treatment dan penanggulangan efek racun

TREATMENT DAN PENANGGULANGAN EFEK
RACUN
KELOMPOK 6
Arma Yunisa

(1201005 )

Debby Novrioza

( 1201012 )

Delvan FikraIni

( 1201015 )

Febby Novitasari

(1201032 )
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU


PEKANBARU
2014

Definisi :

Efek
toksik

1. Racun adalah Zat yang bekerja pada
tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang
dalam dosis toksik akan menyebabkan
gangguan kesehatan atau
mengakibatkan kematian (Mansjoer
dkk., 2000).
2. Keracunan dapat diartikan sebagai setiap
keadaan yang menunjukkan kelainan
multisystem dengan keadaan yang tidak
jelas (Arif Mansjor, 1999).


MENURUT CARA TERJADINYA
KERACUNAN

MENURUT MULA
TERJADINYA KERACUNAN

Keracunan Akut
Keracunan Kronis

MENURUT ORGAN YANG TERKENA

 Neurotoksik

 Kardiotoksik
 Nefrotoksik

 Hepatotoksik

Treatmen dan
penanggulangan

efek toksik

APA YANG MENJADI DASAR TERAPI
KERACUNAN ??
Memperbaiki kondisi penderita

Membatasi penyebaran racun di dalam
tubuh dan meningkatkan pengakhiran
aksi racun

Prinsip Umum Manajemen Terapi
Mana yang harus ditangani lebih dulu ?

Patient

???

Poison

Treat The Patient Not The Poisons


Pendekatan Umum Terapi

1. Penilaian
gejala klinik
keracunan
pasien dan
dekontaminasi
awal

2. Perawatan darurat
stabilkan kondisi px :
-Airway
-Breathing
-Circulation
-Central Nervous System

4.
Pemeriksaan
Laboratorium:

-urine
-darah
-plasma

3. Riwayat

5. Pembersihan racun dr tubuh:
-dekontaminasi
-penghambatan absorpsi
-percepatan eliminasi racun
-terapi antidot

Korban keracunan harus dievaluasi secara hati-hati sebelum
rencana terapi dimulai

PENILAI
AN
GEJALA
KLINIK


TTV : kecepatan pernafasan, kecepatan jantung, tekanan darah,
EKG, ukuran pupil mata, dan suhu tubuh
Bersamaan prosedur dekontaminasi awal : pelepasan baju dan
alas kaki, pencucian kulit pasien.
Tenaga kesehatan  menggunakan baju pelindung, masker dan
sarung tangan

2. PERAWATAN DARURAT

Tindakan pertama dalam penanganan kasus keracunan akut
zat kimia adalah “TERAPI SUPORTIF”  memelihara

fungsi vital seperti :

- Pernafasan buatan mekanis untuk memelihara oksigenasi
- Pemeliharaan sirkulasi darah, keseimbangan elektrolit
- Pemeliharaan fungsi ginjal

Terapi SUPORTIF : Menstabilkan Kondisi Pasien
.Airway

Pemeliharaan aliran udara  miringkan kepala, angkat dagu, dan
bersihkan jalan udara oral dg penyedotan

Breathing

Pemeliharaan pernafasan  depresi pernafasan atau
sianosis, diberikan oksigen. Pernafasan buatan dari mulut
ke mulut dihindari

Circulation & Central Nervous System

- Pemeliharaan peredaran darah  hipotensi (+ infus D10%
atau saline normal)
- Pemeliharaan sistem syaraf pusat  konvulsi

TERAPI
SUPPORTIF

Oksigenasi


Terapi cairan

Pernafasan
buatan secara
mekanik

Pemeriksaan TTV

PEMBERSIHAN
RACUN
TERAPI ANTIDOT

Terapi Antidot

Sasaran ?
Intensitas efek toksik

Strategi
Absorpsi


Distribusi

Antidot tak khas atau khas

Eliminasi

1.

