Pengaruh Terapi Mendengarkan Al-Qur’an terhadap Tingkat Kecemasan Anak Presirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro

(1)

PRESIRKUMSISI DI RUMAH SUNATAN BINTARO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

NADHIA ELSA SILVIANI NIM: 1111104000020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH ISLAMIC STATE UNIVERSITY Ungraduate Thesis, July 2015

Nadhia Elsa Silviani, NIM : 1111104000020

Therapeutic Effect of Listening Murottal Al-Qur’an for Precircumcission Children's Anxiety Levels

xvi + 52 pages + 4 tables + 5 attachments

ABSTRACT

Circumcision is one of the anxiety triggers for children, because circumcision is a new thing that may imply a threat for children. Anxiety can make children uncomfortable with the medical procedure to be performed, even children may not be cooperative with circumcision to be performed. Precircumcision anxiety is worth noting that the child can be met sense of comfortable and be cooperative. Listening to Al-Qur’an recitation or murottal as a therapy is one of distraction and STOP coping strategy that can significantly reduce anxiety.

The purpose of this study was to determined the therapeutic effect of listening to Al-Qur’anic murottal to anxiety level of precircumcision children. This research use preexperimental study design with The One Group Pretest and Postest and use accidental sampling to collect data. This study was conducted on 15 children who got circumcision in the Rumah Sunatan Bintaro. Evaluation of children’s anxiety

levels before and after intervention using Three-and Five- Face Facial Scale. Statistical test results found that a decrease in level of cildren’s anxiety with

p<0,05 (p=0,34). Beside that mean value before and after intervention (2.20 ± 0.561 to 1.80 ± 0.414) that show differences between before and after intervention. It can be conclude that listening Qur'anic murottal can reduce anxiety levels of precircumcision children.

Key Word : Circumcision, Children Anxiety, Qur’anic Murottal Reference : 75 (years 2001-2015)


(3)

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2015

Nadhia Elsa Silviani, NIM : 1111104000020

Pengaruh Terapi Mendengarkan Al-Qur’an terhadap TingkatKecemasan Anak Presirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro

xxvi + 52 halaman + 4 tabel + 5 lampiran

ABSTRAK

Sirkumsisi merupakan salah satu pemicu cemas bagi anak, karena sirkumsisi termasuk hal baru yang dapat diartikan ancaman bagi anak. Kecemasan tersebut dapat membuat anak tidak nyaman dengan tindakan medis yang akan dilakukan, bahkan bisa saja tidak dapat kooperatif dengan sirkumsisi yang akan dilakukan. Kecemasan presirkumsisi ini perlu diperhatikan agar anak dapat terpenuhi rasa nyamannya dan dapat kooperatif. Terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an

merupakan salah satu distraksi dan strategi koping STOP yang dapat menurunkan kecemasan secara signifikan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an terhdap tingkat kecemasan anak presirkumsisi. Penelitian

preeksperimental ini menggunakan metode The one group pretest posttest design dengan teknik accidental sampling untuk mengumpulkan data. Penelitian ini dilakukan pada 15 anak yang akan dilakukan sirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro. Evaluasi tingkat kecemasan anak sebelum dan sesudah intervensi menggunakanThree-and Five-Face Facial Scale.

Hasil uji statistik ditemukan adanya penurunan tingkat kecemasan anak antara sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai p<0,05 (p=0,034). Rata-rata tingkat kecemasan anak sebelum intervensi 2,20 ± 0,561 dan rata-rata sesudah intervensi 1,80 ± 0,414. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an dapat menurunkan tingkat kecemasan anak presirkumsisi.

Kata kunci : Kecemasan Anak, Sirkumsisi, Murottal Al-Qur’an,


(4)

(5)

(6)

(7)

viii

Tempat, taggal lahir : Cilacap, 05 Juli 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Dsn, Sukamulya, Ds. Bolang, Rt/Rw 01/05, Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Hp : 081802908244

E-mail :habibatul@ymail.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan

Pendidikan

1. TK Melati Asih 1997-1999

2. SD N Bolang 01 1999-2005

3. SMP N 2 Dayeuhluhur 2005-2008

4. SMA N 1 Majenang 2008-2011

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2011-sekarang Organisasi

1. Sekretaris I OSIS SMP N 2 Dayeuhluhur 2007 2. Koordinator Divisi Media Rohis SMA N I Majenang 2010 3. Ketua Karya Ilmiah Remaja SMA N I Majenang 2010

4. KomDa FKIK UIN Jakarta 2012


(8)

ix

Selasar Sebelum Senja

Sebelum senja

Ayah dan bunda memiliki asa Untuk para lentera-lenteranya

Sebelum senja

Mentari menyapa para mujahid mujahidah yang haus ilmu Sebelum senja

Pelataran yang luas itu menggambarkan ambisi dan cita mereka Sebelum senja

Aku harus mengecap indahnya pelita seperti lentera-lentera itu Karna jika tidak maka ingatlah

Kemalasan yang dipupuk sekarang ini akan membuat senja tak lagi memiliki cerita

Sebelum senja sang guruImam Syafi’imemberi nasihat pada muridnya Tujuan dari ilmu adalah mengamalkannya

Ilmu yang hakiki adalah merefleksikannya dalam kehidupan Bukan yang tertengger dikepala

Sebelum senja

aku harus mempunyai selasar


(9)

x

hidayah-Nya penullis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Terapi Mendengarkan Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Presirkumsisi Di Rumah Sunatan Bintaro

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan arahan dari berbagai pihak. Rangkaian terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Arif Sumantri, SKM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc., selaku Ketua Program Studi dan Ibu Ernawati , S.Kp., M.Kep, Sp.KMB., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc dan Ibu Ns.Gusrina Komara Putri, S.Kep., MSN selkau pembimbing yang selalu memberikan semangat dan mengarahkan penulisan ini kearah yang lebih baik. 4. Bapak dan ibu dosen serta karyawan Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mendukung dalam terselesaikannya skripsi ini.

5. Ketua Rt/Rw dan remaja masjid Perumahan Kejagung yang telah mengizinkan penulis melakuakan studi pendahuluan.

6. Kepala Humas Rumah Sunatan Bintaro yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian.

7. Teman-teman senasib dan sepenanggungan yang selalu setia dalam mengikuti pendidikan di PSIK FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta memberikan dukungan moral yang dapat memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua, Bapak Rusdianto dan Ibu Yuyum Mulyaningsih yang

selalu setia mendo’akan dan mendengarkan keluh kesah nanda dalam

setiap keadaan. Rasanya tidak ada yang dapat menggantikan jasa-jasa ayah dan bunda. Cinta dan sayang kalian pada nanda tidak dapat nanda ucapkan dengan kata-kata. Semoga Alloh tetap memberikan ketabahan serta keihklasan pada ayah dan bunda dalam mendidik nanda dan adik. 9. Adikku tercinta, Tafhan Naufal Satria Wibowo, terimakasih atas

senyuman dan canda yang selalu disuguhkan disela-sela kesibukan belajar. Gapailah cita-citamu dan bahagiankan kedua orang tua, menjaga akhlak dan agama, serta tetap semangat.

10. Kakek dan nenek tercinta Ibu Acah Kartisah dan Ibu Arsah, Bapak Odong Sardam dan Bapak Tatang Ciptadi, serta kepada seluruh keluarga yang senantiasa mencurahkan kasih dan sayangnya pada penulis.


(10)

xi

11.Musyrifah Rumah Qur’an UIN, Kak Ati dan Kak Dewi yang

senantiasa selalu memberi motivasi dan memberi saran demi terselesaikannya skripsi ini. Penulis berterimakasih atas didikan dan bimbingan di RQ UIN.

12. Saudara dan saudari ku di KOMDA FKIK, CTQ MITOQONDRIA,

FURKI, Rumah Qur’an UIN, LDK UIN Syahid, KAMMI MEDSOS, serta seluruh aktivis dakwah kampus yang namanya tidak dapat sibutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan spiritual dan kerinduan akan berlomba-lomba dalam kebaikan, penulis sampaikan

ana uhibukum fillah

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna baik dari segi penulisan maupun metodologi yang dipakai, sehingga penulis menerima dengan terbuka akan masukan dan komentar yang membangun dan menjadikan skripsi ini jauh lebih baik dari sebelumnya.

Ciputat, Juli 2015


(11)

xii

Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Abstract ... iii

Abstrak ... iv

Pernyataan Persetujuan ...v

Lembar Pengesahan ... vi

Daftar Riwayat Hidup ... viii

Catatan Penulis–Selasar Sebelum Senja ... ix

Kata Pengantar ...x

Daftar Isi... xii

Daftar Singkatan... xiv

Daftar Tabel dan Bagan ...xv

Daftar Lampiran ... xvi

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...5

1.3 Tujuan Penelitian ...6

1.4 Manfaat Penelitian ...7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian...8

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Al-Qur’an...9

2.2 Konsep Cemas ...11

2.3 Pengaruh Murottal Al-Qur’an terhadap Kecemasan...19

2.4 Konsep Anak...22

2.5 Konsep Sirkumsisi ...25

2.6 Kerangka Teori ...26

3. BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ...27

3.2 Hipotesa ...28

3.3 Definisi Operasional ...29

4. BAB IV MEOTODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian...31

4.2 Populasi dan Sampel ...32


(12)

xiii

4.4 Alat Pengumpulan Data ...33

4.5 Metode Pengumpulan Data...34

4.6 Prinsip Etis ...36

4.7 Pengolahan Data ...37

4.8 Analisa Data...38

5. BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Responden ...40

5.2 Analisa Univariat ...41

5.3 Analisa Bivariat ...42

6. BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan Hasil Uji Penelitian ...44

6.2 Keterbatasan Penelitian...50

7. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ...51

7.2 Saran ...52 Daftar Pustaka


(13)

xiv

HIV :Human Immunodeficiency Virus

UNAIDS :United Nation of Acut Imuno Deficiency Syndrom

WHO :World Health Organization

STOP :Source, Trial and error, Others, Pray and Patient

SC :Sectio Secaria

GABA :Gama aminobutirat

HT :Hydroxytyptamine

DSM :Diagnose and Statistic Manual of Mental Health OCD :Obsessive Convlusive Disorder

PTSD :Post Traumatic Stress Disorder

RCADS :Revised Child Anxiety and Depression Scale

BAI :Beck Nxiety Scale

HADS-A :Hospital Anxiety and Depression Scale-Anxiety CTAS :Child Test Anxiety Scale

FAS :Facial Analog Scale

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan UIN : Universitas Islam Negeri

