2. Metode Pembelajaran Manajemen P.Hani
METODE PEMBELAJARAN
METODE PEMBELAJARAN
MANAJEMEN NON-TRADISIONAL
MANAJEMEN NON-TRADISIONAL
T. Hani Handoko, Ph.D
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM
(2)
2
The mediocre teacher tells
The good teacher explains
The superior teacher demonstrates
The great teacher inspires
(3)
Pencarian Model Pendidikan Manajemen
Pencarian Model Pendidikan Manajemen
Art (Visi) Sains (Analisis) Soul (Jiwa) Craft (Pengalaman) Scientific Model Harvard Model
Dengan hanya menekankan penerapan scientific model, pendidikan manajemen konvensional mengabaikan pentingnya untuk mengkombinasikan dan
menyeimbangkan art, craft, dan science (Mintzberg, 2004), serta soul. Minztberg (2004) dan Bennis dan O’Toole (2005) menekankan adanya kebutuhan untuk
mengkombinasikan science, art dan craft dalam pendidikan manajemen (model “profesional”). Di Indonesia, komponen soul merupakan keharusan.
Art mendorong kreativitas, yang menghasilkan “insights” dan “vision.” Craft merefleksikan “pertemuan” antara konsep dan pengalaman. Science mengembangka n cara pandang dan cara pikir yang teratur, analitis, dan sistematik.
(4)
4 Perbaikan Kualitas Proses Pembelajaran Perbaikan Kualitas Proses Pembelajaran Beyond Students Beyond
Students ClasroomsBeyond Beyond
Clasrooms Beyond
Teaching Beyond Teaching
• Melibatkan manajer praktisi yang
berpengalaman;
• Meningkatkan kualitas interaksi antara
praktisi, mahasiswa dan dosen.
Proses pendidikan
manajemen dengan para mahasiswa dan berbagai pihak yang lebih
berpengalaman membantu proses transfer
pembelajaran antara kelas dan tempat kerja,
meningkatkan kesiapan untuk belajar, dan
membahas berbagai masalah yang lebih relevan (Pfeffer & Fong, 2002).
• Melibatkan manajer praktisi yang
berpengalaman;
• Meningkatkan kualitas interaksi antara
praktisi, mahasiswa dan dosen.
Proses pendidikan
manajemen dengan para mahasiswa dan berbagai pihak yang lebih
berpengalaman membantu proses transfer
pembelajaran antara kelas dan tempat kerja,
meningkatkan kesiapan untuk belajar, dan
membahas berbagai masalah yang lebih relevan (Pfeffer & Fong, 2002). • Menggunakan perusahaan sebagai tempat pembelajaran (“teaching” companies)
(Harrigan, 1990);
• Menggunakan fasilitas pembelajaran yang lebih variatif. • Menggunakan perusahaan sebagai tempat pembelajaran (“teaching” companies)
(Harrigan, 1990);
• Menggunakan fasilitas pembelajaran yang lebih variatif. • Menggunakan berbagai metode pembelajaran non-tradisional
• Meneraokan metode pembelajaran
eksperiential yang lebih reflektif, seperti
reflection papers,
managerial exchanges, dan tutoring, mentoring
dan monitoring
(Minztberg & Gosling 2002);
• Memasukkan
komponen klinis dan aksi.
• Menggunakan berbagai metode pembelajaran non-tradisional
• Meneraokan metode pembelajaran
eksperiential yang lebih reflektif, seperti
reflection papers,
managerial exchanges, dan tutoring, mentoring
dan monitoring
(Minztberg & Gosling 2002);
• Memasukkan
komponen klinis dan aksi.
Perbaikan Proses Pembelajaran
Perbaikan Proses Pembelajaran
Manajemen
(5)
Kebutuhan Pengembangan Metoda
Pembelajaran Manajemen Non-Tradisional
• Knowing-doing gap. Pendidikan manajemen mensyaratkan “ knowledge-in-action,” yang tidak dapat dipelajarai hanya dengan kuliah dan membaca, tetapi memerlukan penerapan learning-by-doing. Pendidikan manajemen tidak hanya mengajarkan capacity to know, tetapi juga mengembangkan
capacity to act.
• Pengembangan judgments. Pendidikan manajemen tidak hanya mentransfer pengetahuan, melatih kemampuan dan ketrampilan, tetapi lebih penting
mengembangkan judgments dalam menghadapi berbagai situasi manajerial.
