Pola Sosialisasi Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Deskriptif: di Panti Asuhan Karya Murni Jl. Karya Wisata Kecamatan Medan Johor)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Pola Sosialisasi Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus

(Studi Deskriptif: di Panti Asuhan Karya Murni Jl. Karya Wisata Kecamatan Medan Johor)

SKRIPSI Diajukan Oleh:

090901012 Siska Hutabarat

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Siska Hutabarat NIM : 090901012

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Sosiologi

Judul : Pola Sosialisasi Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus : di Panti Asuhan Karya Murni Jl. Karya Wisata Kecamatan Medan Johor)

Medan,

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Linda Elida M,Si

196702071991032001 196603181989032001 Dra.Lina Sudarwati M,Si

196805251992031002 Prof, Dr. Baddaruddin, M.Si.


(3)

Anak adalah calon generasi muda bangsa yang sangat berharga nantinya akan berperan dalam perkembangan pembangunan masa mendatang. Agar pembangunan nasional dapat berjalan lancar maka harus dipersiapkan para generasi muda yang berpotensi, karena itu pendidikan, pelatihan dan pembinaan untuk anak harus dilakuakn secara maksimal. Akan tetapi tidak semua anak dapat berada dalam lingkungan keluarga ataupun didik disekolah umum. Hal inilah yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus. Dalam teoeri fungsionalisme stuktural, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari atas bagian atau elemen yang saling berkaitan, dan saling menyatu dalam keseimbangan. Demikian pula institusi yang terdapat dimasyarakat, karena masyarakat dilihat pada kondidsi dinamika dalam keseimbangan. Masyarakat senatiasa berada dalam keadaan berubah-ubah secara berangsunr-angsur. Perubahan yang terjdai pada suatu bagian, juga akan membawa perubahan terhadap bagian lainnya. Yayasan Karya Murni sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan dengan Moto VENERATE VITAM berupaya memegang teguh prinsip, bahwa hidup mesti dihormati, tanpa memandang asal usul atau keadaan fisik secara lahiriah. Yayasan Karya Murni mengelola lima unit pelayanan, salah satunya adalah Panti Asuhan Karya Murni yang berada di jln. Karya wisata, Kecamatan Medan Johor yang menampung anak tunanetra untuk terwujudnya keyakinan diri para tunanetra akan kemandirian dan harkat manusia yang sama dengan sesamanya ditengah masyarakat melalui pemberdayaan berlandaskan ajaran dan moral katolik seperti visi panti asuhan tersebut.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkas, berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. Sample penelitian ini adalah seluruh orang yang berada di panti asuhan dan alumni dari panti asuhan sebanyak 35 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola sosialisasi kemandirian anak berkebutuhan khusus yang terjadi di Panti Asuhan Karya Murni dapat membuat anak tunanetra mandiri. Hal ini dapat dilihat dari peran orang yang bekerja dipanti asuhan dan program pendidikan formal dan non formal yang diberikan panti asuhan dan pola asuh yang demokratis yang diberikan panti asuhan kepada anak tunanetra serta bentuk kemandirian anak tunanetra selama mereka berada dan setelah keluar dari panti asuhan seperti: Bidang keterampilan dan pelatihan anak tunanetra yang ada di panti asuhan, mereka juga banyak yang telah mereka kuasai seperti Musik (piano, organ, suling, gitar, band, keybord), Olah Vokal (solo, duet, vocal group dan paduan suara), masage/panti pijat, computer: mengetik braille dan belajar internet.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia dan anugerah-Nya yang memberikan kesehatan dan yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti setiap proses yang Tuhan izinkan dalam penyelesaian penulisan skripsi yang berjudul “Pola Sosialisasi Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Deskriptif : di Panti Asuhan Yayasan Karya Murni Jl. Karya Wisata Medan Johor)”. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan memperoleh gelar sarjana (S-1) dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi sebagai tugas akhir dapat diselesaikan berkat bantuan orang-orang terkasih. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga pertama sekali buat kedua orang tua penulis yang tercinta yakni Ayahanda J. Hutabarat dan Ibunda R. Marbun. Terimaksih berkat doa yang tak pernah putus dan motivasi yang selalu diberikan dan nasehat yang akan selalu penulis ingat “Yesus selalu ada untukmu, lakukan yang menjadi bagianmu selebihnya biar Yesus yang kerjakan”. Ucapan terimakasih juga penulis ucapakan buat kakak dan adik terkasih untuk Kakak Mariyanti, Franciskus, dan Maya. Terimaksih untuk doa yang selalu terucap dan motivasinya.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini peneliti tidak hanya mengandalkan kemampuan diri sendiri. Begitu banyak pihak yang memberi kontribusi, baik berupasaran, komentar, motivasi dan bantuan dari beberapa pihak. Dalam kesempatan yang berbahagia ini peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada :


(5)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati,M.Si, selaku ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. T. Ilham Saladin selaku sekertaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si selaku Dosen pembimbing peneliti yang selalu meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukan beliau serta sabar dalam membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.

5. Ibu Dra. Ria Manurung,M.Si. selaku penguji proposal dan penguji pada saat ujian meja hijau peneliti yang telah memberikan masukan-masukan dan nasehat serta pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Rosmiani, MA Pembantu Keuangan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si, selaku dosen wali penulis yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama masa perkuliahan.

8. Kakak Fenni Khairifa, M.Si selaku Staf Administrasi di Departemen Sosiologi dan kakak Nurbaiti selaku Pegawai Pendidikan di Departemen Sosiologi. Terima kasih buat bantuannya selama ini.

9. Kepada seluruh Dosen Sosiologi dan Staff Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai materi kuliah selama peneliti menjalani perkuliahan.


(6)

10.Kepada Tulang B. Marbun dan Nantulang R. Simamora tercinta. Terimaksih untuk dukungan doa dan materil sampai penulis dapat menyelasaikan kuliah.

11.Kepada Bapatua O. Purba dan Maktua R. Marbun tercinta sebagai orang tua kedua dalam hidupku. Terimakasih untuk dukungan doanya dan motivasinya selama ini.

12.Terimakasih untuk pelayanan UKM KMK UP PEMA FISIP sebagai salah satu wadah yang mengisi dan membangun pertumbuhan rohaniku dan untuk Tim Pengurus Pelayanan tahun 2011 dan 2012 terimaksih untuk kebersamaan yang pernah kita lewati selama menjadi pengurus.

13.Terima kasih untuk teman Kelompok Tumbuh Bersama (Yizreel) untuk kebersamaanya dalam melewati suka dan duka : Kakak Hanna, Elisabeth, Lely, Serdita, Rani dan Willer untuk dukunagan doanya, motivasi, nasehat dan setiap pergesekan karakter yang terjadi yang membuatku semakin dewasa dan menjadi lebih baik lagi. Kalian anugerah Terindah yang Tuhan Yesus berikan selama saya kuliah.

14.Terima kasih untuk adik-adik Kelompok Kecil (El Roy) Sawitri, Elisabeth, Katrina dan Henny untuk doa dan motivasinya.

15.Untuk kakak Sugi Astuti, abang Prabu Tamba, abang Robby, Nonni, Bertha, Elisabeth Sitohang, dan sepupu Franky Febrianto atas masukan dan nasehat yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

16.Untuk sahabat tersayang Lusiana, Romine, Murni, Delima, Natal, Pulo, dan Jepri terimakasih untuk motivasinya.


(7)

17.Untuk Teman–teman seperjuangan 2009, Angel, Nela, Lilis, Melita, Sauma,May Hermawani, Winda Karo, Dian, Onka, Widya, Dina, Ledy, Monic, Lidya, Cory, Wisnu, Yohan Reza, Riski, Risman, Imanuel, Palty, Arfy, Michael, Nasrulah dan untuk teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.Terimakasih untuk kebersamaan kita selama perkuliahan.

18.Untuk kakak dan abang (kakak Vanny, kakak Fany, abang Benny, abang Sahabat, abang Chandra Silaban, abang Ronald, abang Erick, abang Daniel Rambe, abang Can Pardosi, abang Hisar, abang Hadi dan abang Dede). Terimakasih untuk canda tawa dan motivasinya.

19.Kepada Sr.Agatha, Sr.Felisiana, Sr.Leony, Sr.Monic, kakak Sondang, abang Bemhot, abang Simon, kakak Binaria dan seluruh responden dan Pengurus Panti Asuhan Karya Murni. Teriamakasih atas bantuannya kepada penulis dalam memberikan Informasi.

Medan, Penulis,


(8)

DAFTAR ISI Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Abstrak ... Kata Pengantar ... i Daftar Isi... v Daftar Tabel ... vii BAB I PENDAHULUAN

1.1 ... Lat

ar Belakang Masalah ... 1 1.2 ... Per

umusan Masalah ... 10 1.3 ... Tu

juan Penelitian ... 11 1.4 ... Ma

nfaat Penelitian ... 11 1.5 ... De

fenisi Konsep ... 12 1.6 ... De

fenisi Operasional Variabel ... 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ... Fu ngsionalisme Struktural ... 15 2.2 ... Le

mbaga Sosial ... 18 2.3 ... So

sialisasi ... 23 2.4 ... An

ak Tunanetra ... 28 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 ... Jen is Penelitian ... 30


(9)

3.2 ... Lo kasi Penelitian ... 30 3.3 ... Po

pulasi dan Sampel ... 31 3.4 ... Te

knik Pengumpulan Data ... 32 3.4.1 ... Da

ta Primer ... 32 3.4.2 ... Da

ta Sekunder ... 33 3.5 ... Ins

trumen Pengumpulan Data ... 34 3.6 ... Te

knik Analisis Data ... 35 3.6.1 ... An

alisis Tabel Tunggal ... 35 3.6.2 ... An

alisis Tabel Silang ... 35 3.7 ... Jad

wal Penelitian ... 36 3.8 ... Ke

terbatasan Penelitian... 37

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

4.1 ... De

skripsi Lokasi Penelitian ... 38 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kecamatan Medan Johor ... 38 4.1.2 Letak dan Batas Wilayah PantiAsuhan Karya Murni ... 39 4.2 ... Sej

arah Berdirinya Yayasan Karya Murni ... 39 4.2.1 ... M

otto, Visi dan Misi Yayasan Karya Murni ... 41 4.2.2 ... M

otto, Visi dan Misi Panti Asuhan Yayasan Karya Murni ... 45 4.2.3 ... Str

uktur Panti Asuhan Karya Murni ... 47 4.2.4 ... Pe

mbagian Tugas (Job Description) ... 49 4.2.5 ... Su

mber Dana ... 50 4.2.6 ... Pr


(10)

