Stres dan Koping Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan B dalam Menyusun Skripsi di Fakultas Keperawatan USU

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep skripsi
2.1.1 Pengertian
Mengerjakan sebuah skripsi telah menjadikan kebanyakan mahasiswa
stres, takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga yang nekat bunuh diri. Telah
banyak contoh kasus mahasiswa yang menjadi lama dalam penyelesaian studinya
karena terganjal dengan masalah tugas akhirnya, karena adanya pemikiran
pembuatan tugas akhir susah dan berat maka akhirnya banyak mahasiswa
menyerahkan pembuatan skripsi ini ke orang lain atau semacam biro jasa
pembuatan skripsi, atau membeli/mencari skripsi orang lain untuk ditiru
(Riewanto, 2003).
Skripsi adalah proses penelitian ilmiah atau eksperimen ilmiah yang
melibatkan pengumpulan data yang sangat banyak, bertujuan, dan sistematis.
Analisa dan

interpretasi data kemudian dilakukan untuk

mendapatkan

pengetahuan baru atau menambahkan pengetahuan yang sudah ada. Skripsi

memiliki tujuan akhir untuk mengembangkan suatu kerangka pengetahuan ilmiah
yang terorganisasi (Dempsey, 2002).
Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari
persyaratan pendidikan

akademis di Perguruan Tinggi (Purwadarminta,

2005dalam Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Tujuan Skripsi
Menurut Dempsey (2002) skripsi melibatkan proses penemuan jawaban
untuk

suatu

pertanyaan

atau


solusi

suatu

masalah,

menemukan

dan

menginterpretasikan fakta baru, menguji teori guna merevisi teori atau hukum
yang sudah diterima berdasarkan fakta baru tersebut, dan merumuskan teori yang
baru. Akhirnya, tujuan akhir skripsi adalah mengembangkan rangka pngetahuan
ilmiah yang sistematis dan dapat digunakan untuk menjelaskan, memprediksi, dan
mengendalikan fenomena.
2.1.3 Persyaratan Penyusunan skripsi
Menurut Arikunto (2005) dikutip dari Pranata (2005) tanpa adanya karya
tulis ilmiah berupa skripsi, pengetahuan tidak akan bertambah maju. Padahal
pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian sebagai dasar

untuk meningkatkan pengetahuan, harus diadakan agar meningkat pula
pencapaian usaha-usaha manusia.
Ada tiga persyarataan penting dalam melakukan penyusunan skripsi yaitu :
sistematis,

berencana,

dan

mengikuti

konsep

ilmiah.Sistematis

artinya

dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang apling sederhana smpai kompleks
hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.Berencana artinya dilaksanakan
dengan adanya unsur tentang langkah-langkah pelaksanaan nya.Mengikuti konsep

ilmiah artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian yaitu prinsip yang
digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Apabila diterapkan dalam kegiatan skripsi maka urutannya sebagai berikut:
1.

Penelitian dihadapkan pada suatu kebutuhan atau tantangan

Universitas Sumatera Utara

2.

Merumuskan

masalah,

sehingga

masalah

tersebut


jelas

batasan,

mengadakan

tindakan

kedudukan, dan alternatif cara untuk pemecahan masalah.
3.

Menetapkan

hipoteesis

sebagai

titik


tolak

menentukan alternatif pemecahan masalah yang dipilih.
4.

Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis

5.

Mengambil

kesimpulan

berdasarkanhasil

pengolahan

data

dan


generalisasi

dari

dikembalikan kepada hipotesis yang sudah dirumuskan.
6.

Menentukan

kemungkinan

untuk

mengadakaan

kesimpulan tersebut serta implikasinya di masa yang akan datang.
Berdasarkan buku panduan program pendidikan di Program Studi Ilmu
Keperawatan (2010) menjelaskan bahwa syarat penyususnan skripsi didasarkan
pada BAB V pasal 20 tentang:

1.

Program Studi yang mewajibkan mahasiswa menyusun skripsi, mhasiswa
tersebut harus memperolah minimal 110 sks tanpa nilai D dan E serta
memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan masing-masing fakultas.

2.

Mahasiswa yang telah memenuhi ayat 1 (di atas) wajib menyampaikan
penyusunan rencana skripsi sesuai dengan lingkup masalah yang menjadi
perhatian jurusan/bagian program studi yang bersangkutan.