Metode khas: Metode yg hanya dpt digunakan
bila zat beracunnya telah diketahui serta
antidotumnya ada

METODE TERAPI ANTIDOTUM
Contoh: utk menggeser kurva distribusi ke
kanan, dpt digunakan tiosulfat utk terapi
keracunan sianida

2. Metode Tak Khas: metode umum yg dapat

diterapkan pada sebagian besar zat beracun

Contoh:pergeseran kurva absorbsi kekanan
dpt dilakukan dg: - pemberian emetika,
pemuntah mekanis, pembilasan lambung,
penyerapan dsb

Merupakan tata cara yang secara
khusus ditujukan untuk membatasi
intensitas (kekuatan) efek toksik zat
kimia atau menyembuhkan efek
toksik yang ditimbulkannya,

ANTIDOTUM
ADALAH

sehingga bermanfaat dalam
mencegah timbulnya bahaya lebih
lanjut. Berarti, sasaran terapi
antidot adalah pengurangan
intensitas efek toksik.
(Donatus,1997).


1 Membentuk senyawa kompleks dengan racun :
dimerkaprol, EDTA, deferoksamin
2. Mempercepat detoksifikasi racun : natrium
tiosulfat,dll.
3.

Berkompetisi dengan racun dalam interaksi
dengan reseptor : oksigen, nalokson.
4. Memblokade reseptor esensial : atropine.

MEKANISME
ANTIDOTUM
secara umum

5. Efek antidot melampaui efek racun : oksigen,
glukagon.
6. Mempercepat pengeliaran racun : NaCl untuk
meningkatkan pengeluaran urin pada keracunan
bromide

7. Menghambat absorpsi racun : MgSO4.
8.Menginaktifkan racun : natrium tiosulfat, antibisa,
antitoksin botulinus.
9. Pengendap racun : natrium sulfat, kalsium laktat.

GOLONGAN ANTIDOTUM

MEKANISME EDTA

ANTIDOTUM
KIMIAWI

Zat-zat
pembentuk
kelat
KelatAdalah Kompleks
Antara Loam Dan Suatu
SenyawaYang
Mengandung DuaAtau
Leih Ligan Potensial

Efektif digunakan adalah caNa2EDTA
pembentukan kompleks kelat dengan logam
valensi dua dan tiga pd tubuh
ion logam yg
afinitas lebih tinggi terhadap caNa2EDTA
ekskresi

Mekanisme dimerkapol
Pembentukan kompleks kelat antara gugus SH dan
logam
kompleks stabil
meningkatkan
eliminasi logam
mencegah inaktivasi enzim-enzim mengandung SH
(sulfhidril)
melawan kerja biologis logam yg
membentuk merkaptida dengan gugus SH pada sel

MEKANISME DEFEROKSAMIN
Membentuk kelat dengan logam besi
Dengan ion feri membentuk feroxamin mengikat zat
besi dari feritin dan hemosiderin
ekskresi mlalui
ginjal urin erwarna merah

Antidotum Farmakologi
1.Nalokson hidroklorida
Nalokson adalah antagonis opioid yang bekerja pada
reseptor yang sama sehingga berkompetisi dalam
memperebutkan reseptor opioid. Karena kerja dari
nalokson sangat singkat, maka diperlukan pemberian
berulang sesuai dengan frequensi nafas dan kedalam
koma.
2.Flumazamil
Flumazamil adalah suatu benzodiazepine antagonis.
Benzodiazepine sebagai obat tunggal dapat
menyebabkan mengantuk, ataksua, dan kadangkadang depresi. Obat-obat golongan bensodiazepin
bersifat sinergis dengan obat depresan lain jika
diminum bersamaan.
3.Oksigen
Karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan
keracunan kerena kemampuannya dalam mengikat
hemoglobin (Hb) dan membentuk zat komplek yang
tidak dapat berfungsi mengikat oksgen lagi.

Antidotum
bekerja
sebagai
Antagonis
Fungsional

Atidotum non spesifik berguna sebagai
terapi simtomatik dan mengantagonis zat
toksik tertentu

Contoh; Diazepam

interaksi diazepin
afinitas gaba terhadap
reseptor
aktif
saluran ion klorida
akan terbuka sehingga ion klorida masuk ke dlm
sel
hiperpolarisasi sel
kemampuan
sel untuk dirangsang akan berkurang

STRATEGI TERAPI ANTIDOT
Kadar

Kadar letal/kematian
Kadar Toksik
K.TM

waktu

Terapi antidot ditujukan :
Untuk menghindari kadar senyawa toksik berada di
“daerah warna merah” (intensitas efek toksik)