4.2.7 ... Pe ngurus Yayasan Karya Murni ... 51 4.2.8 ... Sar

ana dan Failitas di Panti Asuhan Yayasan Karya Murni ... 52 4.2.9 ... Ke

adaanAnakTunanetra ... 53 4.2.10 ... Pr

ogram Pengasuhan Pada Anak Tunanetra ... 53 4.2.11 ... Fu

ngsi Orientasi Dan Mobilitas Bagi Anak Tunanetra... 55 4.3 ... Pe

nyajian Data ... 56 4.3.1 ... An

alisi Tabel Tunggal ... 56 4.3.1.1 ... Ka

rakteristik Responden... 57 4.3.1.2 ... Pr

ogram-Program Yang Dilaksanakan Panti Asuhan ... 60 4.3.1.3 ... Ga

mbaran Kemandirian Anak Tunanetra Ketika Berada Dipanti Asuhan Dan Setelah Keluar Dari

Panti Asuhan ... 74 4.3.2 Analisa Table Silang ... 83 4.4 ... An

alisis Data ... 86 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 90 5.2 Saran ... 93 DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

Bagan 1 Struktur Panti Asuhan...48

Tabel 1 Sarana Dan Prasarana Yang Ada Di Panti Asuhan... ...52

Tabel 2 Keadaan Anak Tunanetra...53

Tabel 3 Kegiatan setiap hari anak tunanetra ... 54

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...57

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... ...58

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ...58

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama...59

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan...60

Tabel 4.6 Jawaban Responden Berdasarkan Sarana Dan Prasarana Yang DisediakanPantiAsuhan ...61

Tabel 4.7 Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan Ketrampilan Yang Diberikan Panti Asuhan Kepada Anak Tunanetra... ...62

Tabel 4.8 Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan Pengetahuan Yang Diberikan Panti Asuhan Kepada Anak Tunanetra...64

Tabel 4.9 Jawaban Responden Berdasarkan Program Pelatihan Anak Tunanetra Dalam Pendidikan Formal...65

Tabel 4.10 Jawaban Responden Berdasarkan Program Pelatihan Anak Tunanetra Dalam Pendidikan Non Formal...66

Tabel 4.11 Jawaban Responden Berdasarkan Program Pelayanan Sosial Yang Diberikan Panti Asuhan Kepada Anak Tunanetra...68 Tabel 4.12 Jawaban Responden Berdasarkan Memberikan


(12)

Motivasi Dalam Belajar...69 Tabel 4.13 Jawaban Responden Berdasarkan Kegiatan Yang

Wajib Diikuti...70 Tabel 4.14 Jawaban Responden Berdasarkan Pendidikan

Dan Pelatihan Disesuiakan Dengan Kemampuan

Anak Tunanetra...71 Tabel 4.15 Jawaban Responden Berdasarkan Program Pelatihan

Massage Yang Diberikan Panti Asuhan ...72 Tabel 4.16 Jawaban Responden Berdasarkan Hambatan

Yang Dihadapi Dalam Melaksanakan Pendidikan

Dan Pelatihan Di PantiAsuhan...73 Tabel 4.17 Jawaban Responden Berdasarkan Kemampuan

Anak Tunanetra Dalam Pekerjaan Sehari-Hari...75 Tabel 4.18 Jawaban Responden Berdasarkan Kemampuan

Anak Tunanetra Berjalan Sendiri...76 Tabel 4.19 Jawaban Responden Berdasarkan Kemampuan

Anak Tunanetra Berkomunikasi Sesama Tunanetra...78 Tabel 4.20 Jawaban Responden Berdasarkan Kemampuan

Anak Tunanetra Berkomunikasi Dengan Orang Awas...79 Tabel 4.21 Jawaban Responden Berdasarkan Prestasi Yang Diraih...80 Tabel 4.22 Jawaban Responden Berdasarkan Perkembangan

Anak Tunanetra...81 Tabel 4.23 Jawaban Responden Berdasarkan Kemampuan

Anak Tunanetra Setelah Keluar Dari Panti Asuhan...82 Tabel 4.24 Jawaban Responden Berdasarkan Hubungan Sarana


(13)

Tabel 4.25 Jawaban Responden Berdasarkan Hubungan Pendidikan Keterampilan Dan Pengetahuan Yang Dilaksanakan Panti Asuhan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Anak Tunanetra...84 Tabel4.26 Jawaban Responden Berdasarkan Hubungan Pendidikan

Formal Yang Dilaksanakan Panti Asuhan Dalam

Kemandirian Anak Tunanetra...85 Tabel 4.27 Jawaban Responden Berdasarkan Hubungan Pendidikan

Non Formal Yang Dilaksanakan Panti Asuhan Dalam Kemandirian Anak...86


(14)

Anak adalah calon generasi muda bangsa yang sangat berharga nantinya akan berperan dalam perkembangan pembangunan masa mendatang. Agar pembangunan nasional dapat berjalan lancar maka harus dipersiapkan para generasi muda yang berpotensi, karena itu pendidikan, pelatihan dan pembinaan untuk anak harus dilakuakn secara maksimal. Akan tetapi tidak semua anak dapat berada dalam lingkungan keluarga ataupun didik disekolah umum. Hal inilah yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus. Dalam teoeri fungsionalisme stuktural, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari atas bagian atau elemen yang saling berkaitan, dan saling menyatu dalam keseimbangan. Demikian pula institusi yang terdapat dimasyarakat, karena masyarakat dilihat pada kondidsi dinamika dalam keseimbangan. Masyarakat senatiasa berada dalam keadaan berubah-ubah secara berangsunr-angsur. Perubahan yang terjdai pada suatu bagian, juga akan membawa perubahan terhadap bagian lainnya. Yayasan Karya Murni sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan dengan Moto VENERATE VITAM berupaya memegang teguh prinsip, bahwa hidup mesti dihormati, tanpa memandang asal usul atau keadaan fisik secara lahiriah. Yayasan Karya Murni mengelola lima unit pelayanan, salah satunya adalah Panti Asuhan Karya Murni yang berada di jln. Karya wisata, Kecamatan Medan Johor yang menampung anak tunanetra untuk terwujudnya keyakinan diri para tunanetra akan kemandirian dan harkat manusia yang sama dengan sesamanya ditengah masyarakat melalui pemberdayaan berlandaskan ajaran dan moral katolik seperti visi panti asuhan tersebut.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkas, berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. Sample penelitian ini adalah seluruh orang yang berada di panti asuhan dan alumni dari panti asuhan sebanyak 35 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola sosialisasi kemandirian anak berkebutuhan khusus yang terjadi di Panti Asuhan Karya Murni dapat membuat anak tunanetra mandiri. Hal ini dapat dilihat dari peran orang yang bekerja dipanti asuhan dan program pendidikan formal dan non formal yang diberikan panti asuhan dan pola asuh yang demokratis yang diberikan panti asuhan kepada anak tunanetra serta bentuk kemandirian anak tunanetra selama mereka berada dan setelah keluar dari panti asuhan seperti: Bidang keterampilan dan pelatihan anak tunanetra yang ada di panti asuhan, mereka juga banyak yang telah mereka kuasai seperti Musik (piano, organ, suling, gitar, band, keybord), Olah Vokal (solo, duet, vocal group dan paduan suara), masage/panti pijat, computer: mengetik braille dan belajar internet.


(15)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Anak adalah calon generasi muda bangsa yang sangat berharga nantinya akan berperan dalam perkembangan pembangunan masa mendatang. Agar pembangunan nasional dapat berjalan lancar maka harus dipersiapkan para generasi muda yang berpotensi, karena itu pendidikan, pelatihan dan pembinaan untuk anak harus dilakuakn secara maksimal. Akan tetapi tidak semua anak dapat berada dalam lingkungan keluarga ataupun didik disekolah umum. Hal inilah yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus.

Diperkirakan antara 3–7 persen atau sekitar 5,5–10,5 juta anak usia di bawah 18 tahun menyandang ketunaan atau masuk kategori anak berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus adalah klasifikasi untuk anak dan remaja secara fisik, psikologis dan atau sosial mengalami masalah serius dan menetap. Anak berkebutuhan khusus ini dapat diartikan mempunyai kekhususan dari segi kebutuhan layanan kesehatan, kebutuhan pendidikan khusus, pendidikan layanan khusus, pendidikan inklusi, dan kebutuhan akan kesejahteraan sosial dan bantuan sosial. Selama dua dekade terakhir istilah anak cacat telah digantikan dengan istilah anak berkebutuhan khusus 2012 pukul 09.21)


(16)

Anak berkebutuhan khusus atau yang pada masa lampau disebut anak cacat memiliki karakteristik khusus dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Tipe anak berkebutuhan khusus bermacam-macam dengan penyebutan yang sesuai dengan bagian diri anak yang mengalami hambatan baik telah ada sejak lahir maupun karena kegagalan atau kecelakaan pada masa tumbuh-kembangnya.