2.1.4 Prosedur Skripsi
Menurut Arikunto (2006) prosedur skripsi masih dapat disebutkan
langkah-langkah penelitian yang lain dan lebih menitikberatkan pada kegiataan
administrasi, yaitu: penyusunan rangsangan penelitian, pelaksanaan penelitian,
dan penyusunan laporan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


Ketiga langkah di atas memiliki pendekatan praktik, sesuai dengan
maksud skripsi. Namun pada dasarnya, ketiga langkah tersebut terlalu besar
jaraknya. Oleh karena itu peneliti mengemukakan langkah-langkah yang lebih
kecil, terinci, dan sifatnya merupakan kegiatan langkah pemikiran tetapi praktis.
Langkah-langkah pemikiran tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut:
memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan
anggapan dasar yakni berupa hipotesa, memilih pendekatan, menentukan variabel
dan sumber data, menentukan dan menyusun instrumen, mengumpulkan data,
analisa data, menarik kesimpulan, dan menulis laporan.
2.1.4.1 Penyusunan Skripsi
Penyusunan skripsi memiliki ketentuan yang ditetapkan dalam buku panduan
program Studi Ilmu keperawatan (2006) pasal 21 yakni:
1.

Setelah mahasiswa menyerahkan perencanaan penyusunan skripsi, ketua
jurusan/bagian menetapkan seorang pembimbing skripsi dan bila perlu
dapat menambah seorang pembimbing lainnya yang diambil dari jurusan
/bagian luar USU.

2.


Penyusunan rencana skripsi yang dimaksud diatur sesuai dengan peraturan
yang berlaku di masing-masing fakultas.

3.

Rencana skripsi harus sudah diajukan dan dapat persetujuan selambatlambatnya 1 tahun (2 semester) sebelum masa studi maksimum berakhir,
dan hrus memenuhi syarat.

4.

Skripsi ditulis dalam bahasa indonesia, kecuali pada jurusan/program
studi/bagian bahasa asing maka skripsi ditulis dalam bahasa asing.

Universitas Sumatera Utara

5.

Skripsi harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 12 bulan
terhitung sejak rencana skripsi disetujui.


6.

Persetujuan selesainya skripsi paling lambat 3 bulan sebelum masa studi
berakhir.

2.1.4.2 Pembimbing Skripsi
Peraturan pembimbing skripsi didasarkan pada buku panduan program studi pada
pasal 22 yakni:
1.

Persyaratan pembimbing skripsi ditetapkan oleh fakultas/jurusan/bagian.

2.

Selama pelaksanaan sebagai tugas bimbingan, pembimbing skripsi harus
membuat jadwal bimbingan dan mengisi lembar bukti bimbingan (LBB).

3.

Jika pembimbing skripsi tidak dapat menjalankan tugasnya, ketua
jurusan/ketua bagian dapat menunjukkan penggantinya.

2.1.4.3 Format Skripsi
Format skripsi didasarkan pada buku panduan program studi 2010 pada
pasal 23 yakni:Format skripsi diatur oleh fakultas masing-masing, tugas akhir
diketik pada kertas HVS atau sejenis yang berukuran kwarto dengan 2 spasi,
catatan kuliah dan atau lainnya yang ditentukan fakultas, tidak boleh dimasukkan
sebagai rujukan kepustakaaan.
2.1.4.4 Persyarataan dan Pelaksanaan Ujian Skripsi
Persyaratan dan pelaksanaaan ujian skripsi ini juga didasarkan pada buku
panduan program studi. Yang menjadi persyaratan ujian skripsi didasarkan pada
pasal 24 yang isinya:

Universitas Sumatera Utara

1.

Naskah skripsi telahmemenuhi syarat baik isi, bahasa dan teknik penulisan
dan urutan format yang telah ditetapkan masing-masing fakultas serta
disetujui dan ditanda tangani oleh pembimbing skripsi.

2.

Panitia ujian skripsi harus sudah menerima salinan yang telah disetujui
pembimbing selambat-lambatnya satu minggu sebelum ujian skripsi
tersebut dilaksanakan.

3.

Melampirkan Lembar Bukti Bimbingan (LBB).

4.

Telah lulus semua mata kuliah yang direncanakan untuk program studi
yang diambil kecuali skripsi dengan IPK≥ 2,00.

5.

