pengasuhan dan regulasi diri anak usia dini Repository UNIKAMA
1
2
3
4
PENGASUHAN DAN REGULASI DIRI
ANAK USIA DINI
Rina Wijayanti,M .Psi
Prodi PG PAUD Fakult as Ilmu Pendidikan Universit as Kanjuruhan M alang
Em ail: [email protected]
Abstrak : Sesuai konsep UNESCO bahw a Pendidikan anak usia dini m erupakan “ Life
long Education ” , sehingga bayi sejak dalam kandungan sudah dapat diberikan pendidikan
at au edukasi untuk ket eram pilan hidupnya.karena bayi m em iliki kemam puan m erespon
st im ulus dari luar ket ika berada dalam kandungan. Dalam pengasuhan yang posit if akan
mam pu mengem bnagkan kem am puan regulasi diri anak usia dini. M engembangkan
pengasuhan yang posit if dengan memberikan reinforcem ent , punishm ent dan imit asi,
t erhadap perilaku anak yang positif dan m em berikan cont oh perilaku m aka hal ini
merupakan st rat egi pengembangan regulasi diri anak usia dini. Pola asuh orangtua
merupakan pola int eraksi ant ara orang t ua dan anak karena akan t erjadi penerapan nilai
nilai dan aturan , norma, mem berikan kasih sayang, sehingga dijadikan panut an bagi
anak. Regulasi diri m erupakan kemam puan anak dalam memanajemen diri dan bersikap
sebagai hasil dari kont rol em osi dan sikap yang ada dalam diri anak. regulasi diri
merupakan kem am puan anak dalam m em uasat kanperhat ian, m engat ur pikiran dan
em osinya sert a m engurangi perilkau dom inan. Regulasi diri m enuntut fleksibilitas dan
pengendalian diri unt uk mendapat kan hasil yang diinginkan. Pada banyak anak-anak,
perkembangan regulasi diri berkem bang dengan sempurna hingga
m em asuki usia
anak aw al, m enghabiskan w aktu paling tidak t iga tahun. Anak perlu diasuh dan
dibim bing karena m engalam i pert umbuhan dan perkem bangan. Pert um buhan dan
perkem bangan itu m erupakan suatu proses yang akan t erus berjalan hingga akhir hayat .
Pengasuhan yang positif dan pencipt aan lingkungan pengasuhan yang m endukung akan
mendukung berkem banganya kem ampuan regulasi diri anak usia dini dengan baik. Anak
usia dini yang m em iliki kem am puan regulasi diri yang optimal akan m em berikan peluang
keberhasilan dalam hidupnya yang lebih besar.
Kata Kunci : Pengasuhan, regulasi diri.
A. PENDAHULUAN
Pada anak usia dini kualit as t umbuh kem bangnya akan m enjadi penent u
kesehat an, fisik, kognit if dan sosial em osional sert a perilaku sepanjang hidupnya. Teori
perkembangan
berguna
untuk
memahami
anak-anak
dalam
m engembangkan
kem am puannya sebagai seorang individu. Sesuai konsep dari UNESCO bahw a Pendidikan
5
anak usia dini m erupakan “ Life long Educat ion” , sehingga bayi sejak dalam kandungan
sudah dapat diberikan pendidikan at au edukasi untuk ket eram pilan hidupnya.karena bayi
mem iliki kemam puan merespon st imulus dari luar ket ika beradda dalam kandungan.
Indonesia sendiri t elah memilikist andar
PAUD yang dijadkan dasar anak-anak
Indonesia mendapat kan pendidikan sebelum di sekolah dasar. Pem belajaran di PAUD
merupakanint eraksi
ant ara
anak,
orang tua,
atauorang dew asa
lainnya dalam
suat ulingkungan t ert ent u untuk mencapai t ugasperkem bangan, sesuai dengan pot ensi
anak.
Vigot sky
(dalam
pengalam anint eraksi
sosial
Izzat y Eka Rit a, 2005)berpendapat
m erupakan
hal
yangpenting
bahw a
bagi
bahan
perkem bangan
ket eram pilanberpikir (t hinking skill). Akt ivit as m ent alyang t inggi pada anak dapat
t erbent ukmelalui int eraksi dengan orang lainsehingga pem belajaran dapat efekt if
jikaanak
dapat
belajar
m elalui
bekerja,bermain,
dan
hidup
bersama
denganlingkungan.
Bayi lahir dengan beberapa kem am puan untuk m engat ur diri sendiri, nam un
mereka t idak selalu m ampu unt ut k mengendalikan emosi yang begit u kuat . M ereka
bergant ung pada bantuan dari luar sepert i dari pengasuhnya at au perat uran yang ada di
luar. Bayi m ulai m engembangkan kemampuan ini ket ika berhubungan dengan orang
dew asa. Kemampuan mengatur diri at au dikenal dengan regulasi diri akan diperlukan
sepanjang hidup. Kem am puan regulasi diri m erupakan kem am puan anak untuk
mengendalikan
fungsi tubuh , m engatur emosi, focus perhatian anak. perkem bnagan
regulasi diri merupakan landasan aw al m asa kanak-kanak pada sem ua bidang perilaku.
Baum eist er, at all (2006) dalam ( grolnick, farkas, 2002) beranggapan bahwa regulasi diri
merupakan kem am puanuntuk m erencanakan, mengarahkan, dan memonit ori perilaku
unt uk
mencapai
suatu
tujuan
t ert ent u
dengan melibat kan unsur fisik, kognit if,
em osional, dan sosial agar sesuai dengan nilai, m oral, dan aturan yang berlaku dalam
lingkungan m asyarakat , sert a regulasi diri juga merupakan kemampuan menghasilkan
fikiran, perasaan, dan t indakan sert a kem am puan adapt asi secara t erus m en erus agar
t ercapai tujuan yang diinginkan set iap individu.
M enurut Kochanska (dalam Papalia,2010), sebagian anak t ersosialisasi lebihsiap
dibandingkan
yang
lain.
Cara
orang
t ua
menangani
t em peram en sang anak, sert akualit as
hubungan
mem bantu
at au
6
m emprediksi
sulitnya
orang
pekerjaanmereka dan
tua-anak,mungkin
m udahnyam ensosialisasikan
dapat
seorang
anak.Beberapa
fakt or
dalam
kesuksesansosialisasi
dapat
mencakup
keamananket erikat an orang tua-anak (M accoby,dalam Papalia:2010).M enurut Sant rock
(2008:526)Regulasi
pemikiransendiri,
diri
(Self-Regulat ory)
perasaan
sendiri
adalahsuatu
dan
t ujuan
perilakusendiri.
dalam
pencipt aan
sedangkan
menurut
Eisenberg(dalam Papalia, 2010), regulasi diri (Selfregulation) adalah kem ampuan
mengont rolperilaku seseorang dalam kondisi t idakadanya kont rol ekst ernal, set elah
berulangkali
berhubungan
dengan
ukuranperkem bangan
kat a
hat i,
sepert i
menolakgodaan dan m em perbaiki t indakan yangsalah. Jadi regulasi diri merupakan
pondasi bagi perkem bangan fisik, kognitif, sosial, dan em osional. Apabila kit a m elihat
perilaku anak usia din
disekolah yang m enginginkan kue yang dibaw a t emannya,
kem udian kue akan diambil namun t idak jadi dilakukan , hal ini mencerminkan regulasi
diri yang dim iliki oleh anak t ersebut . Untuk melakukan hal ini anak harus secara sadar dan
paham t erhadap aturan yang t elah diberikan oleh lingkungan yang t elah didapat kan dari
orang tua at aupun guru, yang mem berikan bat asan t ent ang perbuat an mengambil barang
milik orang lain t anpa ijin (kesadaran kognit if), sedangkan kemampuanya tidak
mengambil kue m em butuhkan kont rol emosi.
Anak usia dini belajar regulasi diri dalam m engatur pikiran, perasaan, perilaku dan
em osinya dengan melihat dan m enanggapi orang dew asa. Bantuan dari orang dew asa
sangat m em bant u dalam perkembangan regulasi anak usia dini. M emberikan contoh
posit if pada anak usia dini yang dilakukan orang dew asa baik dirumah mupun di sekolah
maka m ereka akan m engingat dan m erespon tindakan dari orang dewasa. M emberikan
rew ard
dan
m engapresiasi
perilaku
anak
bila
m ereka
bertindak
positif
akan
mengembangkan kem am puan regulasi dirinya.
Orangt ua akan m enerapkan pola asuh yangm enurutnya benar agar anak
menjadicerdas
dan
disiplin
sesuai
dengan keinginan orang tua. Penerapan pola
asuhyang t epat menjadi sangat pent ing dalam pembent ukan
perilaku
anak.
Pola
asuhorang t ua adalah suatu cara t erbaik yang dapat dit em puh orang t ua dalam m endidik
anak sebagai perw ujudan dari rasa t anggung jaw ab kepada anak. Orang tua harus
menerapkan pola pengasuhan yang t epat dan sesuai bagi diri anak agar dapat menunjang
kesuksesan regulasi diri padaanak (Papalia, W endkos, & R.Feldman,2010).
B. PENGASUHAN
7
Pola asuh orang t ua adalah pola perilaku yang dit erapkan pada anak dan
bersifat relat ive konsist en dari wakt u ke w akt u. Pola perilaku ini dapat dirasakan
oleh anak, dari segi negat if maupun positif. Beberapa definisi t ent ang pengasuhan dari
para ahli m enyat akan M enurut Supriyanto (dalam Yusiana, 2012) pola asuh merupakan
pola int eraksi ant ara orang tua dan anak,yait u bagaim ana cara sikap at au perilaku
orang t ua saat berint eraksi dengan anak,t erm asuk cara penerapan at uran,mengajarkan
nilai at au norm a,memberikan perhat ian dan kasih sayang sert a menunjukkan sikap
dan perilaku baik sehingga dijadikan panut an bagi anaknya.