Menurut Kauffman & Hallahan dalam (Bendi Delphie 2006) tipe-tipe kebutuhan khusus yang selama ini menyita perhatian orangtua dan guru adalah sebagai berikut :

1. Tunagrahita (mental retardation) atau anak dengan hambatan perkembangan (child with development impairment),

2. Kesulitan Belajar (learning disabilities) atau anak yang berprestasi rendah, 3. Hiperaktif (Attention Deficit Disorder with Hyperactive ),

4. Tunalaras (Emotional and behavioral disorder),

5. Tunarungu wicara (communication disorder and deafness),

6. Tunanetra atau anak dengan hambatan penglihatan (Partially seing and legally blind)

7. Autistik,

8. Tunadaksa (physical handicapped),

9. Anak berbakat (giftedness and special talents).

Anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan, dan juga anak lantib dan berbakat (Mulyono,


(17)

2006:26). Dalam perkembangannya, saat ini konsep ketunaan berubah menjadi berkelainan (exception) atau luar biasa. Ketunaan berbeda dengan konsep berkelainan. Konsep ketunaan hanya berkenaan dengan kecacatan sedangkan konsep berkelainan atau luar bisa mencakup anak yang menyandang ketunaan maupun yang dikaruniai keunggulan.

Karakteristik anak berkebutuhan khusus dan hambatan yang mereka alami seringkali menyulitkan mereka mengakses layanan publik, seperti fasilitas di tempat umum yang tidak aksesibel bagi mereka, hingga layanan tumbuh-kembang dan pendidikan yang relatif membutuhkan usaha dan biaya ekstra. Perbedaan karakteristik dan kebutuhan mereka dibanding anak-anak pada umumnya membutuhkan bentuk penanganan dan layanan khusus yang sesuai dengan kondisi mereka. Kondisi mereka yang berbeda bukan menjadi alasan untuk menghindari atau membuang mereka, melainkan justru membuahkan kesadaran untuk menghargai keragaman individu dan memberi perhatian dan layanan seideal yang seharusnya mereka terima.

Sosialisasi adalah sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Dalam sosialisasi ini diperlukan adanya agen sosialisasi yaitu pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada agen sosialisasi yang utama yaitu: keluarga, kelompok bermain, media masa dan lembaga pendidikan sekolah. Dalam hal ini anak yang berada dalam suatu keluarga agar mendapatkan sosialisasi dan pembentukan kepribadian diperlukan bimbingan orangtua kepada anak


(18)

dalam sosialisasi primer untuk membentuk kepribadian anak sesuai dengan yang diharapkan orangtua oleh karena itu tanpa adanya pengecualian terhadap kondisi fisik yang diderita oleh seorang anak sosialisasi yang mereka dapatkan juga harus sama seperti anak yang normal lainnya. Oleh karena itu, meskipun sosialisasi sangat kuat dan sangat berpengaruh, namun memiliki suatu self (diri), yang ditegakkan di masa-masa kanak-kanak dan secara terus-menerus dimodifikasi oleh pengalaman berikutnya. Self bersifat dinamis. (James, 2006:85). Sikap timbul karena stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya : keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam membentuk sikap anaknya. Sebab keluargalah bagi anak merupakan pengaruh yang paling dominan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ia dapat berkembang apabila mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar.

Dalam hal ini orangtua adalah orang yang pertama bertanggungjawab atas terwujudnya kemandirian anak akan tetapi tidak semua orangtua dapat menjalankan peranannya di dalam keluarga. Oleh sebab itu, maka ditempuh jalan dengan memasukkan anak berkebutuhan khusus tersebut ke panti asuhan, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang yang nantinya mereka dapat menjadi mandiri. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa panti asuhan berfungsi dalam membantu, merawat dan membina anak-anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, dengan adanya anak berkebutuhan khusus menyebabkan orangtua lebih menyerahkannya kepada yayasan atau lembaga yang bisa menangani anak berkebutuhan khusus atau mensosialisasikannya.


(19)

Perkembangan pendidikan anak berkebutuhan khusus di indonesia dapat dilihat bahwa dewasa ini peran lembaga pendidikan sangat menunjang tumbuh kembang dalam berolah sistem maupun cara bergaul dengan orang lain. Selain itu lembaga pendidikan tidak hanya sebagai wahana untuk sistem bekal ilmu pengetahuan, namun juga sebagai lembaga yang dapat memberi skill atau bekal untuk hidup yang nanti diharapkan dapat bermanfaat didalam masyarakat. Sementara itu, lembaga pendidikan tidak hanya di tunjukkan kepada anak yang memiliki kelengkapan fisik, tetapi juga kepada anak yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga perlu di bantu dan di kasihani untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu di sediakan berbagai bentuk layanan pendidikan atau sekolah bagi mereka. Pada dasarnya pendidikan untuk berkebutuhan khusus sama dengan pendidikan anak- anak pada umumnya. Disamping itu pendidikan luar biasa, tidak hanya bagi anak–anak yang berkebutuhan khusus, tetapi juga di tujukan kepada anak-anak normal yang lainnya. Beberapa sekolah telah dibuka bagi anak kebutuhan khusus, sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa menjadi salah satu keunggulan yang ditawarkan sekolah–sekolah.

Selama itu anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan (anak berkebutuhan khusus) disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Secara tidak disadari sistem pendidikan SLB telah membangun tembok eksklusifisme bagi anak berkebutuhan khusus. Tembok eksklusifisme tersebut selama ini tidak disadari telah menghambat proses saling mengenal antara anak berkebutuhan khusus dengan anak


(20)

non-berkebutuhan khusus. Akibatnya dalam interaksi sosial di masyarakat kelompok anak berkebutuhan khusus menjadi komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat. Masyarakat menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok anak berkebutuhan khusus. Sementara kelompok anak berkebutuhan khusus sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral dari kehidupan masyarakat di

sekitarnya.

pukul 09.01 WIB)

Banyak lembaga yang menampung anak-anak yang bermasalah sosial. Lembaga yang ada bukan hanya didirikan atau ditangani oleh pihak pemerintah tetapi banyak juga lembaga yang didirikan oleh pihak swasta. Lembaga-lembaga ini juga kebanyakan yang bersifat seri amal. Lembaga-lembaga ini juga bertujuan untuk membantu dan memberdayakan para anak berkebutuhan khusus untuk hidup mandiri dan ikut serta berpartisipasi dalam segala kegiatan.

Lembaga-lembaga ini diharapkan mengajar dan memberikan pendidikan yang benar dan yang tepat sesuai dengan masalah yang dihadapi yaitu anak berkebutuhan khusus, karena mereka adalah suatu individu yang tidak dapat mudah untuk mengenal dan memahami keadaan karena kekurangan mereka tersebut. Lembaga ini juga memahami apa saja yang diperlukan oleh para anak berkebutuhan khusus yang ada dilembaga itu dan lembaga ini jugalah yang berkewajiban untuk dapat mengembangkan kemampuan mereka. Oleh sebab itulah lembaga sangat diperlukan keahliannya bagi anak berkebutuhan khusus tersebut yaitu untuk mengajarkan keberanian dan kedisiplinan yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan dapat


(21)

menghilangkan sikap negatif masyarakat tentang ketunaan mereka serta dapat membawa mereka kepada pikiran atau sikap yang positif.

Suatu lembaga yang menangani anak berkebutuhan khusus juga diharapkan dapat melatih kemampuan indera yang lain, sehingga fungsi anggota yang lain dapat digunakan seperti halnya fungsi perabaan, fungsi penciuman, fungsi pendengaran, sehingga tidak semua fungsi anggota tubuhnya rusak.

Pada kenyataannya pelayanan sosial yang ada dipanti asuhan juga mempunyai keterbatasan, baik dari pelayanan panti asuhan maupun anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Hal ini menyebabkan tidak maksimalnya lembaga panti dalam melakukan pelayanannya sehingga dapat menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan dan kepribadian jiwa, pola sikap, perilaku anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya anak dalam usia remaja dimana pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan perhatian dan dukungan orang lain. Berada di panti asuhan bagi anak berkebutuhan khusus tentu saja berbeda dengan kondisi anak yang tinggal bersama dengan orangtuanya. Anak berkebutuhan khusus harus dapat menyesuikan diri terhadap keadaan panti asuhan.

Salah satu lembaga dari sekian banyak lembaga yang berdiri adalah Yayasan Karya Murni sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan dengan Moto VENERATE VITAM berupaya memegang teguh prinsip, bahwa hidup mesti dihormati, tanpa memandang asal usul atau keadaan fisik secara lahiriah. Anak-anak Tuhan yang lahir sebagai orang cacat tunanetra dan tunarungu yang berada di


(22)

Karya Murni dididik, dibesarkan, diberdayakan, dan dimungkinkan untuk mandiri dan menemukan jati dirinya. Bukan karena belas kasihan semata, tetapi karena mereka adalah Citra Allah yang sederajat dengan orang lain. Mereka punya hak untuk mewujudkan jati dirinya melalui pemberdayaan, dan dalam hal itu mereka mesti ikut dalam proses pemberdayaan itu. Yayasan Karya Murni yakin, hanya dengan menghormati hidup, proses pemberdayaan dapat dilakukan dengan benar dan

berbua

Anak berkebutuhan khusus sering dipandang dan diperlakukan sebagai warga masyarakat kelas dua yang tidak produktif; manusia tidak sehat dan beban bagi masyarakat. Padahal bila mereka dilatih dengan tepat dan pelatihan itu diberikan sedini mungkin mereka dapat berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri dan berguna bagi masyarakat. Untuk melatih dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak berkebutuhan khusus agar menjadi mandiri nantinya pihak Yayasan memberikan pelatihan kepada anak berkebutuhan khusus yang ada di Yayasan Karya Murni. Pelatihan tersebut meliputi bidang:

1. Musik (piano, organ, suling, gitar, band, keybord) 2. Olah Vokal ( solo, duet, vocal group dan paduan suara) 3. Masage / Panti Pijat

4. Konveksi (jahit-menjahit, sulaman, bordir, sablon, meronce)

5. Pertukangan meuble seperti: lemari, kursi, meja tempat tidur, bangku gereja dan bangku sekolah


(23)

6. Membuat bermacam-macam bentuk lilin dengan berbagai kreasi: lilin paska, lilin devosi, lilin ulang tahun, lilin pernikahan, lilin natal dll.

7. Salon (menggunting rambut dengan berbagai mode, mencat rambut, perawatan rambut dan kulit kepala dll)

8. Computer: mengetik braille, awas dan anak tuna rungun kelak diharapkan menjadi desainer

9. Belajar internet

10.BPBI = Bina Persepsi Bunyi dan Irama (latihan mendengar).