Telah melengkapi persyaratan administrasi, yaitu terdaftar sebagai
mahasiswa pada semester yang berjalan, melampirkan surat bebas
peminjaman buku dari perpustakaan USU, dan menyelesaikan segala
kewajibannya terhadap USU, fakultas/jurusan/bagian.

Dan dalam pelaksanaan ujian skripsi didasarkan pada pasal 25 yakni:
1.

Ketua jurusan/bagian mengusulkan kepada Dekan bahwa seorang
mahasiswa telah memenuhi syarat untuk ujian skripsi.

2.

Berdasarkan usulan Ketua jurusan/bagian, Dekan menetapkan tanggal
ujian skripsi dan panitia ujian sesuai dengan ketentuan masing-masing
fakultas/jurusan/program studi dan jadwal yang diatur oleh kalender
akademik.

3.

Anggota penguji skripsi minimal 3 (tiga) orang yaitu pembimbing dan staf
pengajar lainnya.

4.

Penguji yang dimaksud diatas harus ahli dalam materi skripsi yang ditulis.

Universitas Sumatera Utara

5.

Pada waktu ujian skripsi para pembimbing sebagai anggota penguji tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain.

6.

Apabila

ujian

skripsi

sudah

ditentukan

waktunya

oleh

fakultas/jurusan/bagian ternyata seorang pembimbing sebgai anggota
penguji

berhalangan

hadir

dengan

sebab

yang

dapat

dipertanggungjawabkan, ketua jurusan/bagian dan pembimbing/penguji
yng haadir bermusyawarah dengan pembimbing fakultas untuk pergantian
pembinmbing yang tidak hadir tersebut dengan memperhatikan pasal 25
poin 4.
7.

Komponen yang dinilai pada ujian skripsi ialah: penguasaan materi,
metodologi penelitian, kemampuan penyampaian dan mengemukakan
pendapat, sistematika penulisan, dan penampilan mahasiswa pada saat
ujian.

8.

lama sidang ujian skripsi maksimal 90 menit.

9.

Keberhasilan mahasiswa di dalam ujian skripsi ditetapkan bersama oleh
panitia ujian skripsi dalam sidang tertutup.

10.

Keputusan panitia ujian skripsi dicantumkan dalam berita acara.

11.

Kepada mahasiswa yang telah menjalani ujian skripsi diberikan petikan
berita

acara

ujian

skripsi

guna

memenuhi

kewajiban-kewajiban

perbaikan/penyempurnaan yang disebutkan di dalam berita acara ujian
tersebut.
12.

Mahasiswa yang tidak lulus di dalam ujian skripsi diberikan kesempatan
mengulang ujian skripsi selama tidak melewati masa studi.

Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Hambatan dalam Penyusunan Skripsi
Menurut Danim (2003), salah satu kendala yang dapat disebut sebagai
kendala utama penyelesaian akhir program, adalah kesukaran penulisan skripsi
akhir program dan hal ini seringkali dijadikan salah satu faktor penghambat.
Beberapa hambatan dalam kesalahan umum yang sering terjadi dikalangan
mahasiswa dalam proses perkuliahan karya tulis akhir (skripsi), terutama pada
program S1 adalah sebagai berikut: kesalahan dalam perumusan studi penelitian,
kesalahan dalam penelusuran pustaka, kesalahan dalam proses pengumpulan data
penelitian, kesalahan dalam penggunaan instrument pengukuran standart,
kesalahan dalam penerapan alat-alat statistik, kesalahan dalam menyusun
rancangan penelitian dan metodologinya, kesalahan dalam teknik pengumpulan
data, kesalahan dalam aplikasi metode penelitian.
Potensi dasar mahasiswa kurang memadai, intensitas bimbingan oleh
pembimbing masih lemah, birokrasi penelitian, kebijakan lembaga, keterbatasan
fasilitas dapat

menimbulkan

makin besar

faktor

penghambat

tersebut,

Administrasi penelitian yang sangat birokratis juga sudah bukan rahasia lagi
dikalangan mahasiswa (Pranata, 2005).
2.2 Konsep Stres
2.2.1 Pengertian
Stres menurut Lazarus (1994) adalah keadaan yang dihasilkan oleh
perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang,
mengancam atau merusak keseimbangan kehidupan seseorang..

