Politik dan Negara tugas pak eko 3 .docx

POLITIK DAN NEGARA

DISUSUN OLEH :
PRAWIRAYUDHA PRATAMA

(20171040026)

MARETA GANING PUSPITA

(20171040045)

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018

Politik dan Negara
Bayang-bayang Negara membayang hampir di setiap aktivitas manusia. Dari
pendidikan hingga manajemen ekonomi, dari kesejahtraan sosial hingga sanitasi, dan
dari tatanan dalam negeri hingga pertahan luar negeri, Negara membentuk dan
mengontrol, Negara pun mengatur, mengawasi, mengizinkan dan melarang. Bahkan
urusan urusan yang dianggap pribadi sepenuhnya tunduk pada otoritas dari Negara.

lantas hubungannya tentang ilmu politik seperti aapa dan bagaimana?. pada dasarnya
sering sekali ilmu politik dipahami sebagai studi tentang Negara, analisis tntang
organisasi-organisasi kelembagaannya, evaluasi tentang pengaruhnya pada masyrakat
dan sebagainya. Debat ideologi dan politik partai, cenderung berkisar di seputar isu
tentang fungsi atau peran tepat dari Negara : apa sajakah yang harus dilakukan oleh
Negara dan apa sajakah yang harus diserahkan oleh Negara pada individu dan
asosiasi pribadi? Watak Negara telah menjadi salah satu pokok bahasan utama dalam
analisis politik.
Pembahasan ini kali ini mengarah kepada membahas persoalan tentang watak
atau sifat dari kekuasaan Negara dan dalam proses tersebut, menyentuh sebagaian
dari perpecahan yang paling mendalam dan paling kekal dari politik. Pada dasarnya
akan mengantar pada sbuah pembahasan tentang peran dan tanggung jawab yang
bebrbeda dari Negara dan bentuk yang berbeda yang dimiliki Negara. Dan yang
terakir pembahasan ini akan melihat apakah ditengah globalisasi dan perkembangan
yang lainnya Negara kehilangan peran sentralnya dalam politik.

1.

Definis Negara
Istilah ‘negara’ telah digunakan untuk menunjuk pada banyak hal, seperti


sebuah kumpulan lembaga, sebuah territorial, sebuah ide filsafat, sebuah perangkat
pemaksaan atau penindasan, dan sebagainya.1 kekacuan ini muncul sebagian dari
fakta bahwa Negara telah dipahami dalam empat cara yang berbeda, dari perspektif
idealis,

perspektif

fungsionalis,

perspektif

organisasional,

dan

perspektif

internasional.
Pendekatan idealis tentang Negara paling jelas direflesikan dalam tulisan dari

G.W.F.Hegel, hegel mengidentifikasikan tiga momen dari eksistensi sosial yaitu
keluarga, masyarakat sipil, dan Negara.2 Dalam keluarga, ia beperndapat bahwa
sebuah’altruisme tertentu’ berjalan dan mendorong masyarakat untuk menepikan
kepentingan mereka sendiri demi mendahulukan kepentingan dari anak-anak mereka
atau orang tua mereka. Sebaliknya, masyarakat sipil dipandang sebagai sebuah
lingkup ‘egoisme universal’ dimana individu mendahulukan kepentingan mereka
sendiri di depan kepentingan orang lain. Hegel melihat negara sebagai sebuah
komunitas etis yang didukung oleh sikap saling simpati-‘altruism’ namun kelemahan
dari idealisme tersebut, bagaimanapun juga bahwa ia mengemukakan sebuah
gambaran yang tidak keritis tentang Negara dan dengan mendefinisakan Negara
dalam sudut pandang etis, yang gagal membedakan dengan jelas antara lembaga1 Negara adalah sebuah kesatuan politik yang membentuk wilayah hukum berdaulat didalam batas
batasaan wilayah tertentu, dan menyelnggaraknan otoritas melalui serangkaian lembaga permanen.
2 Idealism adalah sebuah pandangan tentang politik yang menekankan pentingnya moralitas dan citacita; idealism filosofis mengimplikasikan bahwa ide-ide lebih riil dari pada dunia materi.

lembaga yang merupakan dari bagian dari Negara dan lembaga-lembaga yang berada
diluar Negara (Thiry, 1981).
Pendekatan fungsionalis tentang Negara berfokus pada peran dan tujuan.
Fungsi utama Negara adalah pemeliharaan tatanan sosial, Negara didefinisikan
sebagaian rangkaian lembaga yang menegakkan tatanan dan menghasilkan stabilitas
social. Pendektaan semacam ini telah diadopsi kalangan neo-marxis yang cenderung