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

ISK : Infeksi Saluran Kemih


(14)

xv

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Halaman

Skema 2.1 Rentang Respon Cemas...16

Skema 2.2 Neurofisiologis Mendengarkan Murottal Al-Qur’an...22

Skema 2.3 Kerangka Teori...26

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...27

Tabel 3.3 Definisi Operasional ...29

Gambar 4.1Three-and Five-Face Facial Scale...34

Skema 4.2 Alur Penelitian...35

Tabel 5.1 Sebaran Usia Anak Presirkumsisi ...40

Tabel 5.2 Sebaran Tingkat Cemas Anak Sebelum dan Sesudah Intervens...41

Tabel 5.3 Analisa Bivariat Tingkat Cemas Anak Presirkumsisi Preintervensi dan Posintervensi ...43


(15)

xvi

Lampiran 2. Penjelasan tentang Penelitian dan Persetuhjuan Responden Lampiran 3. Hasil Uji Penelitian

Lampiran 4.Hasil Studi Pendahuluan


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sirkumsisi adalah tindakan membuang kulit (foreskin) yang menutupi ujung penis (Arifianto, 2012). Sirkumsisi sering dikenal dengan nama lain khitan atau sunat. Secara historikal sirkumsisi merupakan salah satu interfensi bedah tertua (Yavuz dkk, 2011). Sirkumsisi dalam agama menurut sebagian ulama mewajibkannya atas laki-laki muslim sebelum usia baligh, ketika kewajiban shalat mulai berlaku atas seseorang (Baharits, 2007). Manfaat sirkumsisi antara lain mengurangi risiko terkena infeksi saluran kemih (ISK), mengurani risiko terkena infeksi Human Imuno Deficiency Virus (HIV), mengurangi risiko terkena infeksi menular seksual (IMS), mengurangi risiko mengalami kanker penis dan mencegah infeksi dikulit foreskin, mengatasi fimosis, dan memudahkan menjaga kebersihan kemaluan (Afrianto, 2012).

Menurut United Nation of Acute Immuno Deviciency Syndrom (UNAIDS) (2010) hampir 30% laki-laki disirkumsisi, dan dua dari tiga orang laki-laki adalah muslim. Praktik sirkumsisi secara umum telah dikenal di negara muslim wilayah Asia, salah satunya Indonesia (Hull, 2001 dalam World Health Organisation, 2007). Pelaksanaan sirkumsisi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kesehatan, agama, seksualitas, dan untuk menerapkan norma-norma sosial serta waktu pelaksanaan sirkumsisi pada setiap negara dan wilayah berbeda, tergantung negara dan etnik (UNAIDS,


(17)

2010). Usia anak yang disirkumsisi di Indonesia antara usia satu hingga sebelas tahun sebanyak >80%, di Ghana , Israel, Kuwait, Oman, Qatar dan Saudi Arabia usia anak disirkumsisi paling banyak pada usia kurang dari satu tahun atau pada masa neonatal. Sedangkan di wilayah Kenya dan Vanuatu, sirkumsisi dilakukan mayoritas laki-laki usia 12-20 tahun (UNAIDS, 2010).

Menurut data di atas, maka dapat dikatakan bahwa usia anak yang disirkumsisi di Indonesia ada dalam kategori usia sekolah, sedangkan mayoritas anak laki-laki di Afrika Timur dan Afrika Selatan sirkumsisi dilakukan pada usia 12-22 tahun, namun biasanya dilakukan lebih awal di daerah Afrika Timur (WHO, 2009). Data tersebut ditunjang dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Desember di Rumah Sunatan Bintaro menunjukkan bahwa 70% anak yang akan menjalani sirkumsisi adalah anak usia sekolah dengan rata-rata usia 8-11 tahun.

Sirkumsisi merupakan hal baru yang akan dihadapi oleh seorang anak laki-laki. Hal yang baru dapat dipresepsikan sebagai ancaman pada diri yang menyebabkan cemas. Ancaman tersebut dapat berupa ancaman terhadap integritas diri dan sistem diri (Asmadi, 2008), sehingga sirkumsisi dapat menyebabkan kecemasan pada anak. Menurut Utari (2007) anak yang akan disirkumsisi mengalami kecemasan dengan rentang 11-18. Penelitian lain menyebutkan bahwa 57% dari 26 anak yang akan disirkumsisi mengalami kecemasan sedang (Rinduwati dan Yulipurwanti 2006). Rentang kecemasan ini berbeda pada setiap anak. Rentang respon cemas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia, temperamen, pengobatan sebelumnya, serta hubungan anak dengan orang tua (Ahmed, 2011).


(18)

3

Cemas menyebabkan respon kognitif, psikomotor, dan fisiologis yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, peningkatan aktifitas motorik, agitasi, dan peningkatan tanda-tanda vital (Videbeck, 2008). Hal-hal tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada seseorang. Individu biasanya berupaya untuk mengurangi respon atau bentuk ketidaknyaman dengan melakukan koping. Koping yang dilakukan individu secara umum dibagi menjadi dua, yaitu strategi pemecahan masalah yang dikenal dengan istilah STOP ( Source, Trial and Error, Others, serta Pray and patient) dan mekanisme pertahanan diri yang biasanya bersifat sementara, diluar kesadaran, dan seringkali tidak berorientasi pada kenyataan (Asmadi, 2008).

Koping individu yang mengalami cemas dapat berbeda-beda. Menurut penelitian Rinduwati dan Yulipurwanti (2006) anak yang akan disirkumsisi rata-rata melakukan koping dengan cara mengobrol dengan teman sebaya, bertanya kepada orang tua keadaan setelah disunat, dan tidak kabur dari ruang sunat. Selain dengan strategi koping, beberapa terapi dapat bermanfaat menurunkan cemas. Menurut hasil penelitian Utari (2007) menyatakan bahwa terapi menggambar dapat menurunkan cemas anak. Selain terapi menggambar, terapi yang dipakai untuk menurunkan cemas pada anak yaitu terapi suara menggunakan musik.

Terapi musik dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikis. Longhi dan Pickett (2008), Chiu dan Kumar (2003) dalam Darliana (2008) dikutip oleh Hariati (2010) menyatakan bahwa ketika musik diaktifkan maka semua area yang berhubungan dengan sistem limbik akan terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi. Selain terapi musik, terapi


(19)

suara yang lain yang terbukti dapat menurunkan cemas adalah terapi mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Ma’mun (2012) dan Hawari (1996) dalam

Sodikin (2012) menyatakan bahwa Al-Qur’an dapat menyembuhkan berbagai

macam penyakit jasmani maupun rohani seperti kegelisahan, kecemasan, dan kejiwaan.

Murottal Al-Qur’an terbukti efektif untuk menurunkan cemas pada ibu yang akan melalui operasiSectio Cesaria(SC) ( Mirbagher dkk, 2010 dalam Haj, 2011). El Syakir (2014) menyebutkan bahwa Al Qadhi melakukan penelitian yang berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, bagi yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Terdapat hasil bahwa adanya penurunan depresi dan kesedihan, ketenangan jiwa, dan menangkal berbagai penyakit. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa bacaan

Al-Qur’an berpengaruh sebesar hingga 97% dapat melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Menurut hasil studi pendahuluan di Sunatan Masal Perum Kejagung, Ciputat, 28 Desember 2014 pada pengukuran tingkat kecemasan anak presirkumsisi menggunkanThree-and Five- Face Facial Scale pada 24 anak usia sekolah didapatkan 3 anak (12,5%) dengan tingkat kecemasan kecemasan skala 2 (cukup cemas), 17 anak (70,83%) dengan tingkat kecemasan skala 3 (sangat cemas), dan 4 anak (16,67 %) dengan tingkat kecemasan skala 4 (amat sangat cemas). Setelah dilakukan pengkajian tingkat cemas terhadap 12 anak yang dipilih untuk menjadi responden, didapatkan rata-rata tingkat kecemasan preintervensi murottal Al-Qur’an dengan skala 3


(20)

5

(sangat cemas) dan rata-rata tingkat kecemasan posintervensi murottal

Al-Qur’andengan skala 2 (cukup cemas).

Selain melakukan studi pendahuluan dengan intervensi murottal

Al-Qur’an, peneliti juga melakukan studi pendahuluan dengan mewawancarai 3 anak yang akan menjalani sirkumsisi. Peneliti melakukan wawancara terkait munculnya kecemasan, didapatkan bahwa 3 anak tersebut merasa cemas sehari sebelum sirkumsisi dan meningkat ketika tiba di tempat sirkumsisi.

Perawat merupakan pemberi asuhan yang holistik menyangkut biopsikososio dan spiritual pasien. Selain itu perawat juga harus memberikan kenyamanan pada pasien. Salah satu pemberian kenyamanan adalah mereduksi cemas, terutama pada pasien anak yang akan mengahadapi sirkumsisi. Seperti yang sudah dikemukakan oleh penelitian di atas bahwa anak yang akan disirkumsisi mengalami kecemasan, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh mendengarkan Al-Qur’an terhadap penurunan

kecemasan anak presirkumsisi.

1.2 Rumusan Masalah

Sirkumsisi dapat menjadi salah satu pemicu cemas pada anak. Beberapa terapi komplementer seperti menggambar (Utari, 2007) dan melakukan terapi musik secara aktif dan pasif (Chen dkk, 2014) dapat menurunkan cemas pada anak presirkumsisi. Dua metode tersebut merupakan terapi komplementer yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan pada anak. Selain dua metode tersebut salah satu terapi komplementer adalah dengan cara mendengarkan murottal Al-Qur’an. Penelitian yang dilakukan


(21)

Mirbagher dkk (2010) dalam Haj (2011) bahwa Al-Qur’an terbukti efektif

untuk menurunkan cemas pada ibu yang akan melalui operasi Sectio Cesaria (SC).

Murottal Al-Qur’an juga efektif menurunkan kecemasan pada pasien preoperasi fraktur ekstrimitas (Faradisi, 2011). Peneliti telah melakukan literature rivew pada beberapa penelitan terkait penurunan tingkat cemas menggunakan terapi Al-Qur’an, namun penelitian mengenai pengaruh bacaan Al-Qur’an terhadap tingkat cemas anak presirkumsisi belum pernah dilakukan di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah “Adakah pengaruh mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan anak presirkumsisi?”