Universitas Sumatera Utara

2.2.2Aspek-aspek Stres dalam Menyusun Skripsi
Aspek-aspek stres menurut Hardjana (1994) ada empat, yaitu :
a. Aspek Biologis
aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami
individu antara lain: sakit kepala, sakit punggung, gangguan tidur, sembelit,
mencret, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi
keringat yang berlebihan.
b. Aspek Intelektual
Kondisi stres dapat menganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami
stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi, sulit
membuat keputusan, produktivitas menurun, kehilangan rasa humor yang sehat,
pikiran dipenuhi satu pikiran saja, mutu kerja rendah, pikiran kacau.
c. Aspek Emosional
Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu yang
mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang
berlebihan terhadap segala sesuatu, gugup, mudah tersinggung, gelisah, rasa harga
diri menurun, gampang menyerang orang, merasa sedih dan depresi.
d. Aspek Interpersonal
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung
negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal seperti
mendiamkan orang lain, senang mencari kesalahan orang lain, menutup diri secara
berlebihan, kehilangan kepercayaan pada orang lain, mudah membatalkan janji,
menyerang dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu membentengi atau
mempertahankan diri.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres dalam Menyusun Skripsi
Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor
merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor
menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa
saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual,
atau kebutuhan kultural (Potter & Perry, 2002).
Menurut Smet (1994), faktor yang mempengaruhi stres antara lain:
a. Variabel dalam diri individu
Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis kelamin,
temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status
ekonomi.
b. Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara
umum, locus of control, kekebalan, ketahanan.
c. Variabel sosial-kognitif
Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial,
dan kontrol pribadi yang dirasakan.
d. Hubungan dengan lingkungan sosial
Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang diterima dan
integrasi dalam hubungan interpersonal.
e. Strategi koping
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur
pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang
menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar.

Universitas Sumatera Utara

Pada umumnya stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Perkawinan
Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami
seseorang; misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu
pasangan, ketidaksetian, dan lain sebagainya.
2) Problem orang tua
Permasalahan yang dihadapi orang tua; misalnya kenakalan anak, anak sakit,
hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain sebagainya.
3) Hubungan interpersonal
Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat/orang-orang disekitar
yang mengalami konflik.
4) Pekerjaan
Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah perkawinan;
misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan,
kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan, dan lain sebagainya.
5) Lingkungan hidup
Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang.
Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu ketenangan dan
ketenteraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan
kecemasan.
6) Keuangan
Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat misalnya
pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat utang, kebangkrutan

Universitas Sumatera Utara

usaha, soal warisan dan lain sebagainya sangat berpengaruh terhadap kesehatan
jiwa seseorang.
7) Hukum/peraturan
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum/peraturan yang ada dapat
merupakan sumber stres pula.
8) Perkembangan
Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun mental
seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopouse, usia lanjut, dan
sebagainya.
9) Kondisi fisik atau cidera
10) Faktor keluarga
Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stres yang dialami oleh
seseorang yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik yaitu sikap
orang tua.
11) Lain-lain
Stressor kehidupan yang lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan kecemasan
adalah bencana alam, kebakaran, perkosaan, dan sebagainya (Atkinson, 1999).
Berdasarkan uraian faktor-faktor yang mempengaruhi stres di atas, maka
faktor-faktor yang mempengaruhi stres dalam menyusun skripsi antara lain:
1. Faktor internal mahasiswa
a. Jenis kelamin
Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita cenderung
memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara umum wanita
mengalami stres 30 % lebih tinggi dari pada pria.

Universitas Sumatera Utara

b. Status sosial ekonomi. Orang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah
cenderung

memiliki tingkat

stres

yang

tinggi.