melihat Negara sebagai sebuah mekanisme melalui konflik kelas diredam untuk
menjamin ketahanan sistem kapitalis jangka panjang. Kelemahan dari pandangan
fungsionalis dari sebuah Negara bagaimanapun juga adalah bahwa ia cenderung
untuk mengasosiasikan setiap lembaga yang memelihara tatanan (keluarga, media
masa, serikat buruh dan tempat ibadah) dengan Negara itu sendiri. Inilah mengapa
tidak terjadi pertanyaan yang sebaliknya.
Pendekatan organisasional telah mendefinisikan Negara sebagai perangkat
pemerintah dalam pengertian yang paling luas adalah sebagai rangkaian lembaga
yang dapat dikenali yang bersifat publik dimana mereka bertangungjawab dalam
pengaturan kehidupan sosial dan dibiayai oleh belanja publik. Kelebihan dari definisi
ini bahwa terdapat adanya pembedaan dengan jelas antara Negara dan masyrakat
sipil.3 Pendakatan organisasional sangat memungkinkan kita untuk berbicara tentang
kemajuan atau kemunduran Negara dalam pengertian perluasaan atau pengurangan
tanggung jawab dan kewenangan dari Negara dan pembesaran atau pengecilan dari
3 Masyarakat sipil adalah sebuah lingkup privat yang terdiri dari kelompok dan organisasi otonom
yang independen terhadap Negara atau otoritas publik.

mesin kelembagaanya. Dalam sudut pandang ini lembaga dapat dibedakan untuk
mendefinisikan lima ciri penting dari Negara :
1. Negara adalah penguasa. Ia menggunakan kekuasan yang mutlak dan

tidak terbatas, dimana ia berdiri sendiri diatas semua organisasi dan
kelompok lain di dalam masyarakat. Thomas Hobbes mengusung ide
tentang kekuasaan Negara dengan mengambarkan Negara sebagai
‘leviathan’ yaitu sebuah monster raksasa.
2. Lembaga Negara dapat dikenal sebagai bersifat publik (negeri), berbeda
dengan lembaga privat (swasta) dari masyarkat sipil. Bdan public
bertanggung jawab membuat dan menyelebggarakan keputusan bersama,
sementara badan privat seperti misalnya keluarga, perusahanswasta dan
serikat buruh, ada untuk memenuhui kepentingan individual.
3. Negara adala sebuah ukuran legitimasi. Keputusan dari Negara biasanya
diterima sebagai mengikat para anggota masyarkat karena sebagaimana
diklaim, mereka dibuat untuk kepentingan publik atau untuk kebaiakan
bersama, Negara dianggap mencerminkan kepentingan-kepentingan
permanen dalam masyarakat.
4. Negara adalah sebuah perangkat dominasi. otpritas Negara disokong oleh
sebuah pemaksaan. Negara harus memiliki kapasitas untuk memastikan
hukum-hukumnya diaptuhi dan pelanggarannya dihukum. Menurut max
weber bahwa Negara didefinisikan oeleh memonopolinya terhadap sarana
kekerasan yang sah.


5. Negara adalah sebuah territorial. Wilayah hukum dari Negara didefiniskan
secara geografis dan ia mencakup semua yang hidup dalam batas batas
ilayah Negara tesebut, baik mereka itu warga Negara atau bukan. Pada
dasarnya Negara adalah sebuah entitas otonom.
Pendekatan internasional tentang pandangan Negara terutama sebagai pelaku
pada tingkat dunia yaitu sebagai unit dasar politik internasional. Ini memperlihatkan
bahwa bnegara memiliki dua wajah satu wajah menghadap keluar dan satu wajah
menghadap kedalam sementara definisi definisi sebelumnya berkenaan dengan wajah
Negara yang menghadap kedalam yaitu hubungannya dengan iundividu dan
kelompok yang hidup didalam batas batas wilkayahnya, kemampuannya

untuk

memelihara tatanan domistik, pandangan internasional berkenaan dengan wajah
Negara menghadap keluar yaitu hubungan dengan Negara-Negara lain dan karena itu
kemampuannya untuk memberikan perlindungan dari serangan luar.
2. Debat tentang Negara
2.1 Teori- teori yang bersaing tentang Negara
Ada empat teori yang bersaing ata berbeda tentang Negara dapat teridentifikasi
sebagai berikut :

1.
2.
3.
4.

Negara pluralis
Negara kapitalis
Negara leviathan
Negara patrarkhal

2.1.1 Negara pulralis

Teori pluralis tentang Negara memiliki sebuah kaitanya dengan liberal yang
sangat jelas. Ia muncul dari keyakinan bahwa Negara bertindak sebagi wasit atau
pengadil didalam masyarakat. Thomas Hobbes dan John locke berfikir atau berfokus
kepada landasan-landasan bagi kewajiban politik, landasan dimana individu-individu
diwajibkan untuk mematuhi dan menghormati Negara. 4 Mereka berpendapat bahwa
Negara muncul atau terbentuk dari sebuah kesepakatan sukarela, atau kontrak sosial
yang dibuat oleh individu-individu yang mengakui bahwa hanyalah bentukan atau
pembentukan dari sebuah kekuasan yang berdaulat yang dapat menjaga mereka dari