Berdasarkan kurva kadar racun di dalam darah,
maka ada 3 tatacara (strategi terapi) yang mungkin
mampu melaksanakan tujuan terapi antidot
1. Menggeser kemiringan (slope) fase absorbsi atau distribusi ke arah
kanan
Kadar

Kadar letal/kematian

Kadar Toksik

Kadar

Kadar letal/kematian

Kadar Toksik

waktu

waktu

Pergeseran kurva fase absorbsi kearah kanan ini
akan memperlambat absorbsi racun sehingga
dapat mempercepat penurunan intensitas efek
racun. Untuk melakukan hal ini dapat dilakukan
dengan 2 metode, yaitu :
a. Metode tidak khas :

1. Emetika (apomorfin, sirup ipeka)
2. Pemuntahan mekanis (menaruh jari pada
kerongkongan
bagian atas)
3. Penetralan kimia (penetralan asam basa)
4. Penyerapan (arang aktif)

1. Muntah, induksi muntah

Emetika
MEKANISME SIRUP IPEKAK .
Komponen alkaloid cephaeline dan
emetine
IPEKAK
EFEK IRITAN LOKAL
SALURAN CERNA & PEMICU CTZ
(CHEMOREECEOTOR TRIGGER ZONE)
POSTREMA MODULA

MEKANISME APOMORFIN
APOMORMIN
STIMULASI CTZ
MUNTAH
• Memiliki efek depresan pernapasan

a. sirop ipekak peroral,
dosis : dewasa 30 ml, anak
10 – 15 ml, bila perlu
dapat diulang setelah 15
menit.
b. Apomorfin, lebih toksik
(pada anak), efek emetika
menetap, depresi ssp

Pemuntahan mekanis

Penetralan kimia
(penetralan asam basa)

racun yang bersifat asam dapat
dinetralkan
dengan
susu
atau
antasida, dan Basa dapat dinetralkan
dengan asam encer(seperti dengan 3
sendok makan cuka dapur dalam
segelas air).

Cara mekanis lain yaitu
dengan memukukl faring
bagian posterior (belakang)

PENYERAPAN ARANG AKTIF

Karbon aktif
meningkatkan
struktur pori internal dan kapasitas
serap permukaan karbon.
Permukaan karbon aktif
mengandung gugus karbonil, dan
sekelompok hidroksil yang mampu
mengikat racun.

Dosis : 1 g / kg BB atau 10 X senyawa yang
tertelan, bisa diulang 0,5 – 1 g/kg BB/
2 - 6 jam

Pergeseran kurva fase distribusi ke
kanan (penyebaran racun diperlambat)
Metode tidak khas
1.

Penjerat ion dengan cara merubah pH darah (perbaikan
keseimbangan asam-basa)

2.

Penggantian tempat ikatan racun (infusi albumin)

b. Metode khas :
Pembentukan komplek yang kurang toksik

Zat
Besi
Besi
Perak nitrat
Nikotina
Fluorida

Antidot
Sodium bikarbonat
Deferokasamine
Sodium klorida
Potasium permanganat
Kalsium laktat

Produk
ferrokarbonat
Besi khelat
Perak klorida
Produk oksidasi
Kalsium flourida

dar

2. Menggeser kemiringan fase eliminasi ke
arah kiri
Akan mempercepat eliminasi racun
(metabolisme dan ekskresi dipercepat)
Kadar letal/kematian
Kadar Toksik

Kadar

Kadar letal/kematian
Kadar Toksik

waktu

waktu

Metode tidak khas
1. Hemodialisis
2. Dialisis peritoneal
3. Diuresis Paksa
4. Hemoperfusi
5. Pertukaran transfusi
6. Penyesuaian pH dan diuresis (membasakan
air kencing untuk asam organik dan
mengasamkan air kencing untuk basa
organik lemah)

HEMODIALISIS

suatu proses dimana darah
dikeluarkan dari tubuh
penderita dan dipompa ke
dalam mesin yang akan
menyaring zat-zat racun keluar
dari darah, kemudian darah
yang sudah bersih
dikembalikan lagi kedalam
tubuh penderita
Tindakan ini dilakukan pada
keracunan dengan koma yang
dalam, hipotensi berat,
kelainan asam basa dan
elektrolit, penyakit ginjal
berat,penyakit jantung,
penyakit paru, penyakit
hati,dan pada kehamilan.

