen-dokumen resmi lainnya mengenai prosedur pelaksanaan terhadap wajib pajak badan pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemilihan dalam penyusunan laporan, tujuan dan


(36)

manfaat, ruang lingkup, metode praktik, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang akan diteliti, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi gambaran pegawai.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan tentang Prosedur Pelaksanaan Terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Kendala-kendala yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak dalam melakukan penyitaan terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dan Untuk mengetahui cara penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi Juru Sita Pajak pada saat melakukan penyitaan terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.


(37)

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membahas dan menganalisa kemudian mengadakan evaluasi serta interprestasi tentang Prosedur Penyitaan Yang Dilakukan Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak, Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Kendala-Kendala Yang Dihadapi Oleh Juru Sita Pajak terhadap Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, Dan Cara Penyelesaian Terhadap Kendala-Kendala Yang Dihadapi Oleh Juru Sita Pajak Terhadap Wajib Pajak Badan di antor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan dan saran mengenai permasalahan yang penulis hadapi selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di lapangan.


(38)

BAB III

GAMBARAN DATA PENYITAAN

A. Prosedur Penyitaan Yang Dilaksanakan Oleh Juru Sita Pajak Pada Saat Melaksanakan Penyitaan.

Berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 2000 pasal 1 Sub 14 menyatakan bahwa:

“Penyitaan adalah tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi Utang Pajak menurut peraturan Perundang-undangan yang berlaku”.

Penyitaan merupakan tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk memperoleh jaminan atas pelunasan utang pajak dan juga biaya penagihan dari Penanggung Pajak. Penyitaan ini dilakukan apabila setelah dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak tanggal Surat Paksa disampaikan oleh Juru Sita Pajak kepada Penanggung Pajak tetapi Penanggung Pajak tersebut belum juga melunasi utang pajaknya.

Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan cukup oleh Juru Sita Pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Dalam memperkirakan barang yang akan disita, Juru Sita Pajak harus memperhatikan jumlah dan jenis barang berdasarkan harga wajar sehingga Juru Sita Pajak tidak dapat melakukan tindakan penyitaan secara berlebihan. Ketentuan ini diperlukan agar Penanggung Pajak tidak dirugikan apabila Juru


(39)

Sita Pajak menyita barang miliknya dalam jumlah besar yang diperkirakan nilai jualnya jauh melebihi utang pajak yang dimiliki oleh Penanggung Pajak tersebut. Adapun tahapan prosedur penyitaan terhadap Penanggung Pajak adalah sebagai berikut:

1. Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak jika dalam jangka waktu 2 x 24 jam sejak surat paksa diterbitkan, tetapi Penanggung Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya.

2. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh pejabat.

3. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang telah dewasa, WNI dan sudah dikenal dan dapat dipercayai oleh Juru Sita Pajak.

4. Dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus: e. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak f. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan g. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan

5. Setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita dan ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Penanggung Pajak dan juga para saksi.

6. Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, Juru Sita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut di dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita dan ditandatangani oleh Juru Sita Pajak


(40)

serta saksi-saksi, Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap dianggap sah dan mempunyai kekuatan yang mengikat.

7. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, asalkan jika salah seorang saksi berasal dari pemerintah daerah setempat, sekurang-kurangnya setingkat dengan Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa.

8. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Penanggung Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Juru Sita Pajak serta saksi-saksi, Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap dianggap sah dan mempunyai kekuatan yang mengikat.

9. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau di termpat umum.

10.Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada: a. Penanggung Pajak

b. Kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar c. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya terdaftar d. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang

kepemilikannya belum terdaftar


(41)

Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak dan barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada, atau di tempat-tempat umum. Pada dasarnya terhadap barang yang disita harus ditempelkan salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kecuali jika sesuai dengan sifatnya barang yang disita tidak dapat ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, misalnya uang tunai atau sebidang tanah.

Barang yang telah disita dapat ditetapkan kepada Penanggung Pajak, kecuali apabila menurut pertimbangan Juru Sita Pajak barang sitaan tersebut perlu disimpan di kantor pejabat atau di tempat lain. Tempat lain yang dapat digunakan sebagai tempat penitipan barang yang telah disita adalah Kantor Pegadaian, Bank, Kantor Pos atau tempat lain yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Dalam melaksanakan penyitaan, adakalanya barang-barang Penanggung Pajak yang menjadi objek sita berada di luar wilayah kerja kantor pelayanan pajak, dimana Penanggung Pajak tersebut berdomisili, maka dalam hal ini pelaksanaan prosedur penyitaannya adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan meminta bantuan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana terdapat barang-barang Penanggung Pajak yang bersangkutan berada dengan melampirkan salinan Surat Paksa dari Penanggung Pajak tersebut.


