Tugas Perkindo Kebijakan Fiskal dan Makr
Jenis
Kebijakan
Ekonomi
Makro
Kebijakan
Fiskal
Tahu
n
Pokok-pokok Kebijakan
Fiskal
Latar Belakang
Masalah Ekonomi
Makro
2008
Kebijakan fiskal dari sisi
penerimaan yang akan
ditempuh dalam tahun 2008
adalah mengupayakan
peningkatan rasio perpajakan
dari 13,4% di tahun 2007
menjadi 13,5% dari PDB di
tahun 2008 sera
mengoptimalkan penerimaan
negara dari PNBP. Upayaupaya yang dilakukan untuk
itu antara lain yaitu
Perbaikan admistrasi
dan pelayanan
perpajakan,
Penerapan pelaksanaan
UU perpajakan yang
baru,
Ekstensifikasi dan
intensifikasi perpajakan.
Di sisi belanja negara, pada
tahun 2008 arah kebijakan
belanja pemerintah pusat
difokuskan untuk
meningkatkan kualitas belanja
negara meliputi :
Perencanaan yang
tepat,
Eksekusi anggaran yang
prudent,
Penggunaan pada
kebutuhan yang
prioritas dan
emergency, dan
Pencatatan dan
pelaporan yang rapi dan
disiplin.
Sedangkan untuk belanja ke
daerah, pemerintah akan
melakukan konsolidasi defisit
APBN dan APBD untuk lebih
memantapkan desentralisai
fiskal. Hal ini ditujukan untuk :
Mengurangi
kesenjangan fiskal
antara pusat dan
daerah, serta antar
daerah;
Meningkatkan kapasitas
daerah dalam menggali
Indikator makro 2008
yang akan diupayakan
yaitu antara lain
pertumbuhan ekonomi
tahun 2008
diproyeksikan berkisar
pada angka 6,6% s/d
7,0% dan indikator
ekonomi lainnya
diharapkan dalam
keadaan stabil,
sedangkan sasaran
sektoral antar lain yaitu
pengangguran pada
tahun 2008 diperkirakan
dapat ditekan menjadi
8,0%-9,0% dan jumlah
tingkat kemiskinan turun
menjadi sekitar 15%16,8%.
Untuk mendukung upaya
pencapaian sasaran
indikator makro,
dibutuhkan kebijakan,
baik fiskal oleh
pemerintah maupun
moneter oleh BI. Kedua
kebijakan tersebut harus
dikoordinasikan dan
diharmonisasikan secara
maksimal. Hal ini sangat
penting dalam menjaga
stabilitas ekonomi makro
terutama dalam menjaga
indikator ekonomi inflasi,
suku bunga dan nilai
tukar rupiah. Sementara
itu, kebijakan
desentralisasi fiskal juga
merupakan hal vital
dalam mendukung
pertumbuhan.
Keserasian peraturan
pusat dan daerah serta
peningkatan pengelolaan
APBD akan merangsang
investasi untuk masuk ke
daerah yang pada
saatnya akan
potensi pendapatan asli
daerah,
Pengalihan secara
bertahap dana
dekonsentrasi dan tugas
pembantuan yang
ditujukan untuk
mendanai kegiatan yang
sudah menajadi urusan
daerah ke DAK, dan
Menghapus hold
harmless sehingga pada
tahun 2008 tidak
dialokasikan Dana
Penyesuaian.
Untuk menutupi defisit APBN
2008 yang diperkirakan masih
berada pada angka diatas 1 %
dari PDB, maka pemerintah
tetap mengutamakan strategi
pembiayaan yang murah dan
rendah resiko. Dalam tahun
2008, kebijakan pembiayaan
masih diprioritaskan dari
sumber-sumber dana dalam
negeri yaitu
Rekening pemerintah,
Penerbitan SBN rupiah,
Obligasi Ritel Indonesia
(ORI),
Surat Perbendaharaan
Negara (SPN) jangka
pendek,
Surat Berharga Negara
(SBN) syariah.
Sedangkan sumber
pembiayaan dari luar negeri
akan berasal dari pinjaman
program dan proyek dan
penerbitan SBN valas. Dari
semua upaya pembiayaan
yang ditempuh, pemerintah
tetap berkomitmen untuk
menurunkan ratio utang
Indonesia terhadap PDB
menjadi sebesar 35,2% thd
PDB pada tahun 2008,
sebagaimana yang telah
diupayakan pemerintah sejauh
ini.
mendukung
pertumbuhan secara
agregat.