• Kemampuan sintesis. Pendidikan manajemen tidak hanya mengajarkan analisis fungsional, sektoral, industrial dan sebagainya, tetapi juga sintesis – mengintegrasikan berbagai hasil analisis.
• Pembelajaran mandiri. Pendidikan manajemen harus suportif terhadap pengembangan daya kreatif, inovatif dan sikap pembelajaran mandiri ( self-learning), terutama untuk menghadapi lingkungan bisnis yang terus berubah (dinamik).
• Interdisipliner. Pendidikan manajemen adalah multidisipliner, menggunakan beragam perspektif, berbasis isu, dan mengintegrasikan konsep dan praktik (pengalaman) (refelection-in-action).
(6)
6
Metode Pembelajaran Manajemen Non Tradisional
Penguasaan konsep dan teknik Penguasaan konsep dan teknik Kapasitas untuk bertindak dan “judgements” Kapasitas untuk bertindak dan “judgements”
Sikap dan dimensi keperilakukan
Sikap dan dimensi keperilakukan
• Metoda kasus
• Experiential learning (experimental exercises,
kegiatan kelompok di luar kelas, dan role playing) • Cost-benefit exercises
• Incident cases
• Pengajaran diskusi (discussion teaching)
• Skill Videos
• Pengajaran dengan buku
bestseller
• Penggunaan teknologi informasi (proyek)
• Evaluasi dan kritik jurnal • Simulasi riset
• Kunjungan perusahaan • Internship (learning
companies)
Managerial competencies
(7)
Mengapa Metode Pembelajaran Alternatif?:
Beyond Teaching
Learning occurs where concepts meet experiences through reflection (Mintzberg & Gosling, 2002).
Refleksi
Konsep
Pengalaman
Dampak
Reflecting does not mean musing; it means wondering, probing, analyzing, synthesizing – and struggling.
(8)
8
Metoda Kasus
Instead of textbooks, the case method uses descriptions of specific business situations. Instead of giving lectures, the teacher under the case method leads a discussion of these business situations. A method of instruction in which students and instructors participate
in direct discussion of business cases or problems. These cases, usually prepared in written form and derived from actual
experience of business executive, are read, studied, and discussed by students among themselves, and they constitute the basis for class discussion under the direction of the instructor. The case method, therefore, includes both a special type of instructional material and the special techniques of using that material in the instructional process (Leenders & Erskine, 1978).
(9)
Management education is like legal training, medical training or any field of professional education based on situational diagnosis and prescription. The
reasoning is inductive; it proceeds from the particular to the general. The product of such training are analytical skills and conceptual understanding in the fields of
study. By comparison, deductive learning proceeds from the teaching of a body of principles which may then applied to the relevant classes of problems. Students first learn principles, and then seek to apply them to the specific situations. In
management, though, problems do not yield to sets of law, theorems or principles unless perhaps the problems are reduced to artificially simple terms (Corey, 1980).
Mahasiswa belajar secara induktif dengan metoda kasus dalam empat cara:
• Learning by discovery • Learning by probing
• Learning through practice
• Learning by contrast and comparison
Karakteristik Pengajaran Metoda Kasus
dalam Pendidikan Manajemen
(10)
10
Metoda Kasus
Kasus memberikan kesempatan kepada mahasiswa pengalaman firsthand
dalam menghadapi berbagai masalah manajerial yang kompleks dan realistik di organisasi.
Kasus menyajikan ilustrasi teori dan materi kuliah manajemen, serta
mengkaitkan teori dan praktik.
Kasus mengembangkan daya analisis dan sintesis.
Kasus mengembangkan self-analysis, sikap, kepercayaan diri, dan
tanggungjawab.
Metode kasus memberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas dan
mendapatkan pengalaman dalam mempresentasikan gagasan kepada orang lain – Pengembangan ketrampilan interpersonal dan komunikasi.
Kasus memfasilitasi pengembangan sense of managerial judgment and wisdom, bukan hanya menerima secara tidak kritis apa saja yang
diajarkan dosen atau kunci jawaban yang tersedia di halaman belakang buku teks.
(11)
Metode Pembelajaran Eksperiential
I hear and I forget I see and I remember I do and I understand
Confucius
• Kegiatan pembelajaran eksperiential memberikan
mahasiswa kesempatan untuk mengalami situasi
manajerial secara langsung (“
hands-on”
) dan
personal.
