Prosiding Full 2013.compressed (Revisian)

Prosiding

Seminar Nasional

MENUJU MASYARAKAT
MADANI DAN LESTARI
Yogyakarta, 18 Desember 2013

Editor:

Dr-Ing. Widodo Brontowiyono
Dr. Jaka Sriyana
Setya Winarno, Ph.D

Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Islam Indonesia

Prosiding Seminar Nasional

MENUJU MASYARAKAT MADANI DAN LESTARI
18 Desember 2013


Prosiding ini diterbitkan 1 (satu) kali setiap tahun oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (DPPM UII) dalam rangka diseminasi penelitian terkait dengan Rencana Induk
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (RIPPM) 2014-2018 Universitas Islam Indonesia dengan 7
tema sebagai berikut:
1. Pengembangan Model Peningkatan Kualitas Hidup Islami
2. Sistem Penyelenggaraan Negara Anti Kejahatan Kemanusiaan berbasis Keadilan
3. Pengembangan Industri Ekonomi Kreatif Berbasis Wirausaha dan Etika Berdaya Saing
Global
4. Pengembangan Permukiman yang Cerdas, Lestari, dan Tanggap Bencana
5. Pengembangan Virtual Environment (VE) untuk Pendidikan, Pemerintahan dan Bisnis
6. Pengembangan Teknologi Kesehatan untuk Pencegahan, Diagnostik, dan Terapeutik
7. Pengembangan Minyak Atsiri dan Fitofarmaka untuk Peningkatan Kesehatan

Pelindung

: Rektor UII

Penanggungjawab


: Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UII

Editor

: Widodo Brontowiyono
Setya Winarno
Jaka Sriyana

Redaksi Pelaksana

: Feris Firdaus
Tri Suwarno

Hak Cipta © 2013
ISBN: 978-979-98438-8-3

Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Universitas Islam Indonesia
Alamat
Telp.

Fax.
E-mail
Website

: Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta 55584
: 0274-898444 ext. 2503
: 0274-898459 d.a. DPPM
: penelitian@uii.ac.id
: http://dppm.uii.ac.id

ISBN: 978-979-98438-8-3

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, Prosiding Seminar Nasional Menuju Masyarakat Madani dan Lestari
2013 dapat diterbitkan. Prosiding ini diterbitkan 1 (satu) kali setiap tahun oleh Direktorat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (DPPM UII) dalam rangka diseminasi penelitian terkait dengan
Rencana Induk Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (RIPPM) 2014-2018. Diharapkan melalui
penerbitan prosiding ini dapat terwujud berbagai alternatif solusi pengembangan kehidupan
masyarakat yang madani dan lestari di Indonesia.

Acara seminar nasional ini terlaksana berkat dukungan dan kerjasama yang kooperatif antara
banyak institusi. Oleh sebab itu DPPM UII mengucapkan banyak terimakasih kepada pembicara
utama Prof. Dr. Mahfud MD, S.H. S.U. dan Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid, M.Ec., dan segenap
instansi terkait lainnya serta semua peserta baik pemakalah maupun non pemakalah yang turut
berpartisipasi dalam mensukseskan acara seminar nasional ini.
Berdasarkan review dan editing maka makalah yang lolos untuk diterbitkan dalam prosiding
ini berjumlah 76 makalah. Makalah ini berasal dari berbagai kalangan seperti peneliti, dosen, dan
mahasiswa pascasarjana dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Harapan kami selanjutnya semoga Prosiding Seminar Nasional Menuju Masyarakat Madani
dan Lestari tahun 2013 ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kehidupan masyarakat di Indonesia.
Atas kerjasama semua pihak kami ucapkan banyak terimakasih.

Panitia

iii

Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................................................. iv
KEYNOTE SPEAKER
KEMISKINAN DI INDONESIA: POTRET JAUHNYA KEHIDUPAN IDEAL
MASYARAKAT MADANI DAN LESTARI ................................................................................ 1-14
Edy Suandi Hamid
SISTEM PENYELENGGARA NEGARA ANTI KORUPSI DAN BERBASIS
KEADILAN .................................................................................................................................. 15-22
Edy Suandi Hamid
A. PENGEMBANGAN INDUSTRI EKONOMI KREATIF BERBASIS WIRAUSAHA DAN
ETIKA BERDAYA SAING GLOBAL
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BATIK UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING DI PASAR GLOBAL PADA SENTRA BATIK
PASIRSARI PEKALONGAN ...................................................................................................... 23-32
Agustine Eva Maria Soekesi
IMPLEMENTASI PELAKSANAAN GREEN MARKETING PADA USAHA KECIL
MENENGAH DI KOTA PALEMBANG..................................................................................... 33-42
Andrian Noviardy, Dina Mellita
ANALISIS PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
STRATEGI BISNIS DALAM MENINGKATKAN KINERJA PERUSAHAAN (Studi

Kasus pada Pedagang Kaki Lima Bidang Kuliner di Semarang) ................................................. 43-54
Andwiani Sinarasri
PENGUATAN SOSIAL EKONOMI PETERNAK SAPI POTONG MELALUI
ADOPSI TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN MENJADI
PUPUK GRANULE ..................................................................................................................... 55-62
Aqni Hanifa, RK Adi, ET Rahayu
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KAMBING
BERGULIR SEBAGAI KONTRIBUSI PENCAPAIAN MILLENIUM
DEVELOPMENT GOALS (MDGs) ............................................................................................ 63-70
Ayu Intan Sari, Susi Dwi Widyawati, Tukiran
EKSISTENSI HUBUNGAN SOSIAL PADA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO
TOURISM SOUVENIR GOODS DARI LIMBAH HASIL PERTANIAN UNTUK
PEMBERDAYAAN PETANI MISKIN ...................................................................................... 71-78
Dumasari, Watemin
PENGEMBANGAN MANAJEMEN USAHA HOME INDUSTRY PERAJIN
HANDYCRAFT KORBAN BENCANA LUMPUR SIDOARJO DALAM
MENGHADAPI PERSAINGAN PASAR GLOBAL ................................................................. 79-82
Hadiah Fitriyah, Lilik Indayani, Mudji Astuti
KUALITAS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH: STUDI KASUS
KABUPATEN SEMARANG DAN KABUPATEN KUDUS ..................................................... 83-90

Bambang Prishardoyo, Lesta Karolina BR Sebayang

ISBN: 978-979-98438-8-3

PENINGKATAN EKONOMI KREATIF MASYARAKAT LERENG MERAPI
MELALUI OPTIMALISASI PERAN DALAM DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN
IKAN LELE ................................................................................................................................. 91-94
Lutojo, A. Hanifa
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN USAHA
PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN BATUWARNO
KABUPATEN WONOGIRI ....................................................................................................... 95-100
Susi Dwi Widyawati, Endang Siti Rahayu
BISNIS INTERNASIONAL BAGI PENGUSAHA DI KAMPUNG BATIK
LAWEYAN .............................................................................................................................. 101-110
Siti Rahayu Binarsih, Endang Siti Rahayu, Slamet Riyadi Bisri, Muladi Wibowo
POTENSI INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN BANYUMAS .................................... 111-118
Sri Hermawati, Yusye Milawaty
SIKAP TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN BAKSO KHAS
WONOGIRI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK ................ 119-124
Winny Swastike, Shanti Emawati, Ida Nugroho