Setiap manusia memiliki potensi, minat dan bakat yang harus dikembangkan dengan baik. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, seperti anak tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Adanya lembaga yang berdiri dapat menangani anak berkebutuhan khusus semakin mandiri. Anak berkebutuhan khusus juga bisa melakukan aktivitas lainnya dan anak berkebutuhan khusus di Panti Asuhan Karya Murni ini juga mempunyai kemampuan seperti bisa bermain alat musik untuk mengiringi kegiatan pada acara tertentu, menjadi guru di sekolah luar biasa, anak berkebutuhan khusus juga ada yang meraih pendidikan sampai perguruan tinggi , bisa bernanyi dan menari, membuat lilin dan pertukangan meuble yang hasilnya dijual kepada orang disekitar tempat tinggal, dan kerajinan tangan lainnya dan anak berkebutuhan khusus juga diajari


(24)

masage/pantai pijat untuk mereka bisa menjadi mandiri. Berbagai macam hal telah diajari kepada anak berkebutuhan khusus untuk memandirikan mereka. Disamping itu, anak berkebutuhan khusus seperti anak tuna netra walaupun mereka mengalami cacat mata tetapi mereka bisa mengenali teman-teman yang ada di panti asuhan tersebut dan ketika berjalan mereka saling menuntun dan setiap anak berkebutuhan khusus yang keluar dari panti asuhan Yayasan Karya Murni adalah anak berkebutuhan khusus yang benar-benar sudah mandiri dan bisa membuka usaha sendiri dengan ketrampilan yang mereka miliki.

Dengan ini maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pola sosialisasi kemandirian anak berkebutuhan khusus yang akhirnya bisa membuat anak berkebutuhan khusus menjadi mandiri dan dapat mengembangkan apa yang ada dalam diri mereka.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latarbelakang masalah yang dipaparkan diatas, bahwa anak berkebutuhan khusus juga dapat menjadi mandiri seperti anak-anak yang non-berkebutuhan khusus. Dapat dilihat dengan semakin banyaknya yayasan ataupun sekolah-sekolah yang dibangun untuk anak berkebutuhan khusus sehingga proses pola sosialisasi kemandirian yang terjadi juga dapat mereka rasakan dalam lembaga tersebut. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian secara mendalam dengan mengambil sampel di Panti Asuhan Yayasan Karya Murni Jl.Karya Wisata, Kecamatan Medan Johor. Adapun perumusan masalahnya yaitu :


(25)

1.Apa sajakah peran lembaga dalam proses pola sosialisasi kemandirian anak berkebutuhan khusus pada Yayasan Karya Murni?

2.Apakah bentuk kemandirian anak berkebutuhan khusus setelah keluar dari Yayasan Karya Murni?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan peneliti adalah :

1. Untuk mengetahui peran lembaga dalam proses sosialisasi kemandirian anak berkebutuhan khusus yang sedang terjadi pada Panti Asuhan Yayasan Karya Murni.

2. Untuk mengetahui bentuk kemandirian anak berkebutuhan khusus di Panti Asuhan pada Yayasan Karya Murni.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menjadi bahan pertimbangan Yayasan dalam mendidik, melatih dan memandirikan anak berkebutuhan khusus.

b. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam proses memandirikan anak berkebutuhan khusus.


(26)

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai sumbangan pemikiran yang dapat dipakai oleh lembaga sosial untuk menjadi bahan masukan dalam perencanaan pembangunan masyarakat pada masa mendatang.

b. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan memberi pandangan mengenai pola sosialisasi kemandirian yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus oleh yayasan yang mengasuh.

c. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat melihat fungsi yayasan yang ada ditengah-tengah masyarakat.

1.5Defenisi Konsep

1. Pola adalah bentuk atau gambaran. Pengertiannya dalam penelitian adalah bentuk dan gambaran yang dilakukan oleh pihak yayasan dalam pola sosialisasi kemandirian anak berkebutuhan khusus. Program-program yang dilaksanakan dengan diberikannya pendidikan keterampilan dan pengetahuan dan program-program kemandirian tunanetra dalam usaha untuk memandirikan mereka.

2. Pola pengasuhan bentuk dan gambaran pengasuhan anak yang dilakukan oleh keluraga atau lembaga pemerintah dan swasta. Maksudnya dalam hal ini adalah untuk melihat bagaimana pola sosialisasi anak berkebutuhan khusus terhadap kemandirian yang ada di yayasan tersebut seperti pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka, pola asuh otoriter adalah pola asuh cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya


(27)

dibarengi dengan ancaman-ancaman, pola asuh permisif adalah memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang

cukup.

3. Panti Asuhan Karya Murni adalah merupakan wadah atau tempat anak-anak berkebutuhan khusus untuk dilatih, dibina dan dididik untuk menemukan jati diri setiap anak-anak tersebut. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang pensejahteraan masyarakat yang dimiliki oleh satu organisasi tertentu.

4. Peran lembaga sosial dalam pola sosialisasi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam bidang pendidikan, pelatihan, pengajaran, kerohanian dan lainnya agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.

5. Sosialisasi adalah sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya.

6. Kemandirian adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan sendiri tanpa menyusahkan orang lain yang dapat melaksanakan tanggungjawabnya.

7. Anak berkebutuhan khusus (tunanetra) adalah sesorang yang tidak dapat melihat jarinya sendiri dalam jarak 1 meter.


(28)

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang menggunakan variabel yang sama ( Singarimbun, 1995:46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Program-program yang dilaksanakan Panti Asuhan a. Pendidikan keterampilan dan pengetahuan

Dalam hal ini panti asuhan berusaha memenuhi segala kebutuhan anak-anak tunanetra dalam hal penyediaan sarana dan alat-alat kesenian, serta alat alat dan bahan bagi kerajinan tangan.

b. Program-program kemandirian tunanetra dalam usaha untuk memandirikan mereka. Yaitu dengan pendidikan formal dan non formal.

2. Kemandirian Anak Tunanetra

1. Mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari 2. Mampu berjalan sendiri

3. Mampu berkomunikasi sesama tunanetra

4. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat awas 5. Dapat beradaptasi dengan lingkungan

6. Dapat berperestasi


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsionalisme Struktural

Talcott Parson (dalam Ritzer, 2004:121) beranggapan bahwa suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem dan (dalam Ritzer, 2004:125) mengenai fungsional Parson menjelaskan sejumlah persyaratan dari sistem sosial, yaitu :

1. Sistem sosial harus terstruktur, sehingga dapat beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan sistem lainya.

2. Untuk menjaga kelangsungannya, sistem sosial harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem lainnya.

3. Sistem sosial harus mampu memenuhi kebutuhan para aktornya dalam proposisi yang signifikan.

4. Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya.

5. Sistem harus mampu mengendalikan prilaku yang berpotensi mengganggu.

6. Bila konflik akan menimbulkan kekacauan, maka harus dikendalikan. 7. Untuk kelangsungannya, sistem memerlukan bahasa.

Menurut Talcott Parson (dalam Abdulsyani, 1994:78), pada dasarnya masyarakat berkecendrungan ke arah eqilibrum. Prosesnya terjadi pada penerapan fungsi


(30)

adaptasi, pencapian tujuan, integrasi dan pemeliharaan pola. Sistem tidak dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi pada dasarnya tiap-tiap sistem memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan dan adaptasi demi pencapaian tujuan masyarakat secara keseluruhan. Asumsi dasar dari yaitu bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan.

Terkait dengan hal ini, lembaga yang ada dimasyarakat yaitu Panti Asuhan Yayasan Karya Murni dapat mengerti apa yang cenderung yang diharapkan oleh masyarakat itu sendiri. Maka dari itu, Panti Asuhan Yayasan Karya Murni mempunyai kegiatan dan aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anak berkebutuhan khusus agar nantinya mereka dapat mandiri.

Parson mengemukakan empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan”, terkenal dengan skema AGIL yaitu:

1. Adaptation (Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuiakn diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.


(31)

2. Goal Attainment (Pencapaian Tujuan): sebuah sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya.

3. Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi lainnya (A, G, L)

4. Latency (Latensi atau Pemeliharaan Pola): sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultur yang menciptakan dan menopang motivasi.

Parson mendesain skema AGIL ini untuk digunakan pada semua tingkat dalam sistem teoritisnya. Terutama dalam sistem tindakan, yang dapat dicontohkan sebagai berikut :

- Organisme perilaku adalah sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah lingkungan eksternal.

- Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapain tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya.

- Sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya.

- Sistem kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak. (Ritzer, 2008:121).


(32)

Dalam teori fungsionalisme struktural, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan, dan saling menyatu dalam keseimbangan(equalibirium). Demikian pula institusi yang terdapat dimasyarakat, karena masyarakat dilihat pada kondidsi dinamika dalam keseimbangan. Masyarakat senatiasa berada dalam keadaan berubah-ubah secara berangsunr-angsur. Perubahan yang terjdai pada suatu bagian, juga akan membawa perubahan terhadap bagian lainnya. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain.(Ritzer,2002 : 21-25)

2.2 Lembaga Sosial

Lembaga sosial selalu melekat pada setiap masyarakat. Hal ini disebabkan karena setiap masyarakat pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompokkan, maka akan terhimpun menjadi lembaga sosial. (Basrowi, 2005:94).

Mansyurudin dalam (Soejono Soekanto 2003:120) mengemukakan pengertian lembaga sosial adalah himpunan kaidah segala tingkatan yang berkisar pada kebutuhan pokok manusia. Ia juga mengemukakan lembaga sosial memiliki fungsi-fungsi tertentu yakni sebagai berikut :

1. Memberi pedoman kepada warga masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap mengahadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan pokok.


(33)

3. Memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control).

Dari pengertian diatas lembaga sosial mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik lembaga agama, politik, ekonomi, pendidikan mempunyai nilai-nilai atau norma-norma yang merupakan aturan dan pedoman tingkah laku yang mengatur kegiatan-kegiatan masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Dimana norma dan nilai tersebut merupakan pola-pola perilaku yang harus dituruti dan dilaksanakan.

Lembaga sosial dalam penelitian ini juga memiliki peranan untuk memandirikan anak berkebutuhan khusus. Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia sudah menjalankan suatu peran. Peran tersebut mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Peranan menunjukkan bahwa masyarakat adalah sebuah lakon yang bagian pementasannya pada anggota-anggota masyarakat. Lakon inilah yang disebut fungsi atau tugas masyarakat.

Secara garis besar lembaga sosial dapat diklasifikasikan ke dalam dua cara yaitu :

1. Secara tidak terencana artinya lembaga sosial lahir secara bertahap dalam praktek kehidupan masyarakat. Hal ini biasanya terjadi ketika manusia dihadapkan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidupnya.


(34)

2. Secara terencana artinya lembaga sosial muncul melalui suatu perencanaan yang matang oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kekuasaan dan wewenang.

Dengan demikian lembaga sosial tidak hanya bisa berdiri begitu saja tetapi berdiri untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya demi terwujudnya tujuan yang akan dicapai lembaga tersebut dan lembaga soisal juga mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Terdiri dari seperangkat organisasi daripada pemikiran-pemikiran dan pola– pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas manusia.

2. Relatif mempunyai tingkat kekekalan tertentu. 3. Mempunyai tujuan yang dicapai atau diwujudkan.

4. Merupakan alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. 5. Lembaga sosial pada umumnya dilakukan dalam bentuk lambang-lambang. 6. Mempunyai dokumen tertulis maupun tidak (Narwoko, 2004:220)

Terkait dengan penjelasan diatas Panti Asuhan Yayasan Karya Murni juga mempunyai tujuan yang dicapai atau diwujudkan untuk memandirikan anak berkebutuhan khusus dengan visi: terwujudnya penghargaan dan pemberdayaan agar mereka yang dilayani mengalami kasih, dapat mandiri dan menemukan makna hidup sebagai citra Allah dan dengan motto: “Venerate Vitam“ yang artinya hormatilah kehidupan. Panti asuhan Yayasan Karya Murni berdiri sejak tahun 1953 dan mempunyai dokumen tertulis tentang sejarah lahirnya Panti Asuhan Yayasan Karya Murni.


(35)

Dengan demikian Panti asuhan adalah lembaga atau unit kerja pelayanan bagi pemelihara dan pembinaan anak yatim piatu, yatim, piatu, terlantar atau kurang terurus dalam pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosialnya secara wajar (Marpaung, 1988:52).

Lembaga sosial juga mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi manifes (nyata) adalah fungsi lembaga sosial yang didasari dan menjadi harapan banyak orang.

2. Fungsi laten adalah fungsi lembaga sosial yang tidak didasari dan bukan menjadi tujuan utama banyak orang. Dengan kata lain, fungsi laten adalah fungsi yang tidak tampak dipermukaan dan tidak diharapkan masyarakat, tetapi ada.

Terkait dengan fungsi lembaga sosial diatas, panti asuhan juga mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi perlindungan

Menghindarkan anak dari keterlantaran, perlakuan kekejaman atau semena-mena dari orang tua atau wilayah.

2. Fungsi pendidikan

Membimbing dan mengembangkan kepribadian anak asuh secara wajar melalui berbagai keahlian, teknik dan penggunaan fasilitas-fasilitas sosial untuk tercapainya pertumbuhan dan perkembangan fisik, rohani dan sosial anak asuh.


(36)

3. Fungsi pengembangan

Mengembangkan kemampuan atau potensi anak asuh sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang baik sehingga anak tersebut dapat menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggungjawab terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.

4. Fungsi pencegahan

Menghindarkan anak asuh dari pola-pola tingkah laku sosial anak asuh yang bersifat menghambat atau negatif dengan mendorong lingkungan sosialnya untuk mengembangkan pola-pola tingkah laku yang wajar melalui kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial (Marpaung,1988:69).

Penelitian yang telah dilakukan diperoleh data dari lapangan bahwa panti asuhan juga menjalankan fungsi panti asuhan tersebut.

1. Fungsi perlindungan

Menghindarkan anak dari keterlantaran, perlakuan kekejaman atau semena-mena dari orang tua atau wilayah.

2. Fungsi pendidikan

Memberikan pendidikan keterampilan dan pengetahuan, memberikan pendidikan formal dan non formal kepada anak tunanetra. Panti asuhan tidak hanya memberikan kebutuhan secara jasmani tetapi juga rohani. Hal ini dilakukan agar anak tunanetra juga bisa menhargai dan mengasihi sesama manusia dan juga untuk tercapainya pertumbuhan dan


(37)

perkembangan mereka selama berada di panti asuhan dan setelah keluar dari panti asuhan.

3. Fungsi pengembangan

Panti asuhan memberikan program pendidikan dan pelatihan yang disesuiakan dengan kemampuan anak tunanetra agar anak tunanetra bisa mengembangkan kemampuan atau potensi yang ada dalam diri mereka. Hal ini menunjukkan peran panti asuhan dalam memandirikan anak tunanetra sehingga anak tunanetra dapat menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggungjawab terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.

4. Fungsi pencegahan

Panti asuhan memberikan program pendidikan dan pelatihan kepada anak tunanetra melalui program ini para staff panti asuhan dan pengasuh memberikan motivasi kepada anak tunanetra agar mereka tidak putus asa dan percaya diri bahwa dengan keterbatasan yang ada dalam diri mereka, mereka bisa menjadi manusia yang mandiri.

2.3 Sosialisasi

Individu dalam masyarakat mempelajari cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang ada terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Menurut Charlotte Buhler, sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam


(38)

kelompoknya. Bruce J.Cohen. menyatakan sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok.

Proses sosialisasi yaitu proses yang membantu individu, melalui proses belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan cara berpikir dari kelompok tersebut sehingga tujuan akhirnya adalah agar manusia bersikap, bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku.

Dari apa yang disebut diatas bahwa melalui proses sosialisasi individu dapat berperan sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat.

Menurut Peter L.Berger dan Luckmann, sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya dan membentuk kepribadian anak dan dalam hal ini keluarga berperan sebagai agen sosialisasi.

2. Sosialisasi sekunder, adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada tujuan


(39)

terwujudnya sikap profesionalisme dan dalam hal ini sekolah menjadi agen sosialisasi dan agen lain yang mendukung sosialisasi sekunder.

Disamping itu terdapat juga proses sosialisasi yang dialami oleh masyarakat yaitu sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Bronfrenbrenner, Kohn dan Jaeger dalam (Kamanto Sunarto 1993:33) menyebutkan ada dua pola sosialisasi yaitu pola sosialisasi represif dan pola sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan, menekankan pada penggunaan materi dalam hukum dan imbalan.

Hal ini yang menunjukkan bahwa Panti Asuhan Yayasan Karya Murni apabila gagal dalam menjalankan tugasnya untuk memandirikan anak berkebutuhan khusus tersebut pasti akan mendapat penilaian dari pihak masyarakat ataupun orang tua yang menitipkan anak mereka di panti asuhan tersebut dan akibatnya tidak ada lagi yang akan menitipkan anak mereka di panti asuhan tersebut. Sedangkan sosialisasi partisipatoris merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak dianggap penting. Artinya adalah apabila panti asuhan tersebut berhasil dalam memandirikan anak berkebutuhan khusus secara otomatis akan mendapat dukungan lebih dari berbagai pihak dan meningkatkan kualitas mutu panti asuhan tersebut. Adapun yang menjadi tujuan sosialisasi adalah sebagai berikut:

1. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu anggotanya.


(40)

2. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita. 3. Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui

latihan-latihan mawas diri yang tepat.

4. Membiasakan individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat.

Penjelasan mengenai tujuan sosialisasi diatas juga ada di panti asuhan Karya Murni. Hal ini membuktikan bahwa tujuan sosialisasi memang terjadi. Dengan demikian, peneliti memberi penjeasan mengenai tujuan sosialisasi yang ada di Karya Murni sebagai berikut:

1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan bagi anak tunanetra dalam hal penyedian sarana dan prasarana, memberikan pendidikan formal dan non formal untuk memandirikan anak tunanetra.

2. Program pendidikan formal yang diberikan membuat anak tunanetra bisa seperti anak awas dan melalui program pendidikan formal ini anak tunanetra diberikan pembelajaran tentang orientasi mobilisasi dan Activity of daily living skills (ADL) atau keterampilan dalam kegiatan kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan yang tidak bisa lepas bagi setiap orang.

3. Memberikan pendidikan non formal untuk memandirikan anak tunanetra 4. Memberikan pengajaran sesuai dengan moral katolik

Untuk mencapai tujuan diatas perlu adanya agen sosialisasi yang bisa mempengaruhi. Adapun pihak-pihak yang berpengaruh dalam sosialisasi ini adalah sebagai berikut:


(41)

1. Keluarga adalah lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak yaitu ayah, ibu, dan saudara-saudara yang termasuk dalam anggota keluarga tersebut dimana dalam keluarga anak mengalami proses awal sosialisasi.

2. Teman bermain atau disebut juga kelompok sebaya yang dialami anak setelah ia mampu berpergian keluar rumah. Pada awalnya teman bermain disebut sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat berpengaruh terhadap proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak berpengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu yang dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orangnya yang sederajat dengan dirinya karena sebaya. 3. Sekolah menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan sekolah

(pendidikan formal) seseorang belajar membaca, menulis dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian, prestasi dan kekhasan. Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian basar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh tanggung jawab. 4. Media masa maksudnya kelompok media massa di sini adalah media

cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film) besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Proses sosialisasi akan


(42)

berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan.

2.4 Anak Tunanetra

Anak tunanetra adalah sebagai individu yang indera penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari sepertinya halnya orang awas. Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi berikut :

a. Ketajamn penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas. b. Terjadikekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.

c. Posisis mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak. d. Terjadi kerusakan susuna syaraf otak.

Dari kondisi-kondisi diatas, pada umumnya yang digunakan sebagi patokan apakah seorang anak termasuk tunanetra atau tidak berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatannya. Untuk mengetahui ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang dikenal sebagaites Snellen Card. Perlu ditegaskan bahwa anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya kurang dari 6/21. Artinya, berdasarkan tes, anak hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter.

Berdasarkan acuan tersebut, anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:


(43)

1. Buta

Dikatakan buta jika anak sma sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0)

2. Low Vision

Bila naka masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika hanya mampu membaca headline pada surat kabar.

Anak tunanetra memiliki karakteristik kognitif,sosial, emosi, motorik, dan kepribadian yang sangat bervariasi. Hal ini sangat tergantung pada sejak kapan anak mengalami ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa usianya, serta bagaimana tingkat pendidikannya.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkas, berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun variabel tersebut. (Bungin, 2008:36).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Yayasan Karya Murni yang ada di Jl.Karya Wisata. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena lokasi penelitian ini merupakan salah satu tempat anak berkebutuhan khusus yang ada di Sumatera Utara dan mudah dijangkau oleh peneliti dan dapat menghemat biaya karena lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal si peneliti dan selain itu peneliti juga ingin mengetahui dan merasakan apa yang dirasakan oleh anak berkebutuhan khusus dengan kondisi fisik mereka dan peneliti juga ingin melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan usaha para pengajar dan pegawai ketika mengasuh anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dan ingin mengetahui sudah sejauhmana peran lembaga Panti Asuhan Yayasan Karya Murni untuk memandirikan mereka.


(45)

3.3Populasi dan Sampel

Dalam metode penelitian kata populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian oleh karenanya populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian (Bungin, 2005:99).

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel secara sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber datan sebenarnya dalam suatu penelitian (Nawawai 1998:144).

Teknik penarikan sample pada penelitian ini adalah dengan menggunakan sample jenuh. Sample jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Maka yang menjadi sample dari penelitian ini adalah seluruh orang yang berada di panti asuhan dan alumni dari panti asuhan sebanyak 35 orang.

Penelitian ini peneliti menggunakan teknik pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan karakteristik populasi yang diketahui sebelumnya. Teknik sampling ini digunakan berdasarkan pengetahuan terhadap populasi, maka unit-unit populasi yang dianggap kunci diambil sebagai sampel penelitian (Bungin,2005 : 115).


(46)

Penentuan 35 responden dalam penelitian ini ditentukan secara purposive, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Ketua Panti Asuhan : 1 orang (orang yang bekerja mengkordinir kegiatan panti asuhan)

b.Suster Pengasuh : 5 orang (orang yang bekerja disetiap unit dan memperhatikan perkembangan anak tunanetra)

c.Pengajar : 2 orang (orang yang memberikan pengajaran dan pelatihan kepada anak tunanetra)

d.Pengasuh : 4 orang (orang yang bekerja dipanti asuhan) e.Alumni Tunanetra : 23 orang (orang yang pernah tinggal dan sudah

keluar dari panti asuhan lima tahun terakhir). 3.4Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Bungin, 2004). Data primer diperoleh melalui penyebaran angket atau kuesioner oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan kepada masing– masing responden yang berada di panti asuhan, yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam serta jumlahresponden sedikit.


(47)

2. Angket(kuesioner) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan peneliti. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

3. Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

4. Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data lain yang relavan yang mendukung kegaitan yang dilakukan peneliti.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan (Bungin, 2004). Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data atau informasi dari buku–buku, jurnal yang diperoleh dari perpustakaan, catatan dari yayasan, internet, maupun dokumen lain yang dianggap relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Misalnya : peneliti mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku yang mendukung judul penelitian, mencari informasi dari internet, dan menyebarkan kuesioner kepada responden dan melakukan wawancara kepada responden untuk mendapatkan informasi yang diteliti.


(48)

3.5Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Arikunto (dalam Riduwan, 2008:24)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian. Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yang bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan peneliti. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah koesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka dimana koesioner yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya dan dengan bentuk pertanyaan tertutup dimana koesioner disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang atu checklist.


(49)

3.6Teknik Analisis Data

Tahapan analisis data merupakan tahapan penyederhanaan data. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah setelah data terkumpul maka akan dilakukan pengkodean data yang kemudian diteruskan dengan mengolah data, mengedit dan menganalisis (Singarimbun,1995). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahan analisa yaitu:

3.6.1 Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal, yaitu analisis yang dilakukan dengan membagi variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom yaitu sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:266).

Penelitian yang telah dilakukan dilapangan dengan wawancara dan menyebarkan kuesioner. Setelah data diperoleh dan terkumpul semua, peneliti membagi kedalam kategori untuk dianalisis.

3.6.2 Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang, yaitu teknik yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang satu mempunyai hubungan dengan yang lain, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 1995:273).


(50)

Selanjutnya untuk memperoleh nilai yang jelas dari variabel yang dimaksud, maka perlu terlebih dahulu ditabulasikan bentuk tabel atau penentuan skor.

Penelitian yang telah dilakukan dilapangan dengan wawancara dan menyebarkan kuesioner. Setelah data diperoleh dan terkumpul semua, peneliti membagi kedalam kategori untuk dianalisis kedalam tabel tunggal dan kemudian dianalisis kedalam tabel silang. Seperti peran panti asuhan terhadap pola sosialisasi kemandirian anak tunanetra dengan tujuan apakah variabel yang diteliti mempunyai hubungan atau tidak. Sehingga dapat diketahui apakah varibel tersebut bernilai positif atau negatif.

Analisis data dan interpretasi data merupakan tahap pengumpulan data dan informasi, penyederhanaan data kemudian diinterpretasikan dan dianalisis berdasarkan teori yang digunakan sampai kepada kesimpulan. Kemudian data yang disajikan berupa kesimpulan data yang sudah dianalisis.

3.7 Jadwal Penelitian

NO Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra observasi 

2 Acc judul 

3 Penyusunan proposal penelitian    4 Seminar proposal penelitian 

5 Revisi proposal penelitian  

6 Penelitian lapangan   

7 Pengumpulan dan anlisis data  

8 Bimbingan   

9 Penulisan laporan akhir   


(51)

3.8Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Keterbatasan yang dihadapi peneliti selama berada dilapangan baik dalam hal teknis maupun dalam mengolah data. Akan tetapi kendala tersebut dapat diatasi melalui proses bimbingan skripsi dan arahan yang diberiakn oleh dosen pembimbing dan peneliti juga berusaha mencari informasi dari berbagai sumber yang mendukung penelitian ini.

Selain itu, peneliti juga mengalami kendala ketika melakukan penelitian lapangan, sulitnya menjumpai ketua dan suster pengasuh yang ada dipanti asuhan karena mereka juga mempunyai kegiatan diluar panti asuhan sehingga sulit untuk bertemu dengan responden dan sulitnya memperoleh data tentang alumni yangtelah keluar dari panti asuhan. Walaupun terdapat berbagai keterbatasan, peneliti tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mengumpulkan informasi dari responden serta informasi yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan validitasnya.


(52)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Dan Batas Wilayah Kecamatan Medan Johor

Kecamatan Medan Johor adalah merupakan daerah pemukiman di Kota Medan di sebelah Selatan, dan merupakan daerah resapan air bagi Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah : 123.851 Jiwa (2011). Kecamatan Medan Johor dengan luas wilayahnya 16,96 KM ². Di Kecamatan Medan Johor ini banyak terdapat perumahan-perumahan kelas menengah dan mewah, daerah ini sangat potensial bagi para investor yang bergerak dibidang Real Estate, disamping itu juga sangat berpotensi dibidang agrobisnis dan pendidikan. Disini juga terdapat Balai Pembibitan Pertanian dan sebuah Asrama Haji yang besar dan megah dengan pelayanan hajinya setiap tahun sering mendapat penghargaan secara Nasional. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Johor ini juga terdapat beberapa industri kecil seperti Pengolahan Kopi dan Produk Minuman ringan.

Kecamatan Medan Johor terletak di wilayah Selatan Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia


(53)

4.1.2 Letak Dan Batas Wilayah Panti Asuhan Karya Murni

Panti asuhan Yayasan Karya Murni yang berada dijalan Karya Wisata bagian selatan Kota Medan memiliki jarak tempuh sekitar 5 km dari pusat kota. Lokasi ini berada dibagian selatan Kota Medan, atau sering disebut Medan Johor berdekatan dengan daerah Simalingkar dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Timur : Jln. Protokol/Jln. Karya Wisata Sebelah Utara : Cadika

Sebelah Barat : Susteran Sebelah Selatan : TK. Ignatius

Walaupun daerah ini jauh dari pusat kota, tetapi lokasi ini daerah lintas bus angkutan umum karena dilalui daerah perkotaan dan perkampungan dengan luas wilayah kurang lebih 3,5 Ha. Di daerah ini terdapat juga perumahan mewah dan sepanjang jalan terdapat toko dan cafe yang menjadikan daerah ini ramai. Panti asuhan Yayasan Karya Murni merupakan yayasan milik Katolik dan bekerjasama dengan yayasan seri amal yang bertempat di jl. Hayam Wuruk.

4.2 Sejarah Berdirinya Yayasan Karya Murni

Awal berdirinya Yayasan Karya Murni diinspirasikan oleh kisah seorang gadis kecil yang sudah berumur 13 tahun, gadis itu adalah seorang yang buta total, bernama Martha Ponikem. Gadis kecil ini ditemukan oleh serdadu Belanda di satu jalan kota Martapura Kabupaten Langkat pada tahun 1950. Karena rasa belas kasihan serdadu Belanda itu, Martha Ponikem dibawa ke Jl. Daendlesstraat (Jl. Hayam Wuruk)


(54)

sekarang. Serdadu itu meminta agar anak itu diasuh dan dirawat oleh Suster-suster St. Yoseph.