(42)

2. Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerima permintaan melakukan tindakan seperti membuat Surat Perintah Melakukan Penyitaan dengan mencantumkan nomor Surat Paksa yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana Penanggung Pajak berdomisili.

Prosedur penyitaan atas barang Penanggung Pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak, dimana Berita Acara Pelaksanaan Sita yang telah ditandatangani dikirim Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang meminta bantuan penyitaan.

B.Barang-Barang Penanggung Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya

Berdasarkan kepada Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 pasal 14 ayat 1, 2 dan 3 dimana penyitaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu, berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak, dimana:

a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan uang tunai dan deposito berjangka, tabungan, rekening Koran, obligasi, saham, surat berharga dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.

b. Barang yang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi kotor tertentu.


(43)

Penyitaan yang dilakukan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan telah mencukupi untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan.

Barang bergerak yang dapat disita

Perincian barang bergerak yang dapat disita adalah:

a. Semua barang bergerak yang ada di rumah Penanggung Pajak b. Semua barang bergerak yang ada di took Penanggung Pajak

c. Semua barang bergerak yang ada di tempat usaha Penanggung Pajak d. Semua barang bergerak yang ada di kantor Penanggung Pajak

Barang tak bergerak yang boleh disita

Perincian barang tak bergerak yang boleh disita adalah:

a. Rumah tinggal, bangunan kantor, bangunan perusahaan, gudang dan sebaginya, baik yang ditempati sendiri maupun yang disewakan atau dikontrakkan kepada orang lain.

b. Kebun, sawah, bungalow dan sebagainya, baik yang ditempati atau dikerjakan sendiri maupun yang disewakan.

Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan

Berdasarkan ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 adalah sebagai berikut:

a. Pakaian dan tempat tidur serta perlengkapan yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarganya dan yang menjadi tanggungannya.


(44)

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah.

c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas dan diperoleh dari Negara.

d. Buku-buku yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan. e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan

pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta).

f. Peralatan penanggung cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarganya yang menjadi tanggungannya.

C.Pengertian Juru Sita Pajak

Juru Sita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, Pemberitahuan Surat Paksa, Penyitaan dan Penyanderaan.

Berdasarkan pasal 5 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 19 Tahun 2000, Juru Sita Pajak mempunyai tugas, yaitu:

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus b. Memberitahukan Surat Paksa

c. Melaksanakan Penyitaan atas barang Penanggung Pajak yang hendak disita d. Melaksanakan Penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan


(45)

Dalam melaksanakan tugasnya, Juru Sita Pajak harus dilengkapi dengan Kartu Tanda Pengenal Juru Sita Pajak dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang harus diperlihatkan kepada Penangggung Pajak.

D. Pelaksanaan Penyitaan

Di dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus melakukan penyitaan sesuai dengan prosedur-prosedur penyitaan yang sudah diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, demikian juga halnya dengan hak dan kewajiban Penanggung Pajak. Meskipun sudah ada peraturan ataupun ketentuan tertulisnya masih saja banyak Penanggung Pajak yang belum mengetahuinya, dan ada juga Penanggung Pajak yang sudah mengetahuinya tetapi sengaja mengabaikannya tanpa alasan yang jelas, yang akhirnya menimbulkan berbagai opini yang kurang baik. Tetapi dalam kenyataannya kesalah inilah yang akhirnya mengakibatkan terjadinya penyitaan.

Adapun tata cara penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak yaitu dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan bahwa akan dilakukan penyitaan. b. Menyampaikan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.

c. Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak dengan dua orang saksi. d. Barang yang utama disita adalah barang bergerak.

e. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

Pelaksanaan penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang melunasi pajak terutangnya dan biaya penagihan pajak dalam surat paksa


(46)

sebagaimana mestinya diatur dalam pasal 10 sampai dengan 24 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) sesuai dengan pasal 24 tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang ditetapkan tanggal 21 Desember 2000 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.

E . Pencabutan Sita

Pencabutan sita dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak berdasarkan putusan pengadilan atau berdasarkan putusan badan peradilan atau berdasarkan putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah. Pelaksanaan pencabutan sita dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pencabutan sita terhadap deposito, tabungan, saldo, rekening koran, giro dan yang lainnya yang dilaksanakan dengan cara menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak.

b. Pencabutan sita terhadap surat berupa obligasi, saham atau sejenisnya, baik yang diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan di bursa efek, dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada Penanggung Pajak dan kepada pihak yang terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Pengalihan Hak Atas Surat Berharga tersebut.


(47)

c. Pencabutan sita terhadap piutang dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang berutang yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang.

d. Apabila penyitaan dilakukan terhadap barang kepemilikannya terdaftar, tembusan Surat Pencabutan Sita disampaikan kepada instansi tempat dimana barang tersebut terdaftar.