Rendahnya

pendapatan

menyebabkan adanya kesulitan ekonomi sehingga sering menyebabkan tekanan
dalam hidup.
c. Karakteristik kepribadian mahasiswa
Adanya perbedaan karakteristik kepribadian mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap sumber stres
yang sama. Mahasiswa yang memiliki kepribadian ketabahan atau kepribadian
tipe B memiliki daya tahan terhadap sumber stres yang lebih tinggi dari pada
mahasiswa yang tidak memiliki kepribadian ketabahan.
d. Strategi koping mahasiswa
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur
pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang
menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. Strategi
koping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dalam
menghadapi stres, berpengaruh pada tingkat stresnya.
e. Inteligensi
Mahasiswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang lebih tinggi akan
lebih tahan terhadap sumber stres dari pada mahasiswa yang memiliki inteligensi
rendah, karena tingkat inteligensi berkaitan dengan penyesuaian diri. Mahasiwa
yang memiliki inteligensi yang tinggi cenderung lebih adaptif dalam
menyesuaikan diri(Gunawati & Hartati, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2. Faktor eksternal
a. Tuntutan pekerjaan/ tugas akademik (skripsi). Tugas akademik (skripsi) yang
dianggap berat dan tidak sesuai dengan kemampuan individu dapat menyebabkan
terjadinya stres.
b. Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya.
Hubungan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan lingkungan
sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam hubungan
interpersonal dengan lingkungan sosialnya(Gunawati & Hartati, 2006).
Stres diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya, perubahan
sistem kemasyarakatan, tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan antara
idealisme dan realita (Sulistiawati, 2005).
2.2.4 Tahapan stres
Lazarus dan Launier (1978) dikutip dari Ratna (2006) mengemukakan tahapantahapan proses stres sebagai berikut:
a. Stage Of Alarm
Individu mengidentifikasi suatu stimulus yang membahayakan. Hal ini
akan meningkatkan kesiagaan dan orientasinya pun terarah kepada
stimulus tersebut.
b. Stage Of Appraisal
Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang mengenai nya.
Penilaian ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman individu tersebut.
Tahapan penilaian ini dibagi menjadi 2, yaitu:
1.

Primary Cognitive Appraisal adalah proses mental yang berfungsi
mengevaluasi suatu situasi atau stimulus dari sudut implikasinya

Universitas Sumatera Utara

terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan atau merugikan
atau membahayakan individu tersebut.
2.

Secondary Cognitive appraisaladalah evaluasi terhadap sumber
daya yang dimiliki individu dan berbagai alternatif cara untuk
mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi oleh pengalaman
individu

pada

situasi

serupa,

persepsi

individu

terhadap

kemampuan dirinya dan lingkungannyaa serat berbagai sumber
daya pribadi dan lingkungan.
c. Stage Of Searing For Coping Strategi
Konsep ‘coping’ yang diartikan sebagi usaha-usaha untuk mengelola
tuntutan-tuntutan lingkungan dan tuntutan internal serta mengelola konflik
antar berbagai tuntutan tersebut. Tingkat kekacauan yang dibangkitkan
oleh suatu stressor (sumber stres) akan menurun jika individu memiliki
antisipasi tentang cara mengola dan menghadapi stressor tersebut yaitu
dengan menerapkan strategi yang akan digunakan, ini dipengaruhi oleh
pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks situasi
dimana stres tersebut berlangsung.
d.

Stage Of The stress Response
Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang akut, seperti
sedih, cemas, marah dan panik. Mekanisme pertahanan diri yang
digunakan menjadi tidak adekuat, fungsi-fungsi kognisi menjadi kurang
terorganisasikan dengan baik, dan pola-pola neuro endokrin serta sistem
syaraf otonom bekerja terlalu aktif. Reaksi-reaksi seperti ini timbul akibat

Universitas Sumatera Utara

adanya pengaktifan yang tidak adekuat dan reaksi-reaksi untuk
menghadapi stres yang berkepanjangan.
2.3 Konsep Koping
2.3.1 Pengertian koping
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 1998). Upaya individu dapat berupa perubahan cara berpikir
(kognitif), perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk
menangani stres yang dihadapi. Koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi.
Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk
mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau
melebihi sumber individu (Lazarus, 1985)
Koping dapat didefenisikan melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala)
dan pernyataan individu saat wawancara (Ratna, 2006). Koping menunjukkan
upaya baik mental maupun perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi
atau meminimalisasi suatu situasi atau kejadian yang penuh dengan tekanan,
dengan kata lain strategi koping merupakan suatu proses dimana individu
berusaha menangani dan menguasai situasi stres sebagai akibat dari masalah yang
sedang dihadapi dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku
guna memperoleh rasa aman dalam dirinya (zainun, dikutip dari Mutadin, 2002).
Koping dapat dikaji melalui beberapa aspek yaitu dari aspek fisiologis dan
psikologis (Kelliat, 1999).Setiap orang mungkin mempunyai pendekatan yang
berbeda dalam menanggulangi dan mengurangi stres (Ratna, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Sumber-sumber Koping
Folkman, et al (1997) dalam Ratna, 2006 menggambarkan lima jenis
sumber koping untuk mengurangi efek yang buruk dari stres dan mempengaruhi
penyesuaian diri.
Sumber koping yang pertama adalah keahlian menyelesaikan masalah
dimana orang akan lebih efektif dalam mengidentifikas masalah dan
mengembangkan solusi yang dapat mengatasi stres. Kedua yaitu jaringan sosial
yang didefenisikan sebagai hubunga dukungan yang potensial seperti pasangan,
teman, keluarga yang memfasilitasi adaptasi positif terutama selama kritis. Ketiga
adalah sumber-sumber yang bermanfaat seperti penghasilan, pendidikan,
intervensi dari luar dan peayanan professional lainnya. Keempat adalah keyakinan
umum