Sr. Ildefonsa yang berhati emas terhadap penderita cacat menerima Martha Ponikem dengan baik. Setelah Sr. Ildefonsa van de Watering mengasuh dan merawat Martha Ponikem dengan baik, dia mengalami kendala bagaimana usaha supaya Martha Ponikem dapat membaca dan menulis, dan hidupnya tidak tergantung selamanya pada orang lain. Dia harus mendapat pendidikan walaupun buta sebagaimana orang yang melek/awas dapat menikmati pendidikan dengan baik.

Pada waktu cuti ke negeri Belanda, Sr. Ildefonsa pergi ke salah satu institute khusus pendidikan anak buta di GRAVE untuk belajar huruf Braille dan metode pengajaran untuk anak buta. Secara kebetulan Suster ini bertemu dengan seorang gadis yang buta, bernama Trees Kim Lan Bong. Gadis itu berasal dari P. Bangka dan menyatakan keinginannya untuk kembali ke Indonesia. Sr. Ildefonsa sangat senang dan beliau minta izin kepada Pimpinan Kongregasi Suster St. Yosef untuk membawa Trees Bong ke Jl. Hayam Wuruk Medan – Indonesia. Mereka tiba di pelabuhan Belawan pada tanggal 15 Agustus 1950, tepat pada hari raya St. Perawan Maria diangkat ke surga. Trees Bong menjadi guru yang pertama untuk mengajar anak buta, yaitu Martha Ponikem.

Begitulah Tress Bong pada awalnya mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan situasi dan lingkungan, juga dalam bahasa. Namun semua itu dia jalani dengan penuh perjuangan dan kerja keras demi mengemban tugas mulia ini. Orang


(55)

buta mengajari yang buta. Unik, namun disitulah komunikasi dan kontak batin terjalin. Tidak berapa lama lagi datang dua orang lagi anak buta yaitu: Agustina Hallatu (7) dan Cesilia Pardede (21). Tahun 1953, datang lagi Leo Siregar dan Saulina Oda Sijabat. Karena jumlah anak buta semakin bertambah, maka perlu dibentuk satu badan khusus yang mengelola pendidikan anak buta. Badan itu namanya “Sint Oda Stichting” yang diaktekan pada Notaris tanggal 26 Agustus 1953 dengan nomor akte 56. Pendidikan khusus untuk anak buta disebut SLB-A (Sekolah Luar Biasa bagian A) dan sekarang disebut ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).

4.2.1 Motto, Visi dan Misi Yayasan Karya Murni

Motto : Venerate Vitam = Hormatilah Kehidupan

Dilihat dari motto diatas, hal ini menunjukkan bahwa Yayasan Karya Murni mengajak dan mengingatkan manusia untuk menghormati atau mensyukuri kehidupan yang telah Tuhan berikan.

Visi : Terwujudnya penghargaan dan pemberdayaan agar mereka yang dilayani mengalami kasih, dapat mandiri dan menemukan makna hidup sebagai citra allah.

Dilihat dari visi diatas, hal ini menunjukkan bahwa Yayasan Karya Murni ingin menciptakan manusia yang mandiri walaupun mempunyai keterbatasan dalam diri mereka.

Misi :


(56)

2. Menumbuh-kembangkan kemampuan/potensi Peserta Didik yang berorientasi pada pengetahuan, iman dan ketrampilan hidup

3. Menjadikan unit kegiatan sebagai komunitas persaudaraan yang saling menghargai dan mengasihi

4. Meningkatkan keahlian dan ketrampilan Sumber Daya Manusia melalui pelatihan, seminar dan magang

5. Menghargai dan memelihara lingkungan hidup 6. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

Dilihatdari misi yang telah disebutkan diatas, Yayasan Karya Murni tidak hanya memandirikan anak berkebutuhan khusus tetapi juga mengajari mereka untuk saling mengasihi sesama manusia dan memlihara lingkungan.

Ciri Khas: Pro Life = Berpihak Pada Kehidupan Empowering = Pemberdayaan

Compassion = Bela Rasa Honesty = Kejujuran Trust = Kepercayaan

Yayasan Karya Murni sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan dengan Moto VENERATE VITAM berupaya memegang teguh prinsip, bahwa hidup mesti dihormati, tanpa memandang asal usul atau keadaan fisik secara lahiriah.Anak-anak Tuhan yang lahir sebagai orang cacat tunanetra dan tunarungu


(57)

yang berada di Karya Murni dididik, dibesarkan, diberdayakan, dan dimungkinkan untuk mandiri dan menemukan jati dirinya. Bukan karena belas kasihan semata, tetapi karena mereka adalah Citra Allah yang sederajat dengan orang lain. Mereka punya hak untuk mewujudkan jati dirinya melalui pemberdayaan, dan dalam hal itu mereka mesti ikut dalam proses pemberdayaan itu. Yayasan Karya Murni yakin, hanya dengan menghormati hidup, proses pemberdayaan dapat dilakukan dengan benar dan berbuah.

Penyandang cacat (berkebutuhan khusus) sering dipandang dan diperlakukan sebagai warga masyarakat kelas dua yang tidak produktif; manusia tidak sehat dan beban bagi masyarakat. Pada hal bila mereka dilatih dengan tepat dan pelatihan itu diberikan sedini mungkin mereka dapat berkembang menjadi manusia dewasa yang mandiri dan berguna bagi masyarakat.

Yayasan Karya Murni yakin, tidak ada pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan. Pekerjaan apa saja yang hendak dilakukan dalam rangka memberdayakan semua anak bangsa prinsip pertama dan utama adalah Venerate Vitam = Hormatilah Kehidupan.

Anak-anak tunanetra dan tunarungu juga dapat belajar sebagaimana anak normal di sekolah Regular. Tentu saja cara belajar mereka sangat berbeda. Anak tunanetra menggunakan alat pembelajaran yang sangat spesifik dan cukup mahal seperti: reglet, alat tulis paku, reken plang untuk pelajaran matematika dan alat peraga


(58)

lainnya, sedangkan anak tunarungu menggunakan Alat Bantu Dengar FM System digital dan dengan itu mereka dimudahkan untuk dapat belajar dengan baik.

Yayasan Karya Murni dan mitra kerjanya serta para pendidik tidak henti-hentinya berpikir dan berupaya bagaimana membangkitkan, menumbuhkan dan mengembangkan potensi/bakat dalam diri anak tunanetra dan tunarungu. Karena itu mereka dibekali dengan berbagai pelatihan dengan maksud dan tujuan agar mereka kelak mampu menuju masa depan yang layak dan mandiri di masyarakat

Pelatihan tersebut meliputi bidang:

1. Musik (piano, organ, suling, gitar, band, keybord) 2. Olah Vokal ( solo, duet, vocal group dan paduan suara) 3. Masage / Panti Pijat

4. Konveksi (jahit-menjahit, sulaman, bordir, sablon, meronce)

5. Pertukangan meuble seperti: lemari, kursi, meja tempat tidur, bangku gereja dan bangku sekolah

6. Membuat bermacam-macam bentuk lilin dengan berbagai kreasi: lilin paskah, lilin devosi, lilin ulang tahun, lilin pernikahan, lilin natal dll.

7. Salon (menggunting rambut dengan berbagai mode, mencat rambut perawatan rambut dan kulit kepala dll)

8. Computer: mengetik braille, awas dan anak tuna rungun kelak diharapkan menjadi desainer


(59)

10.BPBI = Bina Persepsi Bunyi dan Irama (latihan mendengar).

Yayasan Karya Murni mengelola lima unit pelayanan, yaitu :

1. Panti asuhan yang terdiri dari anak-anak cacat netra, cacat rugu, yatim piatu 2. Pendidikan untuk anak tunanetra (SLB/A Tingkat SD dan SLTP)

3. Pendidikan untuk anak tunarungu (SLB/B Tingkat SD)

4. Panti Pijat Jamin (lapangan kerja bagi anak yang sudah menyelesaikan kursus masage)

5. Poliklinik yang dikhususkan untuk anak-anak panti asuhan dan juga masyarakat sekitar

Dari lima unit pelayanan yang dikelola Yayasan Karya Murni salah satunya adalah Panti Asuhan Karya Murni yang berada di Jln. Karya wisata, Kecamatan Medan Johor yang menampung anak tunanetra untuk terwujudnya keyakinan diri para tunanetra akan kemandirian dan harkat manusia yang sama dengan sesamanya ditengah masyarakat melalui pemberdayaan berlandaskan ajaran dan moral katolik seperti visi panti asuhan tersebut.

4.2.2 Motto, Visi dan Misi Panti Asuhan Yayasan Karya Murni Motto : Venerate Vitam = Hormatilah Kehidupan

Dilihat dari motto diatas, hal ini menunjukkan bahwa Yayasan Karya Murni mengajak dan mengingatkan manusia untuk menghormati atau mensyukuri kehidupan yang telah Tuhan berikan.


(60)

Visi: Terwujudnya keyakinan diri para tunanetra akan kemandirian dan harkat manusia yang sama dengan sesamanya ditengah masyarakat melalui pemberdayaan berlandaskan ajaran dan moral katolik.

Dilihat dari visi diatas, hal ini menunjukkan bahwa Yayasan Karya Murni ingin menciptakan para tunanetra yang mandiri walaupun mempunyai keterbatasan dalam diri mereka melaui pelatiahan dan pengajaran yang diberikan sesuai ajaran dan moral katolik karena panti asuhan berada dibawah naungan katolik.

Misi :

1. Memberdayakan para tunanetra agar mampu potensi yang ada dalam diri mereka

2. Mengadakan pelatihan untuk mengembangkan bakat atau minat dan ketrampilan yang ada dalam diri anak tunanetra

3. Menyediakan komunitas terpadu dan sarana prasarana selama mereka berada di panti

4. Menyelenggarakan pembinaan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan fisik dan kejiwaan.

5. Melanjutkan pendidikan sampai keperguruan tinggi.

6. Mengupayakan tenaga pengasuh dan pembina yang profesional.

7. Meningkatkan kehidupan rohani melalui pembinaan iman, pendidikan agama dan retreat.


(61)

8. Menjalin relasi yang baik dengan pemerintah, masyarakat, dan berbagai instansi.

Dilihat dari misi yang telah disebutkan diatas, panti asuhan tidak hanya memandirikan tunanetra tetapi juga memberikan sarana dan prasarana dalam bidang pendidikan dan peatihan serta meningkatkan kehidupan rohani melalui pembinaan iman, pendidikan agama dan retreat yang diadakan dan memelihara lingkungan hidup.