ketidakamanan, ketertiban, dan brulaitas dari keadaan alami.5 tanpa sebuah Negara
individu-individu akan melakukan kekerasaan mengeksploitasi dan memperbudak
satu sama lain dengan danya sebuah Negara tatanan dan kehidupan masyarakat sipil
dijamin dan kemerdekaanya dilindungi. Sebagaimana pernyataanya locke “dimana
tidak ada hukum tidak ada kebebasan”. Dalam teori liberal Negara dilihat sebagai
seorang pengadil yang netral diantara kelompok dan individu yang bersaing didalam
masyarakat. Hobbes pun berpendapat bahwa stabilitas dan ketertiban hanya dapat
dijamin dengan adanya pembentukan sebuah Negara yang absolut dan tak terbatas,
dengan kekuasaan dan kekuatan yang tidak dapat ditentang atau dipertanyakan.
dengan kata lain ia berpandangan bahwa warga Negara dihadapkan kepada sebuah
pilihan antar absolutism dan anarki.6
4 Kewajiban politik adalah tugas atau kewajiban dari warga Negara terhadap Negara;landasan bagi
hak Negara untuk memerintah
5 Keadaan alami adalah sebuah masyarakat tanpa adanya otoritas politik dan kontrol hukum formal
pada individu-individu; biasanya digunakan sebagai alat teoretis.
6 Anarki secara harfiah tanpa peraturan; anarki sering digunakan negative untuk menunjuk pada
ketidaksetabilan, atau kekacauan.

2.1.2 Negara kapitalis
Pengertian marxis tentang Negara kapitalis menawarkan sebuah alternative

bagi gambaran pluralis tentang Negara sebagai seorang pengadil atau wasit yang
netral. Kelompok marxis secara khas berargumen bahwa Negara tidak dipahami
secara terpisah dari struktur ekonomi masyarakat. Pandangan ini biasa dipandang
sebgai adanya pembedaan kelas dimana Negara

tidak lebih sebagai sebuah

instrument penindasan kelas. (Sachs, 1999) Kapitalisme bisa dikatakan sebuah
pandangan yang menentukan suatu hak kepemilikan pribadi dari alat-alat produksi
dimana adanya distrubusi yang sangat kompetitif dalam mengambil sebuah
keuntungan. Akan tetapi, Marx tidak mengembangkan sebuah teori yang sistematis
atau koheren tentang Negara. Dalam sebuah pengertian umum dia meyakini Negara
sebuah superstruktur yang ditentukan oleh landasan ekonomi yang dianggap sebagai
fondasi yang nyata dari kehidupan sosial. Akan tetapi hubungan yang tepat antara
landasan dan superstruktur dalam kasus ini adalah corak produksi kapitalis adalah
tidak jelas. Dua tulisan marxis yang mengidentifikasi sebuah Negara. Teori pertama
disekspresikan dalam ucapan dia yang dikutip dari (Marx & Engels, 1969) ekskutif
dari Negara modern tidak lain adalah sebuah komite untuk mengelola urusan urusan
umum dari kaum borjuis, dari perspektif ini bahwa Negara jelas bergantung pada
masyarakat dan bergantung pada kelas yang dominan secara ekonomi, yang dalam

kapitalis disebut borjuis.7 lenin medsekripsikan bahwa Negara sebagai sebuah

7 Borjuis sebuai istilah marxis, menunjukan pada kelas penguasa dari sebuah masyarakat kapitali, para
pemilik dari kekayaan produksi

perangkat untuk menindas kelas yang terekspolitasi. Teori kedua yang lebih kompleks
dan kaku tentang Negara, dalam analisis marx tentyang peristiwa peristiwa
revolusioner di perancis antar tahun 1847 hingga 1851, the eighteenth brumaire of
Louis Bonaparte. Marx mengemukakan bahwa Negara dapat memiliki apa yang
kemudian dianggap sebagai otonomi relative dari sitem kelas Negara napoleonik
mampu memaksakan kehendaknya pada masyarakat, bertidak sebagai sebuah ‘badan
parasite yang menjijikan’. Akan tetapi dalam perjalannya sikap marx terhadap Negara
tidak selamanya negative . dia berpendapat bahwa Negara dapat digunakan secara
konstruktif selama transisi dari kapitalisme menuju komunisme dalam bentuk
kediktatoran proletariat revulosioner.8 Pengahapusan kapitalisme akan menghasilkan
kehancuran Negara borjuis dan menciptkan sebuah alternative yaitu Negara
proletarian.
Dalam mendeskripsikan Negara sebagai ‘kediktatoran’ proletarian, marx
menggunakan teori Negara dimana dia melihat bahwa Negara sebai sebuah
instrument melalui mana kelas yang dominan secara ekonomi dapat menekan dan

dapat menundukan kelas-kelas lain. Semua Negara dari prespektif ini adalah
kediktatoran kelas. Kediktatoran proletarian dilihat sebagai sebuah alat untuk
melindungi sebuah pencapaian dari revolusi dengan mencegah munculnya kontrarevolusi oleh kaum borjuis yang telah kehilangan kepemilikannya. Akan tetapi marx
tidak melihat Negara sebagai sebuah formasi social yang penting dan bertahan lama.

