Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Pertama (Smp-Mts) di Kota Pekalongan Tahun 2011

δELT∆

J I P M | 39

Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah
Menengah Pertama (Smp-Mts) di Kota Pekalongan Tahun 2011
Oleh :
Muhammad Ali Gunawan
Fajru Sidqi
Haryanto
Dwi Eddy Wibowo
Universitas Pekalongan

Abstract
This studyaims to determineanddescribeand evaluate:1)Implementation
ofthe School Based Curriculum (SBC) in Junior High School in
Pekalonganfromthe context, input,process,andproduct;2)the obstacles
facedby schools inimplementation of School Based Curriculum (SBC) in
junior High School inPekalongan.From 35Junior high schools in
Pekalongan, 10 (ten)schools was taken as the samplein this study using
multistagesampling technique.Data analysistechniquesused weredescriptive

statisticsforthe primary data(quantitative)andqualitative for secondary
data.This studyshowsthat:1)viewed from8national education standards, the
implementation of School Based Curriculum (SBC)in Junior High School
inPekalongan fall into thecategory of"good",with a meanscore 1.070;2)the
impact ofSBConthe Education Quality of junior high school
inPekalonganfrom
the
National
ExaminationandFinal
Examinationschoolscan not beconcludedbecause most schools stilladopt
thecurriculumissued
byBSNP;3)Constraints
faced
by
schools
inimplementing thecurriculumin junior high school in Pekalonganare:(1)the
schoolshave
not
beenable
to

performcontextanalysis,analysisofopportunitiesand
challenges
optimally,(2)the schoolautonomyis low,(3)the schools have not beenable
toconductself-evaluationbased on thecondition of the existing schools,(4)the
meansand infrastructure to supportthe implementation of thecurriculumare
still
inadequate,
especiallyin
private
schools,(5)manyteachers
arestillteaching insome schoolsso that they can notfocuson school
development,(6)the ability of teachersin preparinganddevelopingassessment
instruments are low.
Keywords:School
Pekalongan

Based

Curriculum(SBC),Junior


high

school

in

39

δELT∆

J I P M | 40

Standar Isi Pendidikan (dan Nomor 23

PENDAHULUAN
pendidikan,

Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

kurikulum


Lulusan/SKL) menginisiasi pelaksanaan

sebagaimana dikatakan di atas, akan selalu

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

dipandang

maupun

(KTSP) di Kota Pekalongan. Sebagian

ancaman oleh pelaksana kurikulum di

pakar memandang implementasi KTSP,

lapangan (baca: guru). Mereka akan

hanya sekadar kurikulum operasional yang


memandang

disusun oleh dan dilaksanakan di masing-

Setiap
termasuk

pembaharuan
di

dalamnya

sebagai

peluang

kurikulum

baru


sebagai

peluang manakala mereka melihatnya dari
pikiran

positif

Sebaliknya

thinking).

(positif

tidak

memandangnya

sedikit


yang

sebagai

ancaman

manakala mereka melihatnya dari pikiran
negatif

thinking)

(negatif

(Sapari,

masing

satuan

pendidikan


di

mana

pedoman dan alat ukur keberhasilannya
tetap sentralistik.
Semangat
mensyaratkan

perubahan
sekolah

KTSP

membangun

paradigma baru pengelolaan pendidikan
yang selama ini telah terbangun image dan


2007:11).
dengan

tuntutan

buaian sentralistik pendidikan yang terjadi

zaman,

perubahan

telah menjadi virus yang mengerdilkan ide

kurikulum di sekolah-sekolah pada jenjang

dan kreativitas satuan pendidikan dalam

pendidikan

menengah


memberdayakan potensi dirinya. Penyakit

merupakan sebuah fenomena yang tidak

akut ini telah coba diatasi dengan berbagai

dapat dihindari. Semangat zaman yang

upaya oleh pemerintah. Misalnya, saat

semakin

pemerintah

Seiring
perkembangan

dasar


dan

mengglobal

menyebabkan

pusat

tercengang

dengan

perubahan evolusioner dan revolusioner

minimnya pergulatan kreativitas sekolah,

secara

dikumandangkanlah paradigma otonomi

mendasar

pengetahuan

dan

pada

dinamika

aplikasinya

dalam

kehidupan manusia sangat dibutuhkan.
Tidak hanya itu, dimensi sikap, perilaku,

pendidikan melalui manajemen berbasis
sekolah.
Berbagai

dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan

otonomi

dan interaksi sosial antar manusia juga

kurikulum

mengalami perubahan.