Pola asuh orang t ua adalah pola perilaku yang dit erapkan pada anak dan
bersifat relat ive konsist en dari wakt u ke w akt u. Pola perilaku ini dapat dirasakan
oleh anak, dari segi negat if
maupun positif. Pola asuh orang t ua merupakan
gam baran t ent ang sikap dan perilaku orang t ua dengan anak dalam berint eraksi,
sert a
berkom unikasi
selama
m engadakan
pengasuhannya, m em erlukan sejumlah
kegiat an
kem am puan
pengasuhan.
Dalam
int erpersonal dan m empunyai
t untut an em osional yang besar (M onks dalam Safit ri, 2013). Bahrul Khairil Am al (dalam
Nurw ahyuni, 2013) yang m endefinisikan pola asuh orang t ua sebagai suatu cara at au
sist em pendidikan
dan pembinaan orang tua t erhadap anPola
t ent ang
sikap
dan
perilaku orang
tua
asuh
orang
dengan
anak
tua
m erupakangambaran
dalam berint eraksi,
sert a
berkomunikasi selama m engadakan kegiat an pengasuhan.
Kamus bahasa Indonesia (2008) pengasuhan berart i hal (cara, perbuat an,
dan
sebagaianya)
m engasuh.
menjaga/ m eraw at / m endidik,
Dalam
mengasuh
m em bimbing,
mengandung
m em bant u,
m akna
m elat ih,
mem impin/ m engepalai/ m enyelenggarakan. Dalam perkembanganya juga dieknal dengan
ist ilash assh, asih, dan asuh. Pola asuh orang tua m erupakansalah satu fakt or penting
dalam m engem bangkan at aupun m engham batpert um buhan anak. Seorang anak yang
dibiasakan
dengan
suasana
keluarga yang
t erbuka,
saling
m enghargai,
saling
menerim a, dan mendengarkan pendapat anggot a keluarga lainnya maka ia akan
t umbuh m enjadi generasi yang t erbuka, fleksibel, penuh inisiat if, dan percaya diri.
Kondisi keluarga yang posit if t empat t umbuh kem bang anak dalam set iap aspek
perkembaganya.
8
Perilaku kreat if dapat t um buh dan berkem bang dengan baik. Kehidupan keluarga
merupakan lingkungan pert am a dan ut am a bagi anak. Keluarga merupakan kelompok
sosial yang memiliki karakt erist ik t inggal bersam a, t erdapat kerja sam a ekonomi, dan
t erjadi proses reproduksi (Lest ari, 2012:13).
Dapat disimpulkan dari berbagai pendapat bahw a pengasuhan m erupakan kom it men dari
orang dewasa yait u orang tua, at au pendidik dalam menjaga/ m eraw at / m endidik,
mem bim bing, membant u, m elatih, m em impin/ mengepalai/ m enyelenggarakan peran
t erhadap tumbuh kembang anak usia dini.
M enurut t eori ekologi yang ungkapkan oleh Bronfenbenner (2000) dalam lest ari
(2012) m engat akan
pengasuhan
anak
t idak t erlepas dari
sist em-sist em
yang
melingkupinya yaitu macrosyst em (politik, budaya, ekonom i, nilai sosial), mesosyst em
(sekolah dan komunit as), microsyst em (int erkasi orang t ua dan anak dalam pengasuhan ) ,
chronosyst em .(kondisi ort u dahulu dan sekarang yang berbeda). Kondisi polit ik , budaya,
ekonomi,
dan
nilai-nilai
sosial
berkont ribusi
t erhadap
proses
sosialisasi
dan
perkembangan anak melalui pengasuhan orangt ua, pendidikan di sekolah m aupun
masyarakat .
Dalam hal ini t eori ekologi m enjelaskan bahwa pengasuhan pada anak khususnya usia dini
melibat kan berbagai komponen yang m asuk dalam sist em . Peran orangt ua dalam
pengasuhan dan pihak diluar keluarga juga m em pengaruhi pengasuhan yang dilakukan
pada anak usia dini.
Pola pengasuhan ornagt ua pada anak yang dikenal pada masyarakat luas dikenal
dengan gaya pengasuhan. Pola asuh dibedakan m enjadi beberapa jenis, salah sat unya
menurut Sant rock (1998), yaitu: Pola asuh aut horit arian, yait u pola asuh yang penuh
pembat asan
dan
hukuman
(kekerasan) dengan
cara
orang
tua
m em aksakan
kehendaknya sehingga orang tua dengan pola asuhauthorit arian memegang kendali
penuh dalam mengont rol anak-anaknya.
Pola asuh aut horit at ive, yaitu pola asuh yang m emberikan dorongan pada anak
unt uk mandiri nam un t et ap m enerapkan berbagai bat asan yang akan m engont rol
perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling menerima, m endengarkan dan
didengarkan.Pola asuh perm issive, M accoby dan M art in
(dalam
Sat rock,
1998)
mem bagi pola asuh ini mejadi dua neglect ful parent ing dan idulgent parent ing. Pola
asuh yang neglect ful yait u bila orang t ua sangat t erlibat dalam kehidupan anak (t idak
9
peduli). Pola asuh ini m enghasilkan anak-anak yang kurang mem iliki kompet ensi sosial
t erut am a karena adanya kecenderungan kont rol diri yang kurang. Pola asuh yang
indulgent yaitu bila orang tua sangat t erlibat dalam kehidupan anak, namun hanya
mem berikan kont rol dan tuntut an yang sangat m inim (selalu m enurut i at au t erlalu
mem bebaskan) sehingga dapat m engakibat kan kom pet ensi sosial yang t idak akurat
karena umumnya anak kurang m ampu untuk melakukan kont rol diri dan m enggunakan
kebebasannya t anpa rasa t anggung jaw ab sert a m emaksakan kehendaknya.Pola asuh
juga m emiliki berbagai cirri-ciri m enurut beberapa pakar, salah sat unya menurut
Hurlock (1993) yang mengem ukakan ciri - ciri pola asuh sebagai berikut :Pola asuh
otorit er m em punyai ciri sepert i anak harus t unduk dan pat uh pada kehendak orang
t ua,pengont rolan orang t ua pada t ingkah laku anak sangat ket at ham pir t idak pernah
mem beri pujian,
sering memberikan hukum an fisik jika t erjadi kegagalan mem enuhi st andar yang t elah
ditet apkan orang t ua, pengendalian t ingkah laku m elalui kont rol ekst ernal.Pola asuh
demokrat is m em punyai cirri-ciri yait u, anak diberi kesempat an unt uk m andiri dan
mengembangkan kont rol int ernal, anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut
dilibat kan dalam
pengambilan
keputusan, m enet apkan
perat uran
sert a m engat ur
kehidupan anak. Pola asuh perm isif m em punyai ciri yait u, kont rol orang t ua kurang,
bersifat longgar at au bebas, anak kurang dibim bing dalam mengatur dirinya, hampir
t idak m enggunakan hukum an, anak diijinkan m embuat keputusan sendiri dan dapat
berbuat sekehendaknya sendiri.
Keluarga m erupakan lingkungan sosial pert am a dan ut ama bagi anak sehingga
mem beri pengaruh t erbesar bagi perkem bangan anak.Keluarga t erut am a ayah dan
ibu mem berikan dasar pem bent ukan t ingkah laku, w at ak, moral dan pendidikan
anak.Pengalaman int eraksi di dalam keluarga akan m enent ukan pola dan tingkah laku
anak t erhadap orang lain dalam masyarakat (Soet jiningsih dalam List riana,2012).
Anak usia dini memerlukan pengasuhan dan pengaw asan sert a arahan dari orang
dew asa. Peran orangt ua sangat dibutuhkan untuk m encipt akan linfkungan yang kondusif
dalam pengasuhan anak usia dini. Pola assuh sangat dipengaruhi oleh kualit as int eraksi
ant ara orangt ua dan anak. t erbentunya anak didapat kan dari pem biasaan –pembiasaan
yang t erjadi pada situasi rum ah. Hal inilah yang akan m endasari anak untuk berkem bang.
10
REGULASI DIRI
Dalam perkem bangan anak usia dini regulasi diri menjadi hal penting. Erikson
(dalam syafrida,2014) m enjelaskan regulasi diri pada anak adalah bagaimana anak –anak
meraih kont rol t erhdapa em osi dan perilaku sosial anak dalam m enentukan perannya
sebagai makhluk sosial dalamlingkungan masyarakat . Piant a,(2012) menjelaskan regulasi
diri sebagai ket eram pilan unt k m engat ur sikap, em osi, dan pikiran sesuai dengan
keadaan. Thompson dalam Piant a(2012) menjabarkan lebih det ail t ent ang regulasi diri
yang m engascu pada ket eram pilan int rinsik, dan ekst rinsik yang bert angungjaw ab dalam
mem ant au, mengevaluasi, sert a memodifikasi reaksi emosi yang akan ditunjukakn dalam
mencapai suatu tujuan..
Pada
banyak
anak-anak,perkem bangan
regulasi
diri
penuh berkem bang
dengan sempurna hingga anak m emasuki usia anak aw al,m enghabiskan w akt u paling
t idak
t igat ahun. Charleswort h
(dalam Wahyuningt yas,
2015)
berpendapatbahwa
regulasi diri m erupakan t he abilit y t o cont rol emot ions, int eract in posit ivew ays w it h
ot hers, avoid inappropriat e or aggressive act ions, and become a self direct ed learner .
Pendapat t ersebut berart i kemampuan
mengendalikan
em osi,berint eraksi
secara
posit if dengan oranglain, m enghindari perbuat an yang t idak pant as at au agresif, dan
diarahkan m enjadi pem belajar mandiri.Dari t eori-t eori diat as, dapat disimpulkan bahwa
regulasi diri merupakan pengendalian diri pada anak untuk mengelola, mengarahkan
dan m enyesuaikan perilaku, proses berpikir,dan em osi sesuai dengan lingkungan
sosialnya. Regulasi diri pada anak m erupakan ket eram pilan yang dim iliki anak dalam
mem anajem en diri dan bersikap sebagai hasil dari kont rol em osi dan sikap yang ada di
dalam diri anak, kemudian diekspresikan m elalui em osi dan tindakan-t indakan dalam
menjalin hubungan sosial dengan anak
Perilaku anak usia dini dapat dikendalikan secara ekst ernal m elalui proses
sep ert i
m odeling,
konsekuensi (reinforcement
dan
punishment ),
dan inst ruksi
langsung. Hal t ersebut sejalan dengan pendapat Sant rock (dalam Dessy,2015) yait u
proses
reinforcement ,punishm ent,
dan
im it asi
dianggap
dapat m enjelaskan cara
individu belajar t ent ang respons t ert ent u dan kenapa respons individu berbeda dengan
respons individu lain. Ket ika anak diberi reinforcem ent untuk perilaku yang konsist en
11
sesuai dengan lingkungan sosialnya, maka akan lebih mungkin untuk m engulangi
perilaku t ersebut . Apabila anak m enerim a punishm ent at as perilakunya yang tidak
baik, m aka perilaku t ersebut dapat dihilangkan. Jadi unt uk membentuk perilaku anak
sesuai
dengan harapan
orang
tua,
dibutuhkan
pola yang
t epat
yang
dapat
mem berikan anak reinforcem ent sepert i rew ard dan punishm ent.
Regulasi diri merupakanproses psikologis yang dapat menentukan seseorang
unt uk melakukan t indakan, sert a juga regulasi diri bisadiat ur m ekanism enya pada
set iap individu untuk menghasilkan perilaku yang positif agar t ercapai cit a
yangdiinginkan. M cCullough & Willoughby dalam Grolnick,farkas(2002)
bahw a regulasi
– cit a
beranggapan
diri bukan sesuat u yang ada sejaklahir akan t et api dapat dipelajari,
biasanya pem belajaran awal dari orang t ua, sert a biasanya regulasi diri berasaldari
agama at aupun nilai yang didapat dalam masyarat . Regulasi diri juga penting bagi
anak karena anak pada
proses pert um buhan akan belajar bagaiman cara m engendalikan em osi yang baik
misalnya ket ika dalam
kelas dapat t enang dan m engangkat t angan ket ika izin atau
bicara, at aupun m engendalikan kemarahan m ereka sepert i m enangis yang berlebihan.
M aka
regulasi
diri
m erupakan
proses
individu
untuk m engat ur dan
mem perbaiki diri sert a m em punyai tujuan yagn ingin dicapai. Dukungan regulasi diri yang
baik akan mendorong berbagai keberhasilan yang t erjadi pada prosespert umbuhan dan
perkembangan .
Adapun t ahapan pada proses regulasi diri diant aranya
meliput i receiving,
evaluat ing, searching, formulating, implem ent ing, assesing. Sedangkan pada aspek
regulasi diri meliput i aspek m et akognit if, M otivasi, dan t indakan positif. Regulasi diri
yang baik akan berdampak pada masyarakat , karena individu dengan regulasi diri yang
baik akan cenderung m em at uhi perat uran yang dit et apkan oleh nirma, nilai dan hukum
yang berlaku pada m asyarakat dan dapat meredam konflik yang t erjadi (Johnstone &
Sarrne, dalam grolick dan farkas,2002).
b.1.TAHAPAN REGULASI DIRI
Pada ilmu psikologi sebenarnya akar dari t eori regulasi diri adalah t eori
Albert
Bandura
yait u
t eori
sosial kognitif.
Teori
sosial
kognitif
Bandura
mengemukakan bahwa kepribadian seseorang dibent uk dari kognitif, perilaku, dan
12
lingkungan. Kont rol at as berbagai ransangan dari luar dinam akan regulasi diri. Tahapan –
t ahapan pem bentukan
dilew at i
dan
regulasi
m endasarinya
diri
set iap
agar
individu, ada beberapa proses yang
set iap individu dapat m encapai tujuan yang
diharapkan. Adapun t ahapan regulasi diant aranya yaitu manab(2016):
1. Receiving
M erupakan langkah yang
dilakukan individu ket ika m enerim a inform asi aw al.
Inform asi aw al yang didapat kan selayaknya relevan dan baik. Adanya informasi
yang didapat kan m em buat individu menghubungkan dengan inform asi yang
t elah
didapatkan
sebelumnya
lainnya. M isalnya pada
anak
ataupun
hubungan
dengan
aspek
–aspek
dalam t ahap bermain dim ana anak akan
mendapat kan t ant angan dari perm ainan t ersebut sert a dapat dinilai apakah
anak dapat menyelesaikan dan ini akan berdampak pada regulasi diri anak
pada t ahapan penerim aan informasi (Bodrova, Germ erot h, & Leong, 2013).
M asalah yang didapat kan adalah ket ika anak t erlahir premat ur at aupun m em iliki
kekurangan lainnya m aka informasi yang didapat kan t idak sepert i anak lainnya.
Pada penelitian Lynn et all (2011) t ent ang anak yang t erlahir prem at ur
menghasilkan t ent ang adanya perbedaan yang signifikan ant ara anak yang lah ir
pemat ur dan anak yang lahir normal. Kesulit an anak dalam m enerima informasi
sangat penting, dan berguna untuk pengembangan regulasi diri anak t ersebut .
2. Evaluating
M erupakan pengolahan informasi, ket ika t elah melew at i t ahap receiving.
pada Proses evaluat ing t erdapat masalah yang didapat, maka individu dapat
mem bandingkan
masalah
dari
lingkungan
(ekst ernal) t ersebut
dengan
pendapat diri pribadi (int ernal) yang t elah didapat kan sebelumnya. Evaluating
merupakan t ahapan penting dalam proses regulasi diri karena dal am t ahapan
ini individu akan mengumpulkan hasil informasi dan melihat perbedaan pada
lingkungan luar yang akan m enjadi sumbangan paling besar pada proses
t indakan yang akan diambil nant inya (M cNam ara, & O’ Hara, 2008).
3. Searching
M erupakan
t ahapan
pencarian
solusi
m asalah.
Pada t ahapan
evaluat ing
individu akan m elihat perbedaan ant ara lingkungan dan pendapat pribadinya,
13
maka
individu
akan
mencari
solusi
untuk
menekan perbedaan
m asalah
t ersebut . Pencarian solusi at as m asalah yang didapat kan individu sebaiknya
mem presepsikan t erlebih dahulu masalah t ersebut t erhadap dirinya kem udian
hubungannya dngan orang lain at au
kesulit an
yang
paling
minim al
lingkungan
didapat kan
m asyarakat ,
ket ika
sert a m encari
m elakukan t indakan
(Baum eister,1987).
4. Formulating
M erupakan
penet apan
tujuan
atau
rencana yang m enjadi
t arget
sert a
mem perhit ungkan m asalah sepert i wakt u, t empat , media ataupun aspek lainnya
yang menjadi pendukung yang dapat m encapai t ujuan secara efekt if m aupun
efisien. Pedoman pada t ahapan ini biasanya m enggunakan t eknologi yang
digunakan pendidik untuk m emacu regulasi diri sisw a untuk lebih maksimal
misalnya komunikasi
facebook
dan jejaring sosial lainnya yang dapat
mengarahkan sisw a untuk lebih efekt if dalam belajar, dan juga m ot ivasi bagi siswa
unt uk berkom unikasi dengan t em an at aupun para pendidik lainnya, sert a juga
media t ersebut m enjadi formula ataupun
media dalam
menet apkan t ujuan
yang ingin dicapai (Kit sant as, 2013). Penet apan t ujuan adalah komponen yang
pent ing dalam t ahapan regulasi diri, dalam penet apan tujuan jangka panjang
maka adapula sub bagian yang disebut tujuan jangka pendek yang berguna untuk
mem ant au seberapa besar kemajuan yang berhasil diraih, sert a berguna juga
unt uk m enyesuaikan st raregi apa yang dapat dit erapkan untuk m enjadi kunci
ut ama agar dapat m eraih keberhasilan yang lebih baik (Schunk, 2001)
5. Implem ent ing
Tahapan pelaksanaan rencana yang t elah dirancang sebelumnya. Tindakan yang
dilakukan sebaiknya t epat dan m engarah pada t ujuan, w alaupun dalam sikap
cenderung dim odifikasi agar t ercapai t ujuan yang diinginkan. Tujuan yang
t erlalu tinggi biasanya t idak menjam in pencapaian yang m aksim al dikarenakan
oleh
berbagai
fakt or
yang
m enjadi
pengham bat,
maka
dalam
t ahapan
im plem ent ing, individu selayaknya m enyadari bahw a kegagalan regulasi diri
pada tahapan ini adalah sesuat u yang biasanya t erjadi (Oet t ingen, Honig, &
Gollwit zer, 2000).
6. Assesing
14
Tahapan akhir untuk m engukur seberapa m aksim al rencana dan t indakan yang
t elah dilakukan pada
proses
seb elumnya
dalam
m encapai
tujuan
yang
diinginkan. Tujuan yang ingin dikelola biasanya mengalam i pergeseran nilai,
akan t et api pergeseran nilai t ujuan dapat diatasi dengan lebih memant apkan
priorit as t ujuan ut am a (Carver & Scheier, 2011). Penilaian t ent ang seberapa
maksimal
t indakan
yang dilakukan akan m emberikan efek ket ika m elakukan
t indakan selanjutnya, assesing adalah bagian dari proses int ropeksi diri individu
dan dapat berefek juga pada penilaian diri t ent ang seberapa besar kont ribusi
perilaku yang t elah dilakukan (Kayler & Weller, 2007).
b.2. ASPEK REGULASI DIRI
Regulasi
diri
berart i
juga
ket ahanan
diri
t erhadap
ransangan
dari
lingkungan yang mem aksa individu untuk melakukan tindakan baik it u tindakan yang
posit if ataupun negat if. M aka ada beberapa aspek yang mendasari pada regulasi diri
pada set iap individu yaitu (manab,2016):
1. M et akognit if
M erupakan
bagian
dari
kem ampuan
individu
ket ika
m emikirkan
untuk
merancang at au merencanakan t indakan yang ingin dilakukan. Pada penelitian
yang
dilakukan
dilakukan
oleh
Romera
anak
(2009)
usia
dini
m enghasilkan bahw a
ketika
met akognisi
diberikan
inform asi
yang
dengan
menggunakan pert anyaan set elah diberikan pert anyaan at au t ugas – t ugas
maka aspek yang banyak berperan dalam menent ukan regulasi dirinya adalah
met akognit if
maka
m enim bulkan
kesim pulan
bahwa
regulasi
diri
dalam
st rat egi penerimaan inform asi m aupun pem belajaran yang baik berkorelasi
dengan
kem am puan
met akognit if.
Pada
penelit ian
araujo
(2013)
yang
mem bandingkan beberapa aspek yang m endasari pembent ukan regulasi diri,
didapat kan bahwa m et akognitif memainkan peranan penting sebagai pem bent uk
regulasi diri seseorang.
2. M otivasi
merupakan
fakt or
penentu
dalam
m elakukan
tindakan
ataupun
sebagai
serangkaian usaha yang m ungkin berasal dari ransangan luar at aupun berasal
15
dari individu sendiri, m otivasi bisa berupa hadia at aupun hukum an (Zuhm run et
all, 2011). Penelit ian yang dilakukan Pint rich & De Grot (1990) menghasilkan
bahw a motivasi
m erupakan
M otivasi
baik
yang
serapan
dari
m enghasilkan
serangkaian
prest asi. Keluarga
merupakan unsur pent ing dalam membangun
kognit if
at au
individu.
orang
tua
m ot ivasi pada regulasi diri
anak maupun remaja (Grolnick & Ryan, 1989). Adapun pada penelit ian Effeny,
Carroll, & Bahr (2013) menemukan bahwa
dalam
membangun regulasi diri
rem aja (sisw a), peran guru sangat penting pada aw al – aw al pendidikan
ket ika masuk sekolah baru karena sisw a akan sangat bergant ung pada apa yang
dikat akan oleh guru, dan selayaknya guru mem berikan mot ivasi penguat an dalam
mencapai tujuan dan cit a – cit a yang ingin dicapai.
3. Tindakan posit if
merupakan t indakan yang dilakukan individu ketika t elah m enyeleksi dan
menghasilkan perilaku
yang
dapat
dit erim a
oleh
lingkungan
m asyarakat
at aupun sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sem akin besar dan optim al
yang dikerahkan
individu
dalam
m elakukan
suat u
akt ivit as m aka
akan
meningkat kan regulasi individu itu t ersebut . Pada penelitian schneider (2014)
menghasilkan bahw a t indakan positif yait u
dengan
meningkat kan
int ensit as
belajar pada sisw a dalam upaya m enghasilkan prest asi belajar mendapat kan
hasil sem akin tinggi regulasi siswa, artinya bahw a t indakan positif yang
dilakukan siswa akan m enghasilkan regulasi diri yang baik.
M enurut uraian diat as pengem bangan regulasi diri ini akan berkem bang dengan baik
t idak t erlepas dari adanya pengasuhan yang kondusif.
Pengasuhan yang positif Sem ent ara beberapa penelitian m enunjukkan adanya hubungan
yang serupa ant ara karakt erist ik parent ing dan regulasi diri.,Baldwin, Baldwin, dan Cole
(1990) m enem ukan bahw a, bagi anak –anak
yang hidup dalam keadaan kurang
berunt ung,perhatian orang tua yang lebih besar dikait kan dengan anak yang lebih baik
keberhasilanya.Sedangkan bagi m ereka yang hidup dalam situasi dengan t ingkat
keinganan yang lebih rendah maka anak lebih adapt if. Kedua jenis keluarga t ersebut ,
mem iliki aturan yang lebih dem okrat is berhubungan dengan kompet ensi anak yang lebih
besar. Lam born, Dornbusch, dan St einberg (1996) menemukan lebih kuat Hubungan
16
ant ara pem buat an keput usan nondem okrat is dan penyesuaian yang buruk di Eropa
Am erika daripada Afrika Amerika rem aja.
B3. REGULASI DIRI ANAK USIA DINI
Pengem bangan regulasi diri pada anak dan t erlihat di semua bidang perilaku
(Shonkoff &Phillips 2000). Perm asalahan regulasi diri akan dialam i oleh anak. hal ini
t erjadi apabila anak usia dini mendapat lingkungan penagsuhan yang kurang kondusif.
St rat egi untuk m em bantu anak usia dini agar mampu m elakukan regulasi diri (Bronson
2000) harus disesuaikan unt uk set iap anak . st rat egi yang dilakukan adalah sebagai
berikut . Ket ika m eraw at bayi at au balit a, orang t ua dan anak berint eraksi unt uk
mem berikan dukungan.Am at i dengan cermat . Bayimengirim isyarat yang m emberit ahu
kapan mereka lapar, lelah, at au siap berm ain. Bayi yang berum ur empat bulan, m em beri
isyarat kebutuhannya akan m akanan yang kurang , maka bayi akan sedikit m erint ih.
Pengasuhnya t ahu isyarat ini, berart i pengasuh m emberikan botol dot yang berisi
susu.Hal ini m enunjukkan adanya tanggapan terhadap kebutuhan individu untuk
ket erat uran, dan int eraksi.
Pada set ing sekolah anak usia dini yang membutuhkan mainan angin favorit nya
maka anak t ersebut akan melet akkannya di t em pat t idurnya dan m enutupinya dengan
selimut . Orang tua yang m emiliki bayi memberikan susu ke mulutnya dan mneyelimut i
ket ika t idur. Hal ini menunjukkan rut init as yang konsiist en untuk mendukung regulasi diri
unt uk m em bantu anak m emahami harapan m ereka.
Proses pemberian m akan membut uhkanbeberapa aspek regulasi diri. Secara
fisik, bayi mengisap, menelan, dan bernafas. Secara em osional, isyarat t angisan bayi.
Dukungan yang diberikan orang dewasa akan m enjadi landasan aw al pert um buhan
regulasi diri .Kepedulian dalam hubungan yang harmonis dan konsist en dengan orang
dew asa/ pengasuh akan m em berikan dukungan bagi pengem bangan dasar regulasi diri
anak.
17
PENUTUP
Berdasarkan pada pembahasan yang t elah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pengasuhan m erupakan int eraksi ant ara orang t ua dan anak yang akan m emberikan
dampak pada perkembanaggna regulasi diri.M engembangkan pengasuhan yang positif
dengan m emberikan reinforcem ent , punishment dan
imit asi, t erhadap perilaku anak
yang positif dan m em berikan cont oh perilaku m aka hal ini m erupakan st rat egi
pengem bangan regulasi diri anak usia dini.
2. Tahapan regulasi diri m eliputi
receiving, evaluat ing, searching, form ulating,
im plem ent ing, assesing. Regulasi diri yang baik dapat menghasilkan tindakan yang
mengarah pada tindakan positif.
3. Aspek dari regulasi meliput i m et akognit if, mot ivasi, dan tindakan posit if. Jika ket iga
aspek regulasi diri dapat m aksim al maka regulasi diri yang didapat kan akan m engarah
pada regulasi diri yang baik.
4. Regulasi diri yang t idak baik pada anak usia dini akan berdampak pada perilakunya
yang menyim pang .M eminim alisasi dampak yang t erjadipada akibat regulasi diri yang
baik dapat dilakukan dengan m emaksim alkan peran orang t ua dan guru di sekolah
unt uk bert anggungjawab secara bersam a m elalui pendekat an form al disekolah dan
lingkungan sosialnya yang dilakukan secara berkesinambungan.
Saran
Berdasarkan pada kesim pulan yang t elah di uraikan m aka penulis m em berikan saransaran sebagi berikut :
1.
M em aksim alkan aspek regulasi diri yaitu met akognit if, mot ivasi, sert a t indakan
posit if agar regulasi diri dapat t ercapai.
2. Pihak orang tua dan guru
sert a lingkungan berperan akt if dalam m engont rol
perilaku anak di sekolah dan lingkungan
sosialnya
dirum ah
agar
dapat
mem bangun r egulasi diri yang baik sert a berefek pada dan menghasilkan
perilaku yang positif.
18
DAFTAR PUSTAKA
Grolic and Farkas 2002, pa renting and development of children’s self regula tion,
Handbook of parenting, London, lawrence erlbaum assosiation publisher
Hurlock, Elizabeth B. 2005. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Izzaty Eka Rita 2005, M engenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK, Jakarta,
Departemen Pendidikan nasional Dirjen pendidikan tinggi
Lestari Sri, 2014, Psikologi Keluarga, Jakarta, Prenadamedia Group
M anab
abdul
,
2016 ,M emahami
Regulasi
Diri:
Sebuah
Tinjauan
Konsept ual,
m alang,UM M
Sa ntrock, J. W . 2010. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Ja karta : Kenca na.
Sa ntrock,
J.W .
2007.
Perkemba ngan Ana k,
Edisi
Kesebelas.
Jakarta: Penerbit
Erlangga .
Syafrida Rina, 2014, Regulasi Diri dan Intensita s Penggunaan Smartphone terha dap
ketera mpilan sosial, Jurnal pendidikan anak usia dini, vol 8 edisi 2, nov 2014,
Jakarta.
W ahyunintyas, Dessy Putri. 2015. ”M engembangkan Regulasi Diri M elalui Pemberian
Penghargaa n”. Universitas M uha mmadiyah Surabaya,
(hlm.93--97
19
Volume
9,
Edisi
1
2
3
4
PENGASUHAN DAN REGULASI DIRI
ANAK USIA DINI
Rina Wijayanti,M .Psi
Prodi PG PAUD Fakult as Ilmu Pendidikan Universit as Kanjuruhan M alang
Em ail: [email protected]
Abstrak : Sesuai konsep UNESCO bahw a Pendidikan anak usia dini m erupakan “ Life
long Education ” , sehingga bayi sejak dalam kandungan sudah dapat diberikan pendidikan
at au edukasi untuk ket eram pilan hidupnya.karena bayi m em iliki kemam puan m erespon
st im ulus dari luar ket ika berada dalam kandungan. Dalam pengasuhan yang posit if akan
mam pu mengem bnagkan kem am puan regulasi diri anak usia dini. M engembangkan
pengasuhan yang posit if dengan memberikan reinforcem ent , punishm ent dan imit asi,
t erhadap perilaku anak yang positif dan m em berikan cont oh perilaku m aka hal ini
merupakan st rat egi pengembangan regulasi diri anak usia dini. Pola asuh orangtua
merupakan pola int eraksi ant ara orang t ua dan anak karena akan t erjadi penerapan nilai
nilai dan aturan , norma, mem berikan kasih sayang, sehingga dijadikan panut an bagi
anak. Regulasi diri m erupakan kemam puan anak dalam memanajemen diri dan bersikap
sebagai hasil dari kont rol em osi dan sikap yang ada dalam diri anak. regulasi diri
merupakan kem am puan anak dalam m em uasat kanperhat ian, m engat ur pikiran dan
em osinya sert a m engurangi perilkau dom inan. Regulasi diri m enuntut fleksibilitas dan
pengendalian diri unt uk mendapat kan hasil yang diinginkan. Pada banyak anak-anak,
perkembangan regulasi diri berkem bang dengan sempurna hingga
m em asuki usia
anak aw al, m enghabiskan w aktu paling tidak t iga tahun. Anak perlu diasuh dan
dibim bing karena m engalam i pert umbuhan dan perkem bangan. Pert um buhan dan
perkem bangan itu m erupakan suatu proses yang akan t erus berjalan hingga akhir hayat .
Pengasuhan yang positif dan pencipt aan lingkungan pengasuhan yang m endukung akan
mendukung berkem banganya kem ampuan regulasi diri anak usia dini dengan baik. Anak
usia dini yang m em iliki kem am puan regulasi diri yang optimal akan m em berikan peluang
keberhasilan dalam hidupnya yang lebih besar.
Kata Kunci : Pengasuhan, regulasi diri.
A. PENDAHULUAN
Pada anak usia dini kualit as t umbuh kem bangnya akan m enjadi penent u
kesehat an, fisik, kognit if dan sosial em osional sert a perilaku sepanjang hidupnya. Teori
perkembangan
berguna
untuk
memahami
anak-anak
dalam
m engembangkan
kem am puannya sebagai seorang individu. Sesuai konsep dari UNESCO bahw a Pendidikan
5
anak usia dini m erupakan “ Life long Educat ion” , sehingga bayi sejak dalam kandungan
sudah dapat diberikan pendidikan at au edukasi untuk ket eram pilan hidupnya.karena bayi
mem iliki kemam puan merespon st imulus dari luar ket ika beradda dalam kandungan.
Indonesia sendiri t elah memilikist andar
PAUD yang dijadkan dasar anak-anak
Indonesia mendapat kan pendidikan sebelum di sekolah dasar. Pem belajaran di PAUD
merupakanint eraksi
ant ara
anak,
orang tua,
atauorang dew asa
lainnya dalam
suat ulingkungan t ert ent u untuk mencapai t ugasperkem bangan, sesuai dengan pot ensi
anak.
Vigot sky
(dalam
pengalam anint eraksi
sosial
Izzat y Eka Rit a, 2005)berpendapat
m erupakan
hal
yangpenting
bahw a
bagi
bahan
perkem bangan
ket eram pilanberpikir (t hinking skill). Akt ivit as m ent alyang t inggi pada anak dapat
t erbent ukmelalui int eraksi dengan orang lainsehingga pem belajaran dapat efekt if
jikaanak
dapat
belajar
m elalui
bekerja,bermain,
dan
hidup
bersama
denganlingkungan.
Bayi lahir dengan beberapa kem am puan untuk m engat ur diri sendiri, nam un
mereka t idak selalu m ampu unt ut k mengendalikan emosi yang begit u kuat . M ereka
bergant ung pada bantuan dari luar sepert i dari pengasuhnya at au perat uran yang ada di
luar. Bayi m ulai m engembangkan kemampuan ini ket ika berhubungan dengan orang
dew asa. Kemampuan mengatur diri at au dikenal dengan regulasi diri akan diperlukan
sepanjang hidup. Kem am puan regulasi diri m erupakan kem am puan anak untuk
mengendalikan
fungsi tubuh , m engatur emosi, focus perhatian anak. perkem bnagan
regulasi diri merupakan landasan aw al m asa kanak-kanak pada sem ua bidang perilaku.
Baum eist er, at all (2006) dalam ( grolnick, farkas, 2002) beranggapan bahwa regulasi diri
merupakan kem am puanuntuk m erencanakan, mengarahkan, dan memonit ori perilaku
unt uk
mencapai
suatu
tujuan
t ert ent u
dengan melibat kan unsur fisik, kognit if,
em osional, dan sosial agar sesuai dengan nilai, m oral, dan aturan yang berlaku dalam
lingkungan m asyarakat , sert a regulasi diri juga merupakan kemampuan menghasilkan
fikiran, perasaan, dan t indakan sert a kem am puan adapt asi secara t erus m en erus agar
t ercapai tujuan yang diinginkan set iap individu.
M enurut Kochanska (dalam Papalia,2010), sebagian anak t ersosialisasi lebihsiap
dibandingkan
yang
lain.
Cara
orang
t ua
menangani
t em peram en sang anak, sert akualit as
hubungan
mem bantu
at au
6
m emprediksi
sulitnya
orang
pekerjaanmereka dan
tua-anak,mungkin
m udahnyam ensosialisasikan
dapat
seorang
anak.Beberapa
fakt or
dalam
kesuksesansosialisasi
dapat
mencakup
keamananket erikat an orang tua-anak (M accoby,dalam Papalia:2010).M enurut Sant rock
(2008:526)Regulasi
pemikiransendiri,
diri
(Self-Regulat ory)
perasaan
sendiri
adalahsuatu
dan
t ujuan
perilakusendiri.
dalam
pencipt aan
sedangkan
menurut
Eisenberg(dalam Papalia, 2010), regulasi diri (Selfregulation) adalah kem ampuan
mengont rolperilaku seseorang dalam kondisi t idakadanya kont rol ekst ernal, set elah
berulangkali
berhubungan
dengan
ukuranperkem bangan
kat a
hat i,
sepert i
menolakgodaan dan m em perbaiki t indakan yangsalah. Jadi regulasi diri merupakan
pondasi bagi perkem bangan fisik, kognitif, sosial, dan em osional. Apabila kit a m elihat
perilaku anak usia din
disekolah yang m enginginkan kue yang dibaw a t emannya,
kem udian kue akan diambil namun t idak jadi dilakukan , hal ini mencerminkan regulasi
diri yang dim iliki oleh anak t ersebut . Untuk melakukan hal ini anak harus secara sadar dan
paham t erhadap aturan yang t elah diberikan oleh lingkungan yang t elah didapat kan dari
orang tua at aupun guru, yang mem berikan bat asan t ent ang perbuat an mengambil barang
milik orang lain t anpa ijin (kesadaran kognit if), sedangkan kemampuanya tidak
mengambil kue m em butuhkan kont rol emosi.
Anak usia dini belajar regulasi diri dalam m engatur pikiran, perasaan, perilaku dan
em osinya dengan melihat dan m enanggapi orang dew asa. Bantuan dari orang dew asa
sangat m em bant u dalam perkembangan regulasi anak usia dini. M emberikan contoh
posit if pada anak usia dini yang dilakukan orang dew asa baik dirumah mupun di sekolah
maka m ereka akan m engingat dan m erespon tindakan dari orang dewasa. M emberikan
rew ard
dan
m engapresiasi
perilaku
anak
bila
m ereka
bertindak
positif
akan
mengembangkan kem am puan regulasi dirinya.
Orangt ua akan m enerapkan pola asuh yangm enurutnya benar agar anak
menjadicerdas
dan
disiplin
sesuai
dengan keinginan orang tua. Penerapan pola
asuhyang t epat menjadi sangat pent ing dalam pembent ukan
perilaku
anak.
Pola
asuhorang t ua adalah suatu cara t erbaik yang dapat dit em puh orang t ua dalam m endidik
anak sebagai perw ujudan dari rasa t anggung jaw ab kepada anak. Orang tua harus
menerapkan pola pengasuhan yang t epat dan sesuai bagi diri anak agar dapat menunjang
kesuksesan regulasi diri padaanak (Papalia, W endkos, & R.Feldman,2010).
B. PENGASUHAN
7
Pola asuh orang t ua adalah pola perilaku yang dit erapkan pada anak dan
bersifat relat ive konsist en dari wakt u ke w akt u. Pola perilaku ini dapat dirasakan
oleh anak, dari segi negat if maupun positif. Beberapa definisi t ent ang pengasuhan dari
para ahli m enyat akan M enurut Supriyanto (dalam Yusiana, 2012) pola asuh merupakan
pola int eraksi ant ara orang tua dan anak,yait u bagaim ana cara sikap at au perilaku
orang t ua saat berint eraksi dengan anak,t erm asuk cara penerapan at uran,mengajarkan
nilai at au norm a,memberikan perhat ian dan kasih sayang sert a menunjukkan sikap
dan perilaku baik sehingga dijadikan panut an bagi anaknya.