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh mendengarkan murottal al-qur’an terhadap

tingkat cemas pada anak presirkumsisi sebelum dan sesudah intervensi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui demografi usia anak presirkumsisi

2. Mengetahui tingkat cemas pada anak presirkumsisi sebelum intervensi.

3. Mengetahui tingkat cemas pada anak presirkumsisi setelah intervensi.


(22)

7

4. Mengetahui pengaruh mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap tingkat cemas pada anak presirkumsisi sebelum dan sesudah intervensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian mengenai penurunan cemas menggunakan bacaan

Al-Qur’an telah banyak dibuktikan. Sedangkan penelitian pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur’anterhadap penurunan kecemasan pada anak presirkumsisi peneliti belum menemukan penelitian terkait, maka penelitian ini diharapkan memberikan rekomendasi pilihan terapi disamping terapi lain yang telah dipakai oleh institusi dengan untuk meningkatkan pemberian pelayanan, mengaplikasikan atraumatic care pada anak, dan mengintegrasikan keislaman, yaitu intervensi terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an dengan intervensi sirkumsisi yang dilakukan.

1.4.2 Bagi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pasien memberikan kenyamanan secara psikologis dan memperkenalkan terapi religious sebagai terapi komplementer untuk menurunkan cemas pada anak yang akan menjalani sirkumsisi.


(23)

1.4.3 Bagi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penguat penelitian lain dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan spiritual anak sebelum menjalani tindakan medis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an pada tingkat cemas anak presirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Variabel yang akan dikaji dan sampel yang digunakan pada penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup keperawatan anak dengan memperhatikan aspek jiwa anak dalam menghadapi tindakan medis, yaitu kecemasan sebelum menjalani sirkumsisi.


(24)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Al-Qur’an

2.1.1. Definisi Al-Qur’andan Murottal Al-Qur’an 2.1.1.a Definisi Al-Qur’an

Arti kata Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan, sedangkan definisi lain Al-Qur’an adalah sebuah kalam ilahi (Kurniawan, 2008). Menurut Al Ghazali (1983) dalam A’la (2006) wahyu ilahi merupakan

kalam al nafs yangqadim dan intrinsik dengan dzat-Nya, serta bebas dari huruf dan bunyi. Dengan demikian Al-Qur’an hadir mempresentasikan wahyu untuk membimbing manusia menuju kehidupan yang bebas dari

muatan pragmatis, sempit, dan sesat (A’la, 2006).

2.1.1.b Definisi Murottal Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an adalah suatu kewajiban bagi umat muslim.

Seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Muzammil ayat empat yang berarti

“Bacalah Al-Qur’an dengan tartil”

Kata tartil diatas mengandung makna membaca Al-Qur’an dengan

memperhatikan panjang pendeknya dan tajwidnya, bukan dengan menyanyikan dan melagu-lagukannya, tidak berlebih-lebihan, dan bukan berasyik-asyik dalam menyanyikan dan melagukannya (Quthb, 2001).


(25)

Berbeda dengan metode Qiro’ah yang mengedepankan cara membaca

terlebih dahulu daripada pengenalan huruf (Mulyono, 2011).

2.1.2 Manfaat Al-Qur’anBagi Kesehatan

Al-Qur’an memiliki fungsi sebagai penyembuh atau obat. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Isra ayat 82 yang berarti

Dan Kami turunkan Al-Qur’an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman…”.

Beberapa penelitian mengenai pengaruh Al-Qur’an terhadap kesehatan dapat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa dan fisik. Al-Qur’an

berpengaruh meningkatkan kesehatan jiwa pada lansia (Sooki dkk, 2010) dan mahasiswa keperawatan di Universitas Rafsanjan (Kazemi, dkk 2004). Dimensi kesehatan fisik memang terlihat tidak berpengaruh secara langsung, namun secara jelas diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an

beberapa perintah untuk menguatkan fisik, antara lain shalat dan puasa.

Assegaf (2009) dalam bukunya menuliskan manfaat shalat dan puasa bagi kesehatan fisik. Manfaat shalat yang khusuk, ikhlas, dan merasakan hati sedang berkomunikasi dengan Allah dapat mencegah bahkan menyembuhkan rematik dan spondiloartrosis (radang tulang belakang), mencegah stroke, pikun dini, serta meningkatkan kreatifitas dan menentramkan hati. Manfaat puasa yang paling jelas terlihat menurutnya adalah detoksifikasi serta revitalisasi organ-organ utama yaitu hati, kelenjar pencernaan, dan ginjal.


(26)

11

Penelitian ini lebih berfokus pada pengaruh mendengarkan murottal Al-Qur’anterhadap kecemasan anak presirkumsisi, sehingga pengaruh

Al-Qur’an terhadap kesehatan fisik atau kesehatan jiwa yang lain tidak akan dibahas.

2.2. Konsep Cemas

2.2.1 Definisi Cemas

Cemas atau dalam istilah kesehatan sering dikenal dengan ansietas dapat terjadi pada setiap individu. Corey (2005) dalam Asmadi (2008) menyatakan bahwa cemas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada individu yang bersangkutan. Definisi cemas menurut May (1967) dalam Semium (2006) adalah kekhawatiran yang disebabkan oleh suatu ancaman terhadap nilai yang dianggap individu sangat penting bagi eksistensinya. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa masalah petaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi, sehingga cemas merupakan peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu (Videbeck, 2008).

Menurut Videbeck (2008) dalam bukunya menyatakan bahwa cemas dan takut tidak dapat dibedakan, karena respon prilaku, fisiologis, dan emosional mengalami respon prilaku yang sama. Menurutnya perbedaan antara cemas dan takut hanya terdapat satu perbedaan saja, yaitu bahwa rasa takut timbul sebgaia respon terhadap objek mengancam yang dapat


(27)

didefinisikan dan spesifik, sedangkan ansietas atau cemas adalah emosi yang ditimbulkan oleh rasa takut.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Asmadi (2008) faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) dan faktor dari luar dirinya (eksternal). Faktor internal yaitu faktor usia, temperamen,tindakan medis sebelumnya, kedekatan dan kualitas hubungan anak dengan orang tua (Ahmed, 2011). Sedangkan dari luar dirinya (faktor eksternal) yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan ancaman terhadap self-esteem (Stuart dan Sudden, 1998 dalam Iriana, 2014). Asmadi (2008) mengelompokkan pencetus cemas menjadi dua kategori, yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya.

2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status atau perasaan diri, dan hubungan interpersonal.

Banyak teori yang membahas mengenai kecemasan, penyebabnya, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Teori tersebut antara lain : a. Teori Interpersonal

Menurut teori interpersonal Sullivan (1952) dalam Videbeck (2008) ansietas timbul dari masalah-masalah dalam hubungan interpersonal. Cemas yang ditunjukkan oleh bayi atau anak


(28)

13

mengakibatkan disfungsi, misalnya kegagalan untuk mencapai tugas perkembangan yang sesuai dengan usia.

b. Teori Biologi

Teori ini membahas mengenai penyebab cemas yang berbeda dengan penyebab psikologis. Menurut teori biologis individu yang mengalami sikap bermusuhan, iritabilitas, prilaku sosial, dan perasaan mendadak bahwa sesuatu tidak nyata dapat menunjukkan gangguan panik.

c. Teori Genetik

Teori ini menyatakan bahwa cemas memiliki komponen yang dapat diwariskan. Horwath dan Weissman (2000) dalam Viedebeck

(2008) menjelaskan suatu kemungkinan “sindrom kromosom 13”

yang dimungkinkan terlibat dalam hubungan genetik pada gangguan panik, sakit kepala hebat, masalah ginjal, kandung kemih, hipertiroid, atau prolaps katup mitral.

d.Teori Prilaku

Ahli teori ini memandang cemas sebagai suatu yang dipelajari melalui pengalaman individu.

2.2.3 Cemas pada Anak Presirkumsisi

Usia anak sekolah sudah mulai mengikuti kegiatan di luar rumah. Umumnya anak usia sekolah mempunyai hubungan yang cukup baik dengan petugas perawatan kesehatan yang mereka andalkan dari pengalaman masa lalu untuk menuntun mereka. Seringkali mereka mungkin merasa takut terluka atau merasa malu (Wong, 2008). Penentraman hati dan pembicaraan


(29)

orang ketiga sangat membantu dalam menghilangkan rasa takut dan kecemasan serta memungkinkan anak mengungkapkan rasa sakit (Joyce, 2008).

Yavuz (2011) mengatakan bahwa secara historikal sirkumsisi merupakan interfensi bedah tertua. Proses pembedahan akan menimbulkan perasaan yang mengganggu dan tidak nyaman pada anak atau keluarga (Ghabeli dkk, 2014). Ahmed (2011) membagi faktor yang mempengaruhi cemas pada anak preoperatif menjadi tiga, yaitu faktor anak, orang tua dan lingkungan. Faktor anak meliputi usia, anak yang usianya semakin besar akan mudah untuk mengungkapkan cemas, temperamen, medikasi sebelumnya, dan hubungan anak dengan orang tua. Faktor orang tua meliputi pengaruh kecemasan anak, gender orang tua yang menemani (Kain dkk, 2009). Sedangkan aspek lingkungan meliputi induksi anestesi, ingatan yang negatif mengenai rumah sakit, dan orang tua yang tidak mempraktikan aspek keagamaan (Wollin, 2003 dalam Ahmed, 2011).

2.2.4 Mekanisme Cemas

Cemas atau ansietas diperantarai oleh suatu sistem kompleks yang melibatkan (sedikitnya) sistem limbik (amigdala, hipokampus), talamus, korteks frontal secara otomatis dan norepinefrin (lokus seruleus), serotonin (nukleus rafe dorsal) dan GABA reseptor GABAA berpasangan dengan

reseptor benzodiazepine) pada sistem neurokimia (Tomb, 2003).

Teori mekanisme cemas seperti di atas merupakan teori neurokimia. Menurut Videbeck (2008) asam gama-aminobutirat (GABA) merupakan neurotransmiter asam amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan


(30)

(31)

panik. Individu dengan cemas ringan dan sedang dapat memproses informasi, belajar, dan menyelesaikan masalah. Sedangkan pada individu yang mengakami cemas berat dan panik memiliki keterampilan bertahan yang lebih sederhana, respon defensive, dan keterampilan kognitif menurun. Respon cemas dapat diukur menggunakan instrumen pengkajian cemas untuk menentukan skala cemas.