INOVASI BIDANG INVESTASI DALAM MENINGKATKAN PERSAINGAN
GLOBAL BAGI KOTA PADANG MELALUI PENERBITAN PERATURAN
DAERAH KOTA PADANG NO. 11/2009 .............................................................................. 125-134
Yosi Suryani
KAJIAN PEMASARAN SAYURAN DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA)
WILAYAH JAWA TENGAH DITINJAU DARI STRUKTUR PERILAKU KINERJA ....... 135-146
Yuliawati, Georgius Hartono
B. SISTEM PENYELENGGARAAN NEGARA ANTI KEJAHATAN KEMANUSIAAN
BERBASIS KEADILAN
BENTUK TINDAK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN
2008 TENTANG PORNOGRAFI ........................................................................................... 147-154
Emmilia Rusdiana
Analisis Komitmen Pegawai Bagian Keuangan terhadap Terjadinya Korupsi ........................ 155-166
Haryono P. Kamase, Ansar Reksi Saputra
URGENSI DAN BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM RENCANA
PEMEKARAN DAERAH ........................................................................................................ 167-174
Iza Rumesten RS, Yunial Laili Mutiari, Meria Utama
DEMOKRASI DAN EKSISTENSI ADAT DI INDONESIA (Studi tentangMasyarakat
Adat Toraja) .............................................................................................................................. 175-184
Kausar Bailusy, Sukri Tamma

KEKERASAN BERBASIS GENDER DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN HUKUM
PIDANA.................................................................................................................................... 185-194
Kuswardani
PERUBAHAN PARADIGMA HUKUM SEBAGAI DAMPAK KONVERGENSI
TELEMATIKA ......................................................................................................................... 195-202
Djulaeka, Rhido Jusmadi

v

Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA PEREMPUAN SEBAGAI
PEMBANTU RUMAH TANGGA (Domestic Workers) DALAM HUKUM POSITIF
INDONESIA ............................................................................................................................. 203-210
Sri Turatmiyah
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KETUHANAN YANG MAHA ESA SEBAGAI
BASIS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI ................................................................................. 211-222
Subelo Wiyono
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN MEMBAYAR PAJAK

SEBAGAI PERWUJUDAN MASYARAKAT MADANI....................................................... 223-234
Sutari, Dewi Kusuma Wardani
C. PENGEMBANGAN MODEL PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ISLAMI
MODEL PENINGKATAN HIDUP ISLAMI MELALUI GOOD CORPORATE
GOVERNANCE : TELAAH ATAS QS. AL-BAQARAH 282 ............................................... 235-244
Fauzan, Rita Indah Mustikowati
PEMBELAJARAN KEAKSARAAN BERBASIS POTENSI DAERAH DAN
KEISLAMAN SEBAGAI UPAYA MEMUTUS KEMISKINAN MASYARAKAT
PEDESAAN ............................................................................................................................. 245-258
Hasan Busri, Sri Wahyuni, Mochtar Data, Mustangin
MINAT BAKAT DAN PRESTASI BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS HIDUP MAHASISWA (Studi Kasus pada Mahasiswa Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Jember Program Studi Muamalah) ....................................................... 259-266
Hidayat Bambang Setyawan
MODEL PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ISLAMI MELALUI
PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN OGANIK ............................................................. 267-278
Moch. Agus Krisno B, Harun Rasyid, Samsun Hadi
FALSAFAH HIDUP DALAM KÈJHUNG BHÂBULANGAN SEBAGAI MOTIVASI
HIDUP BERKETUHANAN..................................................................................................... 279-284
Moh. Badrih

PEMBANGUNAN MASYARAKAT MADANI DENGAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL SEBAGAI MODEL PENINGKATAN KUALITAS HIDUP
ISLAMI ..................................................................................................................................... 285-292
Selly Rahmawati
MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT MELALUI MODEL
PENUNTASAN BUTA AKSARA WANITA PEDESAAN DENGAN SNOWBALL
METHOD BERBASIS SUMBER DAYA DAERAH ............................................................. 293-304
Sri Wahyuni, Masyhuri Machfudz, Mustangin, Afifudin
KUALITAS HIDUP MENURUTTAFSIR NUSANTARA: BALDATUN
THAYYIBATUN WA RABBUN GHAFÛR DALAM TAFSIR MARÂH LABÎD,
TAFSIR AL-AZHAR, TAFSIR AN-NÛR, TAFSIR DEPARTEMEN AGAMA, DAN
TAFSIR AL-MISHBÂH ........................................................................................................... 305-316
Yuli Andriansyah

ISBN: 978-979-98438-8-3

D. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN YANG CERDAS, LESTARI, DAN TANGGAP
BENCANA
PUBLIKASI KOTA HIJAU : SARANA PROMOSI DAERAH ............................................ 317-330
Amin Pujiati
MODIFIKASI ELEKTRODA EMAS DENGAN POLIPIROL/EMAS
NANOPARTIKEL UNTUK PENENTUAN KROMIUM ....................................................... 331-344
Anita Muji Rahayu, Fredy Kurniawan
STUDI PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK DALAM RANGKA
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT (Studi Kasus Daerah Sembungan,
Cangkringan Sleman, Kelurahan Demangan Yogyakarta dan Bank Sampah Project B
Indonesia) .................................................................................................................................. 345-352
Antung Trinia Rachmayanti
KAJIAN APLIKASI TEKNOLOGI PENYERAPAN GAS CO2 DARI TANGKI
SEPTIK RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN BIOGAS CH4
DARI KEGIATAN PERMUKIMAN ....................................................................................... 353-364
Arka Romadona, Arseto Yekti Bagastyo*, Rachmat Boedisantoso, Susi Agustina
Wiludjeng, Abdu Fadli Assomadi, Agus Slamet, Joni Hermana
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BIOGAS SEBAGAI ENERGI
ALTERNATIF YANG RAMAH LINGKUNGAN DI KECAMATAN SELO,
KABUPATEN BOYOLALI ..................................................................................................... 365-368
Endang Tri Rahayu, Shanti Emawati, Ida Nugroho Saputro
PEMANFAATAN TANAMAN MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT DI
PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU ........................................................................ 369-376
Mashudi A, Giry Marhento
PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN
TAMBAH UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN DAN KEAWETAN
CAMPURAN ASPHAL CONCRETE BINDER COURSE (AC-BC) ................................... 377-384
Miftahul Fauziah, Henri Febriansyah
PENYUSUTAN ASET NIRWUJUD DALAM MANAJEMEN SISTEM IRIGASI
TINGKAT SEKUNDER........................................................................................................... 385-392
Nugroho Tri Waskitho, Djudiyah
EVALUASI SEKOLAH SIAGA BENCANA (STUDI KASUS: SMKN BERBAH
KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA) ......................................................................... 393-404
Sarwidi, Dwi Wantoro, Drajat Suharjo
PEMBUATAN BATA RINGAN MENGGUNAKAN LIMBAH PENGGERGAJIAN
BATU ANDESIT ...................................................................................................................... 405-412
Setya Winarno, M. Guntur Basyarah, Ilman Noor
MODEL KONSERVASI SPASIAL BERBASIS PADA ANALISIS KEKRITISAN
SUMBERDAYA AIR DI KARTAMANTUL.......................................................................... 413-430
Widodo B
Pengembangan Minyak Atsiri dan Fitofarmaka untuk Peningkatan Kesehatan
SINTESIS ALKOHOL SEBAGAI SENYAWA ANTARA UNTUK TURUNAN
ANTIBIOTIK C-9154 DARI MINYAK KULIT LAWANG.................................................. 431-440
Healthy Kainama
vii

Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

SINTESIS MIRISTISINAL SEBAGAI PRECURSOR ANTIBIOTIK DARI MINYAK
PALA ........................................................................................................................................ 441-448
Healthy Kainama
OPTIMALISASI WAKTU FERMENTASI DAN PENGGUNAAN RAGI DALAM
PEMBUATAN BIOETHANOL DARI KULIT SINGKONG ................................................ 449-454
Hijrah Purnama Putra, Gusti Nurlaila Fitri, Awaluddin N
PEMANFAATAN EKSTRAK TANAMAN TEMBAKAU (Nicotianae Tobacum L)
SEBAGAI PESTISIDA UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK PADA
TANAMAN CABAI ................................................................................................................. 455-460
Wulandari Meikawati, Trixie Salawati, Ulfa Nurullita
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR HERBA CIPLUKAN (Physalis angulata
L.) TERHADAP HISTOLOGI GINJAL TIKUS JANTAN GALUR Sprague dawley
HIPERGLIKEMIA ................................................................................................................... 461-468
Yeny Sulistyowati, Idi Setyobroto, Rinda Anggiana, Retni Pratiwi
E. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNTUK PENCEGAHAN,
DIAGNOSTIK, DAN TERAPEUTIK
EFEKTIVITAS PEMBERIAN TABLET FE DALAM MENINGKATKAN KADAR
HAEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DAN TRIMESTER III
DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS BANGETAYU KECAMATAN GENUK
TAHUN 2013 ............................................................................................................................ 469-446
Dewi Puspitaningrum, Fitriani Nur Damayanti, Dian Nintyasari Mustika
PENGARUH FAKTOR PSIKOSOSIAL TERHADAP TERJADINYA POST
PARTUM BLUES PADA IBU NIFAS (Studi di Ruang Nifas RSUD R.A Bosoeni
Mojokerto) ................................................................................................................................ 447-486
Dian Irawati, Farida Yuliani
REDUKSI SUARA JANTUNG DARI PEREKAMAN SUARA PARU-PARU PADA
ANAK-ANAK MENGUNAKAN BUTTERWORTH BAND PASS FILTER ....................... 487-496
Dyah Titisari, Indah Soesanti, Bondhan Winduratna
PEMODELAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMATIAN IBU DI
PROPINSI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN ZERO INFLATED POISSON
REGRESSION .......................................................................................................................... 497-508
Eka Diah Kartiningrum, Nursaidah
PENGARUH NYERI EPISIOTOMI IBU NIFAS TERHADAP PSIKOLOGIS IBU
NIFAS DI WILAYAH KECAMATAN SUKODONO SRAGEN .......................................... 509-518
Dedy Kuncahyana, Faizah Betty Rahayuningsih, Winarsih Nur Ambarwati
SINTESIS FILM KEMASAN RAMAH LINGKUNGAN DARI PATI, KHITOSAN
DAN ASAM POLILAKTAT DENGAN PEMLASTIK GLISEROL: STUDI
MORFOLOGI DAN HIGROSKOPISITAS ............................................................................. 519-532
Feris Firdaus, Sri Juari Santosa, Chairil Anwar
PEMBUATAN PREPARAT HIPERKOLESTEROLEMIA DALAM PENELITIAN
SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KESEHATAN DAN TERAPI
ALTERNATIF ......................................................................................................................... 533-536
Herin Setianingsih, Indri Ngesti, Wibisono

ISBN: 978-979-98438-8-3

JENIS TEPUNG DAN IODIUM TERBAIK DALAM PEMBUATAN ROTI
TERFORTIFIKASI IODIUM SEBAGAI PROBLEM SOLVING GAKI ............................... 537-548
Muizzuddin, Moch. Agus Krisno B, Samsun Hadi
EVALUASI SIFAT FISIK, KIMIA DAN ORGANOLEPTIK KECAMBAH BERAS
MERAH ................................................................................................................................... 549-554
Nurhidajah, Nurrahman
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEJADIAN INFEKSI
PARASIT USUS PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELURAHAN KEDUNG
COWEK (DAERAH PESISIR) SURABAYA ......................................................................... 555-564
Prawesty Diah Utami, Herin Setianingsih
BISKUIT TAUGE SEBAGAI "HEALTHY SUPER FOOD" BERBASIS SUMBER
DAYA LOKAL......................................................................................................................... 565-572
Punik Mumpuni Wijayanti, Ayus Dodi Kirana, Tri indriaswati
KADAR TEMBAGA (Cu) dan SENG (Zn) TIKUS SPRAGUE DEWLEY ANEMIA
DEFISIENSI BESI YANG MENDAPAT SUPLEMENTASI TEMPE
TERFORTIFIKASI ZAT BESI DAN VITAMIN A ............................................................... 573-580
Rahayu Astuti, Hertanto Wahyu Subagyo, Siti Fatimah Muis
EVALUASI TINGKAT RISIKO PEKERJAAN DENGAN METODE JOB STRAIN
INDEX (JSI) PADA PEKERJA KONVEKSI DAN HUBUNGANNYA DENGAN
CARPAL TUNNEL SYNDROM (CTS) SEBAGAI PENYAKIT AKIBAT KERJA ............. 581-588
Siti Rohmah, Pudjiati
PEMBUATAN MESIN SIRAM PORTABLE UNTUK MENGURANGI TINGKAT
KELUHAN MUSKULOSKELETAL PEKERJA SIRAM TANAMAN BAWANG
MERAH DI KABUPATEN BREBES ..................................................................................... 589-596
Tofik Hidayat, M. Fajar Nurwildan, Erni Riyanti
F. PENGEMBANGAN VIRTUAL ENVIRONMENT (VE) UNTUK PENDIDIKAN,
PEMERINTAHAN DAN BISNIS
APLIKASI PENGOLAHAN DATA BARANG PADA DINAS KEPENDUDUKAN
DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN TANGERANG ................................................. 597-604
Muhamad Irsan, Anita B. Wandanaya
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMASARAN UNTUK
MENINGKATKAN KEUNGGULAN BERSAING UMKM DI JAWA TIMUR................... 605-614
Anni Rahimah, Endang Siti Astuti, Djamhur Hamid
MODEL FORMULA PADA PEMBOBOTAN AKHIR ALGORITMA ANALITICAL
HIERARCHY PROCESS (AHP) ............................................................................................. 615-624
Nidia Rosmawanti, Bahar
PENGEMBANGAN MODEL PREDIKSI LAMA MASA STUDI MAHASISWA
BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN .......................................................................... 625-634
Budi Rahmani, Hugo Aprilianto
MEREDUKSI RISIKO DALAM KASUS ADOPSI E-BANKING ........................................ 635-644
Edy Purwo Saputro