8 Proletariat sebuah istilah marxis, menunjuk sebuah kelas yang mencari penghasilan dengan cara
menjual kekuatan kerjannya.jelasnya, proletariat tidak setara dengan kelas pekerja.

Dengan memprediksi bahwa ketika antagonism kelas telah berakhir Negara akan
mati, berarti bahwa masyarakat komunis akan berbentuk tanpa adanya Negara.
Karena Negara muncul dari sistem kelas, maka sistem kelas telah terhapus, Negara
akan kehilangan alasan untuk eksis. Warisan warisan ambivalen dari pemikiran marx
membuat atau menyediakan ruang lingkup yang lebih luas bagi para marxis modern
ata neo-marxis.
2.1.3 Negara leviathan
Gambara tentang Negara sebagai sebuah leviathan yaitu sebuah monster yang
rakus yang berusaha memeperluas dan memperbesar kekuasaanya. Sesuai dengan
yang dikatakan oleh Hobbes bahwa mengibaratkan Negara sebagai ‘Leviathan’,
sejenis monster (mahkluk raksasa) yang ganas, menakutkan dan bengis yang terdapat
dalam kisah perjanjian lama (Hobbes, 1983). Mahkluk ini selalu mengancam
keberadaan mahkluk-mahkluk lainnya, dan dipatuhi perintahnya. Maka dari
itu muncul ketika siapa pun yang mencoba melanggar hukum Negara. Hobbes
mempergunakan konsep keadaan alamiah tampaknya hanya sebagai, meminjam
istilah Weberian, tipe ideal (ideal type) masyarakat manusia sebelum memasuki
masyarakat politik.
Gambaran-gambar diatas ada kaitannya dengan pandangan neo-liberal atau
pandangan kanan baru, ini dicirikan oleh sebuah antipasti yang kuat terhadap
intervensi. (Fadil, 2008) Negara dalam kehidupan ekonomi sosial meyakini bahwa
Negara adalah satu bentuk parasit yang mengancam kemerdekaan individu dan

keamanan ekonomi. Para teoritikus kanan baru menjelaskan dinamika ekspasionis
dari kekuasaan Negara dengan mengacu kepada tekanan dari sisi permintaan dan
pemasoka. Tekanan dari sisi permintaan adalah tekanan yang muncul dari masyarakat
itu sendiri, biasanya melalui mekanisme elektoral. Tekanan dari sisi pasokan, disisi
lain adalah tekanan internal dalam Negara. Ini karenanya dijelaskan dalam sudut
pandang lembaga dan personil dari perangkat Negara. Dalam bentuknya berpengaruh,
argument ini dikenal sebagai tesis pasokan berlebihan pemerintahan, biasanya teori
pasokan berlebih biasanya dikaitkan dengan teoritikus pilihan-publik. Dimana ada
implikasi bahwa ada dominasi Negara (elite Negara mampu membentuk pemikiran
dari para politisi yang terpilih).(Rajab, 2004)

2.1.3 Negara patriakhal
Dalam bukunya Andrew heywod mengenai pemikiran tentang Negara
patriakhal bahwa pemikiran modern tentang Negara pada akhirnya harus
memperhintungkan implikasi dari teori feminism. Meskipun demikian, ini tidak
berarti bahwa terdapat teori feminism yang sistematis tentang Negara. Teori feminis
mencakup berbagai ajaran dan perspektif dan karenanya menghasilkam beragam
sikap yang bebeda terhadap kekuasan Negara. Lebih lanjut, kelompok feminis
biasanya tidak menggangap sifat dari kekuasaan Negara sebagai persoalan politik
utama, sebaliknya memilih untuk berkonsentrasi pada struktur yang lebih dalam dari
kekuasaan laki-laki yang berpusat pada lembaga-lembaga seperti keluarga dan sistem

ekonomi.9 Sebagai feminis bahkan mempertanyaakan definisi-definisi konvensional
tentang Negara dan berargumen misalnya bahwa ide dalam Negara adalah
menyelenggarakan monopoli kekerasaan yang absah telah menjalar pada penggunaan
kekerasaan dan intimidasi yang rutin terjadi didalam keluarga dan kehidupan
domestic. Meskipun demikian terkadang secara implisit dan terkadang secara
eksplisit, klompok feminis membantu memperkaya debat tentang Negara dengan
mengembangkan perspektif yang baru dan menantang tentang kekuasaan Negara.
3.1 Peran Negara
Setiap negara memiliki tanggungjawab yang sangat besar dalam melakukan
peranannya dan fungsinya. Ada bebeberapa peranan negara yang memilki bentuk
yang berbeda yang pernah dikembangkan adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Negara Minimal
Negara Pembangunan
Negara Demokrasi Sosial
Negara Kolektif
Negara Totalitarian
Negara Keagamaan

