Analisisfaktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Modal Intelektual Pada Laporan Tahunan Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Hubungan Signaling theory dengan Pengungkapan Modal Intelektual
Signaling theory menyatakan bahwa terdapat kandungan informasi pada
pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak
lain yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Suatu
pengungkapan dikatakan mengandung informasi apabila dapat memicu reaksi
pasar, yaitu dapat berupa perubahan harga saham atau abnormal return.
Berdasarkan teori ini maka suatu pengungkapan laporan tahunan perusahaan
merupakan informasi yang penting dan dapat mempengaruhi investor dalam
proses pengambilan keputusan (Octama, 2011).
Miller (1999) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela mengenai modal
intelektual memungkinkan investor dan stakeholder lainnya untuk lebih baik
dalam menilai kemampuan perusahaan di masa depan, melakukan penilaian yang
tepat terhadap perusahaan, dan mengurangi persepsi risiko perusahaan.
Pengungkapan modal intelektual pada laporan keuangan merupakan cara
perusahaan dalam memenuhi kebutuhan informasi investor dan meningkatkan
nilai perusahaan. Hal tersebut merupakan sinyal positif yang diberikan oleh
perusahaan. Sinyal positif tersebut diharapkan akan mendapatkan respon positif

dari pasar, sehingga dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan
serta memberikan nilai yang lebih tinggi bagi perusahaan.

Oliveira et al. (2008) menyatakan bahwa manajer lebih termotivasi untuk
mengungkapkan modal intelektual sebagai private information secara sukarela.
Hal ini disebabkan oleh ekspektasi manajer bahwa menyediakan sinyal yang
bagus mengenai kinerja perusahaan kepada pasar akan mengurangi asimetri
informasi, sehingga akan berdampak baik bagi perusahaan, yaitu mendapatkan
kepercayaan stakeholder.

2.1.2. Defenisi Modal Intelektual
Istilah modal intelektual (intellectual capital) pertama kali diungkapkan
oleh Galbraith pada tahun 1969 (Hudson, 1993 dalam Bontis, 2000). Modal
intelektual yang dimiliki oleh organisasi (seperti budaya kerja, proses
manajemen,

kompetensi

merepresentasikan


karyawan,

standar

kualitas

dan

lain-lain),

faktor kunci dalam pembentukan nilai perusahaan yang

sekaligus merupakan sumber daya kunci untuk diatur dan dilaporkan (Farneti
dan Guthrie, 2008). Pada era ekonomi baru, modal intelektual telah menjadi satusatunya keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Oleh karena itu modal
intelektual telah menjadi asset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.
Menurut Cut Zurnali (2008), istilah modal intektual (intellectual capital)
digunakan untuk semua yang merupakan asset dan sumberdaya non-tangible atau
non-physical dari sebuah organisasi, yaitu mencakup proses, kapasitas inovasi,
pola-pola, dan pengetahuan yang tidak kelihatan dari para anggotanya dan
jaringan kolaborasi serta hubungan organisasi. Modal intelektual juga

didefinisikan sebagai kombinasi dari sumberdaya-sumberdaya intangible dan
kegiatan-kegiatan yang membolehkan organisasi mentransformasi sebuah

material, keuangan dan sumberdaya manusia dalam sebuah kecakapan sistem
untuk menciptakan stakeholder value.
Modal intelektual merupakan modal yang tidak memiliki bentuk fisik dan
tidak bisa dilihat tapi dapat dirasakan keberadaannya. Konsep tentang modal
intelektual sangat beragam sehingga didefenisikan dan diinterpretasikan
bermacam-macam. Menurut Abeysekera (2006) modal intelektual adalah semua
yang secara alamiah tidak berwujud (intangible) namun secara ekonomis akan
bermanfaat dan bisa meningkatkan nilai perusahaan dimasa yang akan datang.
International Accounting Standard 38 (IAS 38) merujuk intangibles resources
sebagai sesuatu yang memang secara alamiah tidak kelihatan.
PSAK

No. 19 mendefenisikan aset tidak berwujud sebagai aset non

moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki
untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa,
disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Organisation for

Economic Cooperation and Development (OECD, 1999) mendefenisikan modal
intelektual sebagai nilai ekonomi dari dua kategori aset tidak berwujud suatu
perusahaan yaitu modal organisasional atau struktural dan modal manusia.
Modal struktural merujuk kepada sistem perangkat lunak, jaringan distribusi dan
supply chains, sementara modal manusia merujuk kepada sumberdaya manusia
yang dimiliki oleh perusahaan yaitu karyawan dan sumber-sumber daya eksternal
yang dimiliki oleh organisasi misalnya nama baik, pelanggan dan pemasok.
Pengertian-pengertian tersebut membuat modal intelektual diperlakukan sebagai
sinonim dari aset tidak berwujud, namun terdapat beberapa item dari aset tidak
berwujud yang bukan bagian dari modal intelektual suatu organisasi, misalnya

reputasi perusahaan karena reputasi merupakan hasil dari penggunaan modal
intelektual dan bukan bagian dari modal intelektual.
Nilai perusahaan didapat dari usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengestimasi nilai perusahaan dengan asumsi bahwa dengan digunakannya
pengetahuan dalam suatu organisasi maka akan menyebabkan pengaruh yang
baik bagi kinerja perusahaan (Bontis, 2001) dan modal intelektual merupakan
salah satu sumber daya penting dan sebuah kemampuan untuk bertindak
berdasarkan pengetahuan (Setiarso, 2006).
Dari beberapa pengertian modal intelektual tersebut diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa modal intelektual merupakan suatu sumber daya yang sangat
berguna bagi perusahaan untuk meningkatkan nilainya apabila dikelola secara
baik. Dalam jangka panjang, modal intelektual akan mempengaruhi keunggulan
bersaing dan daya tahan perusahaan walaupun tidak dapat segera diidentifikasi
karena modal intelektual merupakan sumber daya yang tidak eksis secara fisik
namun sangat potensial dalam meningkatkan nilai perusahaan di masa depan.

2.1.3. Klasifikasi Modal Intelektual
Sawarjuwono dalam Istanti (2007) menyatakan bahwa modal intelektual
terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
1. Modal Manusia
Nilai

para

karyawan

ditentukan

dari


kemampuannya

dalam

mengaplikasikan keterampilan dan keahlian mereka. Modal manusia adalah
gabungan kafabilitas karyawan di suatu organisasi untuk memecahkan
permasalahan bisnis. Modal manusia bersifat melekat pada diri manusia itu sendiri

dan tidak bisa dikatakan menjadi milik organisasi. Artinya, modal manusia bisa
turut pergi meninggalkan organisasi ketika orang-orangnya pergi. Modal manusia
juga meliputi seberapa efektif suatu organisasi menggunakan sumber daya
manusianya dalam berbagai ukuran misalnya kreativitas dan inovasi.
2. Modal Struktural
Yang dimaksud dengan modal struktural adalah infrastruktur pendukung,
proses dan basis data organisasi yang memungkinan modal insani dalam
menjalankan fungsinya. Modal struktural juga meliputi perihal seperti gedung,
perangkat keras, perangkat lunak, proses, paten, dan hak cipta. Tidak hanya itu,
modal struktural juga meliputi perihal seperti citra organisasi, sistem informasi,
dan hak milik basis data. Karena keberagamannya ini, maka modal struktural bisa

diklasifikasikan lebih jauh lagi menjadi modal inovasi, proses, dan organisasi.
3. Modal Relasional
Yaitu modal yang terdiri dari perihal yang bisa dengan jelas
teridentifikasi seperti hak cipta, perijinan, waralaba, namun juga bisa meliputi
perihal yang tidak tampak konkrit seperti interaksi dengan pelanggan dan
hubungan antar manusia. Apabila perusahaan dapat memahami komponenkomponen modal intelektual tersebut, maka

akan dapat

memberikan

basis

penilaian bagi perusahaan untuk dapat menciptakan nilai tambah yang akan
memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan itu sendiri.

2.1.4. Pengungkapan Modal Intelektual
Pengungkapan modal intelektual dapat dikatakan sebagai penyajian
modal intelektual dalam laporan keuangan. Dalam hal ini biasanya pemisahaan


hanya menunjukkan modal intelektualnya dengan pengungkapan intangible
assets

karena hanya pengungkapan intangible assets yang diwajibkan

pengungkapannya. Namun ternyata pengungkapan modal intelektual tidak
terbatas pada

itu saja. Slogan perusahaan, atau kata-kata dalam laporan

keuangan yang merefleksikan modal intelektual juga dapat menunjukkan
pengungkapan modal intelektual dalam laporan keuangan (Sihotang et al.
2008).
Hal ini membuat perusahaan harus bisa menggali aset atau sumber daya
tersembunyi dan bernilai yang dimilikinya untuk kemudian diungkapkan dalam
laporan keuangan. Abeysekera (2006) berpendapat bahwa pengungkapan modal
intelektual dapat disajikan sebagai suatu laporan yang dapat memenuhi kebutuhan
pengguna laporan. Pengungkapan modal intelektual juga memberikan manfaat
bagi perusahaan karena perubahan karakteristik industri yang semakin banyak
menggunakan teknologi canggih Guthrie dan Petty (2007), dimana hasil riset

mereka menunjukkan bahwa:
1. Pengungkapan modal intelektual lebih banyak disajikan secara terpisah dan
tidak ada yang disajikan dalam angka.
2. Pengungkapan mengenai modal eksternal lebih banyak dilakukan oleh
perusahaan dan tidak terdapat pola tertentu dalam laporan-laporan tersebut.
3. Pelaporan dan pengungkapan modal intelektual hanya dilakukan sebagian,
belum menyeluruh.
4. Secara keseluruhan menekankan bahwa modal intelektual merupakan hal yang
penting untuk memenangkan persaingan di masa depan namun tidak dapat
diterjemahkan dalam laporan yang solid didalam laporan tahunan.

Mouritsen dalam Boedi (2008) menyatakan bahwa pengungkapan modal
intelektual dalam suatu

laporan

keuangan merupakan suatu cara untuk

mengungkapkan bahwa laporan tersebut menggambarkan aktivitas perusahaan
yang kredibel, terpadu serta benar dan adil. Hal tersebut merujuk kepada

banyaknya penelitian yang didasarkan pada analisis isi laporan keuangan dan
tidak melaporkan modal intelektual secara terpisah.
Menurut

Ulum

(2009)

terdapat

dua

teori

berkaitan

dengan

pengungkapan modal intelektual :
1.Teori Stakeholder

Teori ini menyatakan bahwa seluruh stakeholder merniliki hak untuk
disediakan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi
mereka terlepas apakah mereka akan menggunakan informasi tersebut atau
tidak.
2. Teori Legitimacy
Teori ini menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan mencari
cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas dan norma yang
berlaku di masyarakat. Sehingga suatu perusahaan dapat secara sukarela
melaporkan aktivitasnya jika manajemen menganggap bahwa hal inilah yang
diharapkan komunitas.
Kedua teori di atas mendasari alasan perlunya pengungkapan modal
intelektual pada laporan tahunan perusahaan. Alasan pengungkapan modal
intelektual

adalah adanya permintaan investor dan analis keuangan untuk

mendapatkan informasi yang dapat diandalkan tentang aktivitas penciptaan
pengetahuan organisasi. Pengungkapan modal intelektual harus dikomunikasikan
kepada para pemakai laporan keuangan dengan mengkombinasikan laporan

tersebut dalam bentuk angka, visual dan narasi sehingga dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Selain itu pengungkapan modal intelektual ini diyakini dapat
mengurangi kesenjangan informasi yang
bagi

orang

menyediakan

dalam

perusahaan

kapitalisasi

pasar

dan
yang

dapat

menyebabkan

juga membantu
lebih

akurat

keuntungan

pasar

dalam

dari perusahaan

(Abeysekera, 2008).

2.1.5. Market to Book Ratio
Pengungkapan informasi sangat berguna untuk mengurangi asimetri
informasi di perusahaan. Semakin luas pengungkapan informasi yang dibuat oleh
perusahaan, maka akan sangat membantu dalam memprediksi keuntungan dimasa
yang akan datang karena informasi-informasi tersebut akan mengurangi biaya
modal perusahaan (Hope, 2006). Indikator ini biasanya dipakai oleh investor
untuk mengukur tingkat ketertarikan terhadap saham tertentu, semakin tinggi
rasio market to book maka semakin tinggi pula minat investor untuk membeli
saham tersebut. Menurut Li, Pike dan Haniffa (2007) rasio market to book akan
mengurangi asimetri informasi dimana pengetahuan tertentu yang dimiliki oleh
perusahaan tidak dapat dikomunikasikan dan ditransferkan kepada pemakai
laporan keuangan secara efektif dan efisien apabila menggunakan pengungkapan
akuntansi tradisional dan mereka mengungkapkan bahwa market-to-book ratio
berpengaruh positif terhadap pengungkapan modal intelektual.

2.1.6. Leverage
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan
hutang. Hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditor,
bukan dari pemegang saham ataupun investor. Menurut Jensen dan Meckling
(1976) bahwa terdapat suatu potensi untuk menstransfer kekayaan dari debtholder
kepada pemegang saham dan manajer pada perusahaan yang mempunyai tingkat
ketergantungan hutang sangat tinggi, sehingga menimbulkan cost agency yang
tinggi. Perusahaan yang memiliki proporsi hutang yang tinggi dalam struktur
modalnya akan menanggung biaya keagenan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang proporsi hutangnya kecil. Untuk mengurangi cost agency
tersebut, manajemen perusahaan dapat mengungkapkan lebih banyak informasi
yang diharapkan dapat semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya
tingkat leverage.

2.1.7. Ukuran Perusahaan
Variabel

yang

paling banyak digunakan untuk menjelaskan

pengungkapan modal intelektual dalam

laporan

tahunan adalah

ukuran

perusahaan. Variabel ini merupakan variabel yang paling konsisten berpengaruh
terhadap pengungkapan modal intelektual dan telah dibuktikan dalam berbagai
penelitian yang menggunakan ukuran perusahaan dengan menggunakan berbagai
proksi, seperti penjualan, total aset dan kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan
yang semakin besar

akan

menimbulkan tuntutan

yang

lebih

tinggi atas

keterbukaan informasi. Dengan mengungkapkan lebih banyak informasi maka
asimetri informasi juga akan semakin sedikit sehingga biaya keagenan yang

timbul karena perbedaan kepentingan diantara para pemakai laporan keuangan
dapat dikurangi.
Purnomosidhi dalam

Istanti (2007)

perusahaan digunakan sebagai variabel

menyatakan bahwa ukuran

independen dengan asumsi bahwa

perusahaan yang lebih besar akan memiliki aktivitas dan unit usaha yang lebih
banyak sehingga akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk
menciptakan nilai perusahaan di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian
yang dilakukan sebelumnya juga mengungkapkan adanya hubungan yang positif
dan signifikan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan modal intelektual
(Li, Pike dan Haniffa, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Kang dan Gray
(2006) dan penelitian Boedi (2008) menunjukkan hasil yang berbeda dimana hasil
penelitiannya menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara ukuran
perusahaan yang diproksi dengan kapitalisasi pasar dengan pengungkapan modal
intelektual.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tinjauan penelitian terdahulu yang berhubungaan dengan pengungkapan
modal intelektual dilakukan oleh Meizaroh dan Lucyanda (2012) yang bertujuan
untuk menganalisis pengaruh corporate governance, kinerja perusahaan, dan
umur perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian yang
dilakukan merupakan studi empiris dengan menggunakan metode analisis regresi
berganda. Sampel yang digunakan adalah data sekunder dari Bursa Efek Indonesia
yaitu laporan tahunan perusahaan yang terdaftar pada tahun 2007-2009 di BEI.
Sampel diambil dengan metode purposive sampling dan yang memenuhi kriteria

pemilihan sampel. Sampel yang digunakan sebanyak 84 laporan tahunan. Hasil
analisis berdasarkan penggunaan semua variabel independen menunjukkan bahwa
corporate governance berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan
modal intelektual. Kinerja perusahaan menunjukkan signifikansi negatif terhadap
pengungkapan modal intelektual sedangkan umur perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan modal intelektual.
Penelitian Felicia Dwiputri Sutanto Supatmi (2009) dengan judul penelitian
Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi
Intelectual Capital di Dalam Laporan Tahunan (Studi Pada Industri Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Tahun 2009) bertujuan untuk menguji bukti empiris
tentang

pengaruh

karakteristik perusahaan terhadap tingkat pengungkapan

informasi intellectual capital yang diungkapkan di dalam laporan tahunan
perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2009. Karakteristik perusahaan akan
dilihat dari ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, basis perusahaan,
profitabilitas, leverage, dan umur perusahaan.

Sampel

yang

digunakan

dalam penelitian ini adalah 46 laporan tahunan dari perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2009. Teknik pengambilan
dengan

metode

purposive

sampling.

Variabel

sampel

dilakukan

dependen penelitian ini

adalah tingkat pengungkapan informasi intellectual capital yang diukur dengan
jumlah item yang diungkapkan dibandingkan dengan jumlah indikator yang
ada. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini berupa ukuran
perusahaan yang diukur dengan logaritma natural kapitalisasi pasar saham
yang dimiliki oleh perusahaan, struktur kepemilikan yang diukur dengan
besarnya proporsi kepemilikan publik terhadap total saham yang beredar di akhir

tahun, basis perusahaan,

profitabilitas

yang diukur berdasarkan ROA

perusahaan, leverage yang diukur berdasarkan rasio liabilitas terhadap total aset,
dan umur perusahaan yang diukur dari lamanya perusahaan listing di BEI hingga
tahun 2009. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil
penelitian ini menemukan rata-rata tingkat pengungkapan informasi intellectual
capital oleh industri manufaktur pada periode penelitian sebesar 40,87%. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap tingkat pengungkapan informasi intellectual capital.
Sedangkan
leverage,

struktur
dan

kepemilikan,

basis

perusahaan,

profitabilitas,

umur perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

tingkat pengungkapan informasi intellectual capital.
Penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnaen dan Mahmud (2013) menyatakan
pengungkapan

Intellectual Capital merupakan

pengungkapan

unsur neraca

berdasar pada item berbasis ilmu pengetahuan yang dimiliki perusahaan dan
menghasilkan manfaat pada masa depan perusahaan. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan publik yang terdaftar dalam indeks LQ 45 di BEI, dengan
populasi yang berjumlah 45 perusahaan. Pemilihan sampel menggunakan
purposive sampling dengan hasil sampel berjumlah 37 perusahaan. Berdasar pada
hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh baik
secara simultan maupun secara parsial antara komisaris independen, direksi
independen dan komite audit terhadap luas pengungkapan Intellectual Capital.
Penelitian Li, Pike dan Haniffa (2006) dengan objek perusahaan yang
terdaftar di bursa Inggris mengungkapkan bahwa faktor-faktor positif dan
signifikan yang mempengaruhi perusahaan untuk mengungkapkan informasi

tentang modal intelektual antara lain market to book ratio, volatilitas harga saham,
board composition, audit committee size, directors shareholding, ukuran
perusahaan dan tipe industri.
Penelitian Woodcock dan Whiting (2009) dengan objek perusahaan yang
terdaftar di bursa Australia menunjukkan bahwa modal intelektual merupakan
salah satu alat untuk menentukan nilai perusahaan sehingga harus diungkapkan
dalam laporan tahunan. Begitu juga dengan penelitian Keow dan Richardson
(2000)

dengan

objek

penelitian

perusahaan

di

bursa

Malaysia

yang

mengungkapkan modal intelektual merupakan alat yang dapat meningkatkan nilai
perusahaan.
Adapun review peneliti terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1.
Daftar Tinjauan Penelitian Terdahulu
No

1

Nama dan
Tahun
Penulisan
Meizaroh
dan
Lucyanda
(2012)

Topik

Pengaruh corporate
governance, kinerja
perusahaan, dan umur
perusahaan terhadap
pengungkapan modal
intelektual

Variabel yang
Digunakan

Hasil yang
Diperoleh

Variabel dependen:
− Pengungkapan modal
intelektual
Variabel independen
- Corporate
governance
- Kinerja perusahaan
- Umur perusahaan

Hasil
analisis
berdasarkan
penggunaan semua
variabel independen
menunjukkan bahwa
corporate
governance
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
pengungkapan modal
intelektual. Kinerja
perusahaan
menunjukkan
signifikansi negatif
terhadap
pengungkapan modal
intelektual sedangkan
umur perusahaan

