ProdukHukum BankIndonesia

BOKS
SUB TERMINAL AGRIBISNIS SOROPADAN
MENDORONG PERTUMBUHAN SEKTOR PERTANIAN JAWA TENGAH
Pengertian

Sub

Terminal

Agribisnis

(STA)

menurut

Badan

Agribisnis

Departemen Pertanian (2000) adalah ”infrastruktur pemasaran untuk transaksi fisik
(lelang, langganan, pasar spot) maupun non fisik (kontrak, pesanan, future market)”.

Dalam rangka memperpendek mata rantai perdagangan komoditas agro,
pemerintah provinsi Jawa Tengah serius mengembangkan institusi pasar komoditas
untuk meningkatkan peran para aktor pasar agribisnis, khususnya petani. Dengan
alokasi anggaran yang cukup besar, yaitu sebesar Rp9 miliar yang berasal dari APBD
provinsi Jawa Tengah, dilakukan pembangunan konstruksi STA Soropadan di Jl.
Magelang - Semarang km. 13 Pringsurat Temanggung, Jawa Tengah. Pembangunan
ini mulai dilakukan pada 2002 di atas lahan seluas 6 ha dengan luas bangunan lebih
dari 1 ha. Tujuan STA Soropadan adalah :
a. Memperpendek mata rantai perdagangan.
b. Membentuk harga yang wajar.
c. Meningkatkan akses pasar dan informasi (harga, permintaan dan pasokan
komoditas spot & forward).
d. Memperluas peluang perencanaan budidaya tanam.
e. Memelihara integritas pasar dan keuangan.
f. Menciptakan ajang promosi produk-produk unggulan agro, membuka peluang
pasar baru, dan memperluas jaring agribisnis.
g. Mengangkat potensi agro di tingkat lokal, regional, maupun nasional agar
mampu bersaing dan profesional di pasar global.
h. Membuka wawasan dan ajang pembelajaran teknologi pertanian bagi pihak
yang berkompeten di bidang agribisnis.

i. Menciptakan forum yang mempertemukan para pelaku agribisnis, antara pihak
petani produsen dan menciptakan media promosi produk unggulan agro.
Pada 6 Juni 2003 untuk pertama kalinya diadakan Soropadan Agro Expo (SAE)
dengan komoditas aneka hasil. Selain SAE, di STA Soropadan juga diselenggarakan
lelang forward agro. Hingga saat ini telah terselenggara sebanyak 29 kali dengan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III-2008

total transaksi sebesar Rp2.636 miliar, sehingga jika dirata-rata, nilai transaksi tiap
penyelenggaraan lelang adalah sebesar Rp90 miliar. Rata-rata lelang ini dilaksanakan
enam kali dalam setahun atau dengan kata lain 2 bulan sekali. Peserta lelang forward
agro ini tidak hanya berasal dari Jawa Tengah, juga dari luar Pulau Jawa, seperti Nusa
Tenggara. Khusus untuk komoditi beras, setiap harinya pasokan beras dari Jawa
Tengah berkontribusi sebesar 16% dari keseluruhan kebutuhan beras di Pasar Induk
Cipinang. Sebagian transaksi tersebut terjadi di pasar lelang forward agro Soropadan
ini.
Pada pelaksanaan lelang ke-29, yaitu pada 23 Oktober 2008, total realiasasi
transaksi adalah sebesar Rp73 miliar. Lima komoditi yang paling banyak nilai
transaksinya adalah sebagai berikut :
No

1
2
3
4
5

Komoditas
Sapi
Rumput Laut
Kopra
Beras
Bunga-Bungaan
Lain-lain
Total

Volume
1260 ton
1500 ton
1200 ton
1432,5 ton

30,05 ton

Total Nilai Transaksi
Persentase
Rp26.460.000.000
36,03%
Rp22.500.000.000
30,64%
Rp6.600.000.000
8,99%
Rp6.360.250.000
8,66%
Rp2.103.750.000
2,86%
Rp9.407.500.000
12,81%
Rp73.431.500.000
100%

Meskipun demikian, tingkat pemanfaatan STA Soropadan masih relatif rendah

karena infrastruktur institusional suatu pasar komoditas relatif kurang diperhatikan.
Selain itu, transaksi hanya terjadi pada saat pameran berlangsung sehingga terjadi
waktu kosong tanpa pemanfaatan bangunan dan area STA di luar jadwal pameran.
Persentase transaksi yang terjadi di STA Soropadan yang terealisasi hanya berkisar
antara 70 sampai 80% (tahun 2004-2006). Salah satu risiko yang mungkin terjadi
adalah tidak terlaksananya kesepakatan (kontrak) atau policing and enforcement
costs.
Ke depan, diperlukan penyempurnaan infrastruktur fisik seperti pembenahan
transportasi dan keberadaan gudang, serta kelembagaan (berperannya pihak grader,
perbankan, regulator), agar pasar agribisnis tersebut dapat memberikan manfaat
yang optimal bagi para aktor yang terlibat, khususnya pertumbuhan pertanian Jawa
Tengah.
♣♣♣

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III-2008