Ketentuan ini bertujuan agar barang tersebut terdaftar dan mengetahui bahwa penyitaan terhadap barang yang dimaksud telah dicabut sehingga penguasaan barang tersebut dikembalikan kepada Penanggung Pajak.


(48)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Prosedur Penyitaan Yang dilaksanakan Oleh Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

Berdasarkan analisa dan evaluasi penulis, bahwa pelaksanaan penyitaan yang dilakukan Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sudah baik, dimana pelaksanaan penyitaan yang yang dilakukan Juru Sita Pajak sudah memenuhi ketentuan Undang – undang Nomor 19 Tahun 2000 yang tertera dalam buku Undang – Undang dibidang penagihan pajak ( Peraturan Pemerintah, 2008 : 12 )

Adapun prosedur penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah :

1. Menerbitan Surat Teguran

Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan Surat Teguran oleh Pejabat yang berwenang atau kuasa yang yang ditunjukkan oleh Pejabat tersebut. Formulir teguran yang dibuat kepada WP yang belum melunasi utang pajaknya sesudah tanggal hari pelunasan terakhir/tanggal jatuh tempo pembayaran yang telah ditentukan dalam tindakan STP/SKPKB/SKPKBT/SK Pembetulan/SK Keberatan Putusan Banding setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Tanggal dan Nomor Surat Teguran serta pelaksanaan pengirimannya harus dicatat pada buku registrasi Surat Teguran, buku registrasi tindakan penagihan dan pada tindakan STP/SKPKB/SK Pembetulan/SK Keberatan/ Putusan Banding. Surat


(49)

teguran dibuat rangkap 2, lembar ke-1 (asli) dikirim kepada WP dan lembar ke-2 yang diterima dari petugas pemegang buku registrasi Penagihan disimpan dalam berkas Penagihan pada KPP Medan Belawan.Surat Teguran diterbitkan sebanyak 150 buah.

Surat teguran diterbitkan terhadap penanggung pajak yang telah disetujui untuk mangangsur atau menunda pembayaran pajaknya, karena penanggung pajak tersebut akan menanggung beban tambahan berupa bunga sesuai denganketentuan yang berlaku terhadap keterlambatan pembayaran tersebut yang tentunya keterlambatn tersebut atas sepengetahuan dan persetujuan fiskus.

2. Menerbitkan Surat Paksa

Surat Paksa diterbitkan apabila utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi setelah lewat waktu 21 hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan pajak seketika dan sekaligus terhadap penanggung pajak yang tidak memenuhi ketentuan dan keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Berdasarkan standar prestasi KPP Pratama Medan Belawan menerbitkan Surat Paksa sebanyak 3 buah.

Setelah diteliti dibuku registrasi tindakan penagihan dan buku pengawasan penagihan, juru sita pajak membuat formulir Surat Paksa dan melalui Kepala Sub Seksi (Kasudsi) Penagihan serta Seksi (Kasi) Penagihan dan verivikasi meneruskan kepada Kepala KPP untuk menandatangani, setelah ditandatangani Surat Paksa dicatat pada buku registrasi pengawasan penagihan dan pada tindakan STP/SKPKB/SK Pembetulan/SK Keberatan/Putusan Banding yang bersangkutan.


(50)

Surat paksa sekurang-kurangnya harus memuat Nomor dan Tanggal Surat Paksa, nama dan alamat WP/penanggung pajak, NPWP. Nomor Pengukuhan Pengusa Kena Pajak (NPPKP), dasr penagihan besarnya utang pajak dan perintah untuk membayar. Surat Paksa dibebani biaya penagihan sebesar Rp.50.000,- (lima puluh ribu rupiah) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 135 tentang Tata Cara Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Surat Paksa dilaksanakan atau diserahkan kepada Kepala Sub Seksi Penagihan disertai laporan pelaksanaan surat Paksa dan diteruskan Korlak kepala Kasi Penagihan dan verivikasi

untuk ditandatangani selanjutnya dimaksudkan dalam berkas penagihan WP/penanggung pajak bersangkutan dengan terlebih dahulu dicatat Tanggal pelaksanaan Surat Paksa dalam buku register pengawasan penagihan. Bukun register tindakan penagihan, kartu pengawasan tunggakan pajak dan pada tindakan STP/SKPKB/SKPKBT/SK Pembetulan/SK Keberatan/ Putusan Banding yang bersangkutan. Hutang pajak harus dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan oleh juru sita pajak.

3. Menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP)

Sebelum Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) dibuat, terlebih dahulu WP diberitahukan bahwa akan dilakukan penyitaan dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan akan dilakukan Penyitaan. Surat Pemberitahuan ini dibuat dan diteruskan kepda Kasi Penagihan dan verivikasi untuk diteliti dan diparaf kemudian diteruskan ke Kepala KPP untuk ditandatangani dan dibuat rangkap 2, lembar ke-1 (asli) untuk Wajib Pajak atau Penanggung pajak dan lembar ke-2 untuk arsip berkas


(51)

penagihandan mencatat Nomor dan Tanggal Surat Pemberitahuan tersebut pada buku register pangawasan penagihan dan buku register tindakan penagihan.