Jenis
Kebijakan
Ekonomi
Makro
Kebijakan
Fiskal
Tahun
2009
Pokok-pokok Kebijakan
Fiskal
Latar Belakang
Masalah Ekonomi
Makro
Berdasarkan arah dan strategi
kebijakan fiskal di atas, maka
postur RAPBN 2009 akan
meliputi pokok-pokok besaran
sebagai berikut :
a. Pendapatan Negara dan
Hibah diperkirakan sebesar
Rp1.124,0 triliun (21,2 persen
terhadap PDB), yang terinci
dalam penerimaan perpajakan
sebesar Rp748,9 triliun (14,1
persen terhadap PDB),
penerimaan negara bukan pajak
sebesar Rp374,1 triliun (7,1
persen
terhadap PDB), dan hibah
sebesar Rp0,9 triliun;
b. Total Belanja Negara
diperkirakan sebesar Rp1.203,3
triliun (22,7 persen terhadap
PDB), yang terinci dalam
belanja pemerintah pusat
sebesar Rp867,2 triliun (16,4
persen
terhadap PDB), dan transfer ke
daerah sebesar Rp336,2 triliun
(6,3 persen terhadap PDB);
c. Keseimbangan Primer
(primary balance) diperkirakan
sebesar Rp29,9 triliun (0,6
persen terhadap PDB),
Kebijakan fiskal
digunakan untuk
mengatur permintaan
maupun penawaran
agregat
melalui komponen dan
besaran APBN untuk
kepentingan alokasi,
distribusi, dan
stabilisasi
untuk menggerakkan
sektor riil, dengan
memperhitungkan
besaran defisit dan
kemampuan
pembiayaan tanpa
merusak indikator
makro seperti inflasi.
postur RAPBN 2009
terinci
dalam pokok-pokok
besaran sebagai
berikut: (i)
pendapatan negara
dan hibah
diperkirakan
sebesar Rp1.124,0
triliun (21,2 persen
PDB) yang terinci
dalam penerimaan
perpajakan
sedangkan secara keseluruhan
RAPBN 2009 diperkirakan
mengalami defisit sebesar
Rp79,4 triliun (1,5 persen
terhadap PDB);
d. Pembiayaan Defisit dalam
RAPBN 2009 bersumber dari
dalam negeri sebesar Rp93,0
triliun (1,8 persen terhadap
PDB), dan pembiayaan luar
negeri (neto) sebesar minus
Rp13,6 triliun (0,3 persen
terhadap PDB).
2010
pokok kebijakan tahun 2010
meliputi kebijakan
melanjutkan/meningkatkan
seluruh program kesejahteraan
rakyat (PNPM, BOS, Jamkesmas,
Raskin, PKH, dan lainnya),
melanjutkan stimulus fiskal
melalui pembangunan
infrastruktur, pertanian, dan
energi serta proyek padat
karya.
sebesar Rp748,9
triliun (14,1 persen
PDB), penerimaan
negara bukan pajak
sebesar Rp374,1
triliun (7,1 persen
PDB), dan hibah
sebesar Rp0,9 triliun;
(ii) belanja negara
direncanakan sebesar
Rp1.203,3 triliun (22,7
persen PDB) yang
terinci dalam belanja
pemerintah pusat
sebesar Rp867,2
triliun (16,4 persen
PDB) dan transfer ke
daerah sebesar
Rp336,2 triliun
(6,3 persen PDB); (iii)
keseimbangan primer
(primary balance)
diperkirakan sebesar
Rp29,9
triliun (0,6 persen
PDB), sedangkan
secara keseluruhan
RAPBN 2009
diperkirakan
mengalami defisit
sebesar Rp79,4 triliun
(1,5 persen PDB); (iv)
pembiayaan defisit
dalam
RAPBN 2009
bersumber dari dalam
negeri sebesar Rp93,0
triliun (1,8 persen
PDB) dan
pembiayaan luar
negeri (neto) sebesar
minus Rp13,6 triliun
(0,3 persen PDB).
Pemerintah
mengajukan berbagai
sasaran ekonomi
makro tahun 2010
yaitu pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,06,0 persen, inflasi 4,55,5 persen, tingkat
suku bunga SBI 3
bulan 6,0-7,0 persen,
nilai tukar Rp9.500-
Selain itu juga mendorong
pemulihan dunia usaha
termasuk melalui pemberian
insentif erpajakan dan bea
masuk, meneruskan reformasi
birokrasi, memperbaiki
alutsista, dan menjaga
anggaran pendidikan minimal
20 persen.
Menkeu juga mengungkapkan
bahwa postur indikatif RAPBN
2010 akan defisit sebesar 1,3
persen dari produk domestik
bruto (PDB) atau Rp77,1 triliun
di mana pendapatan negara
dan hibah mencapai Rp871,9
triliun sementara belanja
negara mencapai Rp949,1
triliun.
2011
Perkembangan positif kinerja
ekonomi global maupun
domestik tersebut, harus kita
jadikan momentum untuk
melangkah lebih optimis lagi
di tahun 2011 nanti.
Pertumbuhan ekonomi tahun
2011 dirancang untuk lebih
berkualitas dalam artian
harus bisa memenuhi tiga
syarat, yaitu: (i) mampu
membuka lapangan kerja
serta bisa menurunkan angka
pengangguran dan
Rp10.500 per dolar
AS, harga minyak 4560 dolar AS per barel,
lifting minyak 0,9500,970 juta barel per
hari, gas bumi 8201
billion British Thermal
unit per Day (BBTUD),
dan batu bara 250
million ton per Annum
(MTPA).