(KTSP)

pandangan

tentang

sekolah

dengan

instrumen

tingkat

satuan

pendidikan

sebagaimana

di

atas,

perlu

Peraturan

mendapatkan perhatian yang serius dari

Mendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang

berbagai pihak, karena sampai saat ini

Dalam

konteks

itu,

dunia pendidikan masih dipandang kurang
40

δELT∆

sesuai

dengan

diterapkan

kondisi

berkenaan

yang

dapat

dengan

(KTSP)

Sekolah

J I P M | 41

Menengah

Pertama

setting

(SMP/MTs) di Kota Pekalongan ditinjau

lembaga dan organisasi pendidikan, serta

dari komponen konteks, input, proses dan

hubungannya dengan kajian lain dalam

product, (2) Kendala yang dihadapi oleh

sistem pendidikan itu sendiri. Hal inilah

sekolah

yang

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

melatarbelakangi

ketertarikan

dalam

mengimplementasikan

peneliti untuk mengkaji secara mendalam

(KTSP)

implementasi kurikulum tingkat satuan

(SMP/MTs) di Kota Pekalongan.

pendidikan

(KTSP)

pada

Sekolah

Menengah

Pertama

jenjang

pendidikan Sekolah Menengah Pertama

METODE PENELITIAN

(SMP/MTs) di Kota Pekalongan.
atas,

Penelitian ini merupakan penelitian

yang

evaluasi (evaluation research), dengan

Bagaimanakah

mengambil salah satu model evaluasi,

implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

yaitu model CIPP yang dikembangkan

Pendidikan

oleh

Berdasarkanuraian

di

dalampenelitianinirumusanmasalah
akandikajiadalah:

(1)

(KTSP)

pada

Sekolah

Stufflebeam

Menengah Pertama (SMP/MTs) di Kota

pendekatan

Pekalongan

deskriptif.

ditinjau

dari

komponen

dan

kuantitatif

menggunakan
dan

kualitatif

konteks, input, proses dan product? (2)

Besarnya sampel dalam penelitian

Kendala apa saja yang dihadapi oleh

ini ditentukan sebanyak 30% dari jumlah

sekolah

mengimplementasikan

populasi (sekolah) SMP/MTs yang ada di

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kota Pekalongan. Sehingga jumlah sampel

(KTSP)

dalam penelitian ini sebanyak 10 sekolah

dalam

Sekolah

Menengah

Pertama

SMP-MTs. Sedangkan total jumlah key

(SMP/MTs) di Kota Pekalongan?
Sesuaidenganpermasalahan di atas,

informan dan informan keseluruhan adalah

makatujuanpenelitianiniadalahuntukmenge

8

tahui

sekolah, guru dan siswa. Dengan rincian

dan

mengevaluasi:

mendeskripsikan
(1)

serta

Implementasi

orang/sekolah,

terdiri

dari

kepala

sebagai berikut.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Tabel 3.2
Rincian jumlah key informan dan informan setiap sekolah sampel penelitian.

41

δELT∆

Kecamatan

No.

NamaSekolah

KS

Guru

J I P M | 42

Siswa

Jumlah

1

SMPN 4 Pekalongan

1

4

3

8

2

SMP Masehi

1

4

3

8

3

SMPN 10 Pekalongan

1

4

3

8

4

SMPN 17 Pekalongan

1

4

3

8

5

SMP Salafiyah

1

4

3

8

6

MTs RibatulMutaallimin

1

4

3

8

7

SMPN 9 Pekalongan

1

4

3

8

8

SMPN 12 Pekalongan

1

4

3

8

9

SMPN 14 Pekalongan

1

4

3

8

10

MTs HidayatulAthfal

1

4

3

8

10

40

30

80

Pekalongan Barat
PekalonganTimur

Pekalongan Utara
Pekalongan Selatan

Total

Data yang dikumpulkan dalam

pemusatannya,

yaitu

dengan

penelitian ini terdiri dari dua jenis

menghitung skor maksimal dan skor

data yaitu: 1) data primer (utama)

minimal, rerata/mean ideal (Mi) dan

yang berasal dari data kuantitatif yang

standar deviasi ideal (SDi) dengan

dikumpulkan melalui kuesioner, dan

rumus Mi = ½ (skor maksimal ideal +

2) data sekunder (data pelengkap)

skor

yaitu

mencari

data

kualitatif

yang

minimal

ideal)

standar

dan

untuk

deviasi

ideal

dikumpulkan dengan menggunakan:

digunakan rumus: SDi = 1/6 (skor

a)

metode

maksimal ideal – skor minimal ideal).

metode

Hasil yang didapatkan dikonversikan

metode observasi,

wawancara,

dan

dokumentasi.

Berikut

mengenai

b)
c)

penjelasan

masing-masing

metode

terkumpul,

yang

kemudian

berdasarkan

jenis

sudah
dianalisis

data

kuantitatif) akan dianalisis dengan
deskriptif

pengkategorian dalam

pedoman
skala

lima

dengan

(1978:254)

dengan

sedikit

modifikasi,yaitu:

yang

terkumpul. Untuk data primer (data

statistik

menggunakan

sebagaimana ditulis Hopkin dan Antes

yang digunakan.
Data-data

dengan

jalan

masing-masing komponen diukur nilai

Mi + 1,5 SDi  Mi + 3SDi ------Amat Baik
Mi + 0,5 SDi  Mi + 1,5 SDi ------Baik
Mi – 0,5 SDi  Mi + 0,5 SDi ------Cukup

42

δELT∆

Mi – 1,5 SDi  Mi – 0,5 SDi ------Kurang
Mi – 3 SDi  Mi – 1,5 SDi ------Sangat Kurang

Sedangkan

data

sekunder

(kualitatif) akan dianalisis dengan
model

Keterangan:
Mi = Rata-rata Ideal
SDi = Standar Deviasi Ideal

J I P M | 43

analisis

dikembangkan

interaktif
oleh

yang

Miles

&

Huberman (1994)yaitu:

Data
Collection

Data
Display

Data
Reductio
n

Conclusio
ns :
drawing /
verifying
Gambar 3.2

Components of Data Analysis: Interactive Model

Dengan
kecamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterlaksanaan

skor
dan

perolehan
tiap

tiap

sekolah

sebagaimana tabel berikut.

Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
SMP/MTs

di

Kota

Pekalongan

termasuk kedalam kategori “Baik”.

Tabel 4.2

43

δELT∆

J I P M | 44

Ringkasan hasil perhitungan keterlaksanaan KTSP SMP-MTs di Kota
Pekalongan tahun 2011.
No

TOTA
L
1094
897
1239
1038
1047
1003
1056
1133
1206
990
1070

Kecamatan

No.
Nama Sekolah
1
SMPN 4 Pekalongan
Pekalongan Barat
2
SMP Masehi
3
SMPN 10 Pekalongan
4
SMPN 17 Pekalongan
Pekalongan Timur
5
SMP Salafiyah
6
MTs Ribatul Mutaallimin
7
SMPN 9 Pekalongan
Pekalongan Utara
8
SMPN 12 Pekalongan
9
SMPN 14 Pekalongan
Pekalongan Selatan
10 MTs Hidayatul Athfal
JUMLAH

1

2

3
4

KET.
BAIK
CUKUP
BAIK
BAIK
BAIK
CUKUP
BAIK
BAIK
BAIK
CUKUP
BAIK

Standar Isi dan kompetensi lulusan:
Dari tabel di atas, diketahui

(1)Dalam

penyusunan

KTSP

bahwa pelaksanaan KTSP SMP-MTs

(dokumen 1 dan 2), sebagian besar

di Kota Pekalongan secara umum

sekolah

tergolong ke dalam kategori “baik”

dokumen KTSP, tetapi mengadopsi

dengan perolehan rata-rata skor total

dari contoh dokumen 1

sebesar 1070 dari skor ideal dapat

dan 2 yang diterbitkan oleh BSNP; (2)

dicapai yaitu 1.464. Namun demikian

Kemampuan guru/tim perumus dalam

masih terdapat 3(tiga) sekolah yang

menyesuaikan kurikulum dengan visi-

termasuk kedalam kategori “cukup”

misi sekolah belum maksimal; (3)

yaitu SMP Masehi, MTs Ribatul

Sekolah melalui MGMP berupaya

Mutaallimin
Athfal,

dan

dengan

belum

menyusun

sendiri

MTs

Hidayatul

bekerjasama menyusun standar yang

skor

perolehan

disesuaikan dengan kondisi masing-

masing-masing sebesar 897; 1003;

masing

dan 990.

lulusan belum direncanakan dengan

Dalam penelitian iniditemukan
beberapa

hal

terkait

pelaksanaan

sekolah;

(4)

Kompetensi

baik, sehingga pembelajaran masih
terkesan

rutinitas;

(5)

Kerjasama

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

pihak sekolah dengan masyarakat

(KTSP)

dalam

SMP-MTs

di

Pekalongan, diantaranya yaitu:

Kota

proses

penyusunan

KTSP

masih kurang
44

δELT∆

Standar

proses

perencanaan
kurang

(1)Proses

:

pembelajaran

mendapat

masih

perhatian

oleh

pendukung

J I P M | 45

pembelajaran

laboratorium

IPA,

seperti

Bahasa,

dan

Komputer serta perpustakaan masih

pengawas (internal sekolah) maupun

kurang;

eksternal

dinas

kondisi sarana dan prasarana di

Pekalongan).

sekolah swasta (dikelola yayasan) dan

Pengawasan masih secara partial,

sekolah negeri. Yang mengakibatkan

hanya pada pelaksanaan pembelajaran

perbedaan layanan antara sekolah

dan

negeri dengan sekolah swasta.

(pengawas/penilik

pendidikan

Kota

penilaian

pembelajaran;

(2)

(2)

Terdapat

perbedaan

Proses pembelajaran masih terpusat

Standar

pada guru (teacher centred) dengan

(1)Kemampuan

pendekatan

yang

melakukan perencanaan kerja bidang

penyusunan

sarana dan prasarana masih kurang;

perangkat (instrumen) penilaian masih

(2) Evaluasi pengelolaan sekolah

kurang baik .

sesuai standar yang ditetapkan masih

monoton;

dan
(3)

metode

Proses

pengelolaan:
sekolah

dalam

tenaga

kurang/jarang dilakukan; (3) Sistem

kependidikan : (1)Jumlah tenaga

informasi manajemen kurang dapat

pendidik dan tenaga kependidikan

diakses oleh para user/stakeholders

belum merata dibeberapa sekolah

karena

pengamatan; (2) Guru/kepala sekolah

menggunakan sistem manual; (4)

dan

Kemampuan

Standar

pendidik

pegawai

dan

masih

menganggap

sebagian

besar

masih

sekolah

dalam

bahwa mutasi/pindah tempat kerja

melaksanakan rencana kerja bidang

bukan sebagai kebijakan pemerataan,

peranserta masyarakat dan kemitraan

tetapi lebih didasarkan pada status quo

sekolah

ditempat kerja semula; (3) Tenaga

Keterlibatan

pendidikan,

sekolah) dalam pelaksanaan KTSP

terutama

pengelol

masih

kurang;

masyarakat

(5)

(komite

abagian laboratorium masih sangat

masih sangat minim.

terbatas dari segi jumlah maupun

Standar

kualitas.

(1)Pembiayaan sekolah masih terbatas

Standar sarana dan prasarana:

pada pembiayaan yang bersumber dari

(1)Ketersediaan sarana dan prasarana

pemerintah dan orang tua siswa,

pembiayaan:

45

δELT∆

J I P M | 46

sekolah kurang mampu menginisasi

menunjukkan bahwa keterlaksanaan

komponen pendukung sekolah untuk

KTSP di tingkat SMP/MTs baru

melakukan

mencapai

penggalangan

dana

mandiri atau kerjasama dengan dunia
usaha

dan

dunia

industri;

70%

dan

30%

masih

termasuk ke dalam kategori “cukup”.
Dalam

(2)

penyusunan

KTSP,

Pertanggungjawaban dan transparansi

sekolah masih pada taraf mengadopsi

keuangan sekolah sudah cukup baik;

contoh kurikulum dari badan standar

(3)

ulur

nasional pendidikan (BSNP) tanpa

kepentingan antara sekolah dengan

melakukan perubahan sesuai dengan

masyarakat (komite sekolah) dalam

visi-misi

penggunaan dana pendidikan.

keterlibatan

masyarakat

Standar

pengambilan

kebijakan

Sering

terjadi

penilaian

(1)Kemampuan
dalam

tarik

pendidikan:

sekolah.