3.1.1 Negara Minimal
Negara minimal merupakan cita-cita dari kelompok liberal klasik yang
memiliki tujuan yaitu untuk menjamin perorangan atau individu untuk dapat

9 Patriaki secara harfiah berarti ‘kekuasaan oleh sang ayah’ dominasi oleh ayah-suami didalam
keluarga dan suberdinasi dari istri dan anak-anaknya.akan tetapi istilah ini biasa digunakan dalam
makna yang lebih luas yaitu kekuasan oleh kaum pria, menunjukan kepada penindasan dan ekspolitasi
yang dikenakan pada kaum wanita. Patriaki dengan demikian mengimplikasin bahwa sistem kekuasaan
laki laki dalam masyarakat luas mencerminkan dan muncul dari dominasi Ayah didalam keluarga.
Patriaki merupakan konsep penting dalam analisis feminis radikal dimana ia menekankan
ketidaksetaraan gender bersifat sistematis, melembaga dan menyeluruh.

menikmati kebebasan yang seluas mungkin. Nilai negara minimal yaitu memiliki
kapasitas untuk membatasi perilaku individu manusia sehingga memilik arti untuk
mencegah individu melanggar hak dan kemerdekaan dari orang lain. Fungsi dari
negara minimal adalah untuk menyediakan kerangka perdamaian dan juga tatanan
sosial yang mana warga negara dapat menjalankan kehidupan mereka dengan cara
yang baik. Membatasi negara minimal atau yang biasa juga disebut negara malam
tersebut memiliki tiga fungsi utama. Pertama negara untuk memeilihara tatanan
domestik, kedua kesepakatan yang dibuat antara warga secara pribadi dapat
ditegakkan, ketiga menyediakan perlindungan terhadap serangan dari luar.
Negara minimal ini dikemukakan dalam debat politik modern oleh Kanan
Baru yang dapat diambil ide-ide liberal permulaan dan utamnnya pada teori pasar
bebas atau ekonomi klasik. Peran ekonomi dari prespektif Kanan Baru dalam peran
ekonomi dari negara seharusnya dibatasi pada dua fungsi yaitu pemeliharaan sarana
pertukaran yang stabil dan mendukung kompetisi atau persaingan yang sehat melalui
kontrol pada kekuatan monopoli, penetapan harga dan lain sebgainnya. Contoh
negara minimal yaitu seperti inggris dan Amerika Serikat.
3.1.2. Negara Pembangunan
Negara Pembangunan merupakan negara mengenai intervensi kehidupan
ekonomi dengan tujuan yang spesifik untuk mendukung pertumbuhan industri dan
juga untuk perkembangan ekonomi. Hal ini tidak seperti mengganti sistem pasar
dengan sistem perencanaan dan kontrol sosialis melainkan membangun kemitraan

dengan negara dan juga kepentingan ekonomi yang prioritas konservatif dan
nasionalis.
Salah satu contoh negara pembangunan yaitu jepang. Negara jepang selama
periode Meiji (1868-1912) membangun sebuah hubungan dengan zaibutsu yang
memiliki bisnis besar sehingga mendominasi ekonomi jepang sampai perang Dunia
II. Selain jepang Model intervensi pembangunan yaitu Perancis, dimana pemerintah
perancis cenderung untuk mengakui kebutuhan bagi perencanaan ekonomi dan
birokrasi negara sebagai penjaga kepentingan nasional. Di negara seperti Austria ,
Jerman, Perkembangan ekonominya melalui pembentukan negara kemitraaan dimana
pemeliharaan hubungan yang erat dengan negara dan kepentingan ekonomi utama,
terutama perusahan besar dan organisasi buruh. (Scholte, 2007) mengemukakan
bahwa Yang lebih mtakhir, globalisasi ekonomi telah mendorong munculnya ‘negara
kompetisi’, contohnya adalah Negara-negara ekonomi macan dari Asia Timur. 10
Negara kompetisi dicirikan oleh pengakuan mereka akan kebutuhan untuk
memperkuat pendidkan dan pelatihan sebagai penjamin utama keberhasilan ekonomi
dalam konteks kompetisi transnasional yang semakin ketat.
3.1.3.Negara Demokrasi Sosial
Negara

demokrasi

sosial

memiliki

pandagan

untuk

menghasilkan

restrukturisasi sosial yang lebih luas, yang biasanya lebih mengacu pada prinsip
10 Negara Kompetisi adalah sebuah Negara yang menjalankan strategi untuk menjamin daya saing
jangka panjang dalam sebuah ekonomi global.
Ekonomi Macan adalah kekuatan ekonomi yang tumbuh cepat dan berorientasi ekspor dengan meniru
model jepang: misalnya Korea Selatan, Taiwan dan Singapura.