Beberapa instrumen cemas dapat digunakan untuk mengkaji tingkat kecemasan individu. Instrument tersebut antara lain:

a. Self Report

Diagnose and Statistic Manual of mental health(DSM-IV), memberikan gambaran tentang masalah cemas, yang di dalamnya sudah mencakup agrofobia, fobia sosial, fobia sederhana, obsessive compulsive disorder (OCD), post traumatic stres disorder (PTSD), dan cemas secara umum. Self report berfungsi untuk mengkaji cemas secara umum (Han, 2009)

b. Revised Child Anxiety and Depression Scale(RCADS)

Kuisioner ini terdiri dari 47 item pertanyaan, yang mencakup fobia social, gangguan cemas umum, gangguan panik, OCD, dan gangguan depresi mayor (Chorpita, 2011).

c. Severity Measure for Social Anniety Disorder(fobia sosial) Kuisioner ini digunakan untuk mengukur tingkat fobia sosial pada individu dengan rentang usia 18 tahun ke atas (Craske dkk, 2013).


(32)

17

d. Beck Anxiety Disorder(BAI)

Pengkajian untuk mengukur gejala cemas somatik, yang membedakan antara cemas dengan depresi (Beck dkk, 1988 dalam Julian, 2011). Pengkajian ini terdiri dari 21 poin yang mengkaji tingkat gugup, kesulitan untuk tenang, dan lain-lain (Julian, 2011).

e. Hospital Anxiety and Depression Scale-Anxiety(HADS-A) HADS-A digunakan untuk mengkaji gejala umum pada cemas dan takut. Tujuan pembentukan instrumen ini adalah untuk melihat gejala cemas dan depresi pada pasien yang di rumah sakit. HADS memiliki 7 poin pengkajian yang mengkaji ketegangan, kekhawatiran, takut, panik, kesulitan untuk tenang, dan kesulitan beristirahat (Julian, 2011).

f. Child Tests Anxiety Scale(CTAS)

Pengkajian ini dikembangkan oleh Saron dkk (1960) dalam (Waren dkk, 2004) dengan 30 poin pengkajian yang mengkaji tingkat cemas anak dengan menggunakan jawaban ya atau tidak. Pengkajian ini cocok untuk anak usia sekolah.

g. Face Anxiety Scale(FAS)

Instrumen ini dikembangkan oleh McKinley (2004) untuk mengkaji tingkat cemas pasien di ruang ICU. Instrumen ini dikembangkan dalam bentuk kartu dengan ukuran 11x42 cm (4,3 x 16,5 in). Pasien diinstruksikan menunjuk salah satu dari lima bentuk wajah dengan tingkat cemas tertentu dari masing-masing


(33)

wajah. Rentang cemas mulai dari tidak cemas hingga amat sangat cemas.

h. Three- and Five- Face Facial Scale

Instrumen ini dikembangkan oleh Quiles dkk (2013). Instrumen ini terdiri dari delapan skala wajah yang di adaptasi dari Facial Affective Scale (FAS) McGrath dkk (1996). Three-and five- Face Facial Scaledibagi menjadi dua bagian, yaitu lima bagian skala wajah, dan tiga bagian skala wajah. Skala yang digunakan pada lima skala wajah adalah tidak cemas, agak cemas, cukup cemas, sangat cemas, amat sangat cemas. Sedangkan pada tiga skala wajah adalah tidak cemas, cukup cemas, dan amat sangat cemas.

2.2.5.b. Strategi Mengontrol Cemas

Pengontrolan cemas diperlukan untuk mengontrol cemas dapat dilakukan dengan terapi dan koping. Menurut Asmadi (2008) strategi koping dibagai menjadi dua, yaitu STOP ( Source, Trial and Error, Others,sertaPray and patient).

Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah, trial and error berarti mencoba berbagai rencana pemecahan masalah yang telah disusun, others berarti meminta bantuan pada orang lain bila diri sendiri tidak mampu, pray and patient berarti

berdo’a kepada Tuhan (Asmadi, 2008). Strategi koping yang lain, adalah


(34)

19

seseorang untuk mempertahankan rasa terkendali terhadap situasi, rasa tidak nyaman, dan menghadapi situasi penyebab stres.

Selain koping, strategi mengontrol cemas dapat dilakukan dengan mengalihkan perhatian anak dari hal yang membuat cemas yaitu teknik distraksi (Koller dan Goldman, 2011) beberapa terapi dapat dipakai sebagai teknik distraksi, antara lain terapi menggambar (Utari, 2007), terapi suara (Tumiran dkk, 2013) dan terapi bermain ( Sembiring, 2015).

2.3. Pengaruh Murottal Al-Qur’anterhadap Kecemasan

Menurut lireratur riview yang peneliti lakukan, terdapat banyak manfaat bacaan murottal Al-Qur’ansebagi terapi kesehatan, terutama sebagai terapi pada jiwa. Salah satu metode yang dapat meningkatkan kesehatan jiwa adalah dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Mendengarkan bacaan

Al-Qur’an selama lima belas menit dapat meningkatkan kesehatan jiwa mahasiswa keperawatan, Universitas Rafsanjan (Kazemi dkk, 2004).

Allah sendiri menegaskan pengaruh Al-Qur’an, baik membaca maupun mendengarkannya dalam Al-Qur’ansurat Ar-Ra’d ayat 28 yang artinya,

“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah Allah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”.

Mengingat Allah, yang sering dikenal dengan berdzikir adalah selalu mengingat dan menyebut nama Allah. Berdzikir atau mengingat Allah maka hatipun akan selalu penuh dengan keimanan yang mampu menghilangkan beragam keresahan dan ketakutan (Jazuli, 2006). Menurut penjelasan diatas


(35)

salah satu dzikir yang dianjurkan adalah dengan membaca atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah obat istimewa bagi kegundahan hati, kesedihan, keputusasaan, dan kecemasan (Pedak, 2009). Pendapat tersebut dikuatkan dengan beberapa penelitian terkait terapi mendengarkan Al-Qur’anterhadap kecemasan. Mendengarkan Al-Qur’andapat menurunkan kecemasan terhadap ibu yang akan menjalani operasi SC (Mirbagher dkk, 2010 dalam Haj, 2011) dan pada kecemasan ibu saat kala I aktif (Handayani dkk, 2014). Al-Qur’an

mempunyai efek terhadap tingkat depresi, cemas, dan stres pada individu yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Tingkat depresi, cemas, dan stres mahasiswa yang mendengarkan Al-Qur’anlebih rendah dibandingkan tingkat stres mahasiswa yang tidak mendengarkan Al-Qur’an (Pouralkhas dkk, 2012).

Fungsi pendengaran manusia yang merupakan penerimaan rangsang auditori atau suara diterangkan oleh Pedak (2009) bahwa rangsangan auditori yang berupa suara diterima oleh telinga sehingga membuatnya bergetar. Getaran ini akan diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang bertautan antara satu dengan yang lain.

Rangsang fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion natrum menjadi aliran listrik yang melalui saraf Nervus VII (vestibule cokhlearis) menuju ke otak, tepatnya di area pendengaran. Setelah mengalami perubahan potensial aksi yang dihasilkan oleh saraf auditorius, perambatan potensial aksi ke korteks auditorius (yang bertanggung jawab untuk menganalisa suara yang kompleks, ingatan jangka pendek,


(36)

21

perbandingan nada, menghambat respon motorik yang tidak diinginkan, pendengaran yang serius, dan sebagainya) diterima oleh lobus temporal otak untuk mempresepsikan suara (Sherwood, 2011). Talamus sebagai pemancar impuls akan meneruskan rangsang ke amigdala (tempat penyimpanan memori emosi) yang merupakan bagian penting dari sistem limbik (yang mempengaruhi emosi dan perilaku).

Penjelasan tersebut sejalan dengan konsep dan respon cemas yang melibatkan emosi dan perilaku individu yang sedang merasakan cemas dan mekanisme terapi musik dalam menciptakan perasaan dan ekspresi. Selain penjelasan diatas, dalam bukunya Pedak (2009) menuturkan alur neurofisiologis mendengarkan Al-Qur’an.

Skema 2 .2. Neurofisiologis Mendengarkan Murottal.

Sumber : Mukjizat Terapi Al-Qur’an untuk Kesuksesan Hidup (Pedak, 2009)

2.4. Konsep Anak

2.4.1. Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Usia sekolah merupakan masa pengembangan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan anak bergaul diluar rumah (Joyce, 2008). Pengasuh, baik kedua orang tua, keluarga, dan perawat hendaknya

Daun telinga Telinga tengah kokhlea

hipotalamus Amigdala talamus


(37)

mengetahui tumbuh kembang dan tugas perkembangannya. Rentang anak usia sekolah yaitu 6-12 tahun (Wong, 2008).

Beberapa karakteristik anak usia sekolah yang dijelaskan oleh Wong (2008) adalah sebagai berikut:

a. Kemandirian anak

Pada anak usia pertengahan (usia sekolah) memperoleh kepuasan sangat besar dari perilaku mandiri dalam menggali dan memanipulasi lingkungannya dan dari interaksi dengan teman sebyanya. Seringkali aktifitas ini merupakan pencapain dalam aktifitas sosial. Pencapaian tersebut juga melibatkan untuk bekerjasama, bersaing dengan orang lain, dan untuk melakukan koping secara efektif dengan masyarakat.

Bahaya yang terdapat dalam periode ini adalah terjadinya keadaan yang dapat mengakibatkan inferioritas. Perasaan inferioritas atau tidak berharga yaitu dapat timbul dari lingkungan maupun dirinya sendiri. Biasanya hal ini terjadi pada anak dengan keterbatasan fisik atau keterbatasan mental yang mungkin dapat menyebabkan mereka kesulitan dalam menerima atau melakuakan keterampilan tertentu. b. Perkembangan Spiritual

Anak-anak pada usia ini berpikir dalam batasan yang sangat konkret tetapi merupakan pelajar yang sangant baik dan memiliki kemauan besar untuk mempelajari Tuhan. Mereka menggambarkan Tuhan memiliki kasih sayang. Konsep agaman harus dijelaskan dengan benar dan konkret. Mereka juga mulai merasa nyaman dengan


(38)

23

merupakan bagian dari kegiatan sehari-harinya, hal ini dapat membantu anak melakukan koping dalam menghadapi situasi yang mengancam. Salah satu kegiatan dan ibadah umat muslim adalah membaca atau mendengarkan Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sebuah dzikir yang berfungsi untuk mengingat Allah.

2.4.2. Al-Qur’andan Perkembangan Anak

Al-Qur’an merupakan kitab bagi seluruh umat manusia di bumi.

Al-Qur’anditurunkan dalam bahasa yang mudah di pahami, yaitu berbahasa arab agar Rasulullah mudah untuk memahami dan menyampaikan risalahnya pada umat manusia. Hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an.

Dan kalau Al Quran itu kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, Lalu ia (Rasul) membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya.”

(Syu’ara’,198-199).

