MODEL LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS I

LATAR BELAKANG
Dewasa ini, anak berkebutuhan khusus (ABK)

telah banyak mendapat perhatian oleh
masyarakat. Hal ini terbukti dari semakin
banyaknya pihak-pihak yang terlibat aktif
dalam penanganan mereka.
Karena setiap anak pun memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, maka diharuskan pula
bagi guru kelas untuk mengetahui bagaimana
bentuk pelayanan yang sesuai dengan
kemampuannya.



Pendidikan inklusi adalah sistim layanan
pendidikan khusus yang mensyaratkan agar
semua anak berkebutuhan khusus dilayani
di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasda
bersama-sama teman seusianya.


Faktor yang mempengaruhi
pengimplementasian
pendidikan inklusi
diantaranya:









kebijakan-hukum dan undang-undang.
sikap, pengalaman, pengetahuan.
kurikulum lokal, regional, dan nasional.
perubahan pendidikan yang potensial,
pendidikan inklusi harus didukung di
lapangan.
kerjasama lintas sektoral.

adaptasi lingkungan.
penciptaan lapangan kerja.

Samuel A. Kirk (1986) membuat gradasi
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus dari model segresi ke model
mainstreaming seperti di bawah ini :

Menurut Hallahan dan Kauffman (1991)
bentuk penyelenggaraan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus ada
berbagai pilihan yaitu:
1.
2.
3.
4.

5.
6.


7.
8.
9.

Reguler Class Only (kelas biasa dengan guru biasa)
Reguler Class With Consultations (kelas biasa dengan
konsultan guru PLB)
Itinerant Teacher (kelas biasa dengan guru kunjung)
Resource Teacher ( Guru sumber, yaitu kelas biasa dengan
guru biasa, namun dalam beberapa kesempatan anakberada
did ruang sumber dengan guru sumber)
Pusat Diagnnostik-Prescription
Hospital or Homebound instruction ( pendidikan di rumah
atau di rumah sakit, yakni kondisi anak yang belum
memungkinkan masuk ke sekolah biasa)
Self-contained Class (kelas khusus di sekolah biasa bersama
guru PLB)
Special Day School (sekolah luar biasa tanpa asrama)
Residential School (sekolah luar biasa berasrama)


Bentuk-Bentuk Layanan
Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus
1.

2.

Bentuk Layanan Pendidikan
Segregasi
Bentuk Layanan Pendidikan
Terpadu / Integrasi




Sistem pendidikan yang terpisah dari
sistem pendidikan anak normal.
Penyelenggaraan pendidikan yang
dilaksanakan secara khusus dan
terpisah dari penyelenggaraan 

pendidikan untuk anak normal.

ADA 4 BENTUK PELAYANAN 
PENDIDIKAN DENGAN SISTEM 
SEGREGASI YAITU:
a.
b.
c.
d.

Sekolah Luar Biasa (SLB).
Sekolah Luar Biasa Berasrama.
Kelas Jauh / Kelas Kunjung.
Sekolah Dasar Luar Biasa.

Sekolah Luar Biasa (SLB)
• Penyelenggaraan sekolah mulai dari tingkat
persiapan sampai dengan tingkat lanjutan
diselenggarakan dalam satu unit sekolah dengan
satu kepala sekolah.

• SLB tuna netra (SLB-A), SLB untuk tuna rungu
(SLB-B), SLB untuk tuna grahita (SLB-C), SLB
untuk tuna daksa (SLB-D), dan SLB untuk tuna
laras (SLB-E).
• Selain ada SLB yang hanya mendidik satu
kelainan saja, ada pula yang mendidik lebih dari
satu kelainan, sehingga muncul SLB-BC yaitu SLB
untuk Anak tuna rungu dan tuna grahita. SLBABCD, yaitu SLB untuk anak tuna netra, tuna
rungu, tuna grahita, dan tuna daksa.

SEKOLAH LUAR BIASA 
BERASRAMA
Bentuk sekolah luar biasa yang dilengkapi 
dengan fasilitas asrama.
 Bentuk satuan pendidikannya pun juga sama 
dengan bentuk SLB.
 Terdapat kesinambungan program pembelajaran 
yang ada di sekolah dengan di asrama, sehingga 
asrama merupakan empat pembinaan setelah 
anak di sekolah.