keadilan, kesetaraan dan keadilan sosial.11 Seperti negara austria dan swedia
intervensi negaranya di pandu oleh prioritas pembangunan dan demokrasi sosial,
namun developmentalisme tidak selalu beriringan dengan demokrasi. Kunci negara
demokrasi sosial yaitu dengan sebuah pergeseran dari pandangan negatif tentang
negara, yang dilihat jahat untuk menuju positif yang dilihat sebagai sarana untuk
memperbesar kebebasan dan mendukung keadilan.
(Abdussamad, 2008) Ciri dari negara demokrasi sosial adalah Keynesianisme
dan kesejahteraan sosial , tujuan dari keynesianisme untuk mengelola kapitalisme
dengan pandangan untuk mendukung pertumbuhan dan memelihara lapangan kerja.
Lalu kebijakan kesejahteraan bertanggung jawab luas hingga mencakup dukungan
bagi kesejahteraan sosial diantara semua warga negaranya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa negara demokrasi sosial adalah negara yang memberdayakan
prinsip pemberdayaan individual.
3.1.4. Negara Kolektif
Negara kolektif merupakan negara yang membawa seluruh kehidupan
ekonomi dibawah kontrol negara. Contoh dari negara kolektif yaitu negara-negara
komunis ortodoks seperti Uni Soviet dan negara komunis eropa timur. Negara seperti
ini berusaha untuk menghapus semua jenis perusahaan swasta dan membentuk
ekonomi yang direncanakan secara terpusat oleh sebuah jaringan kementrian bidang
ekonomi dan komite perencanaan. Pembenaran bagi kolektivisasi oleh Negara berasal
11 Keadilan sosial adalah distribusi pendapatan materi yang adil secara moral; keadilan sosial sering
dianggap mengimplikasikan sebuah kecondongan pada kesetaraan.

dari sebuah prinsip sosialis fundamental bagi kepemilikan bersama akan kekyaan
pribadi.12
Negara ini memiliki penggunaan untuk mencapai tujuan ini memperlihatkan
sebuah sikap yang lebih positif terhadapa kekuasaan negara . Dalam Mark dan engles
bahwa selama ini kediktatoran ploretarian, kontrol negara diperluas hingga mencakup
perusahaan, bank, transportasi dan sebagainnya. Tetapi mereka berpandangan bahwa
negara akan bersifat sementara dan akan mati ketika antagonisme telah hilang.
Sebaliknya negara kolektif yang ada di Uni Soviet menjadi permanen yang akan
semakin kuat dan birokratis.

3.1.5. Negara Totalitarian
Negara Totalitarian merupakan esensi dari totalitarianisme yang pembentukan
sebuah negara mencakup dalam segala hal yang pengaruhnya akan masuk dalam
setiap aspek kehidupan manusia.13 Negara tidak hanya membawa ekonomi tetapi juga
pendidikan , kebudayaan, agama dan kehidupan keluarga dan seterusnya di bawah
kontrol negara secara langsung.
Contoh negara totalitarian yaitu jerman hitler dan uni soviet stalin, meskipun
rezim modern seperti irak saddam husein ada yang menggangap memiliki ciri-ciri
yang serupa. Negara Totalitarian secara kolektif memuahkan masyarakat sipil dan
12 Kolektivisasi adalah sebuah pengahapusan kepemilikan pribadi untuk mendukung kepemilikan
bersama atau kepemilikan publik.
13 Totalitarianisme adalah sebuah sistem kekuasaan politik yang mencakup segala hal, melibatkan
manipulasi ideologis yang meluas dan brutalis yang terbuka.

juga mengahapus lingkup kehidupan privat. Dalam Negara totalitarian biasanya
menganut pemahaman tentang fasisme. Yang menginginkan untuk melarutkan
identitas individu kedalam kesatuan sosial yang siap secara terbuka mendukungnya.
3.1.6. Negara Keagamaan
Negara keagamaan merupakan sebuah kontradiksi. Di negara-negara seperti
Norwegia, Denmark dan Ingrris terdapat agama negara meskipun keistimewaan yang
dinikmati oleh agama tersebut jauh dari kekuasaan teokratis dan pengaruh politik
mereka secra umum dibatasi oleh tingkat sekularisasi sosial tinggi.
Peride sejak 1980-an menjadi saksi kebangkitan negara keagamaan yang
didorong oleh kecenderungan dalam fundamentallisme keagamaan. Meskipun negara
keagamaan didirikan diatas landasan prinsip-prinsip kegamaan, pemerintah yang
berorientasi agama yang berjalan dalam sebuah konteks yang sekularisme
konstitusioanal.
4.Kemunduran Negara ?
Sejak akhir tahun 1980-an, debat tentang Negara dibayang-bayangi oleh
pernyataan tentang penurunan dan kemunduran Negara. Sang leviathan yang pernah
begitu berkuasa tampak semakin lemah, dimana otoritas Negara telah di rongrong
oleh semakin besarnya pengaruh ekonomi global, pasar, perusahan besar, para pelaku
non-negara dan organisasi internasional (Budi, 2005). Negara dan pasar sejatinya
memang secara umum digambarkan sebagai kekuatan yang saling bersaing, mereka
juga saling terkait dan saling melengkapi satu sama lain. Terlepas dari hal-hal lain