Apabila setelah lewat 2 x 24 jam setelah tanggal pemberitahuan Surat Paksa Penaggung Paja masih belum melunasi hutang pajaknya, maka dapat dilakukan penyitaan terhadap harta kekayaan Penanggung Pajak oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan mengeluarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan. Tanggal dan nomor Surat Perintah Melakukan Penyitaan dicatat dalam buku register Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, buku register pengawasan penagihan, buku register tindakan penagihan dan pada tindakan STP/SKP/SKPKB/SKPKBT yang bersangkutan.

Sebelum melaksanakan penyitaan terhadap barang Penanggung Pajak, Juru Sita Pajak mengumpulkan dan mempelajari data mengenai harta kekayaan yang akan disita. Data ini diperoleh dari Surat Pemberitahuan, Laporan Keuangan Wajib Pajak (neraca/daftar laba rugi) dan Laporan Surat Paksa.

4. Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS)

Pada setiap pelaksanaan penyitaan, Juru Sita Pajak membuat BAPS yang ditanda tangani oleh Juru Sita Pajak, wajib pajak atau penanggung pajak dan saksi-saksi. Penyitaan harus dialkukan secara benar sesuai dengan Ketentuan Undang-undang Prosedur Pelaksanaan Penyitaan. Oleh karena itu dalam melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus :

a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal JSP.


(52)

c. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan.

Apabila penanggung pajak adalah badan maka penandatanganan Berita Acara Pelaksanaan Penyitaan (BAPS) dilakukan sebagai berikut:

a. Untuk perseroan terbatas oleh pengurus, meliputi direksi, komisaris, pemegang saham tertentu, dan orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijakan dan atau mengambil keputusan dalam menjalankan perseroan. Pengertian komisaris meliputi komisaris sebagai orang yang lazim disebut dewan komisaris dan koisais sebagai orang perseorangan yang lazim disebut anggota komisaris. Yang dimaksud pemegang saham tertentu adalah pemegang saham mayoritas dari perseroan terbatas terbuka dan seluruh pemegang saham dari perseroan tertutup.

b. Untuk BUT oleh kepala perwakilan, kepala cabang atau penanggung jawab.

c. Untuk badan usaha lainnya seperti persekutuan, perseroan komanditer dan firma oleh direktur, pemilik modal, atau orang yang ditunjuk melaksanakan dan bertanggung jawab atas perusahaan tersebut.

d. Untuk yayasan oleh ketua atau orang yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas yayasan tersebut.

Apabila penanggung pajak menolak untuk menandatangani BAPS, JSP harus mencantumkan penolakan tersebut dalam BAPS. Sebagai bukti bahwa JSP telah melakukan penyitaan, BAPS tersebut ditanda tangani oleh JSP dan para saksi. Jika


(53)

demikian BAPS tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat dalam pelaksanaan penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak. Salinan BAPS dapat ditempelkan pada barang-barang bergerak atau barang yang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak atau barang yang tidak bergerak yang disita berada, dan di tempat-tempat umum kecuali uang tunai atau sebidang tanah.

5. Jangka Waktu Pelaksanaan Sita

Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam terhitung sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak.

6. Penyitaan Tanpa Kehadiran Penanggung Pajak

Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa Tahun 2000 Pasal 4 menyatakan bahwa penyitaan dapat dilaksanakan sekalipun penanggung pajak tidak hadir sepanjang salah seorang saksi berasal dari pemerintah daerah setempat, sekurang-kurangnya setingkat sekretaris kelurahan atau sekretaris desa adalah pegawai pemerintah daerah sekurang-kurangnya golongan II/a dikantor kelurahan/desa atau di kantor kecamatan. Ketentuan ini diperlukan untuk mencegah penanggung pajak menghalangi penyitaan dengan cara tidak menghadiri penyitaan. Apabila pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh penanggung pajak, BAPS ditandatangani oleh JSP dan para saksi-saksi.

7. Pelaksanaan Penyitaan


(54)

a. Sita harus diikuti oleh 2 orang saksi WNI berusia 21 tahun yang dikenal juru sita dandapat dipercaya. Pertama-tama menyita barang bergerak, apabila belum mencukupi untuk melunasi utang pajaknya maka disita barang yang tidak bergerak serta biaya pelaksanaannya sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupaiah).

b. Untuk barang bergerak, juru sita juga membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh juru sita 2 orang saksi serta WP/penanggung pajak atau wakilnya. Disamping itu penyitaan barang tak bergerak ini harus didaftarkan pada Badan Pertahanan Nasional (BPN)/Kantor Pengadilan setempat, apabila tanah dibangun yang disita belum didaftarkan pada BPN maka pemberitahuan penyitaan dimasudkan ditujukan kepada Kantor Pengadilan Negeri setempat. Hal tersebut dilakukan dengan maksud agar instansi yang bersangkutan mengetahui bahwa barang tersebut menjadi sitaan atas nama pajak pemiliknya.

8. Tata Cara Penyitaan Barang Milik Penanggung Pajak

a. Penyitaan terhadap uang tunai

Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dilaksanakan oleh JSP dengan cara lain :

1. Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rincian dalam suatu daftar yang merupakan lampiran BAPS


(55)

3. Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang selanjutnya ditempel dengan segel sita

b. Penyitaan terhadap perhiasan

Penyitaan terhadap perhiasan seperti emas, permata dan sejenisnya dilaksanakanoleh JSP dengan cara antara lain :

1. Membuat rincian tentang jenis, jumlah harga yang disita di dalam suatu daftar yang merupakan lampiran BAPS

2. Membuat BAPS

Untuk mengetahui nilai perhiasan yang disita, Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan jasa penilai untuk menetukan taksiran harga perhiasan yang disita tersebut

c. Penyitaan terhadap kekayaan Penanggung Pajak yang disimpan di bank Penyitaan terhadap kekayaan penanggung pajak yang disimpan di bank berupa deposito, tabungan, saldo rekening Koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Pejabat yang berwenang melakukan permintaan pemblokiran kepada pihak bank disertai salinan Surat Paksa dan Surat Pemerintah Melaksanakan Penyitaan

2. Bank memblokir dan membuat Berita Acara pemblokiran serta mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan Pajak


(56)

3. Juru Sita Pajak memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberikan kuasa kepada pihak bank agar memberitahukan saldo kekayaan Penanggung Pajak

4. Bila penanggung Pajak tidak memberi kuasa, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama meminta Menteri Keuangan agar memerintahkan bank untuk memberitahukan saldo kekayaan dari Penanggung Pajak

5. Setelah diketahui, Juru Sita Pajak menyita dan membuat BAPS dan menyampaikan salinannya kepada Penanggung Pajak

6. Setelah utang pajak dan biaya penagihan dilunasi, Kepala Kantor Pelayanan Pajak meminta pencabutan pemblokiran setelah dikurangi jumlah yang disita

d. Penyitaan terhadap surat berharga

Penyitaan terhadap Surat Berharga berupa obligasi, saham, dan sejenisnya yang diperdagangkan di bursa efek dan dilaksanakan dengan :

1. Pemblokiran rekening efek pada custodian dilakukan berdasarkan ketentuan tertulis dari Direktorat Jenderal Pajak atau pejabat yang ditunjuk kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dengan menyebutkan nama pemegang rekening atau nomor pemegang rekening sebagai penanggung pajak

2. Berdasarkan permintaan Direktorat Jendral Pajak, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dapat menyampaikan perintah tertulis kepada


(57)

cutodian untuk melakukan pemblokiran terhadap rekening efek Penanggung Pajak

3. Berdasarkan perintah tertulis Ketua Badan Pengawas Pasar Modal,

custodian melakukan pemblokiran

4. Apabila permintaan pemblokiran tersebut disertai dengan permintaan keterangan tentang rekening efek pada custodian, permintaan tertulis dari Direktorat Jendral Pajak harus membuat nama pejabat yang berwenang mendapat keterangan tersebut

5. Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara Pemberian Keterangan tersebut disampaikan kepada Direktorat Jendral Pajak dan salinannya disampaikan kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan pemegang rekening sebagai Penanggung Pajak selambat-lambatnya dua hari kerja setelah pemblokiran dilakukan

6. Juru Sita Pajak melakukan penyitaan atas efek atau dan dalam rekening efek setelah menerima Berita Acara Pemblokiran dan Berita Acara Pemblokiran Keterangan

7. Juru Sita Pajak yang melakukan penyitaan harus membuat BAPS yang ditanda tangani oleh Juru Sita Pajak, Penanggung Pajak, dan saksi-saksi

8. Apabila Penanggung Pajak tidak hadir, maka BAPS ditandatangani oleh Juru Sita Pajak


(58)

9. BAPS disampaikan kepada penanggung pajak, sedangkan salinannya disampaikan kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal

10.Pejabat yang berwenang mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening efek Penanggung Pajak kepada

custodian setelah Penanggung Pajak melunasi hutang pajaknya

11.Pejabat yang berwenang mengajukan permintaan pencabutan pemblokiran terhadap rekening efek penanggung pajak setelah dikurangi dengan jumlah yang disita apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak sekalipun telah dilakukan pemblokiran

e. Penyitaan terhadap piutang

Sebelum Juru Sita Pajak melakukan penyitaan barang milik Penanggung Pajak berupa piutang, terlebih dahulu dibuat surat peringatan epada Penanggung Pajak yang dimaksudkan agar piutang yang ada pada debitur akan digunakan sebagaia pelunasan utang pajaknya. Bila lewat dari 14 hari Penanggung Pajak belum juga melunasi utang pajaknya maka dilakukan penyitaan dengan menggunakan Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang dari Penanggung Pajak dan salinanya disampaikan kepada Penanggung Pajak dan pihak lain yang berkewajiban membayar utang pajak.