• Pengalaman personal memfasilitasi peningkatan
komponen penting pembalajaran –
self efficacy.
• Dua tipe pembelajaran eksperiential: pembelajaran
diri-sendiri dan pendidikan eksperiential.
• Empat elemen model pembelajaran eksperiential:
pengalaman nyata, observasi dan refleksi, formasi
sikap, pengetahuan (cara pikir atau teori) dan
(12)
12
Metode Pendidikan Eksperiential
• Karakteristik penting pendidikan eksperiential:
Keterlibatan aktif mahasiswa, pengalaman
mahasiswa mempunyai nilai penting dalam proses
pendidikan, dan keragaman bentuk dan
pendekatan.
• Pendidikan eksperiential dapat dilakukan baik di
dalam kelas (laboratorium manajemen) maupun di
luar kelas (misal,
internships, job shadowing,
outdoor education, group-based learning projects
,
dan
cooperative education placements
)
(13)
Pengajaran dengan Diskusi:
Premis dan Praktik
• Penciptaan partnership antara dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran
• Pembentukan suatu learning community yang mempunyai tujuan dan berbagi nilai yang sama
• Penekanan pada partisipasi, dialog, dan komunikasi dua arah • Pengembangan pemikiran reflektif dan pemecahan masalah
kreatif
• Pertukaran ide, pendapat, pengalaman, reaksi, informasi, dan konklusi
• Persyaratan dual competency: kemampuan untuk mengelola
content dan process
• Pemahaman materi pembelajaran yang lebih baik dan lebih lama
(14)
14
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Pengajaran dengan Buku
Bestseller
• Pengembangan pemikiran kritis dalam penerapan standar riset akademik pada simplifikasi masalah dalam buku-buku
bestseller
• Pembelajaran “rahasia” keberhasilan eksekutif dan manajemen, berbagai atribut sukses, dan ketrampilan manajerial praktis
• Pengajaran aplikasi dan keterbatasan berbagai konsep dan teknik manajemen
• Buku-buku bestseller dapat menjadi bahan perdebatan
Contoh penerapan buku Competitive Advantage Through People: Unleashing the Power of the Workforce (Pfeffer, 1994): Sejumlah menu penugasan kelas – Kritik metodologi dan desain studi, analisis berbagai best practices
dalam Manajemen, penerapan praktik Manajemen terbaik pada perusahaan di Indonesia, dan sebagainya.
(15)
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Pengajaran dengan
Videotapes
Penggunaan teknologi videotape sebagai suatu pendekatan untuk melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran merupakan teknik efektif pengajaran melalui permodelan (modelling).
Basis penggunaannya adalah teori permodelan dan vicarious learning
Pendekatan yang dapat diterapkan adalah penggunaan tapes dalam segmen-segmen pendek untuk mengilustrasikan pola perilaku atau proses manajerial tertentu
Produksi tapes: Penggunaan tapes tersedia secara komersial, role-playing oleh mahasiswa di luar kelas dan direkam, dan pembuatan dengan aktor profesional
(16)
16
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Evaluasi dan Kritik Artikel
• Mahasiswa diminta untuk memilih artikel dan jurnal yang berorientasi praktik dan/atau akademik. Mereka ditugaskan tidak hanya untuk meringkas artikel, tetapi membahas
pembelajaran (lessons) yang diperoleh dan mereview secara kritis konsep dan/atau metoda penelitian yang digunakan. • Mehasiswa dikembangkan sebagai pembelajar mandiri,
dengan kemampuan untuk mengumpulkan informasi secara selektif, mengevaluasi secara kritis, dan menilai validitas dan kegunaan suatu teori atau konsep, atau menciptakan dan mengembangkan pengetahuan berdasar penelitian.
(17)
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Proyek Riset
Unobtrusive
• Mahasiwa ditugaskan untuk memilih lokasi di kampus,
mall, perusahaan atau di tempat umum lain. Mereka diminta untuk melakukan studi unobtrusive pada lokasi tersebut
dengan mengobservasi fenomena dan perilaku tertentu pada periode waktu tertentu.