Ayat diatas didukung dengan ayat lain dalam Al-Qur’an

Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.(Ibrahim: 4)

Menurut dua ayat di atas, sangat jelas bahwa bahasa Al-Qur’an

diturunkan dalam bahasa arab untuk mempermudah penyampaian pesan yang terkandung di dalamnya. Al-Qur’an pun mudah dipelajari oleh segala usia. Hal ini dibuktikan dengan banyaknyahafidzdari beragam usia.


(39)

Usia sekolah anak sudah bisa dikenalkan pada konsep ketuhanan. Anak memposisikan Tuhan sebagai penolong yang memiliki kasih sayang. Anak juga lebih tertarik pada konsep surga dan neraka. Pembelajaran keagamaan dan ritual yang diterapkan sehari-hari dapat menolong anak untuk menjadikan koping anak terhadap rasa yang mengancamnya (Wong,2008).

Memperkenalkan Al-Qur’an pada anak merupakan hal penting, karena

Al-Qur’an dapat dibaca baik oleh anak-anak, muda atau tua, cerdas atau tidak, Al-Qur’an dapat menjadi penawar hati dan pikiran mereka. Beberapa metode telah dikembangkan dalam mempelajari Al-Qur’an, namun pada

penelitian ini tidak akan membahas tentang hal tersebut. Mencelupkan anak-anak kita sejak dini dalam Al-Qur’an, mengenalkan pada pilihan yang sesuai dengan anak akan memberikan harapan bagi masa depan (Suharsono, 2004). Maka pada penelitian ini terapi murottal yang akan diberikan pada anak yaitu terapi murottal Al-Qur’an juz 30. Anak akan memilih sendiri surat yang sering diperdengarkan atau tidak asing bagi anak agar anak dapat mengikuti murottal yang dibacakan sehingga terjadi pengalihan perhatian, mengurangi ketakutan, dan merilekskan anak (Chen dkk, 2014).

2.5. Konsep Sirkumsisi

2.5.1 Definisi Sirkumsisi

Sirkumsisi atau dalam bahasa sehari-hari lebih dikenal dengan sunatan atau khitan merupakan hal yang tidak aneh di Indonesia.


(40)

25

Sirkumsisi adalah tindakan membuang kulit (foreskin) yang menutupi ujung penis (Arifianto, 2012). Cara membuang kulit yang menutupi ujung penis tersebut dilakukan dengan cara bedah, hal ini biasanya dilakukan oleh dokter atau tenaga medis terlatih, seperti perawat. Beberapa macam teknik sirkumsisi sekarang mulai berkembang, misalnya teknik couterisasi yaitu pemotongnya bisa berupa gunting, kauter (listrik) (Harsono dkk, 2011), smart clamp(Karadag, 2015)

2.5.2 Manfaat Sirkumsisi

Manfaat sirkumsisi anatara lain mengurangi risiko terkena infeksi saluran kemih (ISK), mengurani risiko terkena infeksi Human Imuno Deficiency Virus (HIV), mengurangi risiko terkena infeksi menular seksual (IMS), mengurangi risiko mengalami kanker penis dan mencegah infeksi dikulit foreskin, mengatasi fimosis, dan memudahkan menjaga kebersihan kemaluan (Afrianto, 2012; Chen dkk, 2014)


(41)

2.6 Kerangka Teori

Skema 2.3. Kerangka Teori

Modifikasi dari : Asmadi (2008), Pedak (2009), Wong (2008), Viedebeck (2008), dan Ahmed (2011)

Cemas Presirkumsisi Sumber Cemas :

 Ancaman terhadap integritas diri : tindakan medis  Ancaman terhadap sistim diri

Distraksi (terapi)

Fisik Kognisi Psikologis Cemas

Tanda dan gejala cemas

Strategi menurunkan kecemasan

Prayer(berdo’a

dan dzikir)

Terapi Mendengarkan Murottal Al-Qur’an

Respon cemas

Faktor yang mempengaruhi

 Faktor anak  Faktor orang tua  Faktor lingkungan

: tindakan medis (induksi anestesi) Strategi Koping  STOP  Mekanisme Pertahanan Diri


(42)

27

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESA, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep (conceptual framework) adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang diteliti (Swardjana,2012). Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen yaitu mendengarkan murottal Al-Qur’an,

variabel dependen yaitu kecemasan anak presirkumsisi.

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Hipotesa

Hipotesa adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari sebuah penelitian (Swadjana, 2012). Terdapat dua macam hipotesa pada penelitian, yaitu hipotesa nol (Ho), dan hipotesa alternative (Ha/H1). Hipotesa nol adalah hipotesa yang digunakan untuk pengukuran statistik dan interpretasi Anak yang akan

dianestesi sebelum sirkumsisi

Mendengarkan MurottalAl Qur’an

Tingkat

kecemasan anak presirkumsisi


(43)

hasil statistik, sedangkan hipotesa alternative adalah hipotesisi penelitian yang menyatakan adanya hubungan, pengaruh, dan perbedaan antara dua atau lebih variable (Nursalam,2008). Hipotesa pada penelitian ini melibatkan dua hipotesa, antara lain :

a. Hipotesa nol yaitu tidak ada pengaruh terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap tingkat cemas anak presirkumsisi

b. Hipotesa alternatif yaitu ada pengaruh terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap tingkat cemas anak presirkumsis.


(44)

29

3.3 Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Terapi mendengar kan murottal Al Qur’an Memperdengarkan

bacaan Al Qur’an

secara tartil yang dibacakan pada anak pre sirkumsisi selama 10 menit sebelum anestesi dan dilakukan selama proses sirkumsisi dengan menggunakan MP3 danearphone

Observasi Meminta anak untuk mendengarkan dan mengikuti murottal melaluiearphoneselama 10 menit sebelum

anestesi lalu mengukur kecemasan anak setelah intervensi

Responden mengikuti bacaan murottal Al

Qur’an yang diputar melaluiear phone selama 10 menit


(45)

-2. Cemas emosi yang muncul pada sesorang ketika merasa dirinya terancam

Three- and Five-face facial scales pada kriteria 5 wajah

Meminta anak menunjuk salah satu wajah untuk

menggambarkan tingkat kecemasannya sebelum dan sesudah intervensi

0 : tidak cemas 1: agak cemas 2: cukup cemas 3: sangat cemas 4: amat sangat cemas Skala peningkatan cemas ditunjukkan dari 0-4

Ordinal


(46)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pre-eksperimentsl design. Rancangan ini merupakan suatu bentuk penelitian experiment yang memanipulasi variabel independen, pemilihan subjek penelitian dilakukan non random, dan tidak memiliki control group atau comparison group (Carmen G, Loiselle et al, 2010 dalam Swardjana, 2012). Jenis rancangan penelitian pre-eksperimental design yang akan digunakan pada penelitian ini adalah The one group pretest posttest design, sehingga pada penelitian ini akan menggunakan satu sampel yang dilakukan pretest, kemudian dilakukan intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an, lalu dilakukan pengkajian posttest setelah intervensi, kemudian dilakukan perbandingan hasil pengkajianpretestdanposttest.

O1 X O2

Keterangan :

O1: pretes

X : Perlakuan (intervensi)


(47)

4.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wasis, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah anak yang akan di sirkumsisi dalam waktu satu bulan selama penelitian di Rumah Sunatan Binataro. Setelah menentukan populasi, peneliti akan mengerucutkan menjadi sampel. Menurut Wasis (2006) sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan cara-cara tertentu.

Teknik pengambilan samel menggunakan teknik non probability sampling atau non random. Jenis yang akan digunakan adalah accidental sampling, sehingga pasien yang datang ke tempat penelitian dan memenuhi kriteria penelitian selama kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi akan dipilih sebagai sampel penelitian (Sugiyono, 2001 dalam Hidayat, 2014). Jumlah minimal sampel pada penelitian eksperimen menurut Gay dalam Umar (2011) adalah 15 orang pada setiap kelompok, dikarenakan pada penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok, maka sampel jumlah sampel yang akan diberikan intervensi murottal Al-Qur’an hanya 15 orang.

Teknik pengambilan sampel yang akan diambil akan memperhatikan dua kriteria, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

a. Kriteria Inklusi  Anak usia sekolah

 Anak mengenal bacaan Al-Qur’anjuz 30


(48)

b. Kriteria Eksklusi

 Anak tidak dapat kooperatif  Anak beragama non muslim 4.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lokasi Rumah Sunatan Bintaro yang terletak di Jalan Puter Blok EC II/45 Bintaro Sektor 5. Pengambilan data pada bulan pertengahan bulan Mei sampai Juni. Pemilihan tempat penelitian di Rumah Sunatan Bintaro adalah mempertimbangkan jumlah sampel yang akan diambil. Jumlah sampel berdasarkan data tahun 2014 pada bulan Mei terdapat 38 pasien dalam satu bulan. Jumlah tersebut dapat memenuhi jumlah sampel minimal.

4.4. Alat Pengukuran Data

Instrumen penelitian ini menggunakan Three-and Five- Face Facial Scale dengan menggunakan skala grafirk (graphic rating scale) dimana responden diminta untuk menunjuk salah satu titik dari suat kontinium padasuatu garis tertentu. Instrumen ini akan diberikan skala 0-4 untuk menunjukkan skala, dan akan diberikan rentang cemas pada setiap angka untuk menentukan tingkat cemas anak.

0 untuk tidak ada cemas 1 untuk agak cemas

2 untuk cukup cemas

3 untuk sangat cemas


(49)

(50)

b. Melakukan pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pemilihan responden dilakukan dengan wawancara.

c. Menjelaskan secara rinci tujuan, manfaat, dan tahap penelitian sesuai etika penelitian dan memberikan lembar persetujuan.

d. Mengukur tingkat cemas anak (pretest) sebelum intervensi. e. Melakukan intervensi (mendengarkan murottal Al-Qur’an).

f. Mengukur tingkat cemas anak (posttest) setelah intervensi, sebelum responden disirkumsisi.

g. Mengumpulkan data untuk diolah dan dianalisa. Skema 4.2. Alur Penelitian

pretest

Posttest

Sumber : Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data (Hidayat, 2014)

4.6. Prinsip Etis

Secara umum prinsip etik dalam penelitian/pengumpulan data adalah dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak

Menentukan subjek penelitian

Hasil pengukuran dibandingkan sebelum dan sedudah intervensi Melakukan pengukuran/pengkajian sebelum perlakuan Memberikan Perlakuan (terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an)

Melakukan

pengukuran/pengkajian setelah perlakuan


(51)

-hak subjek, dan prinsip keadilan. Berikut prinsip etis pada penelitian ini adalah:

4.6.1. Prinsip manfaat

Penelitian ini tidak mengakibatkan penderitaan kepada subjek penelitian, karena tidak ada tindakan khusus pada tubuh responden. Penelitian ini hanya melibatkan stimulus dan respon responden pada terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemsan

presirkumsisi. Sebelum melakukan terapi peneliti memberikan penjelasan terkait manfaat terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an bagi responden.