(59)

9. Segel Sita

Penempelan segel sita dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, sifat dan bentuk barang sitaan. Segel sita memuat sekurang-kurangnya :

a. Kata “DISITA”

b. Nomor dan Tanggal BAPS, dan

c. Larangan untuk memindahtangankan, memindahkan hak, meminjamkan, dan merusak barang yang akan disita

10.Biaya Penyitaan

Sesuai dengan perkembangan ekonomi, pemerintah memandang bahwa besarnya biaya penyampaian Surat Paksa yang ditetapkan oleh keputusan Direktorat Jenderal Pajak tahun 1994 sudah tidak sesuai lagi. Oleh karena itu Peraturan Pemerintah No 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa besrnya biaya penagihan untuk setiap Surat Perintah Melakukan Penyitaan (SPMP) adalah Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan besar biaya untuk Surat Paksa rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). Ketentuan tentang biaya pelaksanaan penyitaan ini ditetapkan tanggal 21 Desember 2000 dan mulai berlaku pada tanggal 1 januari 2001.

Biaya pelaksanaan penyitaan meliputi empat hal, yaitu : a. Biaya harian Juru Sita Pajak

b. Biaya harian saksi pertama c. Biaya harian saksi kedua d. Biaya perjalanan


(60)

TABEL 4.1

Smber: KPP Pratama Medan Belawan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk tahun 2010 jumlah wajib pajak badan yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan adalah 3387. Jumlah ini sangat besar bila dibandingkan dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar untuk tahun 2011 adalah 2709 yang sekitar 20 % menurun jumlah nya. Jika

Jumlah WP Badan Terdaftar

Surat Teguran

Surat Paksa Surat

Pemberitahuan Sita

Surat Perintah Melakukan Penyitaan

2010 3387 758 528 0 0

2011 2709 1085 502 0 0


(61)

dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah wajib pajak badan yang terdaftar untuk tahun 2012 adalah 3087,ini berarti ada peningkatan jumlah wajib pajak nya dari tahun 2011. Untuk setiap tahun nya terjadi penurunan dan peningkatan jumlah wajib pajak badan nya.

Dari jumlah wajib pajak tersebut untuk tahun 2010 sekitar 758 wajib pajak mendapat surat teguran. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan tahun berikut nya yang setiap tahun nya mengalami peningkatan. Ini sangat disayangkan karena kurang besar nya kesadaran dan pemahaman wajib pajak tersebut terhadap perpajakannya.

Di tahun 2012 jumlah wajib pajak yang mendapat surat paksa sebanyak 591. Jumlah ini sangat besar dibandingkan dngan jumlah wajib pajak yang mendapat surat paksa ditahun 2010 dan 2011. Kesadaran wajib pajak sangat dibutuhkan agar tidak mergikan wajib pajak tersebut. Apabila surat paksa juga tidak di gubris oleh wajib pajak, maka pihak Direkrorat Jendral Pajak akan mengeluarkan Surat pemberitahuan Sita kepada wajib pajak yang belum menyelasaikan utang pajak nya juga. Di tahun 2010 dan 2011 wajib pajak yang mendapat Surat Pemberitahuan Sita tidak ada tapi jika dibandingkan dengan tahun 2012 masih terdapat 2 wajib pajak yang tidak patuh pada perpajakannnya. Jika dalam 2 X 24 jam wajib pajak belum melunasi utang pajak nya maka dapat dilakukan penyitaan dengan mengeluarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Sangat jelas terlihat dari tabel diatas bahwa hanya di tahun


(62)

2012 banyak nya wajib pajak yang harta kekayaan nya disita untuk melunasi hutang pajak si wajib pajak.

B.Kendala-Kendala Juru Sita Pajak Dalam Melakukan Penyitaan

Kendala-kendala yang dihadapi Juru Sita Pajak dalam melakukan penyitaan disebabkan oleh dua faktor, yaitu :

a. Faktor ekstern

Faktor ekstern yang menjadi kendala Juru Sita Pajak dalam melakukan penyitaan adalah :

1. Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan masuk kedalam rumah

Dalam melakukan penyitaan, ada kalanya Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan masuk kedalam rumah Penanggung Pajak. Apabila di dalam rumah tersebut tidak ada seorangpun, maka penyitaan tersebut ditunda, tetapi apabila ada penghuninya, Juru Sita Pajak dapat teap memasuki rumah tersebut tetapitidak dengan tindak kekerasan karena akan diancam dalam pasal 429 KUHP yaitu dengan ancaman hukuman penjara 1 tahun 4 bulan.