pasar tidak dapat berfungsi tanpa adanya sistem hak kepemilikan dimana hanya
Negara yang dapat membentuknya dan melindungi. Selain itu, walaupun Negara
mungkin telah kehilangan otoritasnya dalam hal-hal tertentu, namun Negara mungkin
juga bisa menjadi lebih kuat.
4.1 Kemunduran dan kejatuhan Negara.
Munculnya globalisasi telah merangsang sebuah debat besar tentang
kekuasaan dan peran Negara dalam sebuah dunia yang mengalami globalisasi.
Sebagian teoritikus telah mekmalumatkan keadaan darurat dari pemerintahan pascakedaulatan. (Scholte, 2002) mengemukakan bahwa munculnya globalisasi secara tak
terelakkan diiringin oleh surutnya Negara sebagai pelaku yang bermakna.. Dalam
versi yang paling ekstrim yang di kemukakan oleh perusahan-perusahaan
transnasional (TNCs) bahwa Negara mengalami hiperglobalisasi dimana Negara
terlihat semakin hampa dan sebenarnya tidak relevan. Para teoritikus yang lainnya
menolak dengan argumen tersebut karena justru menolak globalisasi telah merubah
ciri-ciri utama dari politik dunia yaitu sebagaimana di ere-era sebelumnya bahwa
Negara berdaulat adalah penentu utama dari apa yang terjadi dalam batas batas
mereka. Dan tetap merupakan aktor utama diatas panggung dunia. Dalam pandangan
ini globalisasi dan Negara tidak terpisahkan. Negara dan globalisasi tidak selamanya
selalu menghalangi justru globalisasi diciptakan oleh Negara dan karenanya ia
melayani kepentingan kepentingan rakyatnya. Diantara pandangan kedua ini terdapat
pandangan yang ketiga yang mengakui bahwa globalisasi telah menghasilkan
perubahan-perubahan kualitatif dalam peran dan pengaruh Negara dan dalam watak

kekuasaannya

tetapi

menekankan

bahwa

perubahan-perubahan

ini

telah

mentransformasi Negara dari pada menurunkan atau meningkatkan kekuasaannya,
Pasar-pasar finansial yang telah menjadi benar-benar global, dimana aliran
aliran modal diseluruh dunia tampak instan artinya tidakada Negara yang dapat
terhindar dari dampak krisis finansial yang terjadi dibelahan dunia lain. Jika batasbatas Negara telah menjadi lunak dan batas-batas geografis menjadi goyah,
kedaulatan Negara, paling tidak dalam maknanya yang tradisional tidak lagi bertahan.
Ini ada pengertian bahwa pemerintah di abad ke-21 telah benar benar dihinggapi
karakter pasca-kedaulatan. Terutama sulit untuk melihat bagaimana kedaulatan
ekonomi dapat direkonsialisasi dengan sebuah ekonomi global. 14 Kontrol dari sebuah
Negara sangatlah penting dalam perekonomian pasar, terdapat sebuah pengakuan
yang semakin besar bahwa perekonomian berbasis pasar hanya dapat berjalan baik
didalam sebuah konteks tatanan hukum dan social yang mana hanya Negara yang
dapat menjaminnya (Fukuyama,2005)
4.2 Negara-negara gagal dan pembangunan- Negara
Kegagalan Negara bukan sekedar masalah domestik. Negara gagal sering kali
memiliki dampak yang lebih luas misalnya munculnya krisis pengungsi,
menyediakan obat obat terlarang, para penyeludupan senjata dan organisasiorganisasi teroris, yang memunculkan ketidakstabilan regional dan terkadang
memancing intervensi eksternal yang menyebabkan ketergantungan terhadap pihak14 Kedaulatan ekonomi adalh sebuah otoritas absolut dari Negara atas kehidupan ekonomi nasional,
melibatkan kontrol independen dalam kebijakan-kebijakan fiscal dan moneter, dan kontrol atas
perdagangan dan aliran modal.