maupun

spesifik

termasuk

kontrol

diri,

self

efeciency,

dan

spiritulitas.Kelima yaitu kesehatan, energi, moral yang mencerminkan tingkat
kesejahteraan fisik, emosi.
2.3.3 Mekanisme Koping
Dalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi pengalaman yang
mengganggu ekuilibirium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami
perubahan hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri
cara negatif. Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku
pemecahan masalah (mekanisme koping) yang bertujuan meredakan ketegangan
tersebut.Equilibrium merupakan proses keseimbangan yang terjadi akibat adanya
proses adaptasi manusia terhadap kondisi yang akan menyebabkan sakit. Proses
menjaga keseimbangan dalam tubuh manusia terjadi secara dinamis dimana

Universitas Sumatera Utara

manusia berusaha menghadapi segala tantangan dari luar sehingga keadaan
seimbang dapat tercapai (Sulistiawati, dkk. 2005).
Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau
beban yang diterima. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan
dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut. Mekanisme koping
terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal
timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan
belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan
bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi
temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut.
Efektivitas koping memiliki kedudukan sangat penting dalam ketahanan
tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan penyakit
(fisik maupun psikis). Jadi, ketika terdapat stressor yang lebih berat (dan bukan
yang biasa diadaptasi), individu secara otomatis melakukan mekanisme koping,
yang sekaligus memicu perubahan neurohormonal. Kondisi neurohormonal yang
terbentuk akhirnya menyebabkan individu mengembangkan dua hal baru:
perubahan perilaku dan perubahan jaringan organ.
Mekanisme koping menunjuk pada baik mental maupun perilaku, untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau
kejadian yang penuh tekanan. Mekanisme koping merupakan suatu proses di
mana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stres yang
menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan
perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya.

Universitas Sumatera Utara

Penggolongan mekanisme koping menurut Lazzarus and Folkman dalam
ratna 2006, yaitu:
a. Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah
istilah Lazarus untuk strategi kognitif dalam penanganan stres atau coping
dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk
menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres. Strategi yang
biasa digunakan untuk memecahkan masalah antara lain :
menentukan masalah, menciptakan pemecahan alternaif, menimbang
nimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat, memilih salah
satunya dan mengimplementasikan alternatif yang dipilih.
b. Koping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah istilah
Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan
respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan
menggunakan penilaian defensif.
Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara
tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang
lingkup kehidupan sehari-hari. Faktor yang menentukan strategi mana yang paling
banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan
sejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya.
Contoh: seseorang cenderung menggunakan problem-solving focused coping
dalam menghadapai masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol seperti
masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan; sebaliknya ia akan
cenderung menggunakan strategi emotion-focused coping ketika dihadapkan pada
masalah-masalah yang menurutnya sulit dikontrol seperti masalah-masalah yang

Universitas Sumatera Utara

berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau HIV/
Aids.
Penggolongan mekanisme koping menurut Folkman dan Lazarus adalah:
1.

Planful problem solving (Problem-focused)
Individu berusaha menganalisa situasi untuk memperoleh solusi dan
kemudian mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah

2.

Confrontative coping(Problem focus)
Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan kemarahan
atau mengambil resiko untuk merubah situasi

3.

Seeking social support (Problem or emotion- focused)
Usaha individu untuk memperoleh dukungan emosional atau dukungan
informasional.

4.

Distancing (Emotion – focused)
Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi untuk
menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi

5.

Escape – Avoidanceting (Emotion – focused)
Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berfikir dengan penuh
harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan untuk
menjauhi masalah yang dihadapi

6.

Self Control (Emotion – focused)
Usaha individu untuk menyesuaikan diri dengan perasaan apapun tindakan
dalam hubungannya dengan masalah.

Universitas Sumatera Utara

7.

