Perencanaan dan Pengorganisasian pranata Pendidi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang industri mulai yang mengemban misi
ganda yaitu profit dan sosial, maka lembaga pendidikan harus menempatkan penjaminan
mutu sebagai tolak ukur untuk menilai keberhasilan atau kegagalnnya. Sebab tanpa ada
penjaminan mutu, lembaga pendidikan sulit untuk melihat sejauh mana berkualitas atau
tidak berkualitasnya lulusan. Dua hal terpenting yang mempengaruhi kualitas pendidikan
adalah kepemimpinan dan mutu manajemen. 1Secara konseptual, manajemen pendidikan
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan mengenai (sumber
daya manusia, sumber belajar, kurikulum, dana, dan fasilitas) untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien (Engkoswara 1987; ISPI 1995; Manap 1999, 2008).
Perencanaan pendidikan mempunyai peran penting dan berada pada tahap awal dalam
proses manajemen pendidikan, yang dijadikan sebagai panduan bagi pelaksanaan,
pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan.

2

Esensi dari perencanaan

adalah sebuah proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara sistematis,

perencanaan berhubungan dengan masa mendatang, dan untuk mencapai tujuan tertentu
yang diinginkan. 3 Dan untuk mengatasi keterbatasan kemampuan, kemauan, dan sumber
daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan pengorganisasian
dalam pendidikan.4
Mengingat begitu pentingnya perencanaan dan pengorganisasian dalam pendidikan
oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan berusaha mendeskripsikan mengenai halhal yang berkaitan dengan perencanaan dan pengorganisasian dalam pendidikan.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan dalam pendidikan?
2. Bagaimana pengorgansasian dalam pendidikan?

1

Musfirotun Yusuf, ”Membangun Manajamen Mutu Pendidikan Menghadapi Tantangan Global “,
(Pekalongan: Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan, Vol.7, Nomor 1, Juni 2009), hlm: 55-56.
2
Manap Somantri, Perencanaan Pendidikan: Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan, Analisis
Posisi Sistem Pendidikan, Perencanaan Strategis Penuntasan Wajib Belajar Dan , Peningkatan Mutu
Pendidikan Dasar,(Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2014), hlm: 1-3
3
Didin Kurniadi dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan : Konsep & Prinsip Pengelolaan

Pendiidikan, (Jogjakarta: Ar Ruzz Mdia, 2013), hlm: 145-151
4
Ibid., hlm: 241

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pendidikan
1. Pengertian Perencanaan Pendidikan
Menurut William H. Newman dalam bukunya Administrative Action Techniques
of Organization and Management : mengemukakan bahwa “ perencanaan adalah
menentukan apa yang dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian
putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan,
penetuan program, menetukan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan
kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.5
Selanjutnya yang disebut perencanaan dalam pendidikan adalah, menurut
Sergiovanni dan Syaiful Sagala adalah tuntutan-tuntutan antaksiran-taksiran, pos-pos

tujuan dan letak-letak pedoman yang telah menjadi komitmen dan pernyataan
keputusan yang tidak dapat ditarik kembali, yang diatur dan disepakati bersama oleh
pimpinan dan staf lembaga berdasarkan periode waktu baik jangka pendek maupun
panjang.
Dia juga berpendapat bahwa perencanaan pendidikan harus dilaksanakan
berdasarkan kesepakatan bersama, harus melibatkan banyak orang yang menghasilkan
program-program yang berpusat pada proses belajar mengajar pada institusi
pendidikan. 6
2. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan
Ruang lingkup perencanaan dipengaruhi oleh dimensi waktu, spasial, dan
tingkatan teknis perencaan. Ketiga dimensi ini saling berineraksi dan masing-masing
dimensi tersebut sebagai berikut:
a. Perencanaan dari Dimensi Waktu
1. Perencanaan Jangka Panjang (Long Time Planning)

5

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru . ( Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm: 16.
6