4.6.2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity) Responden dan keluarga akan mendapatkan penjelasan terkait intervensi yang akan dilakukan, tujuan penelitian, dan manfaat intervensi oleh peneliti. Setelah diberikan penjelasan, maka peneliti memberikan lampiran kesediaan untuk menjadi responden dalam penelitian. Pasien dan keluarga memiliki hak untuk menolak atau menerima menjadi responden penelitian.

4.6.3. Prinsip Kerahasiaan (right to justice)

Responden yang terlibat dalam penelitian akan dilakukan intervensi yang sama, yaitu mendengarkan murottal Al-Qur’anselama sepuluh menit sebelum dilakukan anestesi, hingga anestesi selesai dan boleg dilanjutkan hingga sirkumsisi selesai. Kerahasiaan data yang telah diberikan dan hasil yang berkaitan dengan responden akan dijaga kerahasiaannya.


(52)

4. 7 Prosedur Pengolahan Data

Proes pengumpulan data yang haru dilakukan adalah :

4.7.1 Editing

Proses ini dilakukan untuk memeriksa kesesuaian dan kebenaran data yang dikumpulkan. Editing dilakukan pada asaat pengumpulan data. Responden mengembalikan kembali formulir yang telah diberikan untuk dilakukancoding.

4.7.2Coding

Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

4. 7.3 Sorting

Sorting adalah proses memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).

4.7.4 Entri Data

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam tebel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan komputer.

4.7.5. Cleaning

Melakukan pembersihan data, melihat variabel apakah data sudah benar atau belum.


(53)

4.7.6 Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang akan dianalisis.

4.8 Analisa Data

4.8.1 Analisa Univariat

Tujuan analisa ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik masaing-masing variable yang diteliti. Hasil univariat terdiri dari distribusi frekuensi dan presentase data demografi usia anak, dan tingkat kecemasan anak sebelum dan sesudah intervensi pada kesua kelompok.

4.8.2 Uji Normalitas Data

Peneliti akan melakukan uji normalitas data yang bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped) (Santoso, 2010), selain itu normalitas data dapat dilihat dengan nilai alpha . Nilai alpha lebih dari 0,05 maka data tidak terdistribusi normal, sedangkan nilai alpha kurang dari 0,05 data terdistribusi normal (Dahlan, 2012). Uji normalitas data dapat menggunakan berbagai cara, yaitu uji kertas peluang, uji Liliefors, dan uji chi square dan uji Kolmogorov-Smirnov (Hidayat, 2014) dan Shaphiro-Wilk jika data kurang dari 50 (Dahlan, 2012).


(54)

4.8.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat peneitian ini menggunakan uji non parametric untuk dua data kategorik berpasangan, yaitu uji Wilcoxon. Prinsip uji ini adalah menguji dua data berpasangan yakni membandingkan data pengamatan yang berasal dari satu sampel (Hidayat, 2014). Data yang akan dibandingkan pada penelitian ini adalah nilai kecemasan anak presirkumsisi preintervensi dan posintervensi.

Analisa bivariat diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara variable bebas dan variable terikat (Budiharto,2006). Interpretasi hasil analisa bivariat ini menggunakan hasil uji hipotesa dengan nilai p < 0,05 yang berarti jika angka signifikan < 0,05 maka hipotesa nol ditolak, dan hipotesa alternatif diterima (Santoso, 2010; Dahlan, 2012).


(55)

40

Penjelasan berikut ini memaparkan hasil penelitian pengaruh mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap tingkat kecemasan anak

presirkumsisi. Penelitian ini dilakukan pada 15 orang anak yang akan menjalani sirkumsisi di Rumah Sunatan Bintaro dan dilakukan dalam satu kali pertemuan dengan satu responden. Pengumpulan data dibagi menjadi dua gelombang, yaitu pada tanggal 11-23 Mei dan 5-10 Juni 2015. Kelompok reponden diberikan intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an selama 10 menit. Dilakukan

evaluasi tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi menggunakan Three-and five- face facial scale.

5.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 15 orang anak yang beragama Islam dan telah mengenal bacaan Al-Qur’an Juz 30 dengan rentang usia 6-12 tahun. rentang usia tersebut termasuk rentang usia sekolah. Data usia disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 5.1 Sebaran usia anak presirkumsisi (n=15)

Usia Frekuensi Persentase

8 2 13,3%

9 4 26,7%

10 2 13,3%

11 4 26,7%


(56)

41

Tabel diatas menunjukkan bahwa presentase teringgi usia anak yang akan menjalani sirkumsisi adalah 26,7 % (n=4) pada rentang usia 9 tahun dan 11 tahun.

5.2 Analisa Univariat

Analisa univariat menjelaskan tingkat kecemasan preintervensi dan posintervensi dalam bentuk presentase.

Tabel 5.2 Sebaran tingkat cemas anak preintervensi dan posintervensi (n=15) Kelompok Responden Tingkat Kecemasan Tidak cemas

Agak cemas Cukup cemas Sangat cemas Amat sangat cemas

n f n F n f n F n f

Preintervensi 1 6,7% 10 66,7 % 4 26,7% 0 0% 0 0% Posintervensi 3 20,0% 12 80,0% 0 0% 0 0% 0 0%

Presentase tingkat kecemasan anak presirkumsisi sebelum intervensi yaitu tidak cemas 6,7% (n=10), agak cemas 66,7%, dan 26,7% (n=4), pada tingkat sangat cemas dan amat sangat cemas 0% (n=0). Presentase tertinggi tingkat kecemasan sebelum intervensi yaitu agak cemas 66,7% (n=10), sedangkan presentase terendah yaitu sangat cemas dan amat sangat cemas yaitu 0% (n=0).

Presentase tingkat kecemasan anak presirkumsisi setelah intervensi yaitu tidak cemas 20% (n=12), agak cemas 80% (n=12), pada tingkat cukup cemas, sangat cemas, dan amat sangat cemas menunjukkan presentase dan jumlah yang sama yaitu 0% (n=0). Presentase tingkat kecemasan setelah intervensi tertinggi yaitu agak cemas 80,0% (n=12) dan terendah yaitu cukup cemas, sangat cemas, dan amat sangat cemas 0% (n=0). Tingkat kecemasan sangat cemas dan amat


(57)

sangat cemas menunjukkan presentase yang sama pada responden sebelum dilakukan intervensi dan setelah dilakukan intervensi, yaitu 0% (n=0). Terdapat perbedaan tingkat kecemasan preintervensi dan posintervensi pada tingkat kecemasan cukup cemas.

5.3 Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesa penelitian, yaitu untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh mendengarkan murottal Al-Qur’an

terhadap tingkat kecemasan anak presirkumsisi sebelum menganalisa menggunakan analisa bivariat, data ini diuji normalitasnya. Uji normalitas data ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena data kurang dari 50 (n=15) (Dahlan, 2012). Data normal nilai p > 0,05, sedangkan pada data ini nilai p < 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal. Uji bivariat yang digunakan yaitu menggunakan uji Wilcoxondengan tingkat kepercayaan 95 % atau (nilai alpha= 0,05).

Penggunaan uji Wilcoxon dipakai dengan syarat data berpasangan yang berarti peneliti mengumpulkan data dari responden yang sama dan dilakukan pengukuran sbelum dan sesudah melakukan perlakuan (Dahlan, 2012). Salah satu syarat lain data yang akan diuji adalah data ordinal (Santoso, 2010). Jenis data pada penelitian ini berpasangan yaitu data hasil preintervensi dan posintervensi pada masing-masing responden yang menunjukkan tingkat kecemasan anak sebelum intervensi dan sesudah intervensi. Selain itu data pada penelitian ini merupakan data kategorik (ordinal), maka kedua syarat ujiWilcoxonterpenuhi.


(58)

43

Tabel 5.3 Analisa bivariat tingkat cemas anak presirkumsisi preintervensi dan posintervensi

(n=15) Tingkat

Kecemasan

n Median (minimum-maksimum)

Mean ± s.d P

Preintervensi 15 2,00 (1-3)

2,20 ± 0,561 0,034 Preintervensi 15 2,00

(1-2)

1,80 ± 0,414

Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan rata-rata tingkat kecemasan preintervensi dan posintevensi. Rata-rata tingkat kecemasan preintervensi 2,20 ± 0,561 dan rata-rata posintervensi 1,80 ± 0,414, sehingga terdapat penurunan rata-rata kecemasan sebelum intervensi dan setelah intervensi sebesar 0,4%. Analisa statistik pada uji bivariat menunjukan nilai p = 0,034 yang berarti nilai p < 0,05, maka hipotesa nul tidak diterima, yaitu ada pengaruh mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap tingkat cemas anak presirkumsisi.


(59)

44

PEMBAHASAN

Sirkumsisi merupakan tindakan bedah minor dengan membuang atau memotong sebagian atau keseluruhan kulit yang menutupi glands penis atau foreskin. Bagi anak laki-laki sirkumsisi merupakan hal baru yang dapat menyebabkan kecemasan. Penurunan kecemasan pada anak peresirkumsisi dapat dilakukan dengan beberapa macam teknik, salah satunya adalah dengan terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an. Didalam bab ini peneliti akan menguraikan mengenai pembahasan hasil penelitian dengan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya serta memaparkan kekurangan penelitian.

6.1 Pembahasan Hasil Uji Penelitan

6.1.1 Gambaran Responden Penelitian

Responden pada penelitian ini adalah anak usia sekolah dengan rentang 6-12 tahun. Didapatkan data usia anak yang akan menjalani sirkumsisi pada penelitian ini paling banyak di usia 9 dan 11 tahun sebanyak 4 orang pada masing-masing usia. Penelitian ini selaras dengan penelitian Seno (2012) yang menyatakan bahwa median usia anak saat menjalani sirkumsisi adalah 9 pada rentang usia 1-15 tahun dan 11 tahun pada rentang usia 7-17 tahun. Data lain didukung oleh UNAIDS (2010) bahwa usia anak yang disirkumsisi di Indonesia antara usia satu hingga 11 tahun sebanyak >80%.