 Pilihan sekolah yang sesuai bagi peserta didik 
yang berasal dari luar daerah, karena mereka 
terbatas fasilitas antar jemput.


Kelas Jauh / Kelas
Kunjung




Lembaga yang disediakan untuk
memberi layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus yang tinggal jauh
dari SLB atau SDLB.
Tenaga guru yang bertugas di kelas
tersebut berasal dari guru SLB-SLB di
dekatnya. Mereka berfungsi sebagai
guru kunjung (itenerant teacher).


Sekolah Dasar Luar Biasa
• Unit sekolah yang terdiri dari berbagai
kelainan yang dididik dalam satu atap.
• Kurikulum yang digunakan di SDLB adalah
kurikululum yang digunakan di SLB untuk
tingkat dasar yang disesuaikan dengan
kekhususannya.
• Lama pendidikan di SDLB sama dengan
lama pendidikan di SLB konvensional
uuntuk tingkat dasar, yaitu anak tuna
netra, tuna grahita, dan tuna daksa selama
6 tahun, dan anak tuna rungu 8 tahun.

1)
2)
3)


Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) dengan
lama pendidikan minimal 6 tahun.

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar
Biasa (SLTPLB) minimal 3 tahun.
Sekolah Menengah Luar Biasa (SMALB)
minimal 3 tahun.
Selain itu, pasal 6 PP No.72 Tahun 1991
juga dimungkinkan penyelenggaraaan
Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB)
dengan lama pendidikan satu sampai
tiga tahun.

Bentuk Layanan Pendidikan
Terpadu / Integrasi
 Sistem pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada anak berkebutuhan
khusus untuk belajar bersama-sama dengan
anak normal belajar dalam satu atap.
 Pada sistem keterpaduan secara penuh dan
sebagian, jumlah anak berkebutuhan khusus
dalam satu kelas maksimal 10% dari jumlah

siswa keseluruhan.
 Untuk membantu kesulitan yang dialami
oleh anak berkenutuhan khusus, di sekolah
terpadu disediakan Guru Pembimbing
Khusus (GPK).

Bentuk Keterpaduan Dalam
Layanan Pendidikan Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus, Yaitu :
a.Bentuk

Kelas Biasa
b.Kelas Biasa dengan Ruang
Bimbingan Khusus
c.Bentuk Kelas Khusus








Anak berkebutuhan khusus belajar di
kelas biasa secara penuh dengan
menggunakan kurikulum biasa.
Pendekatan, metode, cara penilaian
yang digunakan pada kelas biasa ini 
tidak berbeda dengan yang
digunakan dalam seolah umum.
Untuk beberapa mata pelajaran yang
disesuaikan dengan ketunaan anak.

Kelas Biasa dengan
Ruang Bimbingan
Khusus
Anak berkebutuhan khusus, belajar di kelas

biasa dengan menggunakan kurikulum biasa
serta mengikuti pelayanan khusus untuk mata
pelajaran tertentu yang tidak dapat diikuti oleh
anak berkebutuhan khusus bersama dengan
anak normal.
Pelayanan khusus tersebut diberikan di ruang
bimbingan khusus oleh guru pembimbing
khusus (GPK) dengan menggunakan
pendekatan individu dan metode peragaan
yang sesuai.

Bentuk Kelas Khusus
• Anak berkebutuhan khusus mengikuti
pendidikan sama dengan kurikulum di SLB
secara penuh di kelas khusus pada sekolah
umum yang melaksanakan program
pendidikan tepadu.
• Guru pembimbing khusus berfungsi
sebagai pelaksana program di kelas khusus
• Keterpaduan pada tingkat ini hanya
bersifat fisik dan sosial.

KESIMPULAN
Sekolah penyelenggara program inklusi

adalah sekolah umum yang telah memenuhi
persyaratan.
Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan
dididik bersama-sama anak lainnya (normal)
untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya.