Penetapan Kadar Nitrit Pada Air Minum Dengan Metode Spektrofotometri (Visible)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan

makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh
senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah
sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam
tubuh manusia itu sendiri. Menurut Notoadmodjo (2003), sekitar 55-60% berat
badan orang dewasa terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi
sekitar 80% (Mulia, 2005).
Air diperlukan untuk melarutkan bebagai jenis zat yang diperlukan tubuh.
Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan terlebih dahulu, sebelum dapat
memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli. Demikian
pulahalnya dengan segala zat makanan yang hanya dapat diserap apabila dapat
larut di dalam cairan yang meliput selaput lendir usus. Segala reaksi biokimia di
dalam tubuh manusia/hewan terlaksana di dalam lingkungan air. Air sebagai
bahan pelarut, membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh dan mengambil

kembali segala buangan untuk dikeluarkan melalui tubuh. Air juga ikut serta
mempertahankan suhu badan, karena dengan penguapannya suhu dapat menurun.
Air juga dipakai untuk membersihkan permukaan mata serta melicinkannya,
sehigga gerak kelopak mata menjadi lancar. Ringkasnya dalam segala fungsi
kehidupan seperti bereaksi terhadap segala stimulus, tumbuh, bermetabolisme,
bereproduksi, air selalu memegang peranan penting (Mulia, 2005).

4
Universitas Sumatera Utara

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan tidak ada satu pun makhluk
hidup yang berada di planet bumi ini, yang tidak membutuhkan air. Di dalam sel
hidup, baik pada tumbuh-tumbuhan ataupun pada hewan (termasuk di dalamnya
pada manusia) akan terkandung sejumlah air, yaitu lebih dari 75% kandungan sel
tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% kandungan sel hewan, terdiri dari air. Jika
kandungan tersebut berkurang, misalnya dehidrasi pada manusia yang diakibatkan
muntaber, kalau tidak cepat ditanggulangi akan mengakibatkan kematian.
Tanaman yang lupa tidak disiram pun akan layu dan kalau dibiarkan akan mati
(Suriawiria, 2005).
Air merupakan sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media penularan penyakit, misalnya
penyakit diare. Supaya air masuk ke tubuh manusia, baik berupa minuman atau
makanan tidak menyebabkan/merupakan pembawa bibit penyakit mutlak
diperlukan pengolahan air yang berasal dari sumber atau untuk mencegah
terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat
diperlukan (Sutrisno, 2004).
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan
terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan
terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang
dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan
yang mahir/lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air
tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh karena itu dalam
praktek sehari-hari maka pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama
untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa dipakai sebagai (Sutrisno, 2004).

5
Universitas Sumatera Utara

2.2


Air Minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Sedangkan, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak
(Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492Tahun 2010; Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416 tahun 1990).
Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air
tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia,
standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan
RI No.416/MENKES/PER/IX/1990. Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan air minum dapat ditinjau dari
parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi, dan parameter
radioaktivitas yang terdapat di dalam air minum tersebut (Mulia, 2005).
2.2.1 Parameter Fisika
Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air
tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah
zat pada terlarut (TDS). Air yag baik idealnya tidak berbau. Air yang berbau
busuk tidak menarik dipandang dari sudut estetika. Selain itu juga, bau busuk bisa

disebabkan proses penguraian bahan organik yang terdapat di dalam air yang ada
pada air (Mulia, 2005).
Selain itu juga, air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang
mencolok dengan udara sekitar (udara ambien). Di Indonesia, suhu air minum
idealnya

3ÂșC dari suhu udara air yang secara mencolok mempunyai suhu di atas

6
Universitas Sumatera Utara

atau di bawah suhu udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol
yang terlarut) atau sedang terjadi proses biokimia yang mengeluarkan atau
menyerap energi dalam air (Mulia, 2005).
2.2.2 Parameter Kimiawi
Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia
organik. Dalam standard air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa
logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan beracun serta derajat keasaman (pH).
Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, Volatile
organik chemicals (zat kimia organik mudah menguap) zat-zat berbahaya dan

beracun maupun zat pengikat Oksigen (Mulia, 2005).
Arsenic,

Barium,

Cadmium,

Chromium,

Mercury dan

Selenium

merupakan logam beracun yang mempengaruhi organ bagian dalam manusia.
Timbal merusak sel darah merah, sistem saraf dan ginjal manusia. Tembaga
merupakan indikator terjadinya perkaratan. Konsentrasi flour yang terlalu tinggi
dalam air minum dapat menimbulkan gangguan pada gigi. Nitrit dalam air minum
akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk Methemoglobin yang dapat
menyebabkan penyakit blue babies pada bayi (Mulia, 2005).
2.2.3 Parameter Mikrobiologi

Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri Coliform sebagai organisme
petunjuk (indicator organism). Dalam laboratorium, istilah total coliform
menunjukkan bakteri Coliform dari tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya.
Istilah fecal coliform (koliform tinja) menunjukkan bakteri koliform yang berasal
dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Penentuan parameter
mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air

7
Universitas Sumatera Utara

minum (Mulia, 2005).