Selain

dalam
terutama

tenaga

pendidik

penyusunan kurikulum dan kebijakan

menyusun

dan

lainnya masih sangat minim. Sehingga

mengembangkan perangkat penilaian

berdampak

masih

kemampuan

sekolah

menggalang

dan

sekolah

itu,

kurang;
dalam

(2)

Kemampuan

melakukan

dan

buruk

terhadap
dalam
mengelola

menerapkan hasil evaluasi diri masih

pendanaan secara mandiri dan lebih

kurang

menitikberatkan sumber pendanaan

Berdasarkan data dan temuan
penelitian sebagaimana diungkap di
atas.

Berikut

keterlaksanaan

akan
KTSP

dari pemerintah (anggaran yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah).

dibahas
di

Masalah

berikutnya

yang

Kota

dihadapi sekolah adalah mutasi kepala

Pekalongan berdasarkan 8 (delapan)

sekolah atau guru. Sebagian dari

standar nasional pendidikan di 10

mereka belum menganggap bahwa

(sepuluh) sekolah pengamatan.

kebijakan

mutasi

adalah

sebagai

Secara umum, keterlaksanaan

program pemerataan, mereka juga

KTSP SMP/MTs di Kota Pekalongan

merasa lebih menikmati pekerjaan di

sudah berjalan dengan baik, dari

tempat sebelumnya. Dengan kata lain,

sepuluh

rasa

sekolah

SMP/MTs

yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini

memiliki

berpikir

secara

dan

kemampuan

global

untuk

46

δELT∆

kepentingan

daerah

masih

J I P M | 47

perlu

belum terlaksana dengan baik. Dalam

ditanamkan di lingkungan sekolah dan

artian bahwa penelitian apapun yang

masyarakat Kota Pekalongan.

tujuannya untuk mengetahui dampak
KTSP tidak bisa dilakukan karena

PENUTUP

sekolah

Simpulan

mengadopsi,

Dari uraian hasil penelitian dan
pembahasan,

dapat

disimpulkan

masih

dalam

tahapan

mengadaptasi

kurikulum, silabus dan RPP yang
sudah ada (diknas); 3) Kendala yang

bahwa: 1) Keterlaksanaan Kurikulum

dihadapi

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

mengimplementasikan

pada Sekolah Menengah Pertama

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

(SMP/MTs)

Sekolah

ditinjau

di

dari

Kota

8

Pekalongan

standar

nasional

oleh

sekolah

Kurikulum

Menengah

(SMP/MTs)

di

dalam

Kota

Pertama
Pekalongan

dalam

adalah : (1) sekolah-sekolah belum

kategori “baik”, dengan rerata skor

mampu secara optimal melakukan

pelaksanaan sebesar 1070. Dari 10

analisis konteks, analisis peluang dan

(sepuluh) sekolah sampel yang diteliti

tantangan,

terdapat tiga sekolah yang masih

kerjasama

dalam kategori “cukup” yaitu (1) SMP

masyarakat khususnya menyangkut

Masehi

masalah

pendidikan

termasuk

dan

(2)

ke

MTs

Ribatul

(2)

belum

terjalinnya

(kemitraan)

dengan

penggalangan

dana

Mutaallimin, dan (3) MTs Hidayatul

pendidikan baik dengan dunia usaha

Atfhal.

