LINDA SITOMPUL S4111064

(1)

commit to user

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEBIJAKAN DIVIDEN PADA

PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG

TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Manajemen

Minat Utama :

Manajemen Keuangan

Diajukan oleh :

LINDA SITOMPUL

NIM : S4111064

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012


(2)

commit to user

ii

Lembar Persetujuan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEBIJAKAN DIVIDEN PADA

PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG

TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun oleh :

LINDA SITOMPUL

NIM : S4111064

Telah disetujui Pembimbing Pada tanggal : ………..

Pembimbing

Prof. Dr. Hartono, M.S.

NIP. 19531221 198003 1 004

Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister Manajemen

Prof. Dr. Hartono, M.S.


(3)

commit to user

iii

Lembar Persetujuan Penguji

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEBIJAKAN DIVIDEN PADA

PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG

TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun oleh :

LINDA SITOMPUL

NIM : S4111064

Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal : ………..

Ketua Tim Penguji : Dr. Payamta, MSi., Ak. CPA ……….

Pembimbing : Prof. Dr. Hartono, MS ………...

Penguji : Dr. Asri Laksmi R, MS ………

Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister Manajemen

Prof. Dr. Hartono, M.S.


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Linda Sitompul

NIM : S4111064

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahan Non-keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan situnjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesis tersebut.

Surakarta, 30 Agustus 2012

Yang menyatakan,


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini tanpa hambatan yang cukup berarti. Tesis yang saya kerjakan ini dipergunakan untuk memenuhi prasyarat kelulusan strata 2 di Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan tesis ini, saya berusaha menyelesaikan dan menjelaskan apa yang saya kerjakan selama membuat tesis dan merupakan aplikasi dari apa yang telah saya dapat di kampus Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selama pelaksanaan dan penyusunan tesis ini, saya telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Hartono, M S, selaku Ketua Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang juga sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan sabar dan bijaksana dalam membimbing serta memberikan arahan, nasihat, dan semangat kepada saya sampai terselesaikannya tesis ini.

2. Bapak Dr. Payamta, MSi., Ak. CPA dan Ibu Dr.Asri Laksmi Riani, M S sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan tesis ini.


(6)

commit to user

vi

3. Para dosen dan seluruh staf pengajar Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi saya.

4. Para staf administrasi dan tata usaha Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan studi di Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

5. Ananda tercinta Duvan Nanda Putra juga Wiyani, Rustono, dan Johan yang selama ini menemani, mendampingi dengan sabar, membantu dan memberi semangat kepada saya.

6. Adik saya Pahala Sitompul dan adik ipar saya Neni Anggraini tersayang juga keponakan-keponakan saya tercinta Paquita, Joshua, Nandito, dan Nakia, serta seluruh keluarga besar MM Hutabarat tersayang.

7. Sahabat-sahabatku Anita, Yuni, Agatha, terima kasih atas persahabatan yang indah dan yang memberi dukungan dan waktu pada saat yang dibutuhkan. 8. Teman-teman angkatan 36, terima kasih atas bantuan, dukungan, kerjasama

dan kebersamaan selama menempuh studi di Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Keep our friendship forever.

9. Atasan saya di kantor, bapak Dewanto Santosa dan bapak Sofyan yang telah mendukung dan memberi dorongan untuk cepat menyelesaikan tesis saya ini. 10.Rekan-rekan sekantor di PT Kusumahadi Santosa/PT Kusumaputra Santosa

yang telah membantu, sabar, penuh pengertian dan telah memberi dukungan selama saya menyelesaikan tesis ini.


(7)

commit to user

vii

11.Semua pihak yang telah membantu saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Saya menyadari akan keterbatasan pengetahuan yang saya miliki. Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, saya berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi saya sendiri dan bagi pembaca sekalian.

Tuhan memberkati.

Surakarta, 30 Agustus 2012 Penyusun,


(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...………i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...………...ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...…..……….iii

HALAMAN PERNYATAAN ...………...……….iv

KATA PENGANTAR ...……….v

DAFTAR ISI ...………....viii

DAFTAR TABEL ………..xi

DAFTAR GAMBAR ...………...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...………...….xiii

ABSTRAK ...………xiv

ABSTRACT ………..xv

BAB I PENDAHULUAN ...………1

A. Latar Belakang ...………...1

B. Perumusan Masalah ...………...4

C. Tujuan Penelitian ...………...5

D. Manfaat Penelitian …...………...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ...……6

A. Tinjauan Pustaka …...………6

B. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis …...………28


(9)

commit to user

ix

BAB III METODE PENELITIAN ...……….………...40

A. Design Penelitian ...……….40

B. Populasi dan Sampel Penelitian..……….40

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel …..………41

D. Analisis Data ………...44

1. Pengujian Asumsi Klasik …….……….44

a. Uji Normalitas Data ….……..…………...………..44

b. Uji Multikolinieritas ..………..45

c. Uji Autokorelasi ……..………45

d. Uji Heteroskedastisitas ……….………..46

2. Pengujian Hipotesis ………...47

a. Analisis Koefisien Determinasi ………..48

b. Uji Statistik F ………..48

c. Uji Statistik t ………...49

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….50

A. Hasil pengumpulan Data ...……….…….50

B. Statistik Deskriptif ...………...50

C. Uji Asumsi Klasik …...………52

1. Uji Normalitas Data ….……..…………...………...52

2. Uji Multikolinieritas ..………....54

3. Uji Autokorelasi ……..………..55

4. Uji Heteroskedastisitas ……….……….60


(10)

commit to user

x

1. Koefisien Determinasi ……….……….62

2. Nilai F ………...63

3. Nilai t ………...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….70

A. Kesimpulan ...….……….70

B. Implikasi Hasil Penelitian ……..……….72

C. Keterbatasan ...……….……….……….73

D. Saran ………..………..73 DAFTAR PUSTAKA


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Pengambilan Sampel ………...………..50

Tabel 2 Hasil Uji Deskriptif .………...……….51

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data ………...………53

Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas ……….………55

Tabel 5 Hasil Uji Durbin - Watson ……….….56

Tabel 6 Hasil Uji Durbin - Watson (Revisi) ………58

Tabel 7 Hasil Uji Runs Test ………...………..59

Tabel 8 Hasil Uji Glejser …....……….60

Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ……….…62

Tabel 10 Hasil Uji Nilai F …………..………...63

Tabel 11 Hasil Pengujian Regresi Berganda Parsial (Uji t) ……….….64


(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis ………...39

Gambar 2 Hasil Pengujian Normalitas Data ………...………..54

Gambar 3 Gambar Grafik Durbin-Watson ….. ……….56


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sampel Penelitian dan Data Olah Lampiran 2 Output SPSS


(14)

commit to user

xiv

ON NON-FINANCIAL COMPANIES LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

LINDA SITOMPUL

NIM : S4111064

ABSTRACT

This study is performed to exa mine the effect of agency cost, firm size, profita bility, fina ncia l levera ge, a nd growth va ria bles towa rd dividend policy of non-financia l companies that listed in Indonesian Stock Excha nge over period 2006-2010. Dividend policy proxied by dividend pa yout ratio (DPR), a gency cost is proxied by ma nageria l ownership (insider ownership – INSD), profita bility is proxied by return on a ssets (ROA), a nd growth is proxied by price ea rning ratio (PER). While firm size mea sured by ca pita l ma rket (SIZE) a nd fina ncia l levera ge used fina ncia l levera ge ratio (FLEVER), the ratio of tota l debt to tota l a ssets.

The sa mpling technique used here is purposive sa mpling a nd a cquired 46 companies in a ccorda nce with predetermined criteria . The data is obtained ba sed on Indonesian Ca pita l Ma rket Directory (ICMD 2011) publication. The ana lysis technique used here is multiple regression with the lea st squa re difference a nd hypothesis test using t-statistic to exa mine pa rtia l regression coefficient a nd F-statistic to exa mine the mea n of mutua l effect with level of significance 5%.

This research results that profita bility (ROA) gives significa ntly positive effect on dividend pa yout ratio (DPR). The other va ria bles which is a gency costs (INSD), firm size (SIZE), financia l levera ge (FLEVER), a nd growth (PER)a re not significa nt to DPR..