2.3

Sumber Air Minum
Sampai saat ini kebanyakan orang memanfaatkan air permukaan tawar dan

air tanah sebagai sumber air minum. Sumber-sumber air tawar adalah air
permukaan yang merupakan air sungai dan danau. Air permukaan adalah air yang
berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lainnya yang tidak mengalami

infiltrasi ke bawah tanah. Air tanah pada umumnya tergolong bersih dilihat dari
segi mikrobiologis, karena sewaktu proses pengaliran mengalami penyaringan
alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di
dalamnya. Namun demikian, kadar kimia air tanah tergantung sekali dari jenis
tanah yang dilaluinya. Pada proses ini mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut
dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut (Slamet, 2009).
Peraturan Pemerintah NO 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagia air baku air minum
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,
usaha di perkotaan, industi dan pembangkit tenaga listrik (Mulia, 2005).
Walaupun dinyatakan air baku itu langsung dapat diminum. Namun dalam
persiapan penyediaan air dan sistem distribusi harus dijelaskan tentang bagaimana

8
Universitas Sumatera Utara


air tersebut dinyatakan aman sebagai air minum (Tjokrokusumo, 1995).

2.4

Kualitas Air Minum
Sumber air baku pada dasarnya harus dapat dipersiapkan sebagai sumber

air minum dan karena kenyataannya di alam mengalami berbagai macam dan jenis
pencemar baik dari akibat peristiwa alam maupun kegiatan manusia, maka air
tersebut dinyatakan tercemar secara potensial oleh kejadian lingkungan
(Tjokrokusumo, 1995).
Negara dengan keadaan ekonomi lebih rendah dan teknologi juga rendah,
maka biasanya kesehatannya pun rendah. Di Negara sedemikian biasanya standar
air minum tidak ketat, karena kemampuan mengelolah air(teknologi) masih belum
canggih dan masyarakat belum mampu membeli air yang harus diolah secara
canggih yang tentunya juga mahal. Standar di setiap Negara memang harus layak
bagi keadaan social-ekonomi-budaya setempat. Untuk Negara berkembang seperti
Indonesia, perlu didapatkan cara-cara pengelolahan ataupun pengelolahan air yang
relatif murah (tekologi tepat guna), sehingga kualitas air yang dikonsumsi

masyarakat dapat dinyatakan baik atau memenuhi stadar internasional, tapi
terjangkau oleh masyarakat (Slamet, 2009).
Maka karena itu air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berasa,
tidak berwarna dan tidak berbau. Tidak mengandung zat kimia yang dapat
mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan
secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan
pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk
mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. Karena itu dibuatlah

9
Universitas Sumatera Utara

parameter-parameter demi menjaga kualitas air minum. Persyaratan kualitas air
minum dapat dilihat dalam Lampiran 2.

2.5

Nitrit Dalam Air Minum
Di perairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah yang


sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat karena bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk sementara antara amonia dan nitrat.
Kadar nitrit dalam perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat
(Slamet, 2009).
Nitrifikasi adalah proses pembentukan senyawa nitrat dari senyawa
amonium. Proses ini merupakan proses dimana ion ammonium dioksidasi menjadi
ion nitrit, serta ion nitrit menjadi ion nitrat. Proses ini dapat terjadi di tanah, air
laut, maupun air tawar. Nitrifikasi muncul secara alamiah dilingkungan dengan
keberadaan bakteri khusus nitrifikasi. Tingkat reaksi nitrifikasi sangat tergantung
pada sejumlah faktor lingkungan (Jacob dan Cordaro, 2000).
Menurut Jacob dan Cordaro (2000), proses nitrifikasi dipengaruhi oleh dua
bakteri berbeda. Nitrosomonas mempengaruhi tahap pertama yaitu pembentukan
nitrit:
NH4 + Nitrosomonas + 2O2 NO2 + 2H2O
Hasil nitrit kemudian akan diubah menjadi nitrat oleh bakteri nitrobacter:
2NO2 + Nitrobacter + O2 + 2H2O 2NO3 + 2H2O
Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yaitu substrat di dalam air, konsentrasi
oksigen, suhu, pH dan adanya zat beracun atau zat yang menghambat proses
nitrifikasi.


10
Universitas Sumatera Utara

2.5.1

Penyebaran Nitrit Dalam Air Minum
Pertambahan penduduk di kota-kota besar umumnya diikuti dengan

peningkatan kebutuhan air minum. Kepadatan penduduk dan terbatasnya lahan
untuk daerah pemukiman menyebabkan terjadinya pencemaran air tanah terutama
oleh zat-zat organik yang berasal dari buangan rumah tangga. Selain itu terdapat
pipa instalasi jaringan PDAM yang sudah tua dan menjadi aus sehingga
mengakibatkan terjadinya rembesan air buangan ke dalam pipa dan menyebabkan
air minum tercemar. Pencemaran air minum oleh bahan organik menyebabkan
ammonia meningkat. Ammonia larut di dalam air dan membentuk senyawa
ammonium yang cenderung akan mengikat oksigen. Dengan adanya mikroba
nitrosomonas senyawa ammonium dan oksigen dapat membentuk senyawa nitrit
dengan adaya mikroba nitrobakter akan membentuk senyawa nitrat (Wardhana,
2004)
2.5.2

Metabolisme Nitrit
Nitrat diabsorbsi dengan cepat pada saluran pencernaan bagian atas, dan

sebagian besar dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran melalui urin mempunyai
waktu paruh sekitar lima jam. Asupan nitrit dapat bereaksi dengan zat-zat yang
ada dalam saluran pencernaan. Jika diserap ke dalam sistem sirkulasi, nitrit atau
mengoksidasi hemoglobin menjadi methomoglobin (Silalahi, 2005).
Ternyata, sebagian nitrat yang sedang diangkut dalam darah dikeluarkan
melalui kelenjar ludah. Nitrat di dalam mulut, mikroba rongga mulut dapat
mereduksi nitrat menjadi nitrit dan kemudian tertelan. Sebanyak 25% dari asupan
nitrat dikeluarkan melalui kelenjar ludah. Sekitar 20% dari nitrat dalam kelenjar
ludah direduksi menjadi nitrit. Karena itu, sekitar 5% dari asupan nitrat

11
Universitas Sumatera Utara

sesungguhnya direduksi menjadi nitrit di dalam ludah dan tertelan kembali.
Sintesa nitrit dan nitrat terjadi di dalam tubuh. Jika pH lambung meningkat,
bakteri akan berkembang, kemudian dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Nitrit
juga dapat terbentuk melalui reduksi nitrat oleh bakteri pada infeksi kelenjar
kemih (Silalahi, 2005).

2.5.3

Toksisitas Nitrit dan Nitrat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 memberikan

persyaratan kualitas air minum yang diperbolehkan mengandung nitrat maksimum
50 mg/L dan 3 mg/L untuk nitrit. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 bahwa syarat kualitas air bersih yang
digunakan sebagai air minum setelah dimasak adalah 10 mg/L untuk nitrat dan 1
mg/L untuk nitrit.
Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan gastro
intestinal, diare campur darah, disusul dengan konvulsi, koma dan bila tidak
ditolongakan meninggal. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit
kepala, dan gangguan mental. Nitrit terutama akan bereaksi dengan hemoglobin
membentuk methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal MetHb
akan menimbulkan methemoglobinemia. Pada bayi methemoglobinemia sering
dijumpai karena pembentukan-pembentukan enzim untuk menguraikan metHb
menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat methemoglobinemia, bayi
akan kekurangan oxygen, maka mukanya akan tampak membiru (Slamet,2009).
Konsentrasi nitrit yang besar di dalam air berpotensi terbentuknya
nitrosamin yang bersifat karsinogenik. Nitrosamin terbentuk melalui reaksi kimia

12
Universitas Sumatera Utara

antara agen nitrosasi dan senyawa amin yang mudah dinitrosasi. Pada umumnya,
precursor (bahan baku) pembentuk nitrosamine adalah amin sekunder dan tertier.
Agen nitrosasi yang paling penting dalam pembentukan nitrosamine adalah N2 O3
yang mudah terbentuk dari nitrit dalam suasana asam sebagai berikut:
NO2- + H+

HNO2

HNO2 + H+

H2NO2+

H2NO2+ + N2-

N2O3 + H2O

N2O3 bereaksi dengan pasangan electron bebas yang ada pada amin sekunder
membentuk nitrosamin.
R2NH + N2O3

R2 N-N=O + HNO2

Reaksi ini terjadi pada suasana dalam air. Kondisi pH yang optimum untuk
nitrosasi senyawa amin sekunder berkisar antar 2,5 dan 3,5.

2.6

Penentuan Kadar Nitrit
Prinsip pengukuran kadar nitrit dan nitrat berdasarkan pembentukan

senyawa azo yang berwarna merah keunguan yang terjadibila direaksikan dengan
asam sulfanilat dan N- (1-naftil etilen diamindihidroklorida). Warna yang
terbentuk diukur absorbansinya secara spektrofotometri sinar tampak pada
panjang gelombang maksimum 543 nm (SNI, 2006).
2.6.1

Spektrofotometri Sinar Tampak
Panjang gelombang sinar tampak lebih pendek dari pada panjang

gelombang radiasi inframerah. Satuan yang digunakan adalah nanometer(1 nm =
10 -7 cm). Spectrum sinar tampak terentang dari sekitar 400 nm ungu sampai 750
nm (merah) (Fessenden dan Fessenden, 1986).