4.2.3 Struktur Panti Asuhan Karya Murni

Panti asuhan karya murni mempunyai struktur organisasi yang jelas dan mempunyai tugas masing-masing anggota sesuai dengan jabatan atau kedudukan yang dipegangnya. Struktur organisasi yang ada dibuat untuk mempermudah mengkordinir anak tunanetra yang berada di panti asuhan tersebut dan untuk melihat peran panti asuhan untuk memandirikan anak tunanetra. Struktur yang ada membuat anggota yang bekerja dipanti asuhan mengetahui tugas dan bisa melaksanakan perannya untu memberikan pola sosialisasi seperti apa yang harus diberikan kepada anak tunanetra untuk mendukung kemandirian anak tunanetra.


(62)

Bagan 1

Struktur Panti Asuhan Karya Murni Pengurus Yayasan Karya Murni

Cleaning Service Konsumsi

UEP Olahraga

Kesenian Pendidikan

Kerohanian

Personalia Pimpinan Panti Asuhan

Sekretaris

Usaha Panti

Kebun Pertukangan Sablon Konveksi Massage Olah Vokal


(63)

4.2.4 Pembagian Tugas (Job Description) 1. Pimpinan Panti

a. Mengkordinir pegawai atau pekerja yang dipanti asuhan. b. Mengkordinir program tahunan panti.

c. Bertanggungjawab atas anak tunanetra yang ada dipanti.

d. Bertanggungjawab atas kebutuhan anak tunanetra yang ada di panti.

e. Menjalin kerjasama dengan pemerintah dan instansi lain. 2. Suster Unit

a. Bertanggungjawab atas kebutuhan unit masing-masing.

b. Membantu memperhatikan anak tunanetra di unit masing-masing.

c. Mengatur kelengkapan anak-anak untuk pendidikan maupun keperluan sehari-hari.

d. Mengkordinir kehidupan anak-anak di luar jam sekolah.

e. Memotivasi anak-anak untuk dapat mengurus diri sendiri setiap hari.

3. Pegawai

a. Membimbing dan memotifasi anak-anak untuk belajar di luar jam sekolah.

b. Memandikan anak tunanetra yang berada diunit kecil (unit anak-anak).


(64)

c. Memperhatikan anak tunanetra apabila suster unit tidak ada di unit.

d. Mengasuh anak tunanetra di unit masing-masing. e. Menata taman yang ada dipanti bagi pegawai kebun.

f. Mengantar dan menjemput anak tunanetra apabila ada kegiatan diluar panti asuhan bagi supir panti asuhan.

g. Mempersiapkan makanan anak tunanetra bagi pegawai dapur. h. Menjahit pakaian anak tunanetra bagi pegawai jahit.

4.2.5 Sumber Dana

Karya Murni sesuai namanya memang sebuah karya yang betul-betul murni menolong mereka yang miskin dan menderita. Anak-anak tunanetra di panti ini sebagian besar berasal dari keluarga-kelaurga miskin didesa-desa di pelosok Sumatera Utara, bahkan banyak diantaranya berasal dari Pulau Nias. Tak heran kalau hampir di sepanjang usia mereka ini satupun keluarga yang datang untuk menjenguk ataupun menanyakan kabar tentang keadaan anak-anak ini. semua seakan tak peduli lagi. Bagaimana mungkin membebankan biaya anak-anak pada mereka sedang untuk bisa datang melepas rindu saja sudah tidak.

Memasuki era tahun 75, para donatur mulai melirik, badan-badan sosial baik dalam maupun luar negeri mulai mengulurkan tangan memberikan bantuan. Karya munri juga sangat berterima kasih kepada dinas sosial, Yayasan Darmais, Kelompok Veteran Tentara Belanda yang masih memperhatikan Karya Murni.


(65)

Keterangan diatas menujukkan bahwa panti asuhan memang yayasan seri amal yang menolong orang yang ekonomi lemah dan tidak ada perlakuan khusus terhadap anak yang mampu dan kurang mampu yang berada dipanti asuhan.

4.2.6 Profil Panti Asuhan Karya Murni

Nama Panti : Panti Asuhan Cacat Karya Murni Berdiri : 26 Agustus 1953

No. Akte Notaris Panti : No.9. 23 Januari 2008

No. Pendaftaran Pada Dinas Sosial : No.460/1003/IX/2008/24 September 2008

Alamat : Jl. Karya Wisata No.6, Medan 20144 Telepon : 061-7863987, 77866475

Email

4.2.7 Pengurus Yayasan Karya Murni Ketua : Sr.Reynelda Gultom Wakil Ketua : Dra. Siti Nurbaya Sekretaris :Sr.Aurelia Sarumaha Bendahara : Sr. Felisiana Purba Anggota : Sartono Simbolon, SH


(66)

4.2.8 Sarana dan Failitas di Panti Asuhan Yayasan Karya Murni

Panti asuhan Yayasan Karya Murni yang beralamat di Jl. Karya Wisata No.6 Kecamatan Medan Johor ini memiliki sarana dan fasilitas yang bisa digunakan oleh anak tunanetra yang tinggal di panti asuhan. Adapun sarana dan fasilitasnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Sarana dan prasana yang ada dipanti asuhan No Sarana dan Fasilitas Banyaknya

1 Asrama 5

2 Ruang Makan 1

3 Dapur 1

4 Kamar Mandi 10

5 Kantor 1

6 Susteran 1

7 Aula 1

8 Gudang 1

9 Kapel 1

(Sumber : Data Primer Tahun 2013)

Dengan adanya sarana dan fasilitas yang disediakan oleh panti asuhan dapat digunakan dengan baik oleh anak tunanetra dan membantu untuk perkembangan kemandirian anak tunanetra karena dengan adanya sarana dan fasilitas yang ada anak tunanetra dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan bisa melakukan orientasi mobilisasi dipanti asuhan tersebut.


(1)

3. Anak tunanetra sudah mampu berkomunikasi dengan sesama anak tunanetra. Hal ini dapat dilihat dari cara anak tunanetra mengenali anak tunanetra yang ada dipanti asuhan melalui indera peraba dan indera pencium.

4. Anak tunanetra sudah mampu berkomunikasi dengan masyarakat awas. Hal ini dapat dilihat melalui kunjungan tamu kepanti asuhan, belanja keperluan mandi kepajak, dan saat acara undangan bernyanyi untuk anak tunanetra. 5. Bidang pendidikan anak tunaetra yang ada di panti asuhan, mereka juga ada

yang sampai kejenjang perguruan tinggi dan selama sekolah pernah mendapat prestasi.

6. Bidang keterampilan dan pelatihan anak tunanetra yang ada di panti asuhan, mereka juga banyak yang telah mereka kuasai seperti Musik (piano, organ, suling, gitar, band, keybord), Olah Vokal (solo, duet, vocal group dan paduan suara), masage/panti pijat, computer: mengetik braille dan belajar internet.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka terdapat bebrapa saran yang perlu di perhatikan yang menyangkut kepada pola sosialisasi kemandirian anak tunanetra


(2)

1. Pihak panti asuhan (Suster Kepala, guru, dan suster pengasuh) juga lebih memperhatikan anak tunanetra dan lebih memberikan pendidikan dan keterampilan yang tepat yang dibutuhkan oleh anak tunanetra yang akan dapat membawa mereka untuk mencapai suatu kemandirian serta menyediakan alat-alat yang mereka butuhkan untuk mencapai kemandirian.

2. Para guru, suster pengasuh dan pengasuh harus selalu memotivasi dan tidak bosan-bosannya untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan serta keahlian dan selalu mendukung dalam hal apapun juga agar anak tunanetra tidak lekas putus asa dan mau terus berusaha untuk mencapai kemandirian mereka.

3. Hendaknya anak tunanetra yang ada di panti asuhan agar tidak cepat putus asa, tetapi terus berusaha dan terus belajar untuk menggali potensi yang ada dalam diri mereka untuk membuat diri mereka mandiri.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi H. Abu Drs. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Basrowi, Dr. M.S. 2005. Pengantar sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia.

Bungin,Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Efendi, Mohammad (2006) Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. PT.Gelora Aksara Pratama.

Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. PT.Gelora Aksara Pratama.

Narwoko J.Dwi , Suyanto Bagong. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Poloma M Margaret. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Prasetyo, Bambang.2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Riduwan.2008. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung. Alfabeta


(4)

Ritzer, George & Douglas J. Goodman (Ed). 2008. Teori sosiologi “ dari teori sosiologi klasik sampai perkembangan mutakhir teori social postmodern” Yogyakarta: Kreasi Wacana

Ritzer,George(ED).2002. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Sanipah, Faisal. 2003. Format-Format Penelitain Sosial Dasar-Dasar Aplikasi.Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Sanipah, Faisal. 2007. Format-Format Penelitain Sosial. Jakarta PT Raja Grafindo Persada

Silalahi,Ulber Dr. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung. PT Refika Aditama

Soekanto, Soejono.2003. Sosiologi Pengantar. Jakarta Raja Grafindo Persada

Soenarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Somantri, T. Sutjihati. (2006) Psikologi Anak Luar Bias. Bandung: PT. Refika Aditama

Suryawati Juju, S.Pd. 2001. Sosiologi untuk SMA dan MA kelas xII. PT Gelora Aksara Pratama

Suryawati Juju, S.Pd. 2002. Sosiologi untuk SMA kelas xI. PT Gelora Aksara Pratama


(5)

Suyanto, Bagong. Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Sumber internet :

diakses tanggal 29 Oktober 2012 pukul 08.05

diakses 27 November 2012 pukul 19.40


(6)