2. Penanggung Pajak tidak mau menanda tangani BAPS

Dalam hal ini BAPS yang dibuat tidak mau ditanda tangani oleh Penanggung Pajak. Dengan demikian Juru Sita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut didalam BAPS. Juru Sita Pajak meminta bantuan polisi untuk menjamin agar barang sitaan tersebut tidak hilang atau Juru Sita


(63)

Pajak dapat membawa barang sitaan tersebut sebagian atau sepenuhnya, dalam hal ini BAPS tersebut dianggap sah.

3. Pembuktian barang-barang yang bukan milik penanggung pajak

Pada saat melakukan penyitaan ada Penanggung Pajak yang mengataan bahwa sebagian barang yang disita bukan merupakan miliknya. Dalam hal ini Penanggung Pajak tersebut harus memberikan bukti bahwa barang tersebut memang bukan merupakan miliknya.

4. Penanggung Pajak tidak komperatif.

5. Penanggung Pajak kurang menyadari arti perpajakan. 6. Alamat Penanggung Pajak tidak update.

b. Faktor intern

Yang menjadi faktor intern adalah :

1. Juru Sita hanya 2 orang yang seharusnya ada 4 orang.

2. Susahnya memberikan penjelasan kepada Penanggung Pajak.

3. Susahnya menemui alamat Penanggung Pajak yang tidak jelas alamatnya.

C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Untuk mengatasi kendala – kendala dalam pelaksanaan penyitaan tersebut, maka cara atau upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Dalam hal wajib pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta bantuan dari kepolisian.


(64)

b. Menambah jumlah petugas Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang hanya berjumlah 2 orang.

c. Memberikan kebijaksanaan secara menyicil dengan syarat memberikan jaminan sesuai dengan tunggakan pajak nya.

d. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak tentang hak dan kewajiban Penanggung Pajak dibidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun Wajib Pajak / Penanggung Pajak.


(65)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan penulis pada bab-bab sebelumnya maka penulis mebuat beberapa kesimpulan pada laporan ini. Adapun kesimpulan-kesimpulan tersebut yaitu :

1. Pelaksanaan penyitaan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan sudah berjalan sesuai dengan prosedur-prosedur yang berlaku, walaupun masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak pada saat melakukan tindakan penyitaan..

2. Faktor Penghambat dalam pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Belawan adalah Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan masuk kedalam rumah, Penanggung Pajak tidak mau menandatangani BAPS, penanggung pajak tidak komperatif, Penanggung Pajak kurang menyadari arti perpajakan, alamat Penanggung Pajak tidak update.

3. Cara Penyelesaian masalah dalam Prosedur Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Belawan adalah menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan


(66)

Belawan,Memberikan kebijaksanaan untuk menyicil dengan syarat memberikan jaminan sesuai dengan utang pajak nya.

4. Untuk setiap tahun nya di Kantor Pelyan Pajak Pratama Medan Belawan jumlah wajib pajak badan yang terdaftar menurun tetapi dari jumlah wajib pajak itu setiap tahun nya juga surat teguran mengalami peningkatan begitu juga untuk surat paksa, surat pemberitahuan sita, hingga surat perintah melakukan penyitaan

B. SARAN-SARAN

Adapun saran-saran yang dapat penulis sajikan pada penulisan laporan ini mengenai tindakan penyitaan, adalah :

1. Diharapkan bertambahnya jumlah Juru Sita Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan seiring dengan terus bertambahnya Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Perlunya usaha untuk meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya memenuhi kewajiban perpajakan tepat pada waktunya sehingga Penaggung Pajak dapat terhindar dari tindakan penyitaan yang merugikan Penanggung Pajak itu sendiri.

3. Perlu adanya kerja sama antara Penanggung Pajak dengan Juru Sita agar pelaksanaan penyitaan berjalan dengan lancar.


(67)

4. Dalam melaksanakan penyitaan hendaknya Juru Sita Pajak dapat lebih memahami situasi dan kondisi dari Penanggung Pajak sehingga penyitaan dapat berjalan dengan lancar.