DIALISIS
PERITONEAL

suatu proses dimana cairan yang
mengandung campuran gula dan
garam khusus dimasukkan ke dalam
rongga perut dan akan menyerap zatzat racun dari jaringan.

DIURESIS PAKSA

MEKANISME UMUM
Mengahambat reabsorpsi
melalui penurunan gradient
konsentrasi obat dari lumen ke
sel tubulus dan peningkatan
aliran melalui tubulus
• Diuresis
paksa
dapat
diperoleh dengan diuretika
jerat
henle
(misalya
furosemide,
bumetanida)
secara infus (furosemidda 4080-160
mg
dengan
mensubtitusi kehilangan air
dan elektrolit).

HEMOPERFUSI

Darah dialirkan melalui suatu kolom
(coated charcoal column)
membersihkan darah dari zat toksik
dengan cara mengikatnya dalam
kolom
pada hemoperfusi yang dilakukan
diluar tubuh darah dilewatkan
melalui adsorbensia yang dirancang
khusus ( harsa polistiren, arang, dll )
sebagai pengganti arang saat ini
banyak digunakan amberlite XAD-4
atau XR-010

PERTUKARAN
TRANSFUSI

transfuse penukar terdiri atas
pengambilan darah dan
pemberian infus darah dari
cadangan darah dan dilakukan
bergantian. Walaupun demikian
metode ini hanya digunakan
kasus- kasus tertentu saja
misalnya pada keracunan
pembentuk methemoglobin,
karena risiko penggunaan yang
tinggi ( misalnya bahaya
hepatitis).

pembasaan atau
pengasaman urin
Cara yang dapat dilakukan adalah
dengan mengubah pH urin yaitu:
membasakan urin /meningkatkat pH
urin sehingga memperbesarionisasi
asam organik lemah, atau
mengasamkan urin / menurunkan pH
urin yang akan menaikkan ionisasi basa
organic lemah
Zat organik yang terionisasi, tidak akan
dibsorbsi kembali. Maka kecepatan
ekskresi dalam urin akan meningkat.
Dengan melihat nilai kecepatan absorbsi
maka akan diketahuin apakah
pengubahan pH urin akan bermanfaat

Metode khas
meningkatkan eksresi atau pembentukan
produk kurang toksik dengan cara
pembentukan khelasi atau kompleksasi
Zat
Ion bromida
Strontium
Timah, nikel,kobalt,
kupri
Merkuri, arsenat,
emas
kupri
Toksin botulinus
Fosfat organik

Antidot

Produk

Ion klorida
kalsium

Peningkatan eksresi ginjal

EDTA

khelasi

BAL (dimerkaprol)

Khelasi

d-penisilamina

Khelasi

Antitoksik botulisme

Kompleksasi

pralidoksim

Reaktifasi enzim nukleofil

Peningkatan eksresi ginjal

3. Penaikkan nilai ambang toksik
Akan mempercepat penurunan intensitas toksik
racun, karena ambang toksik tersebut lebih sulit
tercapai
Kadar
Kadar

Kadar letal/kematian
Kadar Toksik

Kadar letal/kematian

Kadar Toksik

Metode tidak khas
1. Pernafasan buatan mekanis untuk
memelihara oksigenasi darah

2. Pemeliharaan sirkulasi darah
3. Pemeliharaan kesetimbangan elektrolit

4. Pemeliharaan fungsi ginjal

Penanganan Pada Pada
Keracunan Eksternal

Keracunan pada kulit
Apabila racun mengenai kulit, maka pakaian
yang terkena racun harus diganti. Kemudian
daerah yang terkena dibilas dengan air
hangat atau pasien diharuskan untuk mandi.
Jika kulit terluka parah maka cuci dengan air
(yang tidak terlalu hangat) dan sabun.
Penanganan lain yang dapat dilakukan yaitu
membersihkan dengan polietilenglikol 400.

Kerusakan pada mata
Jika zat merangsang mata (zat
apapun tanpa membedakan jenis
bahannya), maka mata harus dicuci
bersih
dengan
menggunakan
banyak air, sebaiknya pada kondisi
kelopak mata terbalik.

TERIMAKASIH