Musfirotun, op.cit.,hlm: 24-25

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

2

Perencanaan ini meliputi jangka waktu 4 lebih sampai 8 tahun ke atas
untuk lingkungan Kendikbud. Dalam perencanaan ini belum ditampilkan
sasaran-sasaran yang bersifat kuantitatif, tetapi lebih kepada proyeksi atau
perspektif atas keadaan ideal yang diinginkan dan pencapaian keadaan yang
bersifat fundamental, seperti propenas.
2. Perencanaan Jangka Menengah (Medium Term Planning).
Perencanaan ini meliputi jangka waktu satu tahun lebih sampai dengan
empat tahun untuk lingkungan Kemendikbud. Di Indonesia umumnya 5 tahun.
Perencanaan jangka panjang ini merupakan penjabaran atau uraian
perencanaan jangka panjang. Walaupun perencanaan jangka panjang ini masih
bersifat umum, tetapi sudah ditampilkan sasaran-sasaran yang diproyeksikan
secara kuantitatif, seperti propeda. Di sekolah disebut Rencana Kerja Sekolah
(RKS)
3. Perencanaan Jangka Pendek

Jangka waktunya kurang maksimal satu tahun untuk Kemendikbud.
Perencanaan jangka pendek tahunan (annual plan) disebut juga perencanaan
operasional tahunan (annual operational planning), seperti proyek-proyek . Di
lingkungan sekolah disebut Rencana

Kegiatan dan Anggaran Sekolah

(RKAS).
b. Perencanaan dari Dimensi Spasial
Perencanaan dilihat dari dimensi spasial adalah perencanaan yang
memiliki karakter yang terkait dengan ruang dan batasan wilayah.
1. Perencanaan Nasional
Perencanaan Nasional adalah suatu proses penyusunan perencanaan
berskala nasional sebagai konsensus dan komitmen seluruh rakyat Indonesia
yang terarah, terpadu, menyeluruh untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur, memeperhitungkan dan memanfaatkan sumber daya nasional dan
memerhatikan perkembangan internasional. Contoh Propenas dan perencanaan
pendidikan di Indonesia.
2. Perencanaan Regional
Perencanaan Regional ialah pilihan antarsektor dan hubungan antarsektor

dalam suatu wilayah (daerah ) sehingga disebut sebagai perencanaan daerah
atau wilayah. Misalnya, propeda dan perencanaan pendidikan di provinsi/
kabupaten/ kota.

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

3

3. Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan

tata

ruang

ialah

perencanaan

yang


mengupayakan

pemanfaatan fungsi kawasan tertentu, mengembangkannya secara seimbang,
baik secara ekologi, geografis, maupun demografis. Misalnya perencanaan tata
kota, perencanaan permukiman, perencanaan kawasan , perencanaan daerah
transmigrasi, dan proyek-proyek.
c. Perencanaan dari Tingkatan Teknis Perencanaan
1. Perencanaan Makro
Perencanaan makro adalah perencanaan tentang ekonomi dan nonekonomi
secara internal dan eksternal. Perencanaan ekonomi makro meliputi berapa
pendapatan nasional yang akan ditingkatkan, berapa tingkat konsumsi,
investasi pemerintah dan swasta, tingkat ekspor impor, pajak, bunga bank, dan
sebagainya. Pada setiap perencanaan pembangunan pendidikan nasional,
sebelum dirumuskan secara rinci dalam perencanaan sektoral dan regional
maka diperlukan perencanaan makro yang menggambarkan kerangka makro
pendidikan yang berinteraksi satu sama lainnya. Gunanya untuk melihat
keseimbangan kedua faktor tersebut, baik secara internal maupun eksternal,
seperti perencanaan pendidikan nasional.
2. Perencanaan Mikro

Perencanaan mikro pendidikan adalah perencanaan yang disusun dan
disesuaikan dengan kondisi otonomi daearah di bidang pendidikan.
Perencanaan mikro disebut juga pemetaan pendidikan.
3. Perencanaan Sektoral
Perencanaan sektoral adalah kumpulan program dan kegiatan pendidikan
yang mempunyai persamaan ciri dan tujuan. Perencanaan sektoral
memproyeksikan sasaran pembangunan sektor pendidikan dalam mencapai
tujuan pendidikan nasional yang telah ditentukan. Walaupun perencanaan
sektoral menekankan pada sektor tertentu, namun berhubungan dengan sektor
lain. Misalnya kaitannya dengan sektor ekonomi dengan nonekonomi, seperti
perencanaan pendidikan lokal/ provinsi/ kabupaten/ kota.
4. Perencanaan Kawasan
Ialah perencanaan yang memerhatikan keadaan lingkungan dan kawasan
tertentu sebagai pusat kegiatan dengan keunggulan komparatif dan kompetitif
tertentu. Contohnya perencanaan pendidikan kawasan Indonesia Timur.
MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