• Mahasiswa belajar berbagi perilaku secara langsung,
membuat laporan, dan kemudian membahasnya di kelas. Mahasiswa akan heran begitu banyak perilaku yang
“menarik” dan penting, serta implikasinya, yang dapat dipelajari. Proyek riset ini sering diterapkan untuk
(18)
18
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Penggunaan Mikrokomputer
Mikrokomputer dapat digunakan secara efektif untuk
mencapai berbagai sasaran kognitif pendidikan,
seperti diagnosis, pengambilan keputusan, asimilasi,
dan aplikasi konsep
Pengetahuan yang menjadi dasar sistem pembelajaran
komputer harus divalidasi
Mikrokomputer adalah
learning tools
, bukan
learning
replacements
(19)
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Penggunaan Masalah Manajerial dalam Kelas
Secara regular, dosen dapat menugaskan mahasiwa untuk
mengumpulkan berbagai masalah dan concerns manajerial dari para manajer (wilayah) lokal (managerial problem survey). Hasil survei kemudian digunakan sebagi bahan diskusi. Metoda ini tidak hanya memberikan konsep dan
aplikasi, tetapi juga pengembangan proses discovery, inquiry,
dan eksperimentasi.
Variasi penggunaannya dapat sebagai:
• Pendekatan untuk mentransfer konsep, dengan fokus pembahasan pada relevansinya untuk memecahkan masalah manajerial
• Penugasan kelompok untuk menganalisis dan menyajikan rekomendasi terhadap masalah manajerial nyata
• Kegiatan ice-breaking
• Exercise pengambilan keputusan kelompok
• Materi pembelajaran langsung dari para manajer (yang diwawancara) • Bahan ujian
(20)
20
Referensi
Referensi
Bain, G., McArthur, J., Spence, M., & Mintzberg, H. 1994. The greening of business schools. Dalam H. Thomas, D. O’Neal, R. White, & D. Hurst (Eds.), Building Strategically Responsive Organization, New York: John Wiley & Sons.
Bennis, W. G., & O’Toole, J.. 2005. How business schools lost their way. Harvard Business Review, May: 96-104
Cheit, E. F. 1985. Business schools and their critics. California Management Review, 27 (3): 43-62.
Corey, E. R. 1976. The use of cases in management education. Harvard Business Review Case #9-376-240. Boston, MA: Harvard Business School Press.
Cummings, L. L. 1990. Management education drifts into the 21st century. Academy of
Management Executive, 4 (3): 66-67.
Harrigan, K. R. 1990. Professionalism in management education: Is the emperor naked in the 1990s. Academy of Management Review, 15 (4): 696-698.
La Force, J. C., & Novelli, R. J. 1985. Reconciling management research and practice. California Management Review, 27 (3): 64-81.
Leenders, M. R., & Erskine, J. A. 1978. Case Research: The Case Writing Progress, 2nd edition.
London, Canada: School of Business Administration, The University of Western Ontario. Macfarlane, B., & Lomas, L. Competence-based management education and the needs of the
(21)
Referensi
Referensi
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Miles, R. E. 1985. The future of business education. California Management Review, 27 (3): 63-73. Mintzberg, H. 2004. Managers, Not MBAs. San Francisco, CA: Berrett-Koehler Publishers, Inc. Mintzberg, H., & Gosling, J. 2002. Educating managers beyond borders. Academy of Management
Learning and Education, 1 (1): 64-76.
Pfeffer, J., & Fong, C. T. 2002. The end of business schools? Less success than meets the eye. Academy of Management Learning and Education, 1 (1):78-95.
Porter, L. W. 1997. A decade of change in the business school: From complacency to tomorrow. Selection, The Magazine of the Graduate Management Admission Council, Winter: 1-8.
Smith, P. 2000. Introducing competence-based management development: A case study of a university-hospital partnership. Journal of Workplace Learning, 12 (6): 245-251. Vinten, G. 2000. The business school in the new millennium. The International Journal of
Educational Management, 14 (4): 180-191.
(1)
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Evaluasi dan Kritik Artikel
• Mahasiswa diminta untuk memilih artikel dan jurnal yang berorientasi praktik dan/atau akademik. Mereka ditugaskan tidak hanya untuk meringkas artikel, tetapi membahas
pembelajaran (lessons) yang diperoleh dan mereview secara kritis konsep dan/atau metoda penelitian yang digunakan.
• Mehasiswa dikembangkan sebagai pembelajar mandiri,
dengan kemampuan untuk mengumpulkan informasi secara selektif, mengevaluasi secara kritis, dan menilai validitas dan kegunaan suatu teori atau konsep, atau menciptakan dan mengembangkan pengetahuan berdasar penelitian.