Pola asuh orang t ua adalah pola perilaku yang dit erapkan pada anak dan
bersifat relat ive konsist en dari wakt u ke w akt u. Pola perilaku ini dapat dirasakan
oleh anak, dari segi negat if
maupun positif. Pola asuh orang t ua merupakan
gam baran t ent ang sikap dan perilaku orang t ua dengan anak dalam berint eraksi,
sert a
berkom unikasi
selama
m engadakan
pengasuhannya, m em erlukan sejumlah
kegiat an
kem am puan
pengasuhan.
Dalam
int erpersonal dan m empunyai
t untut an em osional yang besar (M onks dalam Safit ri, 2013). Bahrul Khairil Am al (dalam
Nurw ahyuni, 2013) yang m endefinisikan pola asuh orang t ua sebagai suatu cara at au
sist em pendidikan
dan pembinaan orang tua t erhadap anPola
t ent ang
sikap
dan
perilaku orang
tua
asuh
orang
dengan
anak
tua
m erupakangambaran
dalam berint eraksi,
sert a
berkomunikasi selama m engadakan kegiat an pengasuhan.
Kamus bahasa Indonesia (2008) pengasuhan berart i hal (cara, perbuat an,
dan
sebagaianya)
m engasuh.
menjaga/ m eraw at / m endidik,
Dalam
mengasuh
m em bimbing,
mengandung
m em bant u,
m akna
m elat ih,
mem impin/ m engepalai/ m enyelenggarakan. Dalam perkembanganya juga dieknal dengan
ist ilash assh, asih, dan asuh. Pola asuh orang tua m erupakansalah satu fakt or penting
dalam m engem bangkan at aupun m engham batpert um buhan anak. Seorang anak yang
dibiasakan
dengan
suasana
keluarga yang
t erbuka,
saling
m enghargai,
saling
menerim a, dan mendengarkan pendapat anggot a keluarga lainnya maka ia akan
t umbuh m enjadi generasi yang t erbuka, fleksibel, penuh inisiat if, dan percaya diri.
Kondisi keluarga yang posit if t empat t umbuh kem bang anak dalam set iap aspek
perkembaganya.
8
Perilaku kreat if dapat t um buh dan berkem bang dengan baik. Kehidupan keluarga
merupakan lingkungan pert am a dan ut am a bagi anak. Keluarga merupakan kelompok
sosial yang memiliki karakt erist ik t inggal bersam a, t erdapat kerja sam a ekonomi, dan
t erjadi proses reproduksi (Lest ari, 2012:13).
Dapat disimpulkan dari berbagai pendapat bahw a pengasuhan m erupakan kom it men dari
orang dewasa yait u orang tua, at au pendidik dalam menjaga/ m eraw at / m endidik,
mem bim bing, membant u, m elatih, m em impin/ mengepalai/ m enyelenggarakan peran
t erhadap tumbuh kembang anak usia dini.
M enurut t eori ekologi yang ungkapkan oleh Bronfenbenner (2000) dalam lest ari
(2012) m engat akan
pengasuhan
anak
t idak t erlepas dari
sist em-sist em
yang
melingkupinya yaitu macrosyst em (politik, budaya, ekonom i, nilai sosial), mesosyst em
(sekolah dan komunit as), microsyst em (int erkasi orang t ua dan anak dalam pengasuhan ) ,
chronosyst em .(kondisi ort u dahulu dan sekarang yang berbeda). Kondisi polit ik , budaya,
ekonomi,
dan
nilai-nilai
sosial
berkont ribusi
t erhadap
proses
sosialisasi
dan
perkembangan anak melalui pengasuhan orangt ua, pendidikan di sekolah m aupun
masyarakat .
Dalam hal ini t eori ekologi m enjelaskan bahwa pengasuhan pada anak khususnya usia dini
melibat kan berbagai komponen yang m asuk dalam sist em . Peran orangt ua dalam
pengasuhan dan pihak diluar keluarga juga m em pengaruhi pengasuhan yang dilakukan
pada anak usia dini.
Pola pengasuhan ornagt ua pada anak yang dikenal pada masyarakat luas dikenal
dengan gaya pengasuhan. Pola asuh dibedakan m enjadi beberapa jenis, salah sat unya
menurut Sant rock (1998), yaitu: Pola asuh aut horit arian, yait u pola asuh yang penuh
pembat asan
dan
hukuman
(kekerasan) dengan
cara
orang
tua
m em aksakan
kehendaknya sehingga orang tua dengan pola asuhauthorit arian memegang kendali
penuh dalam mengont rol anak-anaknya.
Pola asuh aut horit at ive, yaitu pola asuh yang m emberikan dorongan pada anak
unt uk mandiri nam un t et ap m enerapkan berbagai bat asan yang akan m engont rol
perilaku mereka. Adanya saling memberi dan saling menerima, m endengarkan dan
didengarkan.Pola asuh perm issive, M accoby dan M art in
(dalam
Sat rock,
1998)
mem bagi pola asuh ini mejadi dua neglect ful parent ing dan idulgent parent ing. Pola
asuh yang neglect ful yait u bila orang t ua sangat t erlibat dalam kehidupan anak (t idak
9
peduli). Pola asuh ini m enghasilkan anak-anak yang kurang mem iliki kompet ensi sosial
t erut am a karena adanya kecenderungan kont rol diri yang kurang. Pola asuh yang
indulgent yaitu bila orang tua sangat t erlibat dalam kehidupan anak, namun hanya
mem berikan kont rol dan tuntut an yang sangat m inim (selalu m enurut i at au t erlalu
mem bebaskan) sehingga dapat m engakibat kan kom pet ensi sosial yang t idak akurat
karena umumnya anak kurang m ampu untuk melakukan kont rol diri dan m enggunakan
kebebasannya t anpa rasa t anggung jaw ab sert a m emaksakan kehendaknya.Pola asuh
juga m emiliki berbagai cirri-ciri m enurut beberapa pakar, salah sat unya menurut
Hurlock (1993) yang mengem ukakan ciri - ciri pola asuh sebagai berikut :Pola asuh
otorit er m em punyai ciri sepert i anak harus t unduk dan pat uh pada kehendak orang
t ua,pengont rolan orang t ua pada t ingkah laku anak sangat ket at ham pir t idak pernah
mem beri pujian,
sering memberikan hukum an fisik jika t erjadi kegagalan mem enuhi st andar yang t elah
ditet apkan orang t ua, pengendalian t ingkah laku m elalui kont rol ekst ernal.Pola asuh
demokrat is m em punyai cirri-ciri yait u, anak diberi kesempat an unt uk m andiri dan
mengembangkan kont rol int ernal, anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut
dilibat kan dalam
pengambilan
keputusan, m enet apkan
perat uran
sert a m engat ur
kehidupan anak. Pola asuh perm isif m em punyai ciri yait u, kont rol orang t ua kurang,
bersifat longgar at au bebas, anak kurang dibim bing dalam mengatur dirinya, hampir
t idak m enggunakan hukum an, anak diijinkan m embuat keputusan sendiri dan dapat
berbuat sekehendaknya sendiri.
Keluarga m erupakan lingkungan sosial pert am a dan ut ama bagi anak sehingga
mem beri pengaruh t erbesar bagi perkem bangan anak.Keluarga t erut am a ayah dan
ibu mem berikan dasar pem bent ukan t ingkah laku, w at ak, moral dan pendidikan
anak.Pengalaman int eraksi di dalam keluarga akan m enent ukan pola dan tingkah laku
anak t erhadap orang lain dalam masyarakat (Soet jiningsih dalam List riana,2012).
Anak usia dini memerlukan pengasuhan dan pengaw asan sert a arahan dari orang
dew asa. Peran orangt ua sangat dibutuhkan untuk m encipt akan linfkungan yang kondusif
dalam pengasuhan anak usia dini. Pola assuh sangat dipengaruhi oleh kualit as int eraksi
ant ara orangt ua dan anak. t erbentunya anak didapat kan dari pem biasaan –pembiasaan
yang t erjadi pada situasi rum ah. Hal inilah yang akan m endasari anak untuk berkem bang.
10
REGULASI DIRI
Dalam perkem bangan anak usia dini regulasi diri menjadi hal penting. Erikson
(dalam syafrida,2014) m enjelaskan regulasi diri pada anak adalah bagaimana anak –anak
meraih kont rol t erhdapa em osi dan perilaku sosial anak dalam m enentukan perannya
sebagai makhluk sosial dalamlingkungan masyarakat . Piant a,(2012) menjelaskan regulasi
diri sebagai ket eram pilan unt k m engat ur sikap, em osi, dan pikiran sesuai dengan
keadaan. Thompson dalam Piant a(2012) menjabarkan lebih det ail t ent ang regulasi diri
yang m engascu pada ket eram pilan int rinsik, dan ekst rinsik yang bert angungjaw ab dalam
mem ant au, mengevaluasi, sert a memodifikasi reaksi emosi yang akan ditunjukakn dalam
mencapai suatu tujuan..
Pada
banyak
anak-anak,perkem bangan
regulasi
diri
penuh berkem bang
dengan sempurna hingga anak m emasuki usia anak aw al,m enghabiskan w akt u paling
t idak
t igat ahun. Charleswort h
(dalam Wahyuningt yas,
2015)
berpendapatbahwa
regulasi diri m erupakan t he abilit y t o cont rol emot ions, int eract in posit ivew ays w it h
ot hers, avoid inappropriat e or aggressive act ions, and become a self direct ed learner .