pihak luar untuk menjaga kesetabilan. (Khurun, Tulisan, Transition, & Binadamai,
2006) Dalam ini dapat penekanan besar pada pembangunan-negara, yang secara khas
diasosiasikan dengan proses pembangunan perdamaian dan usaha usaha untuk
mengatasi sebab-sebab struktural yang mendalam dari sebuah kekerasan yang terjadi
dalam situasi-situasi pasca konflik.15 Pentingnya sebauah peran pemerintah dalm
lembaga-lembaga struktural didalam bangkitnyasebuah Negara karena pada dasarnya
pemerintah bertanggungjawab penuh didalam majunya Negara atau gagalnya sebuah
Negara.
Perlunya transformasi untuk melakukan perubahan dibidang kelembagaan
dirasa sangat perlu agar sebuah Negara mampu mempertahankan eksistensinya dalam
sebauh kekuasaan dan kedaulatan. Dalam bukunya Francis Fukuyama mengatakan
bahwa sebuah Negara gagal bukan disebabkan oleh berbagai hal namun ada hal yang
salah didalam kelembagaanya dan politik dalam sebuah Negara tersebut. (uyat
suyatna, 2009) Ini jelas bahwa sebuah Negara bisa kembali bereksistensi diperlukan
transformasional didalam kelembagaanya dan perlunya kerjasama yang medasar dari
pasar dan masyarakat demi terjagannya stabilitas perekonomian sebuah Negara.
5. Kelebihan dan Kekurangan Buku Andrew Heywood
Jadi, dalam buku ini membahas secara jelas mulai dari pengertian hingga
diberikan contoh-contoh yang relevan sehingga mudah dipahami, khususnya dalam
bab 2 (dua) yang bertema tentang politik dan negara dijelaskan sejelas-jelasnya dan
15 Pembangunan-Negara: pembangunan sebuah Negara agar dapat berfungsi dengan baik melalui
pembentukan lembaga-lembaga yang abash untuk merumuskan dan menimplementasikan kebijakan di
area-area penting pemerintahan.

juga sedetailnya. Selain itu buku ini mememiliki kelebihan yang sangat terperinci dan
juga sekuensial penjelasannya dalam kelebihanya bagaimanapun buku ini sangat
memberikan banyak literasi dalam menimbulkan pola pikir berkelanjutan. Penyajian
dalam buku ini disertai dengan perkembangan yang sesuai dengan keadaan pada
akhir-akhir ini dan juga contoh negara yang mempraktekan teori-teori tersebut,
sehingga dapat dipahami dengan jelas. Tetapi dalam buku ini memiliki kekuarangan
yaitu adanya paragraf yang terkadang memilki artian yang sama yang sudah
dijelaskan di paragraf sebelumnya, selain itu juga terdapat kata-kata baku yang susah
dipahami. Namun secara keseluruhan buku ini di bandingkan dengan referensi dari
jurnal lain yaitu sudah menjelaskan dengan efektifitas dan juga efisiensi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussamad, Z. (2008). No Title. TANTANGAN DAN PROSPEK KOMUNIKASI
POLITIK INDONESIA DALAM NEGARA KESEJAHTERAAN, 5(September),
136–146.
Budi, W. (2005). BAGAIMANA DENGAN INDONESIA BAGAIMANA DENGAN
INDONESIA. Globalisasi Dan Krisis Pembangunan.
Fadil, M. (2008). Gagasan Dasar Mengenai Etika dan Negara Menurut Plato. LPPM
Paradigma, 9(1), 167–173.
Khurun, I., Tulisan, A., Transition, D., & Binadamai, P. (2006). Tantangan
Binadamai : Kegagalan Demokratisasi Pasca Konflik.
Marx, K., & Engels, F. (1969). Manifesto of the Communist Party | 1848.
Marx/Engels
Selected
Works,
Vol.
I,
(May
1871),
98–137.
https://doi.org/10.1002/9781118011690.ch23
Rajab, B. (2004). Negara Orde Baru: Berdiri di Atas Sistem Ekonomi dan Politik
yang Rapuh (Budi Rajab). Negara Orde Baru: Berdiri Di Atas Sistem Ekonomi
Dan Politik Yang Rapuh (Budi Rajab) NEGARA ORDE BARU: BERDIRI DI
ATAS SISTEM EKONOMI DAN POLITIK YANG RAPUH, 6, 182–202.
Sachs, J. D. (1999). Twentieth-Century Political Economy : a brief history of global
capitalism. Review Literature And Arts Of The Americas, 15(4), 90–101.
https://doi.org/10.1093/oxrep/15.4.90
Scholte, J. A. (2002). “ What Is Globalization? The Definitional Issue – Again.”

CSGR Working Paper, (109), 1–34.
Scholte, J. A. (2007). Defining Globalization. Clm.economía, 10, 15–63.
Thiry, L. (1981). NATION , STATE , SOVEREIGNTY AND SELF —
DETERMINATION Author ( s ): Leon Thiry Published by : Canadian
Mennonite University Stable URL : http://www.jstor.org/stable/23685021, 13(1),
15–20.
uyat suyatna. (2009). Strong Political Support . Kondisi Empiris Dan Tantangan
Administrasi Negara Dimasa Depan, 184.