Keywords: Dividend policy (DPR), a gency cost (INSD), firm size (SIZE), profita bility (ROA), financia l levera ge (FLEVER), growth (PER).


(15)

commit to user

xv

KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN

NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

LINDA SITOMPUL

NIM : S4111064

ABSTRAK

Penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel biaya agensi, ukuran perusahaan, profitabilitas, levera ge keuangan, dan pertumbuhan perusahaan pada kebijakan dividen di perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. Kebijakan dividend diproksi dengan dividend pa yout rasio (DPR), biaya agensi diproksi dengan kepemilikan manajerial (insider ownership – INDS), profitabilitas diproksikan dengan return on assets (ROA), dan pertumbuhan perusahaan diproksi dengan price ea rning ratio (PER). Sedangkan ukuran perusahaan diukur dengan ca pita l ma rket (SIZE) dan levera ge keuangan menggunakan rasio levera ge keuangan (FLEVER), rasio dari total hutang terhadap total asset.

Teknik sampling digunakan purposive sa mpling dan didapat 46 perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Data diperoleh dari

publikasi Indonesian Capita l Ma rket Directory (ICMD 2011).Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta F-statistik untuk menguji pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat kepercayaan 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan positif terhadap DPR. Sedangkan variabel lain yaitu biaya agensi (INDS), ukuran perusahaan (SIZE), levera ge keuangan (FLEVER), dan pertumbuhan perusahaan (PER) tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Kata kunci : Kebijakan dividen (DPR), biaya agensi (INSD), ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA), levera ge keuangan (FLEVER), dan pertumbuhan perusahaan (PER).


(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sementara argumen ketidakrelevanan kebijakan dividen perusahaan dalam pasar modal sempurna telah sangat penting dalam teori keuangan, juga ada banyak kontroversi tentang kebijakan dividen dalam dunia nyata di mana ada ketidaksempurnaan pasar. Kehadiran asimetri informasi, problem agensi, pajak, dan biaya transaksi semua tampaknya membuat masalah pada kebijakan dividen. Teori dengan wadah yang besar dan penelitian empiris telah berusaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu kebijakan dividen perusahaan.

Setelah Miller & Modigliani (1961) merintis hipotesis dividen tidak relevan, ekonom keuangan telah lebih maju dengan sejumlah teori yang bertentangan dalam upaya untuk menjelaskan mengapa kebijakan dividen perusahaan dalam praktek tampaknya menjadi masalah. Beberapa teori telah berkembang sekitar proposisi bahwa kebijakan dividen relevan karena keberadaan pajak (Litzenberger & Ramaswamy, 1979, Poterba & Summers, 1984, dan Barclay, 1987). Lainnya berpendapat adanya masalah clientele effect pada kebijakan dividen (Pettit, 1977, Scholz, 1992, dan Allen et al., 2000). Hipotesis kebijakan dividen lain menunjukkan bahwa kebijakan dividen dipengaruhi oleh ketidaksempurnaan pasar lain seperti asimetri informasi dan biaya agensi. Asimetri informasi, yang dikenal sebagai teori sinyal, memprediksi bahwa perusahaan dapat menyampaikan informasi pada


(17)

commit to user

pasar dengan membayar dividen (Bhattacharya, 1979, Miller & Rock, 1985, dan Bali, 2003). Biaya agensi, yang dikenal sebagai teori agensi, berpendapat bahwa dividen dapat mengurangi biaya konflik pemegang saham-manajer (atau mengendalikan minoritas pemegang saham) (Rozeff, 1982, Easterbrook, 1984, Jensen, 1986, dan Alli et al., 1993). Debat antara model-model teoritis tetap belum terpecahkan.

Pola-pola kebijakan pembayaran dividen perusahaan tidak hanya bervariasi dari waktu ke waktu tetapi juga di seluruh negara, terutama antara pasar modal yang telah berkembang dan yang baru berkembang. Glen et al.(1995) menemukan bahwa kebijakan dividen di pasar yang telah berkembang berbeda dari pasar yang baru berkembang. Mereka melaporkan rasio pembayaran dividen di negara berkembang hanya sekitar dua per tiga dari negara-negara maju. Ramcharran (2001) juga mengamati hasil dividen yang rendah untuk pasar negara berkembang. Aivazian et al. (2003) membandingkan sampel perusahaan yang beroperasi di delapan pasar negara berkembang dengan sampel dari 99 perusahaan AS.

Pasar negara berkembang berbeda dengan negara maju dalam banyak aspek. Pasar negara berkembang sering dari asal-usul yang lebih baru, kurang memiliki informasi yang efisien, lebih volatilitas, dan ukuran lebih kecil (Kumar & Tsetsekos, 1999). Pasar negara berkembang juga berbeda dari pasar-pasar yang sudah berkembang dalam karakteristik lain seperti tata kelola perusahaan, pengenaan pajak atas dividen dan keuntungan modal (keuntungan penjualan saham yang harga jualnya lebih tinggi dari harga belinya), dan


(18)

commit to user

struktur kepemilikan. Selain itu, pasar negara berkembang biasanya ditandai dengan kepemilikan yang terkonsentrasi, dan sistem keuangan adalah bank bukan berbasis pasar. Dalam hal ini, bank dapat memainkan peran penting dalam mendekatkan kesenjangan informasi antara manajemen perusahaan dan pasar yang menyebabkan peran dividen sebagai perangkat untuk sinyal atau mengurangi biaya agensi menjadi kurang penting. Selain itu, perusahaan-perusahaan di pasar negara berkembang lebih tergantung pada kendala keuangan dari pada rekan-rekan mereka di negara maju yang mungkin memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Perbedaan-perbedaan ini, dan kekhususan dari pasar tertentu itu sendiri, menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana persaingan teori kebijakan dividen dapat diterapkan di pasar modal Indonesia.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Al-Malkawi (2008) yang meneliti mengenai faktor potensial yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada developing capital market khususnya Jordan pada perusahaan-perusahaan sektor ekonomi yaitu manufaktur, bank, asuransi, dan jasa. Sedangkan dalam penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan non-keuangan saja. Tidak dimasukkan perusahaan berbasis industri non-keuangan seperti perbankan, investasi, asuransi, sekuritas ataupun jasa keuangan lainnya dengan pertimbangan bahwa penilaian atas rasio keuangannya sangat berbeda


(19)

commit to user

dengan rasio keuangan perusahaan pada umumnya. Selain itu perusahaan yang berbasis industri keuangan juga diikat dengan aturan yang lebih ketat dibandingkan perusahaan pada industri yang lain (Damasita, 2011).

B. Perumusan Masalah

Bagaimanapun untuk saat ini tidak ada konsensus tentang apa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Masalah ini bahkan menjadi lebih rumit ketika datang ke pasar yang baru berkembang. Studi ini mencoba untuk memberikan wawasan ke dalam kebijakan dividen di satu pasar yang masih berkembang, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) di mana kurang adanya bukti tentang faktor-faktor penentu kebijakan dividen.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang diteliti adalah :

1. Apakah biaya agensi mempunyai pengaruh negatif pada kebijakan dividen?

2. Apakah ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif pada kebijakan dividen?

3. Apakah profitabilitas mempunyai pengaruh positif pada kebijakan dividen?

4. Apakah leverage keuangan mempunyai pengaruh negatif pada kebijakan dividen?

5. Apakah pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh negatif pada kebijakan dividen?


(20)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini untuk mengkaji keputusan dividen perusahaan-perusahaan non-keuangan yang sudah go public yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dengan menguji :

1. Pengaruh negatif biaya agensi pada kebijakan dividen. 2. Pengaruh positif ukuran perusahaan pada kebijakan dividen. 3. Pengaruh positif profitabilitas pada kebijakan dividen. 4. Pengaruh negatif leverage keuangan pada kebijakan dividen. 5. Pengaruh negatif pertumbuhan perusahaan pada kebijakan dividen.

D. Manfaat Penelitian

1. Dapat menjadi bukti empiris dan memberikan kontribusi dalam memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya.