13
Universitas Sumatera Utara

Warna sinar tampak dapat dihubungkan dengan panjang gelombangnya.
Sinar pada panjang gelombang tunggal (radiasi monokromatik) diabsorbsi
maka sinar yang dihasilkan akan nampak sebagai warna komplemen warna yang
diserap tadi. Jadi ketika warna biru (450 sampai 480 nm) diabsorbsi maka radiasi
yang dihasilkan adalah warna kuning (Gandjar dan Rohman, 2008).

Tabel 2.1 Warna sinar tampak dapat dihubungkan dengan panjang gelombangnya
Panjang
Warna yang diserap
gelombang
400-435 nm
Ungu (lembayung)
450-480 nm
Biru
480-490 nm
Biru Kehijauan
480-500 nm
Hijau Kebiruan
500-560 nm
Hijau
560-580 nm
Hijau kekuningan
580-595 nm
Kuning
595-610 nm
Orange
610-750 nm
Merah
(Ganjar dan Roman, 2008).

Warna yang diamati/warna
komplementer
Hijau kekuningan
Kuning
Orange
Merah
Merah anggur
Ungu (lembayung)
Biru
Biru kekuningan
Hijau Kebiruan

Spektra sinar tampak dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan
sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data yang diperoleh
spektofotometri sinar tampak adalah panjang gelombang maksimal, intensitas,
efek pH, dan pelarut, yang kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data
yang sudah dipublikasikan (Gandjar dan Rohman, 2008).
Menurut Gandjar dan Rohman (2008), dalam Hukum Lambert-Beer
menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap
berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam hukum LambertBeer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu;
1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

14
Universitas Sumatera Utara

2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas
yang sama
3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap
yang lain dalam larutan tersebut
4. Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforiensi
5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Suatu zat warna ialah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk
memberi warna ke suatu objek. Warna merupakan hasil suatu perangkat kompleks
respon faali maupun psikologis terhadap panjang gelombang antara 400-750 nm,
yang jatuh pada selaput retina mata (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri sinar tampak terutama untuk senyawa yang semula tidak
berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri sinar tampak karena
senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna.
Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan:
a.

Pembentukan yang dapat menyerap sinar tampak
Menurut Gandjar dan Rohman (2008), hal ini perlu dilakukan jika

senyawa yang dianalisis tidak menyerap pula pada daerah tersebut. Cara yang
digunakan adalah dengan merubah senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi
tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :
1. Reaksinya selektif dan sensitif
2. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel
3. Hasil reaksi dalam jangka waktu yang lama.
Contohnya dengan cara mengubahnya menjadi senyawa yang berwarna

15
Universitas Sumatera Utara

setelah didiazotasi dan dikopling degan naftil etilen diamin (NED). Zat warna azo
merupakan kelas zat yang terbesar dan terpenting, jumlahnya mencapai ribuan.
Dalam pewarnaan azo, mula-mula senyawa aromatik teraktifkan terhadap
subtitusi elektrofilik, kemudian diolah dengan suatu garam diazonium untuk
membentuk zat warna (Gandjar dan Rohman, 2008)
b.

Waktu operasional (operating time)
Cara ini digunakan untuk pengukuran hasil reaksi ataupembentukan

warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.
Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu
pengukuran dengan absorbs larutan (Gandjar dan Rohman, 2008).
c.

Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang
gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi
tertentu (Gandjar dan Rohman, 2008).
d.

Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai

konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi (y)
dengan konsentrasi (x) (Gandjar dan Rohman, 2008).
e.

Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometri hendaknya antara 0,2

sampai 0,8 atau 15% samapai 70% jika dibaca sebagai tramitans. Anjuran ini

16
Universitas Sumatera Utara

berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau
0,5% (kesalahan fotometrik) (Gandjar dan Rohman, 2008).
2.6.2

Reaksi Diazotasi
Reaksi diazotasi merupakan reaksi senyawa aromatik yang teraktifkan

terhadap substitusi elektrofilik sehingga terbentuk garam diazonium yang untuk
membentuk warna (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Reaksi diazotasi disebut juga dengan uji griess. Reaksi dizotasi antar asam
sulfanilat dengan nitrit yang akan membentuk garam diazonium akan diikuti
reaksi kopling dengan NED membentuk zat pewarna azo yang merah:

(Gandjar dan Rohman, 2008).

17
Universitas Sumatera Utara