(2)
17
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Proyek Riset
Unobtrusive
• Mahasiwa ditugaskan untuk memilih lokasi di kampus,
mall, perusahaan atau di tempat umum lain. Mereka diminta untuk melakukan studi unobtrusive pada lokasi tersebut
dengan mengobservasi fenomena dan perilaku tertentu pada periode waktu tertentu.
• Mahasiswa belajar berbagi perilaku secara langsung,
membuat laporan, dan kemudian membahasnya di kelas. Mahasiswa akan heran begitu banyak perilaku yang
“menarik” dan penting, serta implikasinya, yang dapat dipelajari. Proyek riset ini sering diterapkan untuk
mendapatkan pengalaman dalam penerapan “management by walking around”
(3)
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Penggunaan Mikrokomputer
Mikrokomputer dapat digunakan secara efektif untuk
mencapai berbagai sasaran kognitif pendidikan,
seperti diagnosis, pengambilan keputusan, asimilasi,
dan aplikasi konsep
Pengetahuan yang menjadi dasar sistem pembelajaran
komputer harus divalidasi
Mikrokomputer adalah
learning tools
, bukan
learning
replacements
(4)
19
Contoh Metode Pembelajaran Non-Tradisional Lain:
Penggunaan Masalah Manajerial dalam Kelas
Secara regular, dosen dapat menugaskan mahasiwa untuk
mengumpulkan berbagai masalah dan concerns manajerial dari para manajer (wilayah) lokal (managerial problem survey). Hasil survei kemudian digunakan sebagi bahan diskusi. Metoda ini tidak hanya memberikan konsep dan
aplikasi, tetapi juga pengembangan proses discovery, inquiry,
dan eksperimentasi.
Variasi penggunaannya dapat sebagai:
• Pendekatan untuk mentransfer konsep, dengan fokus pembahasan pada relevansinya untuk memecahkan masalah manajerial
• Penugasan kelompok untuk menganalisis dan menyajikan rekomendasi terhadap masalah manajerial nyata
• Kegiatan ice-breaking
• Exercise pengambilan keputusan kelompok
• Materi pembelajaran langsung dari para manajer (yang diwawancara) • Bahan ujian
(5)
Referensi
Referensi
Bain, G., McArthur, J., Spence, M., & Mintzberg, H. 1994. The greening of business schools. Dalam H. Thomas, D. O’Neal, R. White, & D. Hurst (Eds.), Building Strategically Responsive Organization, New York: John Wiley & Sons.
Bennis, W. G., & O’Toole, J.. 2005. How business schools lost their way. Harvard Business Review, May: 96-104
Cheit, E. F. 1985. Business schools and their critics. California Management Review, 27 (3): 43-62.
Corey, E. R. 1976. The use of cases in management education. Harvard Business Review Case #9-376-240. Boston, MA: Harvard Business School Press.
Cummings, L. L. 1990. Management education drifts into the 21st century. Academy of Management Executive, 4 (3): 66-67.
Harrigan, K. R. 1990. Professionalism in management education: Is the emperor naked in the 1990s. Academy of Management Review, 15 (4): 696-698.
La Force, J. C., & Novelli, R. J. 1985. Reconciling management research and practice.
California Management Review, 27 (3): 64-81.
Leenders, M. R., & Erskine, J. A. 1978. Case Research: The Case Writing Progress, 2nd edition.
London, Canada: School of Business Administration, The University of Western Ontario. Macfarlane, B., & Lomas, L. Competence-based management education and the needs of the
(6)
21
Referensi
Referensi
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Miles, R. E. 1985. The future of business education. California Management Review, 27 (3): 63-73. Mintzberg, H. 2004. Managers, Not MBAs. San Francisco, CA: Berrett-Koehler Publishers, Inc.
Mintzberg, H., & Gosling, J. 2002. Educating managers beyond borders. Academy of Management Learning and Education, 1 (1): 64-76.
Pfeffer, J., & Fong, C. T. 2002. The end of business schools? Less success than meets the
eye. Academy of Management Learning and Education, 1 (1):78-95.
Porter, L. W. 1997. A decade of change in the business school: From complacency to
tomorrow. Selection, The Magazine of the Graduate Management Admission
Council, Winter: 1-8.
Smith, P. 2000. Introducing competence-based management development: A case study
of a university-hospital partnership. Journal of Workplace Learning, 12 (6): 245-251.
Vinten, G. 2000. The business school in the new millennium. The International Journal of
Educational Management, 14 (4): 180-191.