2. Bagi para investor dan calon investor hasil temuan ini dapat menjadi masukan dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan untuk membeli dan menjual saham sehubungan dengan harapannya terhadap dividen yang diharapkan.

3. Bagi emiten hasil temuan ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap isu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dividen khususnya pada perusahaan publik di Indonesia.

4. Bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti kajian yang sama diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pijak untuk penelitian selanjutnya.


(21)

commit to user

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Hanafi (2004) menyatakan bahwa dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, di samping capita l gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin. Pembuat keputusan tentang dividen ini disebut kebijakan dividen atau dengan kata lain kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.

1. Teori Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Dividend pa yout ratio menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.


(22)

commit to user

6

Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Van Horne et a l.,1998).

Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, dan laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali (Husnan,1996). Dengan demikian dimungkinkan membagi laba sebagai dividen dan pada saat yang sama menerbitkan saham baru. Kebijakan dividen bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (ea rning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan di dalam perusahaan (Riyanto 2001).

Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau “ equity investors”. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab jika makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya.

Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia maka untuk pembayaran deviden semakin kecil. Persentase dari


(23)

commit to user

6

pendapatan yang akan di bayarkan kepada pemegang saham sebagai ca sh dividend disebut dividend pa yout ratio. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin tingginya dividend pa yout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto 2001).

Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan (Alexander, et.a l, 1993 dalam Prihantoro,2003).

Beberapa teori yang berkaitan dengan dividend pa yout ratio dan asumsi – asumsi yang mendasarinya:

a. Dividen tidak relevan

Menurut Modigliani & Miller (1961) dalam Saxena (1999), dividend pa yout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga saham perusahaan atau biaya modalnya. Modigliani dan Miller menyatakan bahwa dividend pa yout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya nilai


(24)

commit to user

6

perusahaan ditentukan oleh ea rning power dari aset perusahaan. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Untuk membuktikan teorinya, Modigliani dan Miller mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut:

a) Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan b) Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi

c) Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap dividendpa yout ratio

d) Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang kesempatan investasi di masa yang akan datang.

e) Distribusi pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor.

b. Bird in The Hand Theory

Menurut Gordon (1963) dan Lintner (1956), tingkat keuntungan yang disyaratkan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen daripada kenaikan nilai modal (ca pita l gain) yang akan dihasilkan dari laba ditahan. Pendapat Gordon (1963) dan Lintner (1962) oleh MM diberi nama bird in the hand fa lla cy. Gordon dan Lintner beranggapan investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Namun, MM berpendapat bahwa tidak


(25)

commit to user

6

semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukan oleh DPR tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.

c. Ta x preference theory

Adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan ca pita l gains maka para investor lebih menyukai ca pita l ga ins karena dapat menunda pembayaran pajak.

Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut di atas, perusahaan dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :

a) Jika manajemen percaya bahwa dividend irreleva nce theory dari Modigliani dan Miller itu benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang harus dibagikan.

b) Jika perusahaan menganut bird in the ha nd theory maka perusahaan harus membagi seluruh EAT (Ea rning After Ta x) dalam bentuk dividen.

c) Jika manajemen cenderung mempercayai ta x preference theory maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan.

Menurut Brigham & Houston (2001) dua teori lain yang dapat membantu untuk memahami kebijakan dividen adalah :


(26)

commit to user

6

a )Information content or signa ling hypothesis

Di dalam teori ini Modigliani dan Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang.

Sebaliknya, suatu penurunan dividen yang dibawah penurunan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan mengalami masa sulit di masa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin preferensi terhadap dividen.

b) Clientele Effect

Menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai suatu DPR yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.

2. Agency Theory (Teori Agensi)

Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajer dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga dapat menyebabkan terjadi konflik diantara keduanya (Jensen & Meckling,


(27)

commit to user

6

1976). Hal ini terjadi karena manajer berusaha untuk mengutamakan kepentingan pribadinya yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham dimana kepentingan manajer dapat menambah biaya perusahaan yang mengurangi keuntungan perusahaan. Menurunnya keuntungan perusahaan menyebabkan penerimaan pemegang saham juga menurun. Konflik yang terjadi ini dapat dikurangi dengan adanya suatu mekanisme kontrol atau pengawasan sehingga dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut. Mekanisme pengawasan menimbulkan adanya biaya agensi (Agency Cost).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi adanya biaya keagenan adalah dengan pembayaran dividen yang dapat menjadi bonding bagi manajer. Jadi kebijakan dividen digunakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi biaya keagenan, pembayaran dividen yang lebih besar akan memperbesar kesempatan untuk mendapatkan dana tambahan dari sumber eksternal (Crutchley & Hansen, 1989).

Pembagian dividen ini membuat pemegang saham mendapatkan pendapatan tambahan selain dari ca pita l gain. Dividen juga membuat pemegang saham mempunyai kepastian pendapatan (Crutchley & Hansen, 1989).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dividen yang diuji di penelitian ini:

a. Biaya Agensi

Biaya agensi adalah biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mencegah atau meminimalkan masalah agensi (Jensen et a l, 1992).


(28)

commit to user

6

Ada tiga kategori biaya keagenan yaitu :

a) Pengeluaran untuk memonitor aktifitas-aktivitas manajer misalnya biaya audit.

b)Pengeluaran-pengeluaran untuk membuat struktur organisasi yang dapat membatasi perilaku manajer yang tidak diinginkan misalnya dengan mengangkat investor ke dalam dewan direksi

c) Opportunity cost yang timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang saham (Brigham et a l., 1999)

Biaya agensi dapat dibedakan menjadi 2 jenis (Jensen & Mecking, 1976) yaitu :

a) Biaya agensi ekuitas luar yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara pemilik-manajer dengan pemegang saham luar sebagai akibat penjualan klaim ekuitas atas perusahaan. Pemilik dan manajer hanya akan menanggung sebagian biaya dari operasional perusahaan yang digunakannya untuk mengkonsumsi penghasilan tambahan dari sumberdaya perusahaan. Konflik potensial berasal dari keadaan ketika kepemilikan manajer turun sehingga dorongan untuk mencurahkan usaha pada aktivitas-aktivitas yang kreatif juga menurun.

b)Biaya agensi hutang yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara pemegang saham (stockholder) dengan pemegang hutang (debt holder). Dengan penerbitan hutang, maka kreditur mengkonsumsi sebagian laba dari biaya bunga yang dibayarkan, sementara itu manajer memegang


(29)

commit to user

6

pengendalian yang sangat menentukan untuk tingkat profitabilitas dan risiko perusahaan melalui aliran kas, misalnya manajer melakukan ekspansi yang menyebabkan risiko lebih besar. Jika investasi tersebut berhasil maka sebagian besar keuntungan akan menjadi hak pemegang saham karena bunga atas hutang bersifat tetap. Tetapi bila investasi tersebut gagal, maka kreditur akan ikut menanggung kerugian tersebut, sehingga disimpulkan bahwa investasi tersebut hanya baik untuk pemegang saham.

Distribusi sumber daya tunai mengurangi ukuran dana internal yang dihasilkan yang tersedia bagi manajer, memaksa mereka lebih sering masuk ke dalam pasar modal untuk memperoleh pendanaan eksternal, sehingga manajer menjadi subjek pengawasan pasar modal. Dalam rangka untuk mengamankan dana yang dibutuhkan, manajer akan memiliki insentif untuk mengungkapkan kedua informasi dan mengurangi biaya agensi (Easterbrook, 1984, dan Moh'd et a l., 1995.). Oleh karena itu, pembayaran dividen menguntungkan pemegang saham dengan mengurangi biaya agensi yang terkait dengan pemantauan manajer yang memperluas peran ini ke pasar modal.

Pembayaran dividen juga berfungsi untuk mengurangi "free ca sh flow" dari menjadi terbuang karena proyek-proyek tidak menguntungkan atau net present va lue (NPV) negatif. Ketika suatu perusahaan telah menghabiskan semua peluang pertumbuhan yang menguntungkan dan proyek dengan NPV positif, a gency problem antara pemegang saham dan manajer akan


(30)

commit to user

6

lebih parah karena perusahaan memiliki ca sh flow yang berlebihan (Jensen, 1986). Pembayaran dividen yang besar kepada pemegang saham mengurangi dana diskresioner yang tersedia untuk manajer, sehingga mengurangi potensi masalah invesmen yang berlebihan dan sesuai dengan itu meminimalkan konflik pemegang saham – manajer. Namun, Jensen (1986) berpendapat bahwa hutang juga bisa berfungsi secara efektif sebagai mekanisme pengganti untuk dividen dalam mengurangi biaya agensi dari free ca sh flow. Argumentasi ini mungkin berlaku untuk Indonesia karena sistem keuangan di Indonesia berdasarkan bank (bank-based) dan bank memainkan peran penting dalam pembiayaan kegiatan usaha. Sebagian besar dari struktur modal perusahaan Indonesia adalah hutang jangka pendek dan jenis fasilitas kredit yang dominan yang diberikan oleh bank Indonesia yang secara alamiah jangka pendek. Akibatnya perusahaan harus tunduk pada pengawasan bank, pengawasan akan lebih sering ketika mereka melakukan pendekatan ke bank untuk pembiayaan.

Proksi untuk biaya agensi pada penelitian ini adalah persentase saham biasa suatu perusahaan yang dipegang oleh orang dalam (INSD - insiders). Proksi ini telah banyak digunakan dalam literatur (Rozeff, 1982, Lloyd et a l, 1985., Jensen, et a l., 1992, dan Holder et a l.,1998). Telah berpendapat bahwa biaya agensi mungkin dapat dikurangi jika orang dalam (manajer, direktur, dan pejabat eksekutif lainnya) meningkatkan kepemilikan mereka di perusahaan, karena ini dapat membantu untuk menyelaraskan kepentingan keduanya, manajer dan pemegang saham (Jensen dan


(31)

commit to user

6

Meckling, 1976). Oleh karena itu, semakin tinggi proporsi kepemilikan manajer dalam perusahaan, semakin kurang kebutuhan untuk menggunakan dividen sebagai perangkat untuk mengurangi biaya agensi. Oleh karena itu, proporsi kepemilikan insider (INSD) diharapkan untuk memiliki hubungan negatif ke dividend pa yout.

b.Ukuran Perusahaan

Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (la rge firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (sma ll firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset perusahaan (Machfoedz, 1994 dalam Ulfah, 2012)

Ukuran perusahaan merupakan suatu faktor yang penting bukan hanya sebagai proksi pada biaya keagenan (dimana dapat diharapkan lebih tinggi pada perusahaan dengan ukuran yang lebih besar) tetapi juga disebabkan biaya transaksi yang berhubungan dengan penerbitan saham sehubungan dengan ukuran perusahaan (Smith, 1977). Bagaimanapun (Smith & Watts, 1992) menunjukkan, dasar teori pada pengaruh dari ukuran (size) terhadap dividend pa yout ratio sangat kuat. Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki hubungan yang positif.

Sedangkan Al-Malkawi (2008) menyatakan bahwa sebuah perusahaan besar biasanya memiliki akses lebih baik ke pasar modal dan menemukan


(32)

commit to user

6

lebih mudah untuk meningkatkan dana dengan biaya lebih rendah dan kendala lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada dana internal menurun dengan meningkatnya ukuran perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan besar lebih cenderung untuk membayar dividen lebih tinggi untuk pemegang saham.

Sejumlah studi empiris telah didokumentasikan bahwa ukuran adalah signifikan dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan, dan berpengaruh positif berhubungan dengan dividen (Lloyd et a l., 1985, Barclay et a l., 1995., Redding, 1997, Holder et a l. 1998, Fama & French, 2001).

Ada pengukuran-pengukuran yang berbeda dari ukuran perusahaan, misalnya kerja, penjualan, aset, dan kapitalisasi/pemodalan. Dalam penelitian ini, kapitalisasi pasar ekuitas umum perusahaan digunakan sebagai pengukur untuk ukuran (SIZE). Ukuran ini telah sering digunakan oleh penelitian sebelumnya (Al-Malkawi, 2008., Deshmukh, 2003). Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dan konsisten dengan penelitian sebelumnya, besarnya variabel diharapkan memiliki hubungan positif dengan dividend pa yout.

c. Profitabilitas

Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dividen adalah merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan.


(33)

commit to user

6

Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend pa yout ratio. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividend. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Atribut profitabilitas ini diwakili oleh tingkat keuntungan setelah pajak dibagi dengan total a ssets (Chang dan Rhee, 1990) yang merupakan salah satu rasio profitabilitas.

Menurut Kasmir (2008), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan. Manfaat rasio profitabilitas ini tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar perusahaan terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan.

Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan, antara lain :


(34)

commit to user

6

a) Gross profit ma rgin (GPM)

Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi gross profit ma rgin maka semakin baik.

b)Operating profit ma rgin (OPM)

Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak.

c) Net profit ma rgin (NPM)

Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.

d)Return on a ssets (ROA)

Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.

e) Return on Equity (ROE)

ROE adalah tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan sehingga perhitungan ROE sebuah perusahaan dapat dihitung dengan membagi total ekuitas dengan laba bersih perusahaan. Pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas investasi.

Pada penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan return on a ssets (ROA).


(35)

commit to user

6

Ang (1997) menyatakan bahwa Return on Asset adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Return on Asset diukur dari laba bersih setelah pajak (ea rning a fter ta x) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan probabilitas perusahaan. ROA yang merupakan salah satu ukuran profitabilitas juga merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian investasi (return) yang semakin besar (Puspita, 2009)

d.Leverage Keuangan

Menurut Al-Malkawi (2008) struktur keuangan perusahaan terdiri dari hutang (kewajiban) dan pembiayaan ekuitas. Pembiayaan jangka panjang biasanya mengacu pada struktur modal perusahaan, dan sejauh mana perusahaan bergantung pada pembiayaan hutang yang disebut levera ge keuangan. Selain keuntungan dari pajak (pemotongan bunga/interest atas penghasilan), penggunaan pendanaan hutang dapat menaikan/lever-up laba pemegang saham atas ekuitas. Namun, levera ge mengandung risiko, yaitu, ketika sebuah perusahaan memperoleh pembiayaan hutang dan berkomitmen untuk beban keuangan tetap diwujudkan dalam bunga


(36)

commit to user

6

pembayaran dan jumlah pokok, maka kegagalan untuk memenuhi kewajiban ini dapat membuat perusahaan ke dalam likuidasi. Risikonya berkaitan dengan tingginya derajat levera ge keuangan karena dapat mengakibatkan rendahnya pembayaran dividen karena perusahaan perlu untuk menjaga arus kas internal mereka untuk membayar kewajiban mereka daripada mendistribusikan uang tunai untuk pemegang saham.

Selain itu, Rozeff (1982) menunjukkan bahwa, perusahaan dengan leverage keuangan tinggi cenderung memiliki rasio pembayaran dividen rendah untuk mengurangi biaya transaksi terkait dengan pembiayaan eksternal. Selain itu, ada juga beberapa perjanjian hutang yang berlaku dengan pembatasan pembayaran dividen. Adanya restriksi dividen dalam perjanjian hutang mendorong terjadinya konflik tersebut. Menurut Kalay (1982), adanya pembatasan dividen yang dijumpai dalam perjanjian hutang dimaksudkan untuk mengontrol biaya agensi hutang yang timbul dari pembayaran dividen yang mungkin didanai dari penerbitan hutang baru dan atau dari investasi yang terlebih dahulu (foregoing investment). Sebagai salah satu konsekwensi pembatasan tersebut, pihak perusahaan terikat dengan perjanjian tersebut. Bila perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan, jumlah investasi minimal perusahaan kemungkinan besar dikonversi kedalam dividen yang rendah. Hasil penelitian DeAngelo dan DeAngelo (1996) menunjukan bahwa perusahaan mengurangi jumlah dividen yang dibayarkan ketika sedang mengalami kesulitan keuangan. Hasil penelitian mereka juga menunjukkan adanya pengurangan dividen


(37)

commit to user

6

walaupun tidak terikat dengan perjanjian hutang. Menurut Deskmukh (2005) para manajer memotong dividen ketika sedang menghadapi kesulitan keuangan untuk menghindari kemungkinan tidak membayar di masa datang. Biaya yang terjadi akan sangat mahal bila perusahaan meniadakan pembagian dividen. Karena para manajer lebih suka mengurangi dividen dibandingkan dengan pemutusan pembagian dividen, perusahaan dengan tingkat kesulitan keuangan yang tinggi akan membagi dividen yang lebih rendah untuk menjaga kebijakan dividen yang stabil.