4

5. Perencanaan Proyek

Ialah perencanaan operasional yang menyangkut operasinalisasi kebijakan
dan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran sektor dan tujuan
pembangunan. Contohnya Perencanaan Proyek Unit Sekolah Baru Sekolah
Menengah Kejuruan.7
3. Dasar dan Filosofi Perencanaan Pendidikan
a. Hakikat Perencanaan Pendidikan
Inti perencanaan adalah sebuah usaha merancang dan memilih pada waktu
sekarang untuk sesuatu yang ingin diwujudkan di masa akan datang [ choosing
our disired future today]. Perencanaan dalam konteks pendidikan berarti
pemilihan atau penentuan program / strategi atau langkah yang dilakukan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Perencanaan pendidikan yang
dilakukan pada dasarnya adalah wujud tanggung jawab dari berbagai alternatif
pilihan yang ada dalam kehidupan. Setiap pilihan yang di ambil pasti mempunyai
konsekuensi dari apa yang di pilih. Oleh

karena itulah, memilih untuk

merencanakan sesuatu dan menyadari akan konsekuensi yang akan hadir
merupakan bentuk tanggung jawab kemanusiaan.
Hakikat perencanaan pendidikan juga dapat berarti sebuah proses pembuatan

peta atau route perjalanan kearah masa depan pendidikan yang di inginkan.
Sebagai sebuah proses, perencanaan pendidikan terus akan berjalan tanpa henti, ia
akan terus berkembang, memperbarui, dan menyesuaikan diri sepanjang proses
perjalanan tersebut.
b. Pentingnya Perencanaan Pendidikan
Mengapa kita perlu merencanakan masa depan? Mulyadi memberikan empat
jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu:
1) karena kita adalah manusia ;
2) karena hanya masa depanlah yang dapat kita pilih;
3) karena perencanaanlah yang menjanjikan hasil baik[ good result];
4) karena kita dapat memusatkan perhatian pada hal-hal penting secara tidak
mendesak.
c. Perencanaan Menjanjikan Hasil Baik

7

Husaini Umam, Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4,( Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), hlm: 81-85

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan


5

Perencanaan yang baik dan komitmen menjalankan dengan serius akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Perencanaan dalam konteks pendidikan
menunjukkan bahwa sebuah perencanaan yang baik akan menghasilkan sesuatu
yang baik pula.
Perencanaan memusatkan hal-hal penting secara tidak mendesak. Perencanaan
menjadikan keputusan-keputusan penting tidak dilaksanakan secara mendadak,
tetapi dengan penuh persiapan dan pertimbangan-pertimbangan. Melalui
perencanaan, akan di analisis kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di
masa akan datang dan kemudian di persiapkan strategi menghadapinya.
d. Falsafah Perencanaan Pendidikan
Terjadi pergeseran falsafah dalam perencanaan, yaitu dari perencanaan yang
didasarkan pada falsafah creating the future from the past atau plan forward ke
falsafah baru, yaitu creating the future from the future atau plan backward.
Perencanaan falsafah creating the future from the past menggunakan
anggapan bahwa apa yang terjadi dimasa lalu akan terjadi kembali di masa akan
datang sehingga jika organisasi melakukan studi atas pola peristiwa masa lalu,
pola peristiwa di masa lalu tersebut diharapkan berulang kembali di masa depan.
Oleh karenanya, perencanaan dengan falsafah creating the future from the past
kurang menjanjikan masa depan karena keterputusan masa lalu dengan masa
depan.
Perencanaan dengan falsafah creating the future from the future pada intinya
adalah usaha penerjemahan visi, misi, dan tujuan [ goal] organisasi yang
dilakukan dengan proses analisis eksternal-internal, trendwatching, envisioning,
dan pemilihan strategi kedalam aksi tindakan [action plan ]. Dalam konten
pendidikan, falsafah ini berarti berusaha menghadirkan masa depan pendidikan
yang direncanakan pada saat ini, melakukan perilaku-perilaku pendidikan masa
depan pada masa sekarang. Hal ini tentu berangkat dari hasil analisis, pembacaan
tren [trendwatching] dan envisioning dalam hal pendidikan.
e. Prinsip-Prinsip Mental dalam Perencanaan
Perencanaan yang efektif hanya akan terlaksana jika setiap dari anggota
dalam organisasi mempunyai kesadaran tinggi tentang pentingnya perencanaan
dalam membangun masa depan. Terdapat tiga sikap yang menjadi prinsip mental
setiap anggota individu organisasi dalam membangun perencanaan yang efektif
yaitu :