(60)

45

Karakteristik anak usia sekolah dapat dilihat dari beberapa segi, atara lain dari segi kemandirian dan perkembangan spiritual. Anak usia sekolah mampu melakukan koping secara efektif dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan, sedangkan dari segi spiritual anak usia

sekolah sudah mulai nyaman dengan ritual keagamaan, misalnya berdo’a

(Wong, 2008). Walaupun anak usia sekolah memiliki sifat kemandirian yang mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan, namun ada beberapa faktor yang dapat membuatnya cemas, salah satunya adalah prosedur medikasi yang akan dilakukan (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2005 dalam Purwandari 2009). Contoh prosedur medikasi yang akan dilakukan adalah prosedur bedah, salah satunya sirkumsisi (Yafuz dkk, 2011) dan perawatan gigi (Jindal, 2007 dalam Rafdi, 2014).

6.1.2 Tingkat Cemas Anak Sebelum dan Sesudah Intervensi

Anak usia sekolah sudah mampu mengungkapkan rasa cemasnya baik secara verbal maupun non verbal (Utari, 2007). Salah satu cara non verbal mengevaluasi kecemasan anak adalah dengan instrumen wajah, salah satunya adalahFacial Affective Scale(FAS) dirancang oleh McGrath untuk mengevaluasi tidak hanya intensitas nyeri, tetapi juga ketidaknyamanan terkait dengan rasa sakit pada anak-anak (McGrath dkk, 1996) yang kemudian diadaptasi oleh Quiles dkk (2013) menjadi Three-and Five-face facial scalesyang digunakan pada penelitian ini.

Telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya bahwa tindakan medis dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan


(61)

anak. Secara umum faktor cemas pada anak yang akan menjalani tindakan medis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu faktor anak, orang tua, dan lingkungan (Ahmed, 2011). Faktor anak dipengaruhi oleh usia, temperamen, dan presepsi anak terhadap suatu tindakan pengobatan tertentu (Ahmed, 2011). Kehadiran orang tua atau keluarga dapat berpengaruh terhadap kecemasan anak (Kain, 2006; Forter, 2011). Penelitian tersebut mendukung penelitian ini, bahwa ditemukan 6 dari 15 anak meminta ditemani ibu, dan 9 lainnya meminta ditemani oleh ayah atau keluarga laki-laki lainnya (paman, kakek, atau kakak) sebelum tindakan dimulai.

Faktor lain yaitu faktor lingkungan, salah satunya adalah induksi anestesi (Wollin, 2003 dalam Ahmded 2011). Hasil penelitian tersebut selaras dengan penelitian ini bahwa ditemukan tingkat kecemasan anak presirkumsisi pada penelitian ini bervariatif. Tingkat kecemasan anak sebelum intervensi antara lain tidak cemas 6,7 % (n= 1), agak cemas 66,7% (n=10), dan cukup cemas 4% (n= 26,7) dengan rata-rata 2,20 ± 0,561, sedangkan kecemasan anak setelah intervensi berada di tingkat tidak cemas 20,0% (n=3) dan agak cemas 80% (n=80,0%) dengan rata-rata 1,80 ± 0,414. Hal ini menunjukan bahwa anak yang akan menjalani sirkumsisi mengalami kecemasan bervariatif. Data tersebut menunjukkan bahwa anak mengalami kecemasan ringan hingga sedang.

Tingkat kecemasan ringan dapat kooperatif terhadap intervensi luar sedangkan pada kecemasan sedang individu memerlukan koping yang positif agar individu dapat mentoleransi cemas (Asmadi, 2014).


(62)

47

Pernyataan tersebut mendukung kriteria inklusi pada penelitian ini bahwa anak yang akan diberikan intervensi dapat kooperatif dengan peneliti.

Hasil diatas sejalan dengan penelitian Rinduwati dan Yulipurwanti (2006) bahwa kecemasan anak yang akan menjalani sirkumsisi berada dalam rentang kecemasan ringan sampai sedang. Penelitian ini tidak sepenuhnya sejalan dengan penelitian Arifin (2014) bahwa kecemasan anak yang akan menjalani sirkumsisi berada pada rentang kecemasan ringan sampai panik dengan mayoritas anak mengalami kecemasan berat.

Kecemasan anak akibat tindakan bedah atau tindakan medis tertenu dapat menjadikannya trauma atau memunculkan kecemasan berikutnya, sehingga menunjukkan bahwa perlu adanya terapi baik farmakologi maupun non farmakologi. Terapi farmakologi biasanya memakai obat-obat sedatif, sedangkan terapi non farmakologi antara lain kehadiran atau dukungan orang tua (Parjanto, 2009), terapi suara antara lain terapi musik (Wright dkk 2007) dan terapi mendengarkan Al-Qur’an (Zahrofi, 2013), terapi menggambar (Utari, 2007), dan terapi bermain dengan story telling (Edisaputra dkk, 2012).

6.1.3 Pengaruh Terapi Mendengarkan Murottal Al-Qur’an Kecemasan Presirkumsisi

Penelitian ini menggunakan bacaan murottal Al-Quran yang diperdengarkan pada anak 10 menit sebelum dilakukan sirkumsisi. Terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an merupakan terapi suara yang dapat


(63)

bahasa Al-Qur’an atau tidak Al-Qur’an karena Al-Qur’an memiliki suara

yang indah bila didengarkan, pendengarnya akan merasakan hipnosis emosional dan efek yang baik bagi individu (Nakhavali dkk, 2013).

Ghafar dan Ningsih (2008) menyebutkan bahwa terapi bermain lebih efektif menurunkan cemas anak dibandingkan dengan terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an. Penelitian diatas tidak sepenuhnya

dapat diselaraskan dengan penelitian ini, dikarenakan rentang usia anak dan perbandingan terapi yang dipakai. Rentang usia anak yang dijadikan responden pada penelitian tersebut berada pada rentang usia toddler dan memiliki perbandingan terapi. Namun pada penelitian ini tidak ada pembanding atau subjek terapi lain. Pilihan surat yang dipakai sebagai terapi bervariatif antara lain surat Ar-Rahmah (Aziz dkk, 2015; Safitri, 2013), dan surat-surat di Juz 30 (Zahrofi, 2013; Maryani, 2013). Hal yang sama dari penelitian diatas dengan penelitian ini adalah menggunakan juz 30 dengan alasan lebih familiar dan mengandung surat-surat pendek (Handayani dkk, 2014; Sodikin, 2012; Zahrofi dkk, 2013).

Terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an yang dilakukan pada

penelitian ini dilakukan selama 10 menit dengan memperhatikan waktu menjalankan sirkumsisi yaitu sekitar 10-20 menit dan kondisi di Rumah Sunatan dimana pergantian satu pasien ke pasien berikutnya cepat. Setelah dilakukan intervensi, evaluasi kecemasan anak dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an. Durasi dan pemilihan surat pada penelitian menggunakan terapi suara, yaitu


(64)

49

terapi musik dan murottal Al-Qur’an bervariatf. Durasi yang dipakai

berkisar 5-30 menit (Aziz, Purwati, 2010; Chen, 2013).

Mendengarkan Al-Qur’an terbukti meningkatkan gelombang alpha

yang merupakan gelombang yang berhubungan dengan kedamaian atau ketenangan internal individu, misalnya saat meditasi (Zulkurnaini dkk, 2012). Selain itu Al-Qur’an menjadi kebutuhan bagi umat muslim

(Tumiran dkk, 2013) tidak hanya untuk terapi saja namun sebagi dzikir. Allah berfirman dalam salah satu ayat-Nya.

“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah Allah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram”. (Ar-Ra’d :28)

Al-Qur’an yang diperdengarkan dalam bentuk suara masuk menjadi rangsang auditori yang diterima oleh telinga yang akan mengakibatkan getaran yang akan diteruskan ke tulang-tulang pendengaran kemudian dipancarkan ke saraf melalui Nervus VII (vestibule choclearis) ke otak kemudian dilanjutkan ke lobus temporal untuk diteruskan ke amigdala sebagai pusat emosi yang berperan penting dari salah satu sistem limbik (Pedak, 2009 dan Sherwood, 2011). Setelah masuk ke pusat limbik maka otak mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengaran kemudian mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik (Satiadarma dan Zahra, 2004 dalam Zahrofi, 2013).


(65)

Penelitian ini memberikan hasil nilai p = 0,034 yaitu p < 0,05 yang berarti mendengarkan murottal Al-Qur’an memberikan pengaruh terhadap

tingkat kecemasan anak presirkumsisi. Selain itu penurunan kecemasan terlihat pada uji bivariat dengan beda rata-rata sebelum intervensi 2,20 ± 0,561 dan rata-rata sesudah intervensi 1,80 ± 0,414.

6.2Keterbatasan Penelitian

Karya tulis ilmiah ini masih memiliki keterbatasan baik dari segi metodologi, penulisan, amupun analisa. Kelemahan penelitian ini yaitu tidak terkajinya efek terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an terhadap respon

kecemasan, misalnya tanda-tanda vital, respon kognitif, fisik, dan psikologis. Sehingga pada penelitian ini tidak terdapat data objektif yang dapat diperbandingkan dengan data yang di dapatkan.


(66)

51

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Berdasarkan uraian pada pemabahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran usia anak yang akan menjalani sirkumsisi bervariatif, mulai rentang 8-12 tahun dengan usia terbanyak pada rentang usia 9 tahun dan 11 tahun dalah 26,7 % (n=4).

2. Presentase tingkat kecemasan anak presirkumsisi sebelum intervensi yaitu tidak cemas 6,7% (n=10), agak cemas 66,7%, dan 26,7% (n=4) dengan rata-rata 2,20 ± 0,561. Sedangkan presentase tingkat kecemasan anak tidak cemas 20% (n=12), agak cemas 80% (n=12) dengan rata-rata 1,80 ± 0,414.

3. Hasil uji bivariat dapat disimpulkan bahwa murottal Al-Qur’an

berpengaruh terhadap tingkat kecemasan anak presirkumsisi. Penelitian ini memberikan hasil nilai p = 0,034 yaitu p < 0,05 dengan beda rata rata sebelum intervensi 2,20 ± 0,561dan sesudah intervensi 1,80 ± 0,414 sehingga terdapat perbedaan sebesar 0,4 %.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Balai Sunatan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakuakan intervensi mendengarkan murottal Al-Qur’an tingkat kecemasan anak

berada di rentang tidak cemas sampai cukup cemas. sedangkan setelah intervensi tingkat kecemasan anak berada pada rentang tidak cemas sampai agak cemas. Diharapkan dengan hasil tersebut institusi dapat


(67)

menggunakan terapi ini sebagai salah satu pilihan untuk menurunkan kecemsasan anak presirkumsisi.

7.2.2 Bagi Penelitian Berikutnya

Penelitian berikutnya diharapkan dapat mengkaji pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap kecemasan anak presirkumsisi dengan

memperhatikan tanda-tanda vital yang dapat dipakai sebagai data objektif pengaruh mendengarkan murottal terhadap tingkat kecemasan. Selain itu disarankan pula penelitian denga terapi mendengarkan murottal Al-Qur’an dilakukan pada karakteristik

responden yang bervariatif dan tindakan medis yang lain. 7.2.3 Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu pilihan terapi komplementer dalam pemenuhan rasa nyaman pasien dengan mengkolaborasikan nilai-nilai sprititual dan religius.

7.2.4 Bagi Institusi Keperawatan

Institusi keperawatan diharapkan dapat mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dan religi pada kajian keilmuan atau penelitian agar terdapat integrasi antara nilai-nilai keagamaan dengan pendidikan, terutama pada institusi keperawatan dengan latar belakang keislaman.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

A’la, Abd. (2006).Pembaruan Pesantren. Yogyakarta: PT. LKis Pelangi Aksara Afrianto. (2012).Orang Tua Cermat, Anak Sehat. Jakarta: Gagas Media

Arifin, Miftahul. (2014). Hubungan Presepsi Tentang Sirkumsisi dengan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) yang akan Dilakukan Sirkumsisi di Desa Gambangan Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso. Skripsi. Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember. Jember : Universitas Muhammadiyah Jember

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Assegaf, Muhammad Ali toha. (2009). 365 Tipe Sehat Ala Rasulullah. Jakarta: Hikmah

Aziz, Wahida, M. Nooryanto, dan Sri Andarini. (2015). Terapi Murottal Al Qur’an Surat Ar-Rahman Meningkatkan Kadar B-Endorphin dan Menurunkan Intensitas Nyeri pada IBu Bersalin Kala I Fase Aktif. (Diakses dari http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/672, pada 29 Juni 2015, jam 23.00)

Baharits, Adnan Basar. (2007). Mendidik Anak Laki-Laki. Jakarta: Gema Insani Press

Budiharto. (2006).Metodologi Penelitian Kesehatan Dengan Contoh Bidang Ilmu Kesehatan Gigi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokeran EGC.

Chen, Xiaohong, Kun Chen, Xianzhu Li, Bo Cheng. (2014). Effect Of Active and Passive Music Theraphy on the Psycology and Complience of Children with Prepuce Cerclage. (Diakses dari www.inter-isu.com, pada 25 Desember 2014 jam 10.15)

Chorpita, Bruce F. dan Dara C. Weiss. (2011).Revised Children’s Anxiety and Depression Scale. (Diakses darihttp://www.childfirst.ucla.edu/RCADSGuide20110202.pdf, pada 22 Desember 2014, jam 20.09)


(69)

Calivorni : Jones & Bartlett Learning, LCC

Craske, M dkk. (2013). Severity Measure for Social Anniety Disorder. (Diakses dariwww.psychiatry.org, pada 09 Desember 2014)

Dahlan, Sopiyudin M. (2012). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan : Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika

Edisaputra, Ngakan Putu Siwi, Listyana N. R., Nanik Budiman. (2012).Efektifitas Terapi Story Telling Terhadap Kecemasan Anak Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Presekolah di Bangsal DR. Soeradji Tritonegoro RS Klaten. (Diakses dari http://journal.respati.ac.id, pada 23 Juni 2015 jam 23.15)

El Syakir, Septian. (2014). Islamic Hypnoparenting : Mendidik Anak Masa Kini Ala Rasulullah. Jakarta: Kawan Pustaka

Fortier, M.A., R.L. Blount., S.M. Wang, L.C. Mayes dan Z.N. Kain. (2011). Analysing a Family centered Preoperative Intervention Program : A Dismantling Approach. (Diakses dari http://bja.oxfordjournals.org, pada 23 Juni 2015 jam 23.15)

Ghabeli, Fatemeh, Naeime Moheb, dan Sayed Davoud H.N. (2014).Effect of Toys and Preoperative Visit on Reducing Children's Anxiety and their Parents before Surgery and Satisfaction with the Treatment Process.(Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4134164/, pada 12 Juni 2015 jam 14.00)

Ghoffar, Abdul dan Luthfiyah Ningsih. (2012). The Influence of Playing Theraphy and Music Theraphy (Listening Qur’an : Juz Amma) to Anxiety Respond at Toddler. (Diakses dari www.journal.unipdu.ac.id, pada 23 Juni 2015 jam 22.00)


(70)

Haj, Sadeghi. (2011). Voice of Quran and health: A review of performed studies in Iran.(Diakses darihttp://quranmed.com/4359.fulltext, pada 05 Desember 2015, jam 08.30)

Hamid, Achir Yani S. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Handayani, Rahmi, Dyah F., Dwi Retno T. A., Dewi Naeni R. (2014). Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an untuk Penurunan Nyeri Persalinan dan Kecemasan pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif. (Diakses dari http://www.download.portalgaruda.org, pada 01 Juli 2015 jam 06.30)

Harsono, Anik Suwarni, Lilis Murtutik. (2011). Perbedaan Penyembuhan Luka Post Sirkumsisi dengan Metode Electro Couter dan Metode Konvensional pada Pasien Sirkumsisi Poliklinik Mordodadi Boyolali. (Diakses dari http://jurnal.usahidsolo.ac.id, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 1, pada 25 Juni 2015, jam 23.15)

Hidayat, Aziz Alimul. (2014). Metode Penelitan Kebidanan dan Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika

Iriana, D.K. (2014). Hubungan Kecemasan dan Gangguan Kenyamanan Fisik dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan 2013. Skripsi. Program Studi Ilmu keperawtaan Universitas Sumatra Utara. Medan: Univeritas Sumatra Utara

Julian, L.J. (2011). Measure of Anxiety. (Di akses dari http:// www.ncbi.nlm .nih.gov/pm c/ art icl es/PMC3879951/, pada 09 Desem ber 2014, j am 09.15)

Jazuli, Ahzami Samiun. (2006). Al Hayatu fil-Qur’an Al-Karim, terjemahan oleh Sari Nurlita, Miftahul Jannah dkk., Jakarta : Gema Insani

Joyce, Engel. (2008).Seri Pedoman Praktis Pengkajian Pediatrik. Jakarta : EGC

Karadag dkk, (2015) Smart Clamp Circumcision Versus Conventional Dissection Technique in Terms of Parental Anxiety and Outcomes: A prospective


(1)

Lampiran 2

Penjelasan Penelitian dan Persetujuan Responden

Penelitian terkait terapi mendengarkan Al-Qur’an terhadap kecemasan telah banyak

dilakukan. Mendengarkan Al-Qur’an dapat menurunkan kecemasan

terhadap ibu yang akan

menjalani operasi

Sectio Cessaria

(Mirbagher, 2010). Al-Qur”an mempunyai efek terhadap

tingkat depresi, cemas, dan stres pada individu yang mendengarkan bacaa Al-Qur’an.

Pada kesempatan ini peneliti akan mengadakan penelitian

mengenai “

Pengaruh

Mendengarkan

Murottal

Al-

Qur’an

Terahadap

Tingkat

Kecemasan

Anak

Presirkumsisi

”.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak negatif atau kerugian pada responden.

Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan dipakai hanya untuk keperluan

penelitian saja.

Data ini bersifat rahasia

Nama Orang Tua

:

Nama Anak

:

Usia

:

Alamat dan kontak reponden :

Tingkkat Cemas

: Preintervensi : Posintervensi:

Responden/Wali

Peneliti

( )

(Nadhia Elsa S.)


(2)

Lampiran 3

Hasil Uji SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Usia 15 8 12 10.13 1.407

Pre 15 0 2 1.20 .561

Post 15 0 1 .80 .414

Valid N (listwise) 15

Wilcoxon Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

post - pre Negative Ranks 7a 4.50 31.50

Positive Ranks 1b 4.50 4.50

Ties 7c

Total 15

a. post < pre

b. post > pre

c. post = pre

Test Statisticsb

post - pre

Z -2.121a

Asymp. Sig. (2-tailed) .034

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pre 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%


(3)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pre .373 15 .000 .734 15 .001

post .485 15 .000 .499 15 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Statistics

usia pre post

N Valid 15 15 15

Missing 0 0 0

Mean 10.13 1.20 .80

Median 10.00 1.00 1.00

Std. Deviation 1.407 .561 .414

Minimum 8 0 0

Maximum 12 2 1

Pre

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percen

t

Valid tidak cemas 1 6.7 6.7 6.7

agak cemas 10 66.7 66.7 73.3

cukup cemas 4 26.7 26.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Post

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percen

t

Valid tidak cemas 3 20.0 20.0 20.0

agak cemas 12 80.0 80.0 100.0


(4)

(5)

100% (n=3)

Merasakan

cemas pada

saat sampai

ditempat


(6)

Lampiran 5

Three – and Five- Fac

Original McGrath's 9

Face Facial Scale

diadaptasi dari McGrath's

9-h's 9-faces-scale (1996)


Dokumen yang terkait

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN HEMODIALISIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

5 23 130

Aplikasi Terapi Murotal Al-Qur’An Dan Komunikasi Terapeutik Sebagai Upaya Menurunkan Tingkat Kecemasan Persalinan

1 8 8

PENGARUH TERAPI BERMAIN WALKIE TALKIE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN AKIBAT HOSPITALISASI PADA ANAK USIA Pengaruh Terapi Bermain Walkie Talkie Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah Di Rsud Dr. Moewardi.

0 6 14

PENGARUH TERAPI BERMAIN WALKIE TALKIE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN AKIBAT Pengaruh Terapi Bermain Walkie Talkie Terhadap Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah Di Rsud Dr. Moewardi.

0 6 16

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL AL QURAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN HEMODIALISA DI RS PKU Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

1 3 18

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL AL QURAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.

2 24 16

PENGARUH TERAPI BERMAIN GELEMBUNG SUPER TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA Pengaruh Terapi Bermain Gelembung Super Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Anak Rsud Pandan Arang Boyolali.

0 1 16

PENGARUH TERAPI KELOMPOK KOGNITIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KLIEN SKIZOFRENIA PENGARUH TERAPI KELOMPOK KOGNITIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KLIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA.

0 0 14

PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG DIHOSPITALISASI DI RSKIA PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRAS

0 7 11

PENGARUH TERAPI MURATTAL AL-QUR’AN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) LABUANG BAJI PROVINSI SULSEL

0 0 80