Oleh karena itu, hal yang lainnya menjadi sama, hubungan terbalik antara hutang dan pembayaran dividen tampaknya masuk akal. Beberapa penelitian telah melaporkan hubungan negatif antara hutang dan dividen (Jensen et a l, 1992., Agrawal & Jayaraman, 1994 dan Gugler & Yurtoglu, 2003).

Selanjutnya, sebagaimana didalilkan oleh Jensen (1986), hutang dapat berfungsi sebagai perangkat pengganti untuk dividen dalam mengurangi biaya agensi dari arus kas bebas. Artinya, ketika sebuah perusahaan mendapatkan hutang, itu membuat komitmen tetap untuk kreditur, yang mengurangi dana diskresioner yang tersedia untuk manajer dan memusatkan mereka untuk pengawasan hutang-pemasok. Ini menunjukkan bahwa, perusahaan dengan levera ge tinggi diharapkan memiliki pembayaran dividen yang rendah. Seperti yang dinyatakan Sudarsi (2002), peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban


(38)

commit to user

6

perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar deviden.

Untuk menguji sejauh mana hutang dapat mempengaruhi keputusan dividen, studi ini menggunakan rasio leverage keuangan yang didefinisikan sebagai rasio dari total hutang terhadap total aset (FLEVER – financia l levera ge ratio). Berdasarkan pembahasan di atas, hubungan negatif diharapkan antara dividen dan levera ge keuangan.

e. Pertumbuhan perusahaan

Menurut Miller dan Modigliani (1961), di pasar modal sempurna, keputusan investasi perusahaan dan dividen bersifat independen. Namun, di hadapan pasar yang tidak sempurna seperti pajak, biaya flotasi,dan biaya agensi, baik dividen dan keputusan investasi mungkin berkaitan erat atau saling tergantung. Hubungan antara kebijakan investasi dan dividen dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dengan membayar dividen, perusahaan memiliki sumber pembiayaan yang relatif murah, yaitu saldo laba, dibandingkan dengan hutang dan isu-isu ekuitas baru. Kedua, pembayaran dividen mengurangi dana yang tersedia pada perusahaan untuk kegiatan investasi. Dengan kata lain, dividen dan investasi bersaing untuk dana internal terbatas dan pembiayaan internal yang rendah (Elston, 1996).

Hal ini menunjukkan bahwa di pasar modal tidak sempurna mungkin ada hubungan antara dividen dan investasi. Secara intuitif, perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi dan peluang investasi akan memerlukan dana internal yang berkesinambungan untuk membiayai investasi tersebut,


(39)

commit to user

6

dan dengan demikian memiliki kecenderungan untuk membayar sedikit dividen atau bahkan tidak ada. Sebaliknya, perusahaan dengan pertumbuhan lambat dan memiliki lebih sedikit peluang investasi cenderung untuk membayar dividen lebih (Al-Malkawi, 2008). Prediksi ini konsisten dengan hipotesis arus kas bebas (free ca sh flow hypothesis). Teori free ca sh flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) dalam Jensen et.a l.,(1992) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi akan memiliki free ca sh flow yang rendah karena sebagian besar dana yang ada digunakan untuk investasi pada proyek yang memilki nilai net present va lue (NPV) yang positif. Sebaliknya, perusahaan dengan investasi rendah cenderung berpeluang memiliki masalah kelebihan investasi, maka dengan membayar dividen perusahaan dapat membatasi kebijakan manajemen terhadap investasi yang berlebihan (Jensen, 1986, dan Lang & Litzenberger, 1989).

Selanjutnya, hubungan negatif antara pertumbuhan perusahaan, peluang dan pembayaran dividen adalah konsisten dengan teori pecking order dari Myers dan Majluf (1984). Myers dan Majluf menyarankan bahwa perusahaan yang mengalami kesempatan pertumbuhan yang tinggi akan memiliki rasio pa yout rendah. Selanjutnya, menurut "hipotesis kedewasaan" yang disajikan oleh Grullon et a l. (2002), dengan perusahaan menjadi lebih matang, pertumbuhan dan peluang investasi mereka mengalami penyusutan, mengakibatkan penurunan dalam belanja modal mereka. Jadi, arus kas bebas yang tersedia harus dibayar sebagai dividen.


(40)

commit to user

6

Grullon et a l.(2002) menunjukkan bahwa kenaikan dividen adalah tanda "perubahan dalam siklus hidup perusahaan, terutama untuk transisi perusahaan dari fase pertumbuhan yang lebih ke fase pertumbuhan yang lebih rendah ". Menggunakan sampel yang besar atas pengumuman perubahan dividen dari perusahaan AS untuk periode 1967-1993, Grullon et a l. (2002) menemukan bahwa, perusahaan yang meningkatkan dividen mengalami penurunan risiko sistematis dan profitabilitas. Mereka menyatakan "... menurut hipotesis kedewasaan, peningkatan atas dividen bersifat informatif mengenai pengaturan penyusutan kesempatan investasi, penurunan risiko sistematis, penurunan pengembalian atas aset, dan pertumbuhan laba ". Penurunan risiko perusahaan dianggap sebagai kabar baik, sedangkan penurunan profitabilitas adalah berita buruk. Dalam studi mereka, Grullon et a l (2002). menunjukkan bahwa pasar saham bereaksi positif terhadap pengumuman peningkatan dividen, yang menyiratkan bahwa berita baik tentang pengurangan risiko mendominasi atas berita buruk tentang penurunan profitabilitas. Sebagai tambahan atas kabar baik yang terkait dengan penurunan risiko sistematis, pasar dapat melihat peningkatan dividen dapat membantu mengurangi masalah kelebihan investasi. Grullon et a l. (2002) menyimpulkan "... peningkatan dividen tidak hanya menyampaikan informasi tentang perubahan dalam fundamental perusahaan, tetapi juga tentang manajemen komitmen untuk tidak melakukan kelebihan investasi ".


(41)

commit to user

6

Manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja dari dividen akan lebih kuat dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan (Charitou & Vafeas,1998). Saxena (2002) juga menyatakan bahwa dividend pa yout ratio sangat penting dengan berbagai alasan antara lain : Pertama, dalam penelitiannya, Saxena (2002) menemukan bahwa perusahaan menggunakan dividen sebagai sebuah tanda mekanisme keuangan yang dicerminkan kinerja perusahaan kepada pihak luar sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan dari perusahaan. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur modal.

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen. Oleh karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi faktor penting yang menentukan kebijakan dividen (Chang & Rhee, 1990).

Pertumbuhan perusahaan menggambarkan tolak ukur keberhasilan perusahaan. Menurut Florentina (2001) dalam Yuniningsih (2002) menyatakan bahwa keberhasilan tersebut juga menjadi tolak ukur investasi untuk pertumbuhan pada masa yang akan datang.

Dalam penelitian ini, untuk menguji apakah pertumbuhan mempengaruhi kebijakan dividen, dipilih proksi untuk pertumbuhan adalah


(42)

commit to user

6

price ea rning ratio (PER) perusahaan. Menurut Sartono (1996), PER diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan sehingga banyak pelaku pasar modal yang menaruh perhatian terhadap pendekatan PER. Menurut Brigham dan Gapenski (2003), price ea rning ratio (PER) dipengaruhi oleh prospek usaha dan risiko perusahaan ditempat yang berbeda. Pendapat ini berbeda dengan pernyataan Brealey dan Myers (1991) yang menyatakan bahwa PER yang tinggi menunjukkan bahwa investor menganggap perusahaan memiliki peluang pertumbuhan yang baik di masa mendatang, memiliki tingkat laba yang relatif aman dan menandakan tingkat kapitalisasi yang rendah. PER yang tinggi menunjukkan bahwa investor mengharapkan pertumbuhan deviden yang tinggi dan risiko saham yang rendah. Oleh karena itu, menurut Brealey dan Myers faktor utama yang paling berpengaruh terhadap PER adalah tingkat pertumbuhan dividen dan risiko perusahaan. Beberapa peneliti telah menggunakan PER sebagai proksi untuk peluang pertumbuhan (Al-Malkawi, 2008., Ang & Peterson, 1984, dan Glen et a l., 1995). PER merupakan indikator yang baik atas prospek pertumbuhan di masa depan karena menggabungkan penilaian pasar atas aliran kas sebuah perusahaan di masa depan. Investor bersedia membayar premi untuk perusahaan yang tumbuh dengan cepat, yaitu mereka yang merupakan perusahaan yang biasanya menahan pendapatan mereka untuk membiayai pertumbuhan di masa depan. Hal lain dianggap konstan, perusahaan dengan rasio PE yang lebih tinggi memiliki pertumbuhan yang


(43)

commit to user

6

lebih tinggi daripada perusahaan dengan rasio PE rendah (PER hubungan positif dengan pilihan pertumbuhan). Dengan demikian, diharapkan hubungan negatif antara PER dan pembayaran dividen.

B. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian yang dilakukan oleh Husam-Aldin Nizar Al-Malkawi (2008) yang diacu dalam penelitian ini, mengkaji faktor-faktor penentu keputusan dividen perusahaan publik di Yordania sebagai sebuah studi kasus dari sebuah pasar yang baru berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat faktor dapat mempengaruhi keputusan dividen di Jordania. Perusahaan-perusahaan yang lebih besar, lebih menguntungkan, dan dewasa dengan sedikit kesempatan investasi jauh lebih cenderung untuk membayar dividen. Levera ge keuangan perusahaan ditemukan berdampak negatif pada kemungkinan untuk membayar dividen. Variabel-variabel yang dimaksudkan untuk menyediakan tes langsung untuk biaya agensi hipotesis ditemukan tidak terkait dengan keputusan dividen perusahaan. Hasil penelitian ini juga menyarankan hubungan kuadratik antara usia perusahaan dan keputusan dividen.

1. Biaya agensi dan Kebijakan Dividen

Biaya agensi dinyatakan oleh Jensen dan Mecking (1976) sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mencegah atau meminimalkan masalah-masalah keagenan dan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Jika konflik agensi sangat dominan maka


(44)

commit to user

6

akan menimbulkan biaya agensi yang besar dan nilai perusahaan menjadi rendah. Variabel biaya agensi di penelitian ini diproksikan dengan persentase saham biasa yang dimiliki oleh orang dalam (INSD) atau manager, direktur dan pejabat eksekutif lainnya. Dalam hubungannya dengan kebijakan dividen, para pemilik saham manajerial lebih menyukai pembayaran dividen yang rendah karena didorong oleh keinginan para manajer untuk membiayai investasi yang akan datang dari sumber internal sehingga dana yang tersedia untuk pembayaran dividen semakin sedikit.

Beberapa penelitian yang terdahulu menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, namun demikian arah hubungan kepemilikan manajerial dengan kebijakan dividen masih berbeda-beda dan belum konsisten. Hasil penelitian mengenai pengaruh a gency cost (insider ownership, sha reholder dispersion) dan transa ction cost (growth dan risk) yang dilakukan Rozeff (1982) menunjukkan bahwa insider ownership secara parsial berpengaruh negatif terhadap kebijakan diveden. Penelitian Moh’d et a l. (1995) menguji hubungan antara teori agensi dan kebijakan dividen. Variabel yang digunakan adalah growth, institutiona l dan insider ownership, shareholder dispersion, firm size, business risk, operating, fina ncia l levera ge dan dividend pa yout ratio. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan, insider ownership, operating levera ge, dan fina ncia l levera ge secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Saxena (1999) melakukan penelitian pada NYSE dan menyatakan


(45)

commit to user

6

bahwa terdapat pengaruh signifikan antara a gency cost terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian menunjukan bahwa koefisien kepemilikan manajerial berhubungan negatif dengan dividend pa yout ratio. Penelitian yang dilakukan Putera (2006) meneliti pengaruh biaya agensi terhadap kebijakan dividen untuk periode 2002 – 2004, demikian pula Al Malkawi (2008) yang meneliti pengaruh biaya agensi terhadap kebijakan dividen di Jordan periode 1989 – 2003, hasilnya menunjukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Dari penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 1 : Adapengaruh negatif biaya agensi pada kebijakan dividen.

2. Ukuran perusahaan dan Kebijakan Dividen

Pada penelitian ini, ada dua alasan utama untuk menguji hubungan antara ukuran perusahaan dan kebijakan dividen. Pertama, konsisten dengan penelitian sebelumnya yang ukuran perusahaan harus dimasukkan dalam analisis sebagai variabel kontrol. Kedua, dan yang lebih penting, kurangnya bukti penelitian yang tersedia tentang dampak pengaruh dari ukuran terhadap pembayaran dividen di Indonesia.

Sejumlah penelitian empiris yang terdahulu antara lain Lloyd et a l.(1985), Barclay et a l. (1995), Redding (1997), Holder et a l. (1998), Fama & French (2001) telah mendokumentasikan bahwa ukuran adalah signifikan dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan, dan berpengaruh positif berhubungan dengan dividen.


(46)

commit to user

6

Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Chang & Rhee,1990).

Dari penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 2: Ada pengaruh positif ukuran perusahaan pada kebijakan dividen.

3. Profitabilitas dan Kebijakan Dividen

Beberapa penelitian telah mendokumentasikan hubungan positif antara profitabilitas dan pembayaran dividen (Jensen et a l, 1992, dan Fama & France, 2002). Bukti dari emerging market juga mendukung proposisi bahwa profitabilitas adalah salah satu faktor terpenting yang menentukan kebijakan dividen (Adaoglu, 2000, dan Aivazian et a l., 2003). Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (Suharli dan Oktorina, 2005). Berkaitan dengan profitabilitas perusahaan, signa ling theory menyatakan bahwa kebijakan dividen yang tinggi merupakan sinyal meningkatnya profitabilitas perusahaan (Ismiyanti dan Hanafi, 2003). Pihak manajemen akan membayar dividen untuk memberi sinyal kepada investor mengenai


(47)

commit to user

6

keberhasilan perusahaan membukukan keuntungan. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Dengan demikian, perusahaan dengan profitabilitas tinggi membayarkan dividen yang tinggi pula (Suharli, 2007).

Untuk menguji hipotesis ini, profitabilitas perusahaan diproksikan dengan return on assets (ROA) mengacu pada penelitian Ahmed dan Javid (2009) dan Kapoor et a l. (2010).

Menurut Hanafi (2004) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham. Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan.

Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend pa yout ratio. Perusahaan


(48)

commit to user

6

yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen (Sudarsi 2002 : 79).

Gordon (1963) dan Lintner (1956) dalam Saxena (1999) menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen daripada kenaikan nilai modal (ca pita l gain) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan.

Modigliani dan Miller (1961) berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima ca pita l gain di masa yang akan datang. Dengan kata lain, tingkat keuntungan yang disyaratkan tidak dipengaruhi oleh dividend pa yout ratio. Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividendpa yout ratio.

Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen . Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Damayanti & Achyani, 2006) dan menyatakan bahwa besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan mengakibatkan semakin besarnya dividen yang akan dibagikan dan sebaliknya (Florentina, 2001 dalam Yuniningsih, 2002) dan menemukan


(49)

commit to user

6

bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif dengan dividend pa yout ratio.

Dari penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 3 : Adapengaruh positif profitabilitas pada kebijakan dividen.

4. Financial Leverage dan Kebijakan Dividen

Al-Malkawi (2008) yang diacu dalam penelitian ini menemukan bahwa levera ge keuangan berdampak negatif pada kemungkinan dividend pa yout yang didukung oleh Rozeff (1982) yang menunjukan bahwa perusahaan dengan levera ge keuangan tinggi cenderung memiliki rasio pembayaran dividen rendah untuk mengurangi biaya transaksi terkait dengan pembiayaan eksternal.

Siregar (2005) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen pada perusahaan manufaktur yang listed di BEJ tahun 2001 sampai dengan 2003 yang berjumlah 154 perusahaan. Variabel-variabel yang diteliti meliputi levera ge keuangan, investasi, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan likuiditas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa levera ge keuangan dan likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Tiga variabel lainnya tidak signifikan. Dan dalam penelitian yang dilakukan Yuniningsih (2002) terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 1992-1995 dengan sampel sebanyak 159 perusahaan menunjukkan bahwa investasi berpengaruh negatif signifikan terhadap dividen pa yout ratio. Faktor lain


(50)

commit to user

6

seperti fina ncia l levera ge, likuiditas, profitabilitas, dan risk tidak berpengaruh secara signifikan.

Hasil penelitian dari Suharli (2006) terhadap variabel profitabilitas, levera ge, harga saham, dan dividend pa yout ratio ditemukan bahwa antara variabel profitabilitas dan harga saham berpengaruh signifikan terhadap dividend pa yout ratio, sedangkan variabel levera ge tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend pa yout ratio. Beberapa penelitian juga telah melaporkan hubungan negatif antara hutang dan dividen (Jensen et a l, 1992, Agarwal & Jayaraman, 1994 dan Gugler & Yurtoglu, 2003)

Dari penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 4 : Adapengaruh negatif levera ge pada kebijakan dividen.

2. Pertumbuhan Perusahaan dan Kebijakan Dividen

Brigham et a l. (1999) menyatakan bahwa perusahaan akan membayar dividen hanya ketika menghasilkan keuntungan (gains) yang tidak digunakan untuk berinvestasi. Perusahaan akan merasa perlu untuk menjaga pembayaran dividen minimum ketika mempunyai kesempatan investasi untuk menghindari externa l fina ncing costs. Perusahaan yang sedang tumbuh membutuhkan dana yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan investasinya. Kebutuhan dana ini dapat diatasi dengan dua alternatif sumber dana yaitu sumber inter atau ekstern. Jika perusahaan yang sedang tumbuh memilih untuk memenuhi kebutuhan dana dari sumber inter yaitu dengan menahan laba yang diperoleh dengan tidak


(51)

commit to user

6

dibagikan sebagai dividen maka kebijakan dividen mungkin akan terpengaruh. Jensen & Meckling (1976) menegaskan bahwa pada keadaan-keadaan tertentu dimana perusahaan memiliki kesempatan investasi lebih banyak dan ketersediaan ca sh flow yang terbatas, maka shareholder akan meningkatkan toleransi terhadap dividend pa yout ratio dengan kesempatan investasi. Hasil penelitian Rozeff (1982) juga menunjukan hubungan negatif signifikan antara pertumbuhan penjualan dengan dividend pa yout. Selanjutnya hubungan negatif antara pertumbuhan perusahaan, peluang dan pembayaran dividen adalah konsisten dengan teori pecking order dari Myers dan Majluf (1984) yang menyarankan bahwa perusahaan yang mengalami kesempatan pertumbuhan yang tinggi akan memiliki ratio payout yang rendah. Menurut Jensen (1986) dan Atmini (2004) salah satu masalah antara manajer dan pemegang saham yaitu pemegang saham lebih menyukai pembayaran dividen daripada diinvestasikan lagi, sedangkan manajer sebaliknya . Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung untuk membayar dividen lebih besar agar dapat mengalihkan sumber dana perusahaan agar tidak ditanam dalam proyek dengan net present va lue yang negatif. Hal ini juga memperkecil biaya keagenan yang berkaitan dengan aliran kas bebas. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, membayar dividen lebih kecil karena akan diinvestasikan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan.


(52)

commit to user

6

Riyanto (2001) makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well esta blished, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana ekstern lainnya, maka keadaanya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan devidend pa yout ratio yang tinggi.

Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab semakin tinggi tingkat deviden yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya.

Jika perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang tersedia maka untuk pembayaran deviden semakin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan di bayarkan kepada pemegang saham sebagai ca sh devidend disebut devidend pa yout ratio. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin tingginya devidend pa yout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan


(53)

commit to user

6

kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto 2001).

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen. Oleh karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi faktor penting yang menentukan kebijakan dividen (Chang dan Reee, 1990). Pertumbuhan perusahaan menggambarkan tolak ukur keberhasilan perusahaan. Menurut Florentina (2001) dalam Yuniningsih (2002) menyatakan bahwa keberhasilan tersebut juga menjadi tolok ukur investasi untuk pertumbuhan pada masa yang akan datang.

Dari penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis 5 : Ada pengaruh negatif pertumbuhan perusahaan pada

kebijakan dividen.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Dengan melihat dari dasar teori yang telah diuraikan sebelumnya dan penelitian-penelitian terdahulu, maka variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen, biaya agensi, ukuran perusahaan, profitabilitas, levera ge keuangan, dan pertumbuhan perusahaan. Sehingga kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, dapat digambarkan seperti pada gambar berikut ini:


(54)

commit to user

6

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Dari kerangka pemikiran teoritis di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Biaya agensi, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage keuangan, dan pertumbuhan perusahaan merupakan variabel independen. Variabel-variabel independen ini diujikan pengaruhnya pada kebijakan dividen.

b. Kebijakan dividen merupakan variabel dependen.

Biaya Agensi

Profitabilitas Leverage Keuangan Pertumbuhan Perusahaan

Economic Value Added

Kebijakan Dividen Ukuran Perusahaan

H1 (-)

H2 (+)

H3 (+)

H4 (-)


(55)

commit to user

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai studi empiris. Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (expla natory resea rch) yang memfokuskan pada hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis seperti yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian ini bersifat pooled yaitu observasi yang melibatkan data time series dan cross section.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan saham publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), mencakup data untuk semua perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI dan periode penelitian adalah 2006 – 2010 sebanyak 338 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sa mpling, yaitu metode pengambilan sampel dimana populasi yang akan dijadikan sample adalah populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu yang ditentukan peneliti. Kriteria perusahaan yang ditentukan sebagai sampel penelitian ini adalah : a. Perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2006 sampai

dengan 2010 dan membagikan dividen di antara periode tersebut.

b. Perusahaan non-keuangan yang telah menerbitkan laporan tahunan selama kurun waktu 2006 sampai dengan 2010.


(56)

commit to user

c. Perusahaan yang memiliki informasi ma na geria l ownership, ca pita l ma rket, ROA, fina ncia l levera ge, PER pada periode 2006 – 2010.

Penelitian ini bersifat pooled yaitu observasi yang melibatkan data time series dan cross section untuk mengatasi keterbatasan data (Cooper dan Schinder, 2001 dalam Nuringsih, 2005). Keterbatasan data terjadi karena di Indonesia tidak banyak perusahaan yang membayar dividen dan tidak banyak perusahaan yang mengeluarkan kebijakan managerial ownership.

Teknik pooled data dilakukan dengan menjumlahkan seluruh perusahaan yang sesuai kriteria selama 5 tahun pengamatan sehingga dapat meningkatkan power of test penelitian.

Teknik pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi dengan mengumpulkan semua data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia melalui Indonesia n Capita l Market Directory dan

http://www.idx.co.id.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian menggunakan satu variabel dependen dan lima variabel independen yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yang diukur dengan dividend pa yout ratio (DPR). Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan dimana manajemen mempunyai dua


(57)

commit to user

alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak (EAT) perusahaan yaitu dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen dan diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained ea rning).

Pada umumnya sebagian EAT (Ea rning After Ta x) dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen.

