Gambaran Tingkat Kecemasan Anak yang Akan Dilakukan Sirkumsisi

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sirkumsisi adalah tindakan pembedahan berupa pemotongan foreskin atau
preputium. Sirkumsisi merupakan prosedur bedah paling tua dan paling umum di
dunia, dan dikerjakan untuk beberapa alasan seperti agama (Islam, Yahudi, dan
beberapa agama lainnya), kultur (Aborigin, Aztecs, dan Inhabitants), sosial
(kebersihan, pencegahan penyakit, meningkatkan kepuasan seksual, kebiasaan
dalam masyarakat, dan status ekonomi) (American Academy of Pediatric, 2012).
Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 30% anak lakilaki usia 15 tahun telah disirkumsisi. Di negara maju seperti Amerika persentase
anak laki-laki usia 15 tahun yang disirkumsisi yaitu sekitar 75%, sedangkan di
Indonesia yang merupakan negara berkembang sekitar 84,9 juta anak. Studi
epidemiologis menunjukkan bahwa pria yang telah disirkumsisi mempunyai
resiko yang lebih rendah untuk terkena infeksi saluran reproduksi dibanding yang
tidak di sirkumsisi (World Health Organization and Joint United Nations
Programme on HIV/AIDS, 2007).
Menurut American Academy of Pediatrics (2012), secara medis sirkumsisi
mempunyai manfaat yaitu pencegahan terhadap infeksi saluran kemih, HIV,

penyakit menular seksual, dan kanker penis. Praktek sirkumsisi dilakukan oleh
orang-orang yang terlatih dan kompeten, dengan teknik pelaksanaan yang
mengutamakan sterilitas, dan menggunakan penghilang rasa sakit yang efektif
untuk kenyamanan pasien
Tindakan operasi atau pembedahan walaupun minor/mayor merupakan
pengalaman yang sulit dan dapat menimbulkan kecemasan bagi hampir semua
pasien dan keluarganya. Kecemasan yang dialami pasien dan keluarga bisa terkait
dengan seperti apa prosedur yang akan dijalani oleh pasien dan juga resiko dari
prosedur sirkumsisi yaitu meatitis, infeksi, terpotongnya foreskin terlalu banyak,

2

dan resiko-resiko dari prosedur pembedahan lain dan juga anestesi yang
menyertainya (Carpenito, 2001).
Kecemasan juga disebut emosi dan pengalaman individu yang terlihat.
Kecemasan tersebut dibedakan dengan ketakutan. Ketakutan mempunyai sumber
atau objek yang spesifik dimana individu dapat mengidentifikasi dan
menjelaskannya. Takut melibatkan penilaian intelektual dari rangsang yang
mengancam, sedangkan kecemasan adalah respon emosi terhadap penilaian
tersebut. Ketakutan disebabkan oleh kondisi fisik atau psikis terhadap situasi yang

mengancam dan ketakutan menghasilkan kecemasan (Stuart & Laraia, 2004).
Setiap individu akan mengalami tingkat kecemasan yang berbeda-beda terhadap
stimulus yang sama. Tingkat kecemasan tergantung pada jenis perlakuan yang
diterima dan kemampuan dalam menghadapi diri (Kusuma, 1997).
Pembedahan elektif maupun kedaruratan adalah suatu peristiwa komplek
yang menegangkan. Reaksi dari pasien, diantaranya kecemasan yang akan selalu
dialami sebelum prosedur operasi. Kecemasan adalah suatu keadaan dimana
pasien mengalami perasaan gelisah akibat ancaman atau penyebab yang tidak
jelas dan dimanifestasikan dengan gejala fisiologis, emosional dan kognitif.
Menurut Stuart & Sundeen (1998), Kemampuan individu dalam merespon
terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh beberapa faktor seperti potensi
stressor, maturasi, tingkat pendidikan dan status ekonomi, keadaan fisik,
kepribadian, lingkungan dan situasi, umur, dan jenis kelamin.
Permasalahan yang dialami anak tersebut dapat menjadikan mereka
mengalami kecemasan ketika akan dilakukan sirkumsisi dan juga terdapat
kemungkinan dapat mengganggu proses sirkumsisi itu sendiri. Mereka juga dapat
mengalami dampak yang lebih berat dari seharusnya akibat respon diri akan
kecemasan tersebut. Anak juga dapat mengalami kesulitan tidur serta penyakit
seperti sakit kepala, peningkatan darah dan gejala gejala kecemasan lain karena
adanya tekanan mental saat akan dilakukan tindakan sirkumsisi. Hal tersebut

diatas juga masih belum terlalu dipandang penting untuk diperhatikan maka
peneliti sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat kecemasan
anak saat akan dilakukan sirkumsisi. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan

3

Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang dan sepengetahuan peneliti, belum ada
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan gambaran tingkat kecemasan anak
saat akan dilakukan sirkumsisi. Maka peneliti ingin mencoba melakukan
penelitian di daerah tersebut, sehingga hasil dari penelitian ini nantinya dapat
dijadikan sebagai pembanding penelitian berikutnya dan hasilnya dapat
memberikan kontribusi positif terhadap bidang kesehatan untuk kedepannya.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Gambaran Tingkat Kecemasan Anak
Saat Akan Dilakukan Sirkumsisi di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan
Selayang.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan anak saat akan dilakukan
sirkumsisi di Kelurahan Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang.

1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran terjadinya tindakan sirkumsisi di Kelurahan
Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang.
2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan anak terhadap tindakan sirkumsisi di
Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang.

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Subjek Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pasien dan
keluarga tentang sirkumsisi dan tingkat kecemasan terhadap sirkumsisi sehingga
diharapkan dapat mengurangi dampak negatif daripada kecemasan tersebut.

4

1.4.2. Bagi Peneliti

1. Menambah wawasan atau pengetahuan tentang tingkat kecemasan pada
anak saat akan dilakukan sirkumsisi.
2. Melalui penelitian ini dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang
didapat selama pendidikan, menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam membuat penelitian ilmiah

1.4.3. Bagi Kedokteran
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
tingkat kecemasan anak saat akan dilakukan sirkumsisi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kepada
tenaga medis sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih
komperhensif dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

1.4.4. Bagi Penelitian Kedokteran
Sebagai masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penilitian lebih lanjut tentang gambaran tingkat kecemasan anak saat
akan dilakukan sirkumsisi atau berkaitan dengan penelitian ini.