Lanjutan tabel 2.1
No

Nama dan
Tahun
Penulisan

Topik

Variabel yang
Digunakan

2

Felicia
Dwiputri
Sutanto dan
Supatmi
(2009)

Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan Terhadap
Tingkat Pengungkapan
Informasi Intelectual
Capital d i Dalam
Laporan Tahunan
(Studi Pada Industri
Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun
2009)

Variabel dependen :
Tingkat Pengungkapan
Informasi Intellectual
Capital
Variabel independen:
- Ukuran Perusahaan
- Struktur Kepemilikan
- Basis Perusahaan
- Profitabilitas
- Leverage
- Umur Perusahaan

3

Zulkarnaen
dan
Mahmud
(2013)

Pengaruh Good
Corporate Governance
Terhadap Luas
Pengungkapan
Intelektual Capital

Variabel dependen :
Luas Pengungkapan
Intelectual Capital
Variabel independen:
- Komisaris
Independen
- Direksi Independen
- Komite Audit

Hasil yang
Diperoleh

tidak berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan
modal intelektual.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
ukuran
perusahaan
memiliki pengaruh
positif
signifikan
terhadap
tingkat
pengungkapan
informasi
intellectual capital.
Sedangkan
struktur
kepemilikan, basis
perusahaan,
profitabilitas,
leverage,
dan
umur perusahaan
tidak
memiliki
pengaruh signifikan
terhadap
tingkat
pengungkapan
informasi
intellectual capital.
Hasil penelitian,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terdapat
pengaruh baik
secara simultan
maupun secara
parsial
antara
komisaris
independen,
direksi
independen dan
komite
audit
terhadap
luas
pengungkapan
Intellectual
Capital.

Lanjutan tabel 2.1
No

Nama dan
Tahun
Penulisan

Topik

4

Li, Pike
dan
Haniffa
(2006)

Intellectual Capital
Disclosure in
Knowledge Rich Firms:
The Impact of Market
and Corporate
Governance Factors

5

Woodcock
dan
Whiting
(2009)

Intellectual Capital
Disclosure by
Australian Companies

6

Bruggen,
Vergauwe
n dan Mai
Do (2009)

Determinants of
Intellectual Disclosure
Evidence from
Australia

7

Bontis,
Keow dan
Richardson
(2000)

Intellectual Capital and
Business Performance
in Malaysian Industries

Variabel yang
Digunakan

Hasil yang Diperoleh

Variabel dependen:
Intellectual Capital
Disclosure Index (ICDI)
Variabel independen:
- Market-to-book ratio
- Share price volatility
(volatilitas harga
saham)
- Listing age
- Board composition
- Audit committee size
- Directors' shareholding
- Company size (ukuran
perusahaan)
- Type of industry (tipe
industri)
Variabel dependen:
Intellectual capital
disclosure (ICD)
Variabel independent
- Industry tipe (tipe
industri)
- Ownership structure
(struktur
kepemilikan)
- Listing age
- Leverage
- Type of auditor (tipe
auditor)

Hasil
penelitian
menunjukkan Market-tobook ratio, volatilitas
harga saham, board
composition,
audit
committee size, ukuran
perusahaan dan tipe
industry berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap indeks
pengungkapan IC.

Variabel dependen:
Intellectual capital
disclosure
Variabel independen:
- Industry Type (Tipe
industri)
- Firm Size (ukuran
perusahaan)
Variabel dependen:
Business performance
(PERF)
Variabel independen:
- Customer capital
- Human capital
- Structural capital

Hasil
penelitian
menunjukkan
Tipe
industri dan
Ukuran perusahaan
Berpengaruh signifikan
Terhadap pengungkapan
IC.

Hasil
penelitian
menunjukkan
Tipe
industri dan tipe auditor
Berpengaruh positif dan
Signifikan terhadap
Pengungkapan
Intellectual Capital,
sementara
variabel-variabel
yang lain tidak memiliki
pengaruh signifikan
terhadap pengungkapan
Intellectual Capital.

Customer
capital,
human
capital
dan
structural
capital
memiliki
hubungan
positif dengan kinerja
perusahaan.