(68)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Djafar, Muhammad Saidi, Pembaruan Hukum Pajak Edisi Revisi 2010,Rajawali Pers, Jakarta

Mardiasmo,2009, Perpajakan Edisi Revisi 2009, Andi, Yogyakarta

Sihaloho, Cryus, 2002, Modul Ketentuan Umum Dan Tatacara Perpajakan, PT. Raja Wali Grafindo, Jakarta

Waluyo, 2010, Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Perundang - Undangan

Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,Salemba Empat, Jakarta

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajaka Internet


(1)

Pajak dapat membawa barang sitaan tersebut sebagian atau sepenuhnya, dalam hal ini BAPS tersebut dianggap sah.

3. Pembuktian barang-barang yang bukan milik penanggung pajak

Pada saat melakukan penyitaan ada Penanggung Pajak yang mengataan bahwa sebagian barang yang disita bukan merupakan miliknya. Dalam hal ini Penanggung Pajak tersebut harus memberikan bukti bahwa barang tersebut memang bukan merupakan miliknya.

4. Penanggung Pajak tidak komperatif.

5. Penanggung Pajak kurang menyadari arti perpajakan. 6. Alamat Penanggung Pajak tidak update.

b. Faktor intern

Yang menjadi faktor intern adalah :

1. Juru Sita hanya 2 orang yang seharusnya ada 4 orang.

2. Susahnya memberikan penjelasan kepada Penanggung Pajak.

3. Susahnya menemui alamat Penanggung Pajak yang tidak jelas alamatnya.

C. Cara Penyelesaian Masalah dalam Pelaksanaan Prosedur Penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Untuk mengatasi kendala – kendala dalam pelaksanaan penyitaan tersebut, maka cara atau upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Dalam hal wajib pajak/Penanggung Pajak berusaha menghalangi Juru Sita Pajak untuk melakukan penyitaan, maka Juru Sita Pajak dapat meminta


(2)

b. Menambah jumlah petugas Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang hanya berjumlah 2 orang.

c. Memberikan kebijaksanaan secara menyicil dengan syarat memberikan jaminan sesuai dengan tunggakan pajak nya.

d. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi yang lebih banyak tentang hak dan kewajiban Penanggung Pajak dibidang perpajakan, baik kepada masyarakat secara umum maupun Wajib Pajak / Penanggung Pajak.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan penulis pada bab-bab sebelumnya maka penulis mebuat beberapa kesimpulan pada laporan ini. Adapun kesimpulan-kesimpulan tersebut yaitu :

1. Pelaksanaan penyitaan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan sudah berjalan sesuai dengan prosedur-prosedur yang berlaku, walaupun masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh Juru Sita Pajak pada saat melakukan tindakan penyitaan..

2. Faktor Penghambat dalam pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Belawan adalah Juru Sita Pajak tidak diperbolehkan masuk kedalam rumah, Penanggung Pajak tidak mau menandatangani BAPS, penanggung pajak tidak komperatif, Penanggung Pajak kurang menyadari arti perpajakan, alamat Penanggung Pajak tidak update.

3. Cara Penyelesaian masalah dalam Prosedur Pelaksanaan Penyitaan pada Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Belawan adalah menambah jumlah Juru Sita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan


(4)

Belawan,Memberikan kebijaksanaan untuk menyicil dengan syarat memberikan jaminan sesuai dengan utang pajak nya.

4. Untuk setiap tahun nya di Kantor Pelyan Pajak Pratama Medan Belawan jumlah wajib pajak badan yang terdaftar menurun tetapi dari jumlah wajib pajak itu setiap tahun nya juga surat teguran mengalami peningkatan begitu juga untuk surat paksa, surat pemberitahuan sita, hingga surat perintah melakukan penyitaan

B. SARAN-SARAN

Adapun saran-saran yang dapat penulis sajikan pada penulisan laporan ini mengenai tindakan penyitaan, adalah :

1. Diharapkan bertambahnya jumlah Juru Sita Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan seiring dengan terus bertambahnya Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Perlunya usaha untuk meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya memenuhi kewajiban perpajakan tepat pada waktunya sehingga Penaggung Pajak dapat terhindar dari tindakan penyitaan yang merugikan Penanggung Pajak itu sendiri.

3. Perlu adanya kerja sama antara Penanggung Pajak dengan Juru Sita agar pelaksanaan penyitaan berjalan dengan lancar.


(5)

4. Dalam melaksanakan penyitaan hendaknya Juru Sita Pajak dapat lebih memahami situasi dan kondisi dari Penanggung Pajak sehingga penyitaan dapat berjalan dengan lancar.


(6)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Djafar, Muhammad Saidi, Pembaruan Hukum Pajak Edisi Revisi 2010,Rajawali Pers, Jakarta

Mardiasmo,2009, Perpajakan Edisi Revisi 2009, Andi, Yogyakarta

Sihaloho, Cryus, 2002, Modul Ketentuan Umum Dan Tatacara Perpajakan, PT. Raja Wali Grafindo, Jakarta

Waluyo, 2010, Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Perundang - Undangan

Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,Salemba Empat, Jakarta

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajaka

Internet