Accepting Responsibility (Emotion – Focused)
Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk
memperbaikinya

8.

Possitive Reappraisal (Emotion – focused)
Usaha individu untuk menciptakan arti yang positif dari masalah yang
dihadapi.

2.4 Konsep kepribadian
2.4.1 Pengertian
Kepribadian dalah kumpulan sifat dan cara individu bertingkah laku dalam
proses penyesuaian diri dengan kondisi tertentu yang tidak dapat dimanipulasi
oleh individu tersebut (Rosliana, 1998 dalam Nisfa & Freyana, 2003). Menurut
pendapat lain kepribadian adalah ciri atau karakteristik gaya, atau sifat-sifat yang
memang khas dari diri kita (Ratna, 2006).
4.2 Tipe Kepribadian
Menurut Friedman dan Rosenman (1974) di kutip dari Taufik (1996)
kepribadian yang terkenal ada dua, yaitu:
a. Tipe kepribadian A
Tipe kepribadian A berkaitan dengan tipe yang berisiko tinggi terkena
stres. Berikut ciri-ciri dari kepribadian tipe A adalah berpikir atau mengerjakan
dua hal sekaligus, mengharuskan dirinya untuk selalu aktif, merencanakan
kegiatan yang banyak dalam waktu yang singkat, tidak dapat melihat atau tidak
tertarik pada lingkungan atau hal-hal yang indah (homo himini lupus), menyuruh
orang lain dengan berbicara cepat, cenderung tidak sabar atau tergesa-gesa dalam
mengerjakan segala sesuatu, berkeyakinan bahwa segala sesuatu dapat

Universitas Sumatera Utara

terselesaikan dengan baik bila dikerjakan sendirian, sangat memperhatikan
disiplin waktu, mengukur kesuksesan dengan membandingkan kesuksesan dirinya
dengan orang lain, mudah tersinggung, sangat ambisius, agresif dan meledakledak, berjiwa kompetitif, dan tidak bisa diam (misalnya: suka jadi pusat
perhatian, suka mengedip-ngedipkan mata atau menaikkan alis, bila berbicara
suka membasahi bibir, menggaruk-garuk kepala, mengepalkan tinju, menghela
nafas, mengetuk-ngetuk meja, dan sering menggoyang-goyangkan tangan dan
kaki) (Muis, 2009).
Kepribadian tipe A harus tahu memanfaatkan istirahat dan santai.
Sekalipun untuk waktu yang sangat singkat dengan melakukan meditasi, hobbi,
seni, mendengarkan musik, melakukan permainan, dan kegiatan yang terbuka
lainnya (Friedman, 1974 dalam Ratna, 2006).
Masalah utama pada individu dengan kepribadian tipe A adalah stres.
Individu yang berkemauan keras dan melakukan tekanan-tekanan sendiri pada
diri, maka tubuh mereka akan bereaksi dengan memproduksi hormon-hormon
stres dalam jumlah lebih besar. Hormon-hormon ini dalam jangka waktu yang
lama akan menimbulkan efek negatif pada kesehatan tubuh hingga kematian
(Ratna, 2006).
b. Tipe Kepribadian B
Sedangkan ciri-ciri individu dengan kepribadian tipe B merupakan
kebalikan dari tipe A. Ciri-ciri tersebut adalah lebih rileks dan tahu cara yang
tepat dalam menghadapi banyak hal atau masalah, mampu memahami situasi yang
ada, memiliki rasa humor yang tinggi, ramah dan bersahabat, selalu butuh teman
dan bisa menerima kritik, lebih suka bekerja sama dan tidak memaksakan dirinya

Universitas Sumatera Utara

untuk dapat menghadapi tantangan, spontan dan penyabar, menyukai kegiatankegiatan sosial, tidak mudah stres karena mampu memandang segala sesuatu
dengan bijaksana dan memikirkan cara beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi
(Muis, 2009).
Dia merupakan pribadi yang tenang dan berpandangan bahwa hidup harus
dijalani seperti air mengalir yaitu dengan mengikuti arus. Individu dengan
kepribadian tipe B lebih rendah untuk mengalami stres ataupun sumber keadaan
yang dapat memperburuk prognosa suatu penyakit (Ratna, 2006).
4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
a. Faktor genetik
Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen
yang berbeda, Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan. Perbedaan
meliputi:

tingkat

aktivitas,rentang

atensi,

adaptabilitas

pada

perubahan

lingkungan. Sedangkan menurut hasil riset tahun 2007 kazuo Murakami di Jepang
menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi dan diaktivasi pada diri
seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk.
b. . Faktor lingkungan