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

6

1. Kesadaran diri [ self awareness], dalam pengertian adanya kesadaran bahwa
kita sendirilah yang menjadi penentu masa depan kita [ we are the creator of
our own future] ;
2. Tanggung jawab [ responsibility] , dalam pengertian memiliki tanggung jawab
untuk menuliskan masa depan yang di kehendaki dan langkah-langkah yang
akan ditempuh untuk mewujudkannya [we are responsible for writing our own
script];
3. Intregritas [ intregity] adalah kemampuan seseorang untuk mewujudkan yang
telah direncanakannya, intregritas menurut kewajiban bahwa kitalah yang
berkewajiban untuk mewujudkan apa yang telah kita rencanakan [ we have an
obligation to live our own script].
Ketiga prinsip mental tersebut menjadi landasan dalam pelaksanaan
perencanaan. Sebuah perencanaan yang baik (good planning) tanpa didasari oleh
sikap mental (mindsets) kesadaran diri, tanggung jawab integritas yang kuat tidak
kan pernah menjadi kenyataan . 8
4. Proses Perencanaan Pendidikan
Perencanaan sebagai suatu proses adalah suatu cara yang sistematis untuk
menjalankan suatu pekerjaan. Dalam perencanaan terkandung suatu aktivitas tertentu
yang saling berkaitan untuk mencapai hasil tertentu yang diinginkan. 9
Menurut Banghart dan Trull perencanaan pendidikan meliputi (1973) :
1. Pendahuluan
2. Mengidentifikasi permasalahan pendidikan
3. Analisis area masalah perencanaan
4. Penyusunan konsep dan rencana
5. Mengevaluasi rencana
6. Menetukan rencana
7. Penerapan rencana
8. Rencana umpan balik10

8

Didin Kurniadi dan Imam Machali, op.cit., hlm: 145-151
B. Swanto, Pengantar Manajemen, cetakan ke -6, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2010), hlm: 45
10
Husini Usman, op.cit., hlm: 146
9

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

7

5. Model Perencanaan Pendidikan
Beberapa model perencanaan pendidikan menurut Nanang Fattah:
1. Model Perencenaan Komprehensif
Model ini dipergunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan.
2. Model Target Setting
Model

ini

diperlukana

dalam

upaya

melaksanakan

proyeksi

ataupun

memperkirakan tingkat perkembangan dalam kurung waktu tertentu.
3. Model Kosting (Pembiayaan) dan Keefektifan Biaya
Model ini sering diperguanakan untuk menganalisis proyek-proyek dalam kriteria
efisien dan efektifitas ekonomis. Model ini dipergunakan dalam pendidikan
didasarkan pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak lepas dari masalah pembiayaan.
Dan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses pendidikan, diharapkan
dalam kurung waktu tertentu dapat memberikan benefit.
4. Model Planning Programming Budgetting System (PPBS), dalam bahasa
Indonesia

adalah

Sistem

Perencanaan,

Penyusunan

Program

Dan

Penganggaran (SP 4)
Model PPBS ini berarti bahwa perencanaan penyusunan program dan penganggaran
dipandang sebagai suatu sistem yang tak terpisahkan astu sama lainnya.11
6. Perencanaan dari Dimensi Jenis
Anen menyebutkan jenis perencanaan seperti berikut:
1. Perencanaan dari Atas ke Bawah (Top Down Planning).
Perencanaan ini dibuat oleh pucuk pimpinan dalam suatu struktur
organisasi, misalnya pemerintah pusat yang selanjutnya perencanaan tersebut
disampaikan ke tingkat provinsi/kabupaten/kota untuk ditindaklanjuti.
Perencanaan ini disebut juga perencanaan makaro atau nasional.
2. Perencanaan dari Bawah ke Atas (Bottom-Up Planning).
Perencanaan ini dibuat oleh tenaga perencana di tingkat bawah dari suatu
struktur organisasi, misalnya di buat di provinsi/ kabupaten/ kota untuk
disampaikan ke pemerintahan pusat. Perencanaan ini dapat pula dibuat oleh
11

Musfirotun, op.cit., hlm: 32-34

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

8

Kepala Sekolah untuk disampaikan ke Kepala Dinas Pendidikan setempat,
atau guru kepada kepala sekolahnya.
3. Perencanaan Menyerong ke Samping (Diagonal Planning)
Perencanaan ini dibuat oleh pejabat lain bersama-sama dengan pejabat
yang berada di level bawah di luar organisasinya. Misalnya, Depdiknas Jakarta
dan Bappeda Provinsi membuat perencanaan pendidikan sektoral di daerah.
Perencanaan ini disebut juga perencanaan sektoral.
4. Perencanaan Mendatar (Horizontal Planning)
Biasanya dibuat pada saat membuat perencanaan lintas sektoral oleh
pejabat selevel. Misalnya , perencanaan peningkatan sumber daya manusia
melibatkan pejabat

Departemen pendidikan, Depag, Departemen Tenaga

Kerja dan Transmigrasi, Departemen Kesehatan, dan Departemen Sosial.
5. Perencanaan Mengglinding (Rolling Planning)
Dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam bentuk perencanaan jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Perencanaan ini menghasilkan
Rencana Tahunan, Rencana Lima Tahunan dan Rencana Strategi.
6. Perencanaan Gabungan Atas ke Bawah dan Bawah Ke Atas (TopDown and Buttom-Up Planning).
Dibuat untuk mengakomodasi kepentingan pemerintah pusat dengan
pemerintah provinsi/ kabupaten/ kota. Oleh sebab itu pembuatannya
melibatkan partisipasi aktif dari kedua belah pihak. 12
B. Pengorganisasian Pendidikan.
1.

Pengertian Pengorganisasian Pendidikan
Organisasi adalah sebuah wadah, tempat , atau sistem untuk melakukan

kegiatan bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan,
pengorganisasian [organizing] merupakan proses pembentukan pada /sistem dan
penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
Jika dikaitkan dengan pendidikan [organisasi pendidikan], organisasi adalah
tempat untuk melakukan aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang di inginkan. Sedangkan, pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses

12

Husaini Umam, op.cit.,, hlm: 885-86

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

9

pembentukkan

tempat

atau

sistem

dalam

rangka

melakukan

kegiatan

kependidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan. 13
2.

Proses Pengorganisasian
Proses organisasi dalam suatu perusahaan atau lembaga pendidikan adalah

meliputi

pembatasan

dan

penjumlahan

tugas-tugas,

penglompokan

dan

pengklasifikasian tugas-tugas, serta pendelegasian wewenang diantara personel
atau karyawan perusahaan.
Tahap-tahap atau langkah –langkah menejemen dalam membentuk kegiatan pada
proses pengorganisasian sendiri meliputi:
a. Sasaran , manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai.
b. Penentuan kegitan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui, merumuskan
dan menspesifikasikan kegiatan- kegiatan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan organisasi dan menyusun daftar kegiatan –kegiatan yang diperlukan
yang akan dilakukan.
c. Pengelompokan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengelompokan
kegiatan-kegiatan dalam beberapa kelompok atas dasar tujuan yang sama,
kegiatan –kegiatan yang bersamaan serta berkaitan yang terdapat dalam satu
unit kerja/ satu departemen.
d. Pendelegasian wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya
wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap departemen.
e. Rentang kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah personil pada
setiap departemen.
f. Perincian peranan perorangan, artinya manajer harus menetapkan tugas-tugas
perorangan.
g. Tipe organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organsasi, apa yang
akan dicapai, apakah line organization, line and staff organization atau
function organization.
h. Bagan organisasi, artinya manajer/ organisator harus menetapkan bagan/
struktur organisasi yang bagaimana yang akan dipergunakan.14

13

Didin Kurniadin, op.cit., hlm: 240-241
Marno dan Triyo supriyanto, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2008), hlm: 18-19.
14

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

10

3.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi didefinisikan sebagai suatu kerangka kerja yang dipikirkan
oleh manager untuk membagi-bagi dan mengkoordinasikan aktivitas suatu anggota
organisasi. Definisi yang hampir sama yaitu srtuktur organisasi adalah cara yang
dipakai untuk membagi, mengorganisasikan , dan mengkoordinasikan aktivitas
organisasi. Proses yang harus dilalui untuk dapat menentukan pembagian kerja dan
koordinasi tersebut disebut sebagai desain organisasi. Prinsip-prinsip mendesain
struktur organisasi:
a) Pembagian Kerja ( Division Of Work)
Stoner mendefinisikan pembagian kerja sebagai pembagian seluruh
beban pekerjaan menjadi sejumlah tugas secara wajar dan nyaman yang dapat
dilaksanakan oleh individu atau kelompok. Dapat didevinisikan juga sebagai
upaya membagi pekerjaan menjadi pekerjaan yang kecil, sederhana, dalam
kegiatan yang terpisah, diman karyawan dapat mengkhususkan diri pada
bidang tersebut sehingga produktivitas total meningkat secara geometik.
Pembagian kerja dalam organisasi terjadi tiga cara yang berbeda, yaitu:
1. Pekerjaan dapat dibagi berdasar bidang keahlian profesional
2. Pekerjaan dapat di bagi ke dalam aktivitas berbeda berdasarkan
pekerjaan yang dilakukan di organisasi.
3. Pekerjaan di bagi ke arah vertikal.
b) Kesatuan Komando (Unity Of Comand)
Prinsip ini menekankan bahwa bawahan hanya boleh mempunyai satu
atasan yang kepadanya dia bertanggung jawab langsung. Unity of comand
penting karena akan mengurangi ambigu dan kemungkinan terjadinya konflik
perintah [ orders] dari supervisior yang berbeda.
c) Wewenang (Authority)
Adalah hak yang melekat pada manajer untuk memberi perintah dan di
patuhi. Menurut Gibson wewenang adalah hak untuk membuat keputusan
tanpa persetujuan dari manajer yang di atasnya lagi dan membutuhkan
kepatuhan dari pihak lain yang telah di tunjuk.

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

11

d) Rentang Kendali (Span Of Control)
Adalah jumlah bawahan yang dapat diatur oleh manajer secara efektif
dan efesien. Memilih rentang kenbali manajemen yang memadai untuk suatu
hierarki organisasi penting karena ada dua alasan : pertama, rentang itu dapat
mempengaruhi apa yang terjadi pada hubungan kerja dalam sebuah
departemen tertentu. Kedua, rentang mempengaruhi kecepatan pembuatan
dalam situasi yang harus melibatkan berbagai tingkat hierarkhi organisasi.
e) Departementalisasi (Departementalization)
Pengelompokan

karyawan

dan

tugas

disebut

departementalisasi.

Departementalisasi merupakan hasil keputusan manajer tentang aktivitas
pekerjaan apa yang dapat dihubungkan dalam kelompok serupa setelah
aktivitas itu dibagi-bagi menjadi tugas. Departemen juga dapat diartikan
sebagai spesifik lokasi atau suatu set aktivitas yang mana manajer
bertanggungjawab. Istilah lain departemen yang umumnya dapat digunakan
adalah aktivitas seksi, divisi dan cabang.

15

Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur
organisasi. Keberadaan struktur organisasi menjadi pembeda utama antara
organisasi formal dan informal. Struktur organisasi formal dimaksudkan
untuk menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung jawab kepada
personel dan membangun hubungan tertentu diantara orang-orang pada
berbagai kedudukan. Lembaga pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, SMU/MA)
merupakan contoh organisasi formal.
Struktur

dalam

organisasi

formal

memperlihatkan

unsur-unsur

administrasi sebagai berikut:
a. Kedudukan. Struktur menggambarkan letak atau posisi setiap orang
dalam organisasi.
b. Hierarki kekuasaan. Struktur digambarkan sebagai suatu rangkaian
hubungan antara satu orang dan orang lain dalam suatu organisasi.
c. Kedudukan garis dan staff. Organisasi garis menegaskan struktur
pengambilan keputusan, jalan permohonan , dan saluran omunikasi

15

hlm: 40-50

Abdul Aziz Wahab, Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan,(Bandung: Alfabeta, 2008),

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

12

resmi untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan instruksi,
perintah , dan petunjuk pelaksana.
Bentuk/skema struktur organisasi formal dapat membentuk
piramidal, mendatar atau melingkar. 16

Struktur Organisasi Piramidal

Struktur Organisasi Mendatar

4.

Pendelegasian Wewenang Serta Tata Hubungan Dalam Organisasi.
a. Bentuk wewenang
Kossen menjelaskan tentang berbagai tipe wewenang formal yang
berlaku saat ini:
a. Line authority
Dari bentuk organisasi, line authority adalah yang paling
sederhana dan ini adalah bentuk yang biasa digunakan oleh
organisasi kecil. Seorang manajer dengan line authority mengatur
aktivitas yang berhubungan langsung dengan usaha pencapaian
sasaran organisasi.
b. Line and staff authority

16

Didin Kurniadin,op.cit., hlm: 242-243

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

13

Sebagian organisasi saat ini umumnya mengkombinasikan dua
bentuk wewenang yaitu line and staff authority. Menurut Sutisna
line di artikan sebagai kedudukan yang diserahi kekuasaan
administratif umum dalam arus langsung dari tempat paling atas ke
tempat paling bawah. Line staff sebaliknya tidak memiliki
wewenang

mengambil

keputusan.

Mereka

di

karenakan

pengetahuan teknis atau profesional yang di miliki memberikan
bantuan atau nasihat kepada line member sehingga line member
dapat terbebas dari detail yang tidak berhubungan langsung dengan
operasional harian atau tidak juga membutuhkan keahlian atau
pengetahuan khusus.
c. Wewenang fungsional
Perbedaan antar struktur line and staff dan fungsional adalah
pada fungsional, staff ahli melaksanakan wewenang langsung atas
beberapa jalur aktifitas departemen.
d. Organisasi matrik
Disebut juga sebagai komando berganda. Proyek manajer,
bebas dari tanggung jawab langsung atas staff sehingga mereka
dapat memusatkan perhatian pada menejemen yang efektif dalam
proyek.
b. Macam Wewenang
Macam wewenang ada dua yaitu:
a. Sentralisasi adalah model wewenang yang paling tua, yaitu dimana
semua pusat pengmbilan keputusan berada di satu tangan. Alasan
perlunya sentralisasi wewenang adalah, pertama individu tersebut
harus dididik untuk membuat keputusan yang menyertai delegasi
wewenang, sedangkan program pelatihan formalnya bisa menjadi
mahal dan tidak sebanding dengan manfaatnya. Kedua, banyak
manajer terbiasa membuat keputusan dan menolak pendelegasikan
wewenang kepada bawahan. Ketiga, bila mana tingkat manajemen
yang lebih rendah mempunyai wewenang, maka manajemen
puncak harus mempunayai beberapa alat peninjau penggunaan
wewenang

tersebut.

Konsekuensinya.,

mereka

umumnya

menciptakan suatu sistem pelaporan yang dapat menginformasikan
MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

14

hasil keputusan dan dibuat pada tingkat organisasi yang lebih
rendah. Keempat bagi sentralisasi, desentralisasi berarti duplikasi
fungsi. Masing-masing unit otonomi harus betul-betul mendukung
sendiriuntuk

menjadi

independen

ini

berarti

berpotensi

mwningkatkan biaya akibat adanya duplikasi .
b. Desentralisasi adalah model wewenang yang bisa di kata sebagai
modifikasi dari kelemahan wewenang sentralisasi. Semakin banyak
tugas yang banyak diurus dan kebutuhan untuk mengambil
keputusan secara cepat sehingga membutuhkan adanya penyerahan
wewenang. Alasan perlunya desentralisasi wewenang adalah
pertama, pendelegasian wewwenang yang relatif tinggi mendorong
pengembangan

manajer

profesional.

Adanya

desentralisasi

wewnang memungkinkan manajerr membuat keputusan yang
signifikan untuk memperoleh ketermapilan dan untuk memajukan
perusahaan. Kedua, desentralisasi wewenag yang benar dapat
membantu mengaahkan iklim kompetensi di organisasai. Manajer
dimotivasi

untuk

memeberikan

kontribusi

dalam

atmosfir

kompotitif kini karena mereka akan dibandingkan dengan rekannya
dengan berbagai ukuran kinerja. Kesimpulannya ialah bahwa setiap
atasan tetap bertanggung jawab atas tindakan orang-orang dibawah
perintahnya; karena dialah yang mempercayakan kewenangannya
dan menyerahkan kewajiban kepada bawahannya itu. Karena itu ia
harus memikul tanggung jawab atas tindakan mereka.17

17

Abdul Aziz Wahab, op.cit.,hlm: 48-49

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan dalam pendidikan adalah, menurut Sergiovanni dan Syaiful
Sagala adalah tuntutan-tuntutan antaksiran-taksiran, pos-pos tujuan dan letak-letak
pedoman yang telah menjadi komitmen dan pernyataan keputusan yang tidak
dapat ditarik kembali, yang diatur dan disepakati bersama oleh pimpinan dan staf
lembaga berdasarkan periode waktu baik jangka pendek maupun panjang. Ruang
lingkup perencanaan dipengaruhi oleh dimensi waktu, spasial, dan tingkatan
teknis perencaan. Hakikat perencanaan pendidikan berarti sebuah proses
pembuatan peta atau route perjalanan kearah masa depan pendidikan yang di
inginkan. Menurut Banghart dan Trull perencanaan pendidikan meliputi (1973) :
pendahuluan , mengidentifikasi permasalahan pendidikan, analisis area masalah
perencanaan , penyusunan konsep dan rencana, mengevaluasi rencana, menetukan
rencana, penerapan rencana, rencana umpan balik. Model perencanaan pendidikan
yaitu: model perencenaan komprehensif, model target setting, model kosting
(pembiayaan) dan keefektifan biaya, model planning programming budgetting
system (ppbs), dalam bahasa indonesia adalah sistem perencanaan, penyusunan
program dan penganggaran (sp 4). Anen menyebutkan jenis perencanaan seperti
berikut: Perencanaan dari Atas ke Bawah (Top Down Planning), Perencanaan
dari Bawah ke Atas (Bottom-Up Planning), Perencanaan Menyerong ke Samping
(Diagonal Planning), Perencanaan Mendatar (Horizontal Planning), Perencanaan
Mengglinding (Rolling Planning), Perencanaan Gabungan Atas ke Bawah dan
Bawah Ke Atas (Top-Down and Buttom-Up Planning).
Pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses pembentukkan tempat atau
sistem dalam rangka melakukan kegiatan kependidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang di inginkan. Proses organisasi dalam suatu perusahaan atau
lembaga pendidikan adalah meliputi pembatasan dan penjumlahan tugas-tugas,
penglompokan dan pengklasifikasian tugas-tugas, serta pendelegasian wewenang
diantara personel atau karyawan perusahaan. Struktur organisasi didefinisikan
sebagai suatu kerangka kerja yang dipikirkan oleh manager untuk membagi-bagi
dan mengkoordinasikan aktivitas suatu anggota organisasi. Macam wewnang ada
dua yaitu sentralisasi dan desentralisasi.
MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

16

DAFTAR PUSTAKA
Kurniadi , Didin dan Imam Machali. 2013. Manajemen Pendidikan : Konsep & Prinsip
Pengelolaan Pendiidikan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marno dan Triyo supriyanto. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Bandung: PT Refika Aditama.
Somantri, Manap. 2014. Perencanaan Pendidikan: Konsep Dasar Perencanaan Pendidikan,
Analisis Posisi Sistem Pendidikan, Perencanaan Strategis Penuntasan Wajib Belajar
dan , Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Swanto, B. 2010. Pengantar Manajemen,cetakan ke -6 . Jakarta: PT Bumi Aksara
Umam, Husaini. 2013. Manajemen : Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Wahab, Abdul Aziz. 2008.Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Yusuf, Musfirotun.

2009.

”Membangun Manajamen Mutu Pendidikan Menghadapi

Tantangan Global “. Pekalongan: Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan, Vol.7,
Nomor 1, Juni.
Yusuf, Musfirotun. 2008. Manajemen Pendidikan : Sebuah Pengantar. Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press.

MANAJEMEN PENDIDIKAN| Perencanaan dan Pengorganisasian Pendidikan

17