Pendapat t ersebut berart i kemampuan
mengendalikan
em osi,berint eraksi
secara
posit if dengan oranglain, m enghindari perbuat an yang t idak pant as at au agresif, dan
diarahkan m enjadi pem belajar mandiri.Dari t eori-t eori diat as, dapat disimpulkan bahwa
regulasi diri merupakan pengendalian diri pada anak untuk mengelola, mengarahkan
dan m enyesuaikan perilaku, proses berpikir,dan em osi sesuai dengan lingkungan
sosialnya. Regulasi diri pada anak m erupakan ket eram pilan yang dim iliki anak dalam
mem anajem en diri dan bersikap sebagai hasil dari kont rol em osi dan sikap yang ada di
dalam diri anak, kemudian diekspresikan m elalui em osi dan tindakan-t indakan dalam
menjalin hubungan sosial dengan anak
Perilaku anak usia dini dapat dikendalikan secara ekst ernal m elalui proses
sep ert i
m odeling,
konsekuensi (reinforcement
dan
punishment ),
dan inst ruksi
langsung. Hal t ersebut sejalan dengan pendapat Sant rock (dalam Dessy,2015) yait u
proses
reinforcement ,punishm ent,
dan
im it asi
dianggap
dapat m enjelaskan cara
individu belajar t ent ang respons t ert ent u dan kenapa respons individu berbeda dengan
respons individu lain. Ket ika anak diberi reinforcem ent untuk perilaku yang konsist en
11
sesuai dengan lingkungan sosialnya, maka akan lebih mungkin untuk m engulangi
perilaku t ersebut . Apabila anak m enerim a punishm ent at as perilakunya yang tidak
baik, m aka perilaku t ersebut dapat dihilangkan. Jadi unt uk membentuk perilaku anak
sesuai
dengan harapan
orang
tua,
dibutuhkan
pola yang
t epat
yang
dapat
mem berikan anak reinforcem ent sepert i rew ard dan punishm ent.
Regulasi diri merupakanproses psikologis yang dapat menentukan seseorang
unt uk melakukan t indakan, sert a juga regulasi diri bisadiat ur m ekanism enya pada
set iap individu untuk menghasilkan perilaku yang positif agar t ercapai cit a
yangdiinginkan. M cCullough & Willoughby dalam Grolnick,farkas(2002)
bahw a regulasi
– cit a
beranggapan
diri bukan sesuat u yang ada sejaklahir akan t et api dapat dipelajari,
biasanya pem belajaran awal dari orang t ua, sert a biasanya regulasi diri berasaldari
agama at aupun nilai yang didapat dalam masyarat . Regulasi diri juga penting bagi
anak karena anak pada
proses pert um buhan akan belajar bagaiman cara m engendalikan em osi yang baik
misalnya ket ika dalam
kelas dapat t enang dan m engangkat t angan ket ika izin atau
bicara, at aupun m engendalikan kemarahan m ereka sepert i m enangis yang berlebihan.
M aka
regulasi
diri
m erupakan
proses
individu
untuk m engat ur dan
mem perbaiki diri sert a m em punyai tujuan yagn ingin dicapai. Dukungan regulasi diri yang
baik akan mendorong berbagai keberhasilan yang t erjadi pada prosespert umbuhan dan
perkembangan .
Adapun t ahapan pada proses regulasi diri diant aranya
meliput i receiving,
evaluat ing, searching, formulating, implem ent ing, assesing. Sedangkan pada aspek
regulasi diri meliput i aspek m et akognit if, M otivasi, dan t indakan positif. Regulasi diri
yang baik akan berdampak pada masyarakat , karena individu dengan regulasi diri yang
baik akan cenderung m em at uhi perat uran yang dit et apkan oleh nirma, nilai dan hukum
yang berlaku pada m asyarakat dan dapat meredam konflik yang t erjadi (Johnstone &
Sarrne, dalam grolick dan farkas,2002).
b.1.TAHAPAN REGULASI DIRI
Pada ilmu psikologi sebenarnya akar dari t eori regulasi diri adalah t eori
Albert
Bandura
yait u
t eori
sosial kognitif.
Teori
sosial
kognitif
Bandura
mengemukakan bahwa kepribadian seseorang dibent uk dari kognitif, perilaku, dan
12
lingkungan. Kont rol at as berbagai ransangan dari luar dinam akan regulasi diri. Tahapan –
t ahapan pem bentukan
dilew at i
dan
regulasi
m endasarinya
diri
set iap
agar
individu, ada beberapa proses yang
set iap individu dapat m encapai tujuan yang
diharapkan. Adapun t ahapan regulasi diant aranya yaitu manab(2016):
1. Receiving
M erupakan langkah yang
dilakukan individu ket ika m enerim a inform asi aw al.
Inform asi aw al yang didapat kan selayaknya relevan dan baik. Adanya informasi
yang didapat kan m em buat individu menghubungkan dengan inform asi yang
t elah
didapatkan
sebelumnya
lainnya. M isalnya pada
anak
ataupun
hubungan
dengan
aspek
–aspek
dalam t ahap bermain dim ana anak akan
mendapat kan t ant angan dari perm ainan t ersebut sert a dapat dinilai apakah
anak dapat menyelesaikan dan ini akan berdampak pada regulasi diri anak
pada t ahapan penerim aan informasi (Bodrova, Germ erot h, & Leong, 2013).
M asalah yang didapat kan adalah ket ika anak t erlahir premat ur at aupun m em iliki
kekurangan lainnya m aka informasi yang didapat kan t idak sepert i anak lainnya.
Pada penelitian Lynn et all (2011) t ent ang anak yang t erlahir prem at ur
menghasilkan t ent ang adanya perbedaan yang signifikan ant ara anak yang lah ir
pemat ur dan anak yang lahir normal. Kesulit an anak dalam m enerima informasi
sangat penting, dan berguna untuk pengembangan regulasi diri anak t ersebut .
2. Evaluating
M erupakan pengolahan informasi, ket ika t elah melew at i t ahap receiving.
pada Proses evaluat ing t erdapat masalah yang didapat, maka individu dapat
mem bandingkan
masalah
dari
lingkungan
(ekst ernal) t ersebut
dengan
pendapat diri pribadi (int ernal) yang t elah didapat kan sebelumnya. Evaluating
merupakan t ahapan penting dalam proses regulasi diri karena dal am t ahapan
ini individu akan mengumpulkan hasil informasi dan melihat perbedaan pada
lingkungan luar yang akan m enjadi sumbangan paling besar pada proses
t indakan yang akan diambil nant inya (M cNam ara, & O’ Hara, 2008).
3. Searching
M erupakan
t ahapan
pencarian
solusi
m asalah.
Pada t ahapan
evaluat ing
individu akan m elihat perbedaan ant ara lingkungan dan pendapat pribadinya,
13
maka
individu
akan
mencari
solusi
untuk
menekan perbedaan
m asalah
t ersebut . Pencarian solusi at as m asalah yang didapat kan individu sebaiknya
mem presepsikan t erlebih dahulu masalah t ersebut t erhadap dirinya kem udian
hubungannya dngan orang lain at au
kesulit an
yang
paling
minim al
lingkungan
didapat kan
m asyarakat ,
ket ika
sert a m encari
m elakukan t indakan
(Baum eister,1987).
4. Formulating
M erupakan
penet apan
tujuan
atau
rencana yang m enjadi
t arget
sert a
mem perhit ungkan m asalah sepert i wakt u, t empat , media ataupun aspek lainnya
yang menjadi pendukung yang dapat m encapai t ujuan secara efekt if m aupun
efisien. Pedoman pada t ahapan ini biasanya m enggunakan t eknologi yang
digunakan pendidik untuk m emacu regulasi diri sisw a untuk lebih maksimal
misalnya komunikasi
dan jejaring sosial lainnya yang dapat
mengarahkan sisw a untuk lebih efekt if dalam belajar, dan juga m ot ivasi bagi siswa
unt uk berkom unikasi dengan t em an at aupun para pendidik lainnya, sert a juga
media t ersebut m enjadi formula ataupun
media dalam
menet apkan t ujuan
yang ingin dicapai (Kit sant as, 2013). Penet apan t ujuan adalah komponen yang
pent ing dalam t ahapan regulasi diri, dalam penet apan tujuan jangka panjang
maka adapula sub bagian yang disebut tujuan jangka pendek yang berguna untuk
mem ant au seberapa besar kemajuan yang berhasil diraih, sert a berguna juga
unt uk m enyesuaikan st raregi apa yang dapat dit erapkan untuk m enjadi kunci
ut ama agar dapat m eraih keberhasilan yang lebih baik (Schunk, 2001)
5. Implem ent ing
Tahapan pelaksanaan rencana yang t elah dirancang sebelumnya. Tindakan yang
dilakukan sebaiknya t epat dan m engarah pada t ujuan, w alaupun dalam sikap
cenderung dim odifikasi agar t ercapai t ujuan yang diinginkan. Tujuan yang
t erlalu tinggi biasanya t idak menjam in pencapaian yang m aksim al dikarenakan
oleh
berbagai
fakt or
yang
m enjadi
pengham bat,
maka
dalam
t ahapan
im plem ent ing, individu selayaknya m enyadari bahw a kegagalan regulasi diri
pada tahapan ini adalah sesuat u yang biasanya t erjadi (Oet t ingen, Honig, &
Gollwit zer, 2000).
6. Assesing
14
Tahapan akhir untuk m engukur seberapa m aksim al rencana dan t indakan yang
t elah dilakukan pada
proses
seb elumnya
dalam
m encapai
tujuan
yang
diinginkan. Tujuan yang ingin dikelola biasanya mengalam i pergeseran nilai,
akan t et api pergeseran nilai t ujuan dapat diatasi dengan lebih memant apkan
priorit as t ujuan ut am a (Carver & Scheier, 2011). Penilaian t ent ang seberapa
maksimal
t indakan
yang dilakukan akan m emberikan efek ket ika m elakukan
t indakan selanjutnya, assesing adalah bagian dari proses int ropeksi diri individu
dan dapat berefek juga pada penilaian diri t ent ang seberapa besar kont ribusi
perilaku yang t elah dilakukan (Kayler & Weller, 2007).
b.2. ASPEK REGULASI DIRI
Regulasi
diri
berart i
juga
ket ahanan
diri
t erhadap
ransangan
dari
lingkungan yang mem aksa individu untuk melakukan tindakan baik it u tindakan yang
posit if ataupun negat if. M aka ada beberapa aspek yang mendasari pada regulasi diri
pada set iap individu yaitu (manab,2016):
1. M et akognit if
M erupakan
bagian
dari
kem ampuan
individu
ket ika
m emikirkan
untuk
merancang at au merencanakan t indakan yang ingin dilakukan. Pada penelitian
yang
dilakukan
dilakukan
oleh
Romera
anak
(2009)
usia
dini
m enghasilkan bahw a
ketika
met akognisi
diberikan
inform asi
yang
dengan
menggunakan pert anyaan set elah diberikan pert anyaan at au t ugas – t ugas
maka aspek yang banyak berperan dalam menent ukan regulasi dirinya adalah
met akognit if
maka
m enim bulkan
kesim pulan
bahwa
regulasi
diri
dalam
st rat egi penerimaan inform asi m aupun pem belajaran yang baik berkorelasi
dengan
kem am puan
met akognit if.
Pada
penelit ian
araujo
(2013)
yang
mem bandingkan beberapa aspek yang m endasari pembent ukan regulasi diri,
didapat kan bahwa m et akognitif memainkan peranan penting sebagai pem bent uk
regulasi diri seseorang.
2. M otivasi
merupakan
fakt or
penentu
dalam
m elakukan
tindakan
ataupun
sebagai
serangkaian usaha yang m ungkin berasal dari ransangan luar at aupun berasal
15
dari individu sendiri, m otivasi bisa berupa hadia at aupun hukum an (Zuhm run et
all, 2011). Penelit ian yang dilakukan Pint rich & De Grot (1990) menghasilkan
bahw a motivasi
m erupakan
M otivasi
baik
yang
serapan
dari
m enghasilkan
serangkaian
prest asi. Keluarga
merupakan unsur pent ing dalam membangun
kognit if
at au
individu.
orang
tua
m ot ivasi pada regulasi diri
anak maupun remaja (Grolnick & Ryan, 1989). Adapun pada penelit ian Effeny,
Carroll, & Bahr (2013) menemukan bahwa
dalam
membangun regulasi diri
rem aja (sisw a), peran guru sangat penting pada aw al – aw al pendidikan
ket ika masuk sekolah baru karena sisw a akan sangat bergant ung pada apa yang
dikat akan oleh guru, dan selayaknya guru mem berikan mot ivasi penguat an dalam
mencapai tujuan dan cit a – cit a yang ingin dicapai.
3. Tindakan posit if
merupakan t indakan yang dilakukan individu ketika t elah m enyeleksi dan
menghasilkan perilaku
yang
dapat
dit erim a
oleh
lingkungan
m asyarakat
at aupun sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sem akin besar dan optim al
yang dikerahkan
individu
dalam
m elakukan
suat u
akt ivit as m aka
akan
meningkat kan regulasi individu itu t ersebut . Pada penelitian schneider (2014)
menghasilkan bahw a t indakan positif yait u
dengan
meningkat kan
int ensit as
belajar pada sisw a dalam upaya m enghasilkan prest asi belajar mendapat kan
hasil sem akin tinggi regulasi siswa, artinya bahw a t indakan positif yang
dilakukan siswa akan m enghasilkan regulasi diri yang baik.
M enurut uraian diat as pengem bangan regulasi diri ini akan berkem bang dengan baik
t idak t erlepas dari adanya pengasuhan yang kondusif.
Pengasuhan yang positif Sem ent ara beberapa penelitian m enunjukkan adanya hubungan
yang serupa ant ara karakt erist ik parent ing dan regulasi diri.,Baldwin, Baldwin, dan Cole
(1990) m enem ukan bahw a, bagi anak –anak
yang hidup dalam keadaan kurang
berunt ung,perhatian orang tua yang lebih besar dikait kan dengan anak yang lebih baik
keberhasilanya.Sedangkan bagi m ereka yang hidup dalam situasi dengan t ingkat
keinganan yang lebih rendah maka anak lebih adapt if. Kedua jenis keluarga t ersebut ,
mem iliki aturan yang lebih dem okrat is berhubungan dengan kompet ensi anak yang lebih
besar. Lam born, Dornbusch, dan St einberg (1996) menemukan lebih kuat Hubungan
16
ant ara pem buat an keput usan nondem okrat is dan penyesuaian yang buruk di Eropa
Am erika daripada Afrika Amerika rem aja.
B3. REGULASI DIRI ANAK USIA DINI
Pengem bangan regulasi diri pada anak dan t erlihat di semua bidang perilaku
(Shonkoff &Phillips 2000). Perm asalahan regulasi diri akan dialam i oleh anak. hal ini
t erjadi apabila anak usia dini mendapat lingkungan penagsuhan yang kurang kondusif.
St rat egi untuk m em bantu anak usia dini agar mampu m elakukan regulasi diri (Bronson
2000) harus disesuaikan unt uk set iap anak . st rat egi yang dilakukan adalah sebagai
berikut . Ket ika m eraw at bayi at au balit a, orang t ua dan anak berint eraksi unt uk
mem berikan dukungan.Am at i dengan cermat . Bayimengirim isyarat yang m emberit ahu
kapan mereka lapar, lelah, at au siap berm ain. Bayi yang berum ur empat bulan, m em beri
isyarat kebutuhannya akan m akanan yang kurang , maka bayi akan sedikit m erint ih.
Pengasuhnya t ahu isyarat ini, berart i pengasuh m emberikan botol dot yang berisi
susu.Hal ini m enunjukkan adanya tanggapan terhadap kebutuhan individu untuk
ket erat uran, dan int eraksi.
Pada set ing sekolah anak usia dini yang membutuhkan mainan angin favorit nya
maka anak t ersebut akan melet akkannya di t em pat t idurnya dan m enutupinya dengan
selimut . Orang tua yang m emiliki bayi memberikan susu ke mulutnya dan mneyelimut i
ket ika t idur. Hal ini menunjukkan rut init as yang konsiist en untuk mendukung regulasi diri
unt uk m em bantu anak m emahami harapan m ereka.
Proses pemberian m akan membut uhkanbeberapa aspek regulasi diri. Secara
fisik, bayi mengisap, menelan, dan bernafas. Secara em osional, isyarat t angisan bayi.
Dukungan yang diberikan orang dewasa akan m enjadi landasan aw al pert um buhan
regulasi diri .Kepedulian dalam hubungan yang harmonis dan konsist en dengan orang
dew asa/ pengasuh akan m em berikan dukungan bagi pengem bangan dasar regulasi diri
anak.
17
PENUTUP
Berdasarkan pada pembahasan yang t elah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pengasuhan m erupakan int eraksi ant ara orang t ua dan anak yang akan m emberikan
dampak pada perkembanaggna regulasi diri.M engembangkan pengasuhan yang positif
dengan m emberikan reinforcem ent , punishment dan
imit asi, t erhadap perilaku anak
yang positif dan m em berikan cont oh perilaku m aka hal ini m erupakan st rat egi
pengem bangan regulasi diri anak usia dini.
2. Tahapan regulasi diri m eliputi
receiving, evaluat ing, searching, form ulating,
im plem ent ing, assesing. Regulasi diri yang baik dapat menghasilkan tindakan yang
mengarah pada tindakan positif.
3. Aspek dari regulasi meliput i m et akognit if, mot ivasi, dan tindakan posit if. Jika ket iga
aspek regulasi diri dapat m aksim al maka regulasi diri yang didapat kan akan m engarah
pada regulasi diri yang baik.
4. Regulasi diri yang t idak baik pada anak usia dini akan berdampak pada perilakunya
yang menyim pang .M eminim alisasi dampak yang t erjadipada akibat regulasi diri yang
baik dapat dilakukan dengan m emaksim alkan peran orang t ua dan guru di sekolah
unt uk bert anggungjawab secara bersam a m elalui pendekat an form al disekolah dan
lingkungan sosialnya yang dilakukan secara berkesinambungan.
Saran
Berdasarkan pada kesim pulan yang t elah di uraikan m aka penulis m em berikan saransaran sebagi berikut :
1.
M em aksim alkan aspek regulasi diri yaitu met akognit if, mot ivasi, sert a t indakan
posit if agar regulasi diri dapat t ercapai.
2. Pihak orang tua dan guru
sert a lingkungan berperan akt if dalam m engont rol
perilaku anak di sekolah dan lingkungan
sosialnya
dirum ah
agar
dapat
mem bangun r egulasi diri yang baik sert a berefek pada dan menghasilkan
perilaku yang positif.
18
DAFTAR PUSTAKA
Grolic and Farkas 2002, pa renting and development of children’s self regula tion,
Handbook of parenting, London, lawrence erlbaum assosiation publisher
Hurlock, Elizabeth B. 2005. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Izzaty Eka Rita 2005, M engenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK, Jakarta,
Departemen Pendidikan nasional Dirjen pendidikan tinggi
Lestari Sri, 2014, Psikologi Keluarga, Jakarta, Prenadamedia Group
M anab
abdul
,
2016 ,M emahami
Regulasi
Diri:
Sebuah
Tinjauan
Konsept ual,
m alang,UM M
Sa ntrock, J. W . 2010. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Ja karta : Kenca na.
Sa ntrock,
J.W .
2007.
Perkemba ngan Ana k,
Edisi
Kesebelas.
Jakarta: Penerbit
Erlangga .
Syafrida Rina, 2014, Regulasi Diri dan Intensita s Penggunaan Smartphone terha dap
ketera mpilan sosial, Jurnal pendidikan anak usia dini, vol 8 edisi 2, nov 2014,
Jakarta.
W ahyunintyas, Dessy Putri. 2015. ”M engembangkan Regulasi Diri M elalui Pemberian
Penghargaa n”. Universitas M uha mmadiyah Surabaya,
(hlm.93--97
19
Volume
9,
Edisi
1