Sedangkan

sekolah

maupun dunia industri (kemandirian

lainnya

sudah

kedalam

sekolah masih rendah), (3) belum

Dampak

mampu

kategori

tujuh

termasuk

“baik”;

2)

melakukan

evaluasi

diri

penerapan Kurikulum Tingkat Satuan

berdasarkan kondisi sekolah yang ada,

Pendidikan (KTSP) terhadap Mutu

(4) sarana dan prasarana pendukung

Pendidikan

Menengah

pelaksanaan KTSP

di

Kota

memadai terutama di sekolah swasta,

Pekalongan ditinjau dari hasil Ujian

(5) banyak guru tidak tetap yang

Nasional dan Ujian Akhir Sekolah

mengajar

di

belum bisa disimpulkan karena KTSP

sehingga

tidak

Pertama

Sekolah
(SMP/MTs)

masih kurang

beberapa
fokus

sekolah
terhadap

47

δELT∆

pengembangan

sekolah,

(6)

J I P M | 48

mengatasi kendala yang dihadapi

kemampuan guru dalam menyusun

dalam

dan

Pemerintah Kota Pekalongan adalah :

mengembangkan

instrumen

pelaksanaan

KTSP

oleh

(1) Pelatihan penyusunan KTSP untuk

penilaian masih kurang

seluruh tim perumus secara intens dan
Rekomendasi

terkontrol,

Dari

pembahasan

dan

(2)

penyusunan

Pendampingan

bahan

ajar,

(3)

kesimpulan sebagaimana diuraikan di

Pendampingan

atas,

ini

kelas, (3) Pendampingan penyusunan

direkomendasikan beberapa hal yang

perangkat penilaian, (4) Pelatihan

perlu dilakukan oleh pihak sekolah,

pengelolaan administrasi, sarana dan

pemerintah

prasarana sekolah, serta (5) Pemberian

dalam

diantaranya:

penelitian

dan
1)

Pekalongan,

masyarakat

Pemerintah
khususnya

Kota
Dinas

penelitian

tindakan

bantuan (grant) sarana dan prasarana
terutama

bagi

sekolah-sekolah

Pendidikan Kota Pekalongan: agar

swasta; 2) Sekolah (kepala sekolah,

melakukan sosialisasi dan pelatihan

guru, TU, dan siswa): perlu dilakukan

penyusunan KTSP beserta perangkat

kerjasama antar dan interpersonal

yang dibutuhkan dengan lebih intens

sekolah, agar semua pihak memahami

dan menggunakan metode pelatihan

rencana dan tujuan yang diharapkan

yang

sebelumnya,

oleh sekolah sesuai dengan visi misi

seperti: metode pendampingan yaitu

yang telah ditetapkan. Dalam hal ini,

Partisipatif Rural Action (PRA) atau

rasa

Rapid Rural Action (RRA) serta

melakukan

disesuaikan dengan kemampuan dan

sangatmenentukan.

berbeda

dari

memiliki,

kemampuan

evaluasi

diri

kondisi sekolah. Beberapa usulan
program yang dapat dilakukan untuk
Anonim,

2006.
BNSP
dan
Kepmendiknas,
Permen
tentang KTSP, Jakarta.

Bolstad,

R. 2004. School-Based
Curriculum
Development:
Redifining the term for New

DAFTAR PUSTAKA

48

δELT∆

Zealand Schools Today and
Tomorrow,paper presented at
the conference of the New
Zealand
Association
of
Research in Education, 24-26
November 2004.

J I P M | 49

Suhadi, I. 2006. Menyikapi KTSP
Tantangan
untuk
Penyelenggaraan
Pembelajaran yang Lebih
Baik, Journal Pendidikan
Inovatif , Vol 2. hal 236-242

Brinkerhoff, O. Robert. et all. 1986.
Program
Evaluation
A
Practitioner’s Guide For
Trainers and Educators.
Massachussetts:
KluwerNijhoff Publishing.
Creswell, Jhon W. 1994. Research
Design Qualitative &
Quantitative Approaches.
London:
Sage
Publications, Inc.
Depdiknas.2007.Materi
Sosialisasi
dan Pelatihan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdiknas
Fernandes, H.J.X. 1984. Evaluation of
Educational
Programs.
Jakarta: National Education
Planning, Evaluation and
Curriculum Development.
Kunandar, 2007. Guru Profesional,
Implementasi KTSP dan
Persiapan
Menghadapi
Sertifikasi
Guru,
Rajagrasindopersada, Jakarta.
Miles, B. Matthew dan A. Michael
Huberman. 1992. Analisis
Data Kualitatif. Terjemahan
Tjetjep Rohendi. Malang: PPS
IKIP Malang.

49