ix

Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

IMPUTASI BERGANDA UNTUK MENANGANI MISSING DATA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE BAYESIAN BOOTSTRAP PREDICTIVE MEAN
MATCHING DAN METODE ALGORITMA GENETIKA.................................................... 645-652
Lita Fariyani, Irhamah
ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DENGAN GEOGRAPHICALLY
WEIGHTED MULTIVARIATE REGRESSION MODEL DI PROPINSI
KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011......................... 653-664
Lita Januarti Hakim, Vita Ratnasari, Purhadi
PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN MENENGAH "SEKOLAH
KEBANGSAAN" DI DAERAH TERPENCIL, TERTINGGAL, TERLUAR DAN
PERBATASAN KALIMANTAN BARAT - SERAWAK MALAYSIA................................. 665-674
Nuraini Asriati
COOPERATIVE LEARNING: JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM READING SKILL ................................................ 675-686
Siti Aimah, Muhimatul Ifadah
IMPLIKASI TEKNOLOGI DIGITAL DAN INTERNET (PAPERLESS
NEWSPAPER) PADA INDUSTRI MEDIA CETAK DI INDONESIA.................................. 687-696
Supadiyanto
APPLICATION OF DIFFUSION MODEL FOR INFORMATION AND
COMMUNICATION TECHNOLOGY IN AGRICULTURAL EXTENSION IN
SURAKARTA .......................................................................................................................... 697-704
Sutrisno Hadi Purnomo, Kusnandar, Rahayu, Sudibya
PEMANFAATAN MODEL TOTAL PHYSICAL RESPONSE DAN REPETITION
UNTUK PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS ANAK USIA
DINI/TK .................................................................................................................................... 705-708
Testiana Deni Wijayatiningsih, Dodi Mulyadi
RANCANG BANGUN SISTEM PENJADWALAN AKTIVITAS DISTRIBUSI
DENGAN METODE DRP (DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING)..................... 709-720
Titus Kristanto, Rachman Arief
MODEL PENGUATAN KAPASITAS MARKETING PRODUK INDUSTRI
KREATIF DI KABUPATEN SLEMAN BERBASIS MARKETING SYARIAH
DENGAN MEMANFAATKAN KEMAJUAN IT................................................................... 721-732
Nur Kholis, Unggul Priyadi, Hendrik
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM)
KREATIF PEDESAAN DI KABUPATEN SLEMAN STUDI KASUS
SUBSEKTOR INDUSTRI KERAJINAN ANYAMAN MENDONG ..................................... 733-738
Kristiana Sri Utami, Nany Noor Kurniyati .

ISBN: 978-979-98438-8-3

KEMISKINAN DI INDONESIA: POTRET JAUHNYA KEHIDUPAN IDEAL
MASYARAKAT MADANI DAN LESTARI1
2

Edy Suandi Hamid

PENGANTAR
Sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, hadirnya keadilaan dan
kemakmakmuran tentu menjadi hal yang wajib untuk bisa dirasakan oleh semua lapisan. Harapan
sederhana itulah yang nampaknya kini menjadi titik temu konsensus penduduk Indonesia dalam
berbangsa dan bernegara. Namun cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa
mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia yang ada. Selain itu, peran negara untuk
mendukung dan mendorong juga menjadi faktor penting guna mewujudkan idealisme masyarakat
yang sejahtera dan adil. Oleh karenanya, upaya untuk menjadikan kehidupan masyarakat yang
keadilan dan sejahtera memerlukan peran dari semua pihak, baik internal (peran si miskin) maupun
eksternal (negara).
Selain menjadi harapan mulia, keadilan dan kemakmuran apabila dilihat dari optik ideal
konsep masyarakat madani ternyata menjadi salah satu prasyarat yang tidak bisa dipisahkan.
Dengan mengambil rujukan negeri Saba’ seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Saba’ ayat
15, bahwa dikatakan potret penduduknya kala itu merupakan kumpulan masyarakat yang hidup
dalam kemamuran dan di bawah perlindungan pemerintahan yang adil dengan sebutan baldatun
thoyyibatun waroffun ghafur. Konsep ideal seperti tertuang dalam Al Qur’an tersebut, nampaknya
dapat dijadikan parameter rujukan untuk melihat kehidupan masyarakat madani dalam sebuah
negara, seperti negara Indonesia dalam konteks kekinian.
Poin penting masyarakat madani seperti firman Allah di atas, adalah dengan adanya
pemerataan kesejahteraan yang terdistribusi kepada semua pihak. Oleh karenanya, dalam makalah
singkat ini penulis mencoba menganalisis kondisi riil masyarakat Indonesia berkenaan dengan
tingkat kehidupan ekonominya. Sudah menjadi pemahaman jamak bahwa semua orang
mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan
masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi seluruh lapisan masyarakat. Sehingga penulis
memandang penting untuk dikaji, apakah prasyarat masyarakat madani berupa keadilan sosial dari
segi ekonomi sudah tercapai sepenuhnya?. Apabila dikatakan belum tercapai, apa yang kemudian
menjadi kendala? dan lantas apakah yang penting untuk segera dilakukan guna mewujudkan
keadilan sosial tersebut agar tidak saja hanya menjadi angan-angan setiap individu masyarakat
ataupun hanya sekedar menjadi konsep ideal.
Sekilas tentang Masyarakat Madani
Apabila dilacak dalam khazanah keilmuan, tentu akan banyak ditemukan varian definisi
tentang masyarakat madani. Emil Salim dalam Kosasih (2000:3) menyebut, masyarakat madani
sangat identik dengan masyarakat kota yang mempunyai perangai dinamis, sibuk, berfikir logis,
berpola hidup praktis, berwawasan luas, dan mencari-cari terobosan baru demi memperoleh
kehidupan yang sejahtera. Banyak juga yang menyebut, masyarakat madani sepadan dengan civil
society, menurut Raharjo (1999:27-28) jika dilacak secara emprik istilah civil society adalah
1

2

Disampaikan dalam acara Seminar Nasional dengan tema Menuju Masyarakat Madani dan Lestari yang
diselenggarakan oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Indonesia (DPPM UII),
Yogyakarta, 18 Desember 2013.
Prof Dr Edy Suandi Hamid, M.Ec, Guru Besar Fakultas Ekonomi UII, Rektor Universtas Islam Indonesia, Ketua
Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI), dan Wakil Ketua Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi
Indonesia (ISEI).

1

Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

terjemahan dari istilah latin, civilis societas, yang mula-mula dipakai oleh Cicero, seorang orator
dan pujangga Roma definisnya mengacu pada gejala budaya perorangan dan masyarakat. Sementara
cendekiawan muslim Indonesia Nurcholis Madjid memandang bahwa masyarakat madani dalam
perspektif Islam bukan terjemahan dari civil society karena dari segi bahasa ada kesalahan dan
karakternya berbeda dengan masyarakat yang dibangun oleh Rasulullah di Madinah pasca hijrah.
Tulisan singkat ini tentu bukan untuk membahas berbagai pendapat yang mempertentangkan
antar kedua definisi di atas. Namun lebih kepada melihat karakter dan ciri dari masyarkat madani
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk melihat lebih jernih bagaimana potret masyarakat madani yang
ideal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karakteristik masyarakat madani setidaknya
mencakup lima hal pokok yang integratif. Kelimanya merupakan prasyarat untuk merealisasikan
wacana masyarakat madani tidak bisa dipisahkan satu sama lain, dan merupakan satu kesatuan yang
integratif dan menjadi dasar serta nilai bagi masyarakat. Adapun karakteristik tersebut antara lain
(Mawardi,2008:21) :
1. Free public sphere, adanya ruang publik yang bebas sebagai sarana dalam mengemukan
pendapat. Pada ruang publik yang bebaslah individu dalam posisinya yang setara mapu
melakukan transaksi-transaksi wacana dan praksis politik tanpa mengalami distorsi dan
kekhawatiran. Sebagai sebuah prasyarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan
masyarakat madani dalam sebuah tatanan masyarakat, free publik sphere menjadi salah
satu bagian yang harus diperhatikan. Karena dengan menafikan adanya ruang publik yang
bebas dalam tatanan masyarakat madani, akan memungkinkan terjadinya pembungkaman
kebebasan warga negara dalam menyalurkan aspirasinya yang berkenaan dengan
kepentingan umum oleh penguasa yang tirani dan otoriter;
2. Demokratis, merupakan suatu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat madani,
dimana dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk
menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya;
3. Toleran, merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk
menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh
orang lain;
4. Pluralisme, adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. Bahkan
pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain melalui
mekanisme pengawasan dan pengimbangan;
5. Keadilan sosial, dimaksudkan adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional
terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan.
Poin ke-5 di atas mengarahkan bahwa aspek keadilan sosial menjadi syarat penting yang
sangat berpengaruh guna terwujudnya kondisi masyarakat yang madani. Keadilan sosial memang
akan banyak aspek yang bisa dijadikan parameter, seperti keadilan dalam bidang hukum, keadilan
Hak Asasi Manusia (HAM), keadilan di bidang ekonomi dan lain sebagainya. Namun pada paparan
ini, akan lebih ditegaskan pada aspek keadilan sosial di bidang ekonomi. Oleh karena itu, untuk
melihat lebih jauh keadaan bangsa saat ini berkaitan dengan hal tersebut, maka salah satu topik
penting untuk diuraikan adalah berkenaan dengan kemiskinan di Indonesia sebagai salah satu
indikator mudah untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
Kondisi Kemiskinan di Indonesia
Problem besar bangsa saat ini adalah dengan makin jauhnya rasa keadilan dan kemakmuran
dari rakyat sebagai pemegang kedaulatan. Adanya kemiskinan dengan penduduk miskin sebagai
tolak ukurnya selalu menjadi momok bagi perekonomian di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dalam konteks Indonesia, di masa lalu, terutama masa penjajahan, hampir semua penduduk
Indonesia hidup miskin atau biasa disebut share poverty. Sementara pada masa sekarang ini,
kemiskinan tetap ada dan terjadi di tengah anggota masyarakat yang sebagian hidup secara modern
2

ISBN: 978-979-98438-8-3

dan berkelimpahan (affluent society). Potret kemiskinan yang masih akrab terlihat dan belum
beranjak turun secara signifikan nampaknya bisa menjadi indikator konkret bahwa sebagian
masyarakatnya belum sepadan dengan masyarakat di negara-negara maju di dunia.
Kemiskinan biasa diidentikkan dengan keterbelakangan dan cenderung berlangsung secara
terus menerus. Hal ini antara lain dijelaskan melalui The Vicious Circle of Poverty sebagaimana
tampak dalam gambar di bawah (gambar 1). Gambar tersebut menunjukkan bahwa masyarakat yang
hidup di dalam kemiskinan biasanya adalah mereka yang mengalami kekurangan modal.
Kekurangan modal ini kemudian berdampak kepada rendahnya produktifitas. Rendahnya
produktifitas kemudian berdampak pada rendahnya pendapatan. Rendahnya pendapatan kemudian
berdampak pada rendahnya tabungan. Tabungan yang rendah pada gilirannya berdampak pada
investasi yang rendah yang kemudian berdampak pada kurangnya modal. Rangkaian lingkaran
kemiskinan ini berlangsung terus menerus, sehingga masyarakat miskin akan senantiasa berada
dalam kondisi miskin jika tidak ada upaya luar biasa dalam mengatasinya.

Kekurangan
Modal

Investasi
Rendah

Produktivitas
Rendah

Tabungan
Rendah

Pendapatan
Rendah

Gambar 1. The Vicious Circle of Poverty

Untuk menanggulangi kemiskinan ini maka peran pihak eksternal, di samping adanya tekad
kuat dari si miskin sendiri, sangat dibutuhkan untuk membantu menanggulangi kemiskinan tersebut.
Kebijakan pemerintah yang berpihak pada si miskin ini menjadi sesuatu keharusan jika ingin
menghapus kemiskinan. Lingkaran kemiskinan (vicious cyrcle) yang terjadi sulit diputus tanpa
intervensi dari pihak eksternal. Namun yang sering terjadi adalah justru sebaliknya. Kebijakan
pemerintah justru menimbulkan peningkatan kemiskinan, sehingga muncul kritikan kepada
pemerintah yang gagal dalam menanggulangi kemiskinan dengan adagium “They are poor because
poor policy”.
Kebijakan pemerintah juga lebih berpihak pada yang besar, sangat enteng membantu pelaku
ekonomi besar, atau mereka yang mempunyai akses pada pengambil keputusan dengan dalih untuk
mendorong atau untuk pemulihan perekonomian dari krisis. Untuk membantu bank-bank yang
collapse dan tidak mampu menunaikan kewajibannya di masa krisis lebih dari satu dasawarsa lalu
misalnya, pemerintah harus menanggung beban dana rekapitalisasi perbankan hingga ratusan triliun
rupiah yang didistribusikan kepada semua penduduk miskin tentu merupakan modal yang berarti
untuk dapat langsung “diangkat” dari lembah kemiskinan.
Data yang ada menunjukkan kemiskinan sebagai salah satu masalah yang demikian pelik
masih terus menjadi bagian dari problem masyarakat Indonesia. Masyarakat miskin dan rentan
3

Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

menjadi miskin masih tetap berada dalam jumlah yang demikian banyak. Secara umum jumlah
penduduk miskin dan prosentasenya antara 1996 sampai dengan 2013 disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Indonesia 1996-2013

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (juta)

Presentase Penduduk Miskin
(%)
Kota
Desa
Kota+Desa
13,39
19,78
17,47
21,92
25,72
24,23
19,41
26,03
23,43
14,60
22,38
19,14
9,76
24,84
18,41
14,46
21,10
18,20
13,57
20,23
17,42
12,13
20,11
16,66
11,68
19,98
15,97
13,47
21,81
17,75
12,52
20,37
16,58
9,87
16,56
13,33
9,23
15,72
12,49

Kota
Desa
Kota+Desa
9,42
24,59
34,01
1996
17,60
31,90
49,50
1998
15,64
32,33
47,97
1999
12,30
26,40
38,70
2000
8,60
29,30
37,90
2001
13,30
25,10
38,40
2002
12,20
25,10
37,30
2003
11,40
24,80
36,10
2004
12,40
22,70
35,10
2005
14,49
24,81
39,30
2006
13,56
23,61
37,17
Maret 2007
11,10
19,93
31,02
Maret 2010
11,05
18,97
30,02
Maret 2011
September
10,51
18,08
28,59
8,60
14,70
11,66
2012
10,33
117,74
28,07
8,39
14,32
11,37
Maret 2013
Sumber: diolah dari berbagai sumber, BPS 2010-2013 dan Bank Indonesia 2008.

Lebih dari itu, tingginya kemiskinan juga diikuti dengan makin meningkatnya kesenjangan
pendapatan antar lapisan masyarakat. 20 % masyarakat berpendapatan teratas di Indonesia
menikmati tidak kurang dari 42 % pendapatan pada tahun 2002 dan jumlahnya terus meningkat
hingga menjadi 44.79 % pada tahun 2007. Sedangkan 40 % anggota masyarakat dengan pendapatan
terendah menikmati 20,92 % pendapatan pada tahun 2002 dan menurun hingga hanya menjadi
sekitar 19,10 % pada tahun 2007. Akibatnya Indeks Gini kita bukan malah membaik tetapi justru
memburuk atau jalan ditempat setiap tahunnya, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Indeks Gini
Indeks Gini

2002
0,33

2003
0,32

2004
0,32

2005
0,36

2006
0,33

2007
0,38

2008
0,37

2009
0,37

2010
0,33

2011
0,40

2012
0,41

Sumber: BPS, dikutip dari Bank Indonesia, (2013)

Adapun untuk Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Menurut daerah, September 2012-Maret 2013 disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Indonesia Menurut
Daerah, September 2012-Maret 2013

Tahun
Kota
(1)
(2)
Indekx Kedalaman Kemiskinan (P1)
September 2012
1,38
Maret 2013
1,25
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
September 2012
0,36
Maret 2013
0,31
Sumber : BPS September 2013 dan Maret 2013

4

Desa
(3)

Kota + Desa
(4)

2,42
2,24

1,90
1,75

0,61
0,56

0,48
0,43

ISBN: 978-979-98438-8-3

Data di atas menunjukan bahwa periode September 2012-Maret 2013, Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurun. P1 turun dari 1,90 pada
September 2012 menjadi 1,75 pada Maret 2013. kemudian P2 turun dari 0,48 menjadi 0,43 pada
periode yang sama. Penurunan nilai kedua indeks tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekatai garis kemiskinan. Adapun untuk
jumlah dan presentase penduduk miskin menurut pulau, pada Maret 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Menurut Pulau, Pada Maret 2013

Sumber: BPS, Maret 2013

Analisis Masalah Kemiskinan di Indonesia
Salah satu yang dapat dikategorikan sebagai sumber masalah masifnya kemiskinan di
Indonesia, adalah dengan masuknya globalisasi ekonomi. Globalisasi ekonomi, yang merupakan
wajah lain neoliberalisme, telah meyebabkan meluasnya ketimpangan dan ketidakadilan ekonomi di
masyarakat (Pilger, 2002). Berbagai kebijakan pemerintah yang pro asing seperti dalam Undangundang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing, pada akhirnya menjadikan rakyat
sebagai korban. Di sisi lain, penyebab keadaan makin jauhnya harapan kesejahteraan adalah tatkala
kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah pasca reformasi tidak menyentuh pada akar masalah
struktural di atas, karena platform kebijakan yang dibangun dalam suasana keterjajahan ekonomi
dan dominasi neoliberalisme, tanpa kesadaran yang cukup untuk terbebas darinya.
Di sisi lain, imperialisme yang sejak lama terjadi di Indonesia juga turut berkontribusi
terhadap banyaknya warga yang hidup dalam garis kemiskinan. Dalam hal ini misalnya kita dapat
merujuk tulisan John Pilger, dalam bukunya The New Rulers of The World (Verso, 2002)
mengungkap latar belakang diadakannya Konferensi Jenewa (Swiss) pada tahun 1967 yang
disponsori oleh Time-Life Corporation ternyata membawa misi untuk “memiskinkan Indonesia”
secara perlahan. Hal ini mengingat dari hasil konferensi 3 hari itu berbuah “kaplingisasi” kekayaan
alam di Indonesia oleh jaringan modal internasional. Freeport mendapat bagian gunung tembaga di
Papua Barat, Konsorsium Eropa menguasai nikel di Papua Barat, Alcoa menerima bagian terbesar
bouksit di Indonesia, dan kelompok perusahaan Amerika, Jepang, dan Perancis mendapat hutanhutan tropis di Sumatera, Papua Barat, dan Kalimantan.
Imperialisme berkelanjutan, yang berwujud ketidakadilan ekonomi dan eksploitasi (alam dan
manusia) hingga kini juga menampakkan wajah penderitaan rakyat yang luar biasa. Sritua Arief
dalam Hamid (2012) mengungkap bahwa pada setiap US $ 1 modal asing, net tranfer revenue yang
disedot ke luar negeri adalah sepuluh kali lipatnya (US 10$). Mubyarto dalam Hamid (2012) pun
menyatakan bahwa rasio konsumsi per kapita dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per
kapita menunjukkan fakta “derajat penghisapan” ekonomi Indonesia sebesar 57%. Artinya, hanya
5

Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

43% nilai PDRB yang dinikmati rakyat di daerah, selebihnya “dihisap” ke kota-kota besar dan
dibawa ke luar negeri.
Akibat imperialisme yang berkelanjutan di atas, adalah kemiskinan struktural disertai
peminggiran (marjinalisasi) peran ekonomi rakyat dalam aktivitas perekonomian nasional.
Dampaknya bencana kelaparan, gizi buruk, dan banyaknya anak putus sekolah tidak dapat
dihindari. Ketidakadilan dan ketimpangan itu telah membuat kaum miskin makin tak berdaya,
sehingga terpaksa harus kembali mengalami nasib seperti di era kolonialisme. Struktur imperialistik
berimbas pada konstruksi kebijakan ekonomi yang hingga kini lebih menguntungkan kepentingan
agen-agen neoliberalisme, khususnya modal internasional. Disain kebijakan ekonomi pemerintah
pasca reformasi cenderung seirama dengan arus utama ekonomi global, yaitu globalisasi (pasar
bebas). Padahal pasar bebas tidak lain adalah kepentingan pemerintah dan korporasi negara maju
untuk melanggengkan imperium global (korporatokrasi) mereka (Mubyarto dalam Hamid, 2012).
Muara neoliberalisme adalah beralihnya tampuk produksi dari negara ke korporat, sama sekali
bukan ke rakyat banyak (masyarakat). Pola produksi dan konsumsi nasional pun makin dibentuk
oleh kebebasan (kekuatan) pasar internasional, sehingga tidak lagi menerima prioritas
(pengutamaan) kepentingan nasional. Bangsa kita digiring untuk sekedar menjadi bangsa konsumen
(menikmati produk murah-sesaat) atau paling banter menjadi “bangsa makelar” (menjual produk
asing-impor), yang melupakan upaya membangun industri nasional dan kewirausahaan berbasis
ekonomi rakyat dan sumber daya lokal. Parahnya lagi bangsa kita kembali hanya akan menjadi
bangsa kuli yang tunduk dan melayani pihak (bangsa) asing. Pemerintahan dan teknokrat ekonomi
kini pun masih tersandera oleh paradigma dan kebijakan ekonomi rezim-rezim sebelumnya. Mereka
tetap saja bicara dan mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi dan investasi skala besar (asing).
Pemerintah lebih sigap menyediakan infrastruktur-infrastruktur yang diperlukan korporat besar,
termasuk giat mengembangkan basis-basis produksi berskala besar, ketimbang secara konsisten
menerapkan agenda-agenda demokratisasi ekonomi (pemberdayaan ekonomi rakyat).
Demikianlah ajaran dan praktik ekonomi yang berkembang seakan lepas dari moral dan etika.
Upaya mengejar indikator-indikator makro seperti pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inflasi yang
rendah, neraca pembayaran yang favourable, atau keuntungan sebanyak-sebanyaknya bagi pelaku
bisnis, menjadikan seolah ilmu ekonomi itu mengajarkan keserakahan. Prinsip-prinsip ekonomi
yang muncul tidak mengedepankan kerja sama, namun sebaliknya kompetisi yang mematikan
lainnya. Ilmu ekonomi yang berkembang seperti inlah yang tidak diharapkan oleh seorang Ace
Partadiredja, yang dalam pemikiran ekonominya sangat mengedepankan moral dan etika.
Sebagaimana dikemukakan dalam Pidato Pengukuhannya sebagai Guru Besar di Fakultas Ekonomi
UGM (1981):
“Harapan saya yang tertinggi adalah munculnya suatu ilmu ekonomi, yang tidak
memberikan kesan sebagai ilmu yang mengajarkan keserakahan atas alam benda, dan
tidak memberikan kesan sebagai suatu ilmu yang mekanistik, melainkan sebagai suatu
ilmu yang tidak hanya model-modelnya relevan, tapi juga model-model itu didasarkan
pada asumsi yang realistik, etik dan berwajah kemanusiaan; ekonomika yang dijiwai
oleh etika, ekonomika etik (ethical economies) sebagaimana ekonomi politik pada saat
dilahirkannya pada abad ke 18. Mungkin ilmu baru itu dapat dinamai Ekonomika
Pancasila. Di negara-negara barat sendiri sebegitu jauh dianggap orang-orang
memuja ilmu, ada yang berani mengatakan bahwa tak ada satupun ilmu yang dapat
dipisahkan dari etika... Ilmu adalah suatu proses belajar yang muncul pada suatu sub
kultur tertentu. Sedangkan sub kultur itu adalah sekelompok manusia yang dalam
tingkah lakunya dibatasi oleh nilai bersama atau etika. Sub kultur ilmu ditandai oleh
penilaian yang tinggi atas peranan eksperimen, obyektivitas, pengamatan yang teliti,
dan pengukuran yang cermat. Dengan berkembangnya ilmu, maka ilmu tidak lagi
hanya sekedar meneliti bagaimana dan apa sebabnya, dan meramalkan apa yang akan
terjadi, tapi juga mempengaruhi atau mengubah apa yang akan terjadi.
6

ISBN: 978-979-98438-8-3

Kebijakan abai pemerintah terhadap nasib rakyat, tidak lain disebabkan karena nafsu besar
yang hanya ingin mencari keuntungan selama memegang jabatan. Dengan logika industri, para
pemegang kekuasaan seolah berlomba menghasilkan ‘laba’ yang diperas dari uang rakyat untuk
menutupi ‘modal’ politik yang telah dikeluarkan sebagai ‘investasi’ awal sebelum menjadi pejabat
publik, pemegang kekuasaan. Tidak hanya itu, watak industri yang merasa lebih nyaman dan aman
serta langgeng dengan bentuk pasar yang ‘monopolis’ pun juga diadopsi, sehingga yang terjadi
adalah upaya memperkaya diri, kroni, sahabat, kolega, dan teman ideologis. Tujuannya tidak lain
adalah untuk menjamin keberlangsungan ‘industri’ politik itu sendiri.
Dampaknya kemudian adalah pada keterbatasan pemerintah di masa reformasi ini untuk
menunjukkan kemampuannya dalam membangun perekonomian yang tangguh demi tujuan
mencapai kesejahteraan rakyat. Hasil studi Kaufmann, Kraay, dan Mastruzzi (2008), yang
dirangkum oleh Bank Dunia dalam The Worldwide Governance Indicators (WGI) project, yang
meneliti indikator tata pamong pemerintah menunjukkan bahwa masa reformasi dengan semangat
demokratisasi ternyata belum memberikan hasil maksimal. Hasil dari studi terhadap beberapa
indikator yang melibatkan data dari sekitar rata-rata 194 negara untuk setiap indikatornya ini
menunjukkan bahwa proses demokrasi Indonesia setelah Reformasi berlangsung belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Tabel 5. Perkembangan Indikator Tata Pamong Indonesia, 1996 dan 2010