Variabel dependen ini diproksikan dengan dividend pa yout ratio (DPR) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dividen per sha re DPR =

Ea rning per share

b. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah : a) Biaya agensi

Biaya agensi dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan

saham oleh pihak manajemen perusahaan (insider

ownership/kepemilikan manajerial). Kepemilikan manajerial dianggap sebagai salah satu cara untuk meminimalkan biaya agensi karena dengan memiliki saham maka mereka akan bertindakan sesuai dengan keinginan pemegang saham. Kepemilikan manajerial merupakan persentase saham yang dimiliki oleh direktur dan komisaris


(58)

commit to user

perusahaan (Crutchley & Hansen, 1989). Dalam hubungannya dengan kebijakan dividen, para pemilik saham manajerial lebih menyukai pembayaran dividen yang rendah. Kepemilikan manajerial dapat diperoleh dengan menghitung :

Jumlah saham yang dimiliki komisaris & direktur INSD =

Total saham

b) Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan ca pita l ma rket sebagai pengukur ukuran perusahaan yang diambil dari laporan tahunan. Ukuran ini telah sering digunakan oleh penelitian sebelumnya (Deshmukh, 2003, Al-Malkawi, 2008).

c) Profitabilitas

Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan return on a ssets (ROA) mengacu pada penelitian Ahmed dan Javid (2009) serta Kapoor et a l. (2010) yang dapat dihitung dengan rumus berikut ini :

Laba bersih setelah pajak ROA =

Total aktiva

d) Levera ge keuangan

Untuk menguji sejauh mana utang dapat mempengaruhi keputusan dividen, penelitian ini menggunakan rasio levera ge keuangan yang didefinisikan sebagai rasio dari total hutang terhadap total aset.


(59)

commit to user Total Hutang FLEVER =

Total aset

e) Pertumbuhan perusahaan

Pada penelitian ini proksi untuk pertumbuhan perusahaan adalah price ea rning ratio (PER) perusahaan yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Harga per lembar saham PER =

Ea rning per share

D. Analisis Data

1. Pengujian Asumsi Klasik

Sebagai syarat pengujian hipotesis dilakukan uji klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, dan penafsiran koefisien regresi efisien (Gujarati & Potter, 2009). Untuk memperoleh model regresi yang memberikan hasil regresi yang baik dimana model regresi tersebut berdistribusi normal, tidak terdapat autokorelasi, tidak terjadi multikolinieritas, dan tidak terdapat heteroskedatisitas, maka model tersebut perlu diuji asumsi dasar klasik dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau residual dalam model regresi memiliki distribusi


(60)

commit to user

normal. Untuk mendeteksi apakah variabel pengganggu memiliki distribusi normal atau tidak dilakukan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (Ghozali, 2009). Uji ini dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut :

Ho = data residual berdistribusi normal HA = data residual tidak berdistribusi normal

Model regresi yang memiliki distribusi data residual normal apabila uji Kolmogrov-Smirnov memiliki tingkat signifikansi > 0.05 dan tidak berdistribusi normal jika tingkat signifikansi < 0.05.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen yang seharusnya model regresi tidak terjadi korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2009). Uji multikolinieritas dilakukan dengan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antara variabel independen dengan menggunakan tolera nce va lue dan lawannya nilai va riance inflation fa ctor (VIF) dari masing-masing variabel independen. Tolerance va lue mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Multikolinieritas tidak terjadi apabila tolera nce va lue di atas 0.10 dan VIF di bawah 10.


(1)

commit to user e. Pengujian Hipotesis 5

Hipotesis 5 bertujuan menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan pada kebijakan kividen. Berdasarkan tabel 12, hasil penelitian tidak berpengaruh signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,552. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 5 tidak didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan memang tidak mempunyai pengaruh pada kebijakan dividen karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% (0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan pertumbuhan perusahaan tidak mengakibatkan peningkatan atau penurunan kebijakan dividen.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Malkawi (2008) yang melakukan penelitiannya untuk pertumbuhan perusahaan dengan proksi rasio pendapatan (PER) secara statistik tidak memiliki pengaruh pada kebijakan dividen.

Hal ini kemungkinan karena adanya krisis ekonomi global yang mulai pada tahun 2008 sehingga terjadi perubahan pola-pola kebijakan dividen yang menyebabkan perusahaan tidak mempertimbangkan untuk pertumbuhan perusahaan, besar atau kecil, tapi berkonsentrasi untuk mempertahankan perusahaan untuk menghadapi krisis ekonomi tersebut.


(2)

commit to user

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini mencoba untuk meneliti, apakah biaya agensi (INSD), ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA), leverage keuangan (FLEVER), pertumbuhan perusahaan (PER) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006 – 2010. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan lima variabel independen yaitu biaya agensi (INSD), ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA), leverage keuangan (FLEVER), pertumbuhan perusahaan (PER) dan satu variabel dependen kebijakan dividen (DPR) pada perusahaan non–keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006 - 2010 menunjukkan bahwa :

1. Hasil penelitian yang diperoleh dari nilai adjusted R2, variasi kebijakan dividen (DPR) dapat dijelaskan oleh ke lima variabel independen biaya agensi (INSD), ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA), leverage keuangan (FLEVER), pertumbuhan perusahaan (PER) sebesar 19.4%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

2. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa biaya agensi (INSD) tidak berpengaruh pada kebijakan dividen (DPR) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006 – 2010, sehingga hipotesis pertama yang menyatakan bahwa biaya


(3)

commit to user

agensi (INSD) berpengaruh signifikan negatif pada kebijakan dividen (DPR) tidak dapat diterima.

3. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh pada kebijakan dividen (DPR) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006 - 2010, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh signifikan positif pada kebijakan dividen (DPR) tidak dapat diterima.

4. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa

profitabilitas (ROA) berpengaruh pada kebijakan dividen (DPR) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006 - 2010, sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan positif pada kebijakan dividen (DPR) dapat diterima.

5. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa leverage keuangan (FLEVER) tidak berpengaruh pada kebijakan dividen (DPR) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006 - 2010, sehingga hipotesis keempat yang menyatakan bahwa leverage keuangan (FLEVER) berpengaruh signifikan negatif pada kebijakan dividen (DPR) tidak dapat diterima.

6. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa

pertumbuhan perusahaan(PER) tidak berpengaruh pada kebijakan dividen


(4)

commit to user

Indonesia periode 2006 - 2010, sehingga hipotesis kelima yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan (PER) berpengaruh signifikan negatif pada kebijakan dividen (DPR) ditolak.

7. Penolakan pada hipotesis pertama dapat dikaitkan dengan konsentrasi kontrol, oleh karena itu pemegang saham minoritas tidak dapat mengerahkan banyak pengaruh terhadap kebijakan dividen, sedangkan penolakan pada hipotesis kedua, keempat, dan kelima dapat dikaitkan dengan mulainya krisis ekonomi global pada tahun 2008 yang kemungkinan menyebabkan terjadinya perubahan pola-pola kebijakan dividen.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi, maka variabel yang memiliki pengaruh paling besar dan signifikan terhadap kebijakan dividen (DPR) adalah variabel Return On Asset (ROA) dengan nilai koefisien sebesar 0,552. Hasil temuan ini menunjukkan pula hal-hal yang perlu diperhatikan, baik oleh pihak manajemen perusahaan dalam pengelolaan perusahaan, maupun oleh para investor dalam menentukan strategi investasi dilihat dari sisi kebijakan dividenadalah ROA.

Berdasarkan hasil tersebut maka manajemen perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perlu memperhatikan faktor kinerja profitabilitas (ROA) dengan memanfaatkan aset yang dimiliki perusahaan secara optimal untuk


(5)

commit to user

mendapatkan laba, karena semakin besar perusahaan memperoleh laba maka DPR akan meningkat.

C. Keterbatasan

Dalam penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti. Antara lain dengan hanya menggunakan periode waktu selama lima tahun saja dan waktu pengamatan yang kurang baik karena pada periode 2008 mulai krisis ekonomi global sehingga banyak perusahaan yang tidak mampu untuk membayar dividen.

Hasil juga menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen sebesar 19,4% dan sisanya sebesar 80,6% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dirumuskan dalam penelitian ini. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam mengeneralisasi hasil dari penelitian ini.

D. Saran

1. Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi kebijakan dividen(DPR). Variabel yang dapat ditambahkan dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, tingkat inflasi, suku bunga, tingkat risiko pasar, usia perusahaan dan lain-lain.


(6)

commit to user

2. Menambahkan jumlah sampel dalam waktu pengamatan yang lebih lama sehingga nantinya diharapkan hasil yang diperoleh akan lebih dapat digeneralisasikan.