Keluarga
-

Keluarga merupakan bagian kecil dari masyarakat, dimana
kegiatan-kegiatan dilangsungkan. Pengaruh orang tua, terutama
pada masa balita, besar sekali. Pengaruh ini biasanya melekat pada
anak-anak hingga dewasa. Oleh karena itu, keluarga merupakan

Universitas Sumatera Utara

“The first molder”. Keluargalah yang membentuk dasar identitas
diri dan kepribadian.
-

Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari
kedekatan dengan pengasuhnya dan untuk merasa lebih aman
dengan

kehadiran

pengasuhnya

dapat

mempengaruhi

kepribadian.Teori perlekatan (Jhon Bowlby) menunjukkan :
kegagalan anak membentuk perlekatan yang kuat dengan satu
orang atau lebih dalam tahun pertama kehidupan berhubungan
dengan ketidakmampuan membentuk hubungan dengan orang lain
pada masa dewasa (Bowlby , 1973).


Masyarakat
-

Kebudayaan
Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat norma sosial budaya
yang berbeda dari masyarakat lain. Norma sosial budaya ini
mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Perbedaan
nilai dan norma kebudayaan signifikan terhadap perbedaan
kepribadian. Misalnya orang yang berasal dari suku di luar Jawa
akan melihat orang Jawa sebagai individu yang halus baik tuturkata
maupun gerakannya. Perempuan Jawa pantang berbicara dan
tertawa keras. Sedangkan oorang dari sukubangsa Batak seolaholah selalu berbicara dengan suara lantang.

Universitas Sumatera Utara

-

Penerimaan sosial.

Anak

yang

diterima

dalam

kelompok

sosialnya

dapat

mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya
anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan
membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.

-

Pengalaman

Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal
(masa kanak kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma
kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit
dihapus dari ingatan. Melalui pergaulan seseorang akan menilai
dirinya

sesuai

kepribadian

dengan

dipengaruhi

nilai
nilai

dikelompoknya.
kelompok

Pembentukan
masyarakatnya.

Contohnya individu mendapatkan pengalaman dari teman-teman
sebaya atau teman sepermainan.

c. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir
Berdasarkan penelitian akhir 2007, yang dilakukan oleh Kazuo Murakami,
Ph.D dari Jepang dalam bukunya The Divine message of the DNA. Menyimpulkan
bahwa kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh
manusia. Gentersebut ada yang bersipat Dorman (tidur) atau tidak aktif dan yang
bersipat aktif. Bilakita sering menyalakan gen yang tidur dengan cara positif
thinking maka kepribadian dannasib kita akan lebih baik. Jadi genetik bukan
sesuatu yang kaku, permanen dan tidak dapat dirubah.

Universitas Sumatera Utara

d. Keadaan Fisik
Setiap manusia mempunyai keadaan fisik yang berbeda dari orang lain.
Perbedaan fisik anak menimbulkan perbedaan perlakuan dari orang sekitarnya.
Anak yang fisiknya lemah cenderung dilindungi secara berlebihan sehingga
tumbuh menjadi pribadi yang tidak berani mencoba hal-hal baru. Bandingkan jika
anak secara fisik kuat dan jarang sakit, bagaimana perlakuan yang diterimanya
dari orang lain? Hal tersebut mempengaruhi anak dalam membentuk konsep diri
dan akhirnya mempengaruhi model kepribadiannya. Keadaan fisik seseorang
diwarisi dari ayah dan ibunya. Ketika berada dalam kandungan, perkembangan
individu sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari ibu dan keadaan kejiwaan
ibu. Jika asupan nutrisi dan keadaan kejiwaan ibu baik, anak akan tumbuh baik
begitupun sebaliknya. Beberapa penyakit juga diturunkan dari orangtua, seperti
diabetes, darah tinggi dan kelainan darah. Menurut penelitian, kemampuan IQ
anak pun dipengaruhi oleh IQ orangtua kandungnya.
e. Nama

Walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap
konsep diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana
nama itu mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai
memanggil ,mereka (karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai penilainya
orang terhadap dirinya.

Universitas Sumatera Utara

e. Keberhasilan dan kegagalan

Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan
dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang
konsep diri itu.

Universitas Sumatera Utara