World Governance
Indicators
Voice and Accountability
Political Stability & Absence
of Violence/Terrorism
Government Effectiveness
Regulatory Quality
Rule of Law
Control of Corruption

1996 1998 2000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
-0.82 -1.03 -0.44 -0.41 -0.35 -0.28 -0.17 -0.14 -0.12 -0.11 -0.08 -0.06
-1.17
-0.40
0.15
-0.32
-0.56

-1.72
-0.60
-0.30
-0.68
-1.09

-2.01
-0.31
-0.26
-0.76
-0.88

-1.61
-0.47
-0.65
-0.95
-1.14

-2.13
-0.47
-0.77
-0.91
-0.98

-1.84
-0.37
-0.67
-0.76
-0.90

-1.45
-0.42
-0.55
-0.83
-0.86

-1.37
-0.28
-0.32
-0.72
-0.78

-1.17
-0.27
-0.32
-0.65
-0.57

-1.06
-0.23
-0.30
-0.63
-0.58

-0.78
-0.26
-0.32
-0.60
-0.81

-0.89
-0.20
-0.38
-0.63
-0.73

Sumber: Diolah dari lampiran Kaufmann, Kraay, dan Mastruzzi (2008) dikutip dari The Worldwide Governance
Indicators (WGI) project (2011).

Data pada tabel di atas menunjukkan adanya enam indikator tata pamong yang dinilai, yaitu
voice and accountability, political stability and absence of violence/terorrism, government
effectiveness, regulatory quality, rule of law dan control of curroption. Selama masa reformasi
berlangsung hanya voice and accountability yang menunjukkan perubahan signifikan ke arah yang
lebih baik. Indikator lainnya memang menunjukkan perubahan, tetapi relatif lambat, seperti political
stability and absence of violence/terrorism yang mulai menunjukkan kinerja lebih baik pada tahun
2008, government effectiveness mulai dari 2006. Sedangkan indikator lainnya, sampai saat ini
masih kalah jika dibandingkan dengan tahun 1996.
Kegagalan dalam mengelola tata pamong tersebut terlihat dengan jelas dari kinerja ekonomi,
terutama di bidang kesejahteraan rakyat. Indonesia sebagai sebuah perekonomian yang mampu
tumbuh lebih dari 6 % di tengah krisis global, tidak mampu memanfaatkan pertumbuhan tersebut
untuk meningkatkan kesejahteraan secara signifikan. Pertumbuhan diatas 6 % yang sedemikian
dibanggakan belum mampu mengurangi pengangguran secara signifikan. Pertumbuhan diatas 6 %
yang selama ini kita rasakan ternyata hanya mampu menyerap sekitar satu juta penduduk untuk
masuk ke dunia kerja. Hal ini menandakan, bahwa pertumbuhan yang terjadi masih belum
berkualitas karena setiap satu persennya hanya mampu menyerap kurang dari dua ratus ribu
penduduk yang menganggur. Dengan kondisi semacam ini wajar jika muncul pesimisme bahwa
pertumbuhan ekonomi akan berdampak banyak bagi masyarakat karena faktanya memang
pertumbuhan belum mampu berbicara banyak. Tabel berikut menunjukkan kinerja perekonomian
7

Prosiding Seminar Nasional 2013
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari

terhadap indikator ketenagakerjaan selama beberapa tahun terakhir belum bermanfaat secara
signifikan.
Tabel 6. Indikator Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2004-Agustus 2011 (juta orang)
Nov Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Feb Agust Agust Agust
2005 2006 2006 2007 2007 2008 2008 2009 2009 2010 2010 2011 2011 2012 2013
Angkatan Kerja 105,9 106,3 106,4 108,1
Bekerja
94,0 95,2 95,5 97,6
Penganggur
11,9 11,1 10,9 10,5
TPT %
11,24 10,45 10,28 9,75
Sumber: Berita BPS dari 2005-2013.

109,9
99,9
10,0
9,11

111,48
102,05
9,43
8,46

111,95
102,55
9,39
8,39

113,74
104,49
9,26
8,14

113,83
104,87
8,96
7,87

116,00
107,41
8,59
7,41

116,53
108,21
8,32
7,14

119,40
111,28
8,12
6,80

117,37
109,67
7,70
6,56

118,05
110,81
7,24
6,14

118,19
110,80
7,39
6,25

Dengan segala permasalahan di atas, maka wajar kiranya jika saat ini dapat dikatakan
kehidupan masyarakat yang madani dan lestari belum seutuhnya terwujud. Komitmen pemerintah
yang cenderung jauh berpihak pada kepentingan rakyat, tentu menjadi salah satu faktor penyebab
dominan yang harus segera dihentikan. Dengan melihat konsep negara kesejahteraan (welfare state)
yang kini dianut oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Maka kemudian menjadi urgen untuk
disadarkan agar elemen Negara, khususnya pemerintah agar setiap pengambilan kebijakan dan
tindakannya bisa memayungi kepentingan masyarakat banyak.
Langkah Strategis Guna Tercapainya Ekonomi yang Menyejahterakan
Langkah strategis yang saat ini perlu untuk dipertimbangkan dalam upaya mengentaskan
kemiskinan, sehingga dapat terwujud secara ideal tatanan masyarakat madani dan lestari dapat
dikerucutkan pada beberapa masalah pokok berikut:
Kebijakan ekonomi yang tidak berkomitmen terhadap penanggulangan kemiskinan dan sematamata mengejar pertumbuhan ekonomi (trickle down effect tidak bekerja).
Kesalahan mendasar dalam asumsi perekonomian Indonesia adalah pengangguran dan
kemiskinan hanya mungkin diatasi jika ekonomi tumbuh minimal (misalnya) 6,5 %. Asumsi
demikian salah, karena yang dapat mengatasi pengangguran dan kemiskinan adalah pertumbuhan
ekonomi yang melibatkan kegiatan ekonomi rakyat yang pelakunya adalah masyarakat miskin.
Pengangguran dan kemiskinan adalah dua hal berbeda. Orang yang menganggur belum tentu
miskin. Ilustrasinya jika 1 % pertumbuhan diasumsikan mampu menampung 200.000-400.000
tenaga kerja baru, maka pertumbuhan 6,5 % hanya mampu mempekerjakan 1,3 juta-2,6 juta tenaga
kerja dan tidak ada jaminan bagi penduduk miskin yang mencapai puluhan juta jiwa.
Memang selama beberapa periode pemerintahan, kebijakan untuk menanggulangi kemiskinan
telah dilakukan. Di Masa Kolonial misalnya dikenal ‘politik etis’ atau politik balas budi. Di Masa
Orde Baru, terkait dengan program pembangunan nasional sejak Repelita I-V. Program sektoral
yang pernah dilaksanakan: BIMAS, INMAS, dan P4K (Departemen Pertanian), UPPKS (BKKBN),
KUD dan Koperasi Sim