Sasaran itu didasarkan
atas perkiraan
realisasi tahun 2009
untuk pertumbuhan
ekonomi sebesar 4-4,5
persen, inflasi 5,0-5,5
persen, tingkat bunga
SBI 3 bulan 7,0-7,5
persen, nilai tukar
Rp10.000-Rp10.500
per dolar AS, harga
minyak 50-60 dolar AS
per barel, lifting
minyak 0,960 juta
barel per hari, gas
bumi 7526,3 BBTUD,
dan baru bara 250
MTPA.
Ancaman dari sisi global
juga munculnya krisis
ekonomi di Eropa akibat
kebijakan fiskal yang
sangat ekspansif,
dengan tingkat defisit
anggaran yang sangat
tinggi dan dalam jangka
waktu lama, yang
menghasilkan krisis
utang negara (sovereign
debt crises). Negara
seperti Portugal, Italia,
Spanyol, Irlandia, dan
kemiskinan, (ii) bersifat
inklusif dan berdimensi
pemerataan; serta (iii)
strukturnya harus ditopang
secara proporsional oleh
berbagai sektor
pendukungnya baik dari
pendekatan aggregate
demand maupun aggregate
supply.
2012
substansi APBN dan
kebijakan fiskal pada tahun
2012 pada dasarnya akan
diarahkan pada 3 (tiga) hal,
yaitu:
(i) Mendukung kegiatan
pembiayaan infrastruktur
untuk menggalakkan
kegiatan
investasi, dunia usaha,
sekaligus menjaga
kelancaran arus distribusi
barang;
(ii) Meningkatkan jangkauan
pelayanan dengan
memberikan prioritas pada
pemanfaatan energi
terbarukan
setempat untuk daerah
remote area (terpencil),
tertinggal, dan terluar; dan
(iii) Menjamin keamanan
pasokan energi yang dicapai
melalui upaya-upaya untuk
meningkatkan kegiatan
eksplorasi produksi dan
optimasi
Yunani berpotensi
mengalami kondisi fiskal
yang sangat berat
dengan rasio utang
pemerintah jauh diatas
tingkat maksimum yang
disepakati yaitu 60%,
yang telah menjatuhkan
kepercayaan kepada
surat utang negaranegara tersebut, dan
menyeret perlemahan
mata uang Euro. Situasi
di Eropa tersebut akan
berpotensi menyebabkan
krisis keuangan yang
meluas, akibat dampak
sistemik kepercayaan
yang menurun,
perlemahan mata uang
Euro, dan jatuhnya harga
surat utang negara yang
berpotensi
mempengaruhi
kesehatan sektor
keuangan dan
perbankan.
salah satu upaya yang
ditempuh Pemerintah
adalah menjaga
stabilitas
ekonomi makro secara
berkesinambungan
dalam rangka
memberikan kepastian
terhadap segenap
komponen masyarakat
khususnya pelaku usaha
dalam menjalankan
kegiatan ekonomi.
Dengan mendasarkan
pada perkembangan
terkini ekonomi dan
keuangan baik dalam
global serta
memperhatikan
proyeksinya pada satu
tahun
mendatang, asumsi
ekonomi makro dalam
APBN Tahun 2012
ditetapkan sebagai
berikut:
Ekonomi makro dalam
produksi. Selain itu, kebijakan
fiskal tahun 2012 juga
diarahkan untuk mendorong
berbagai kebijakan dalam
rangka akselerasi
pertumbuhan ekonomi dalam
rangka
perluasan akses lapangan
pekerjaan sekaligus
mengurangi tingkat
pengangguran dan
kemiskinan
2013
Dari sisi kebijakan fiskal,
Pemerintah menetapkan
tema arah kebijakan fiskal
tahun 2013 yaitu “Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkelanjutan melalui Upaya
Penyehatan Fiskal”. Esensi
dari tema tersebut
menekankan pada
pentingnya mengupayakan
terwujudnya kondisi fiskal
yang sehat dalam rangka
mendorong terjaganya
pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan untuk
mencapai kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Melalui tema tersebut,
kebijakan fiskal tahun 2013
juga diarahkan agar mampu
merespon dinamika
perekonomian global,
regional maupun domestik,
dan menjawab berbagai
tantangan sekaligus isu-isu
strategis serta memberi
dukungan yang optimal bagi
pencapaian sasaran
pembangunan yang telah
ditetapkan. Kebijakan fiskal
tahun 2013 juga tetap
diarahkan untuk tetap
menjaga kesinambungan
fiskal yang ditempuh melalui
4 (empat) hal pokok yaitu:
(i) Optimalisasi pendapatan
negara dengan tetap
menjaga iklim investasi dan
keberlanjutan dunia usaha;
APBN Tahun 2012
ditetapkan sebagai
berikut: (i) Pertumbuhan
Ekonomi sebesar 6,5 –
6,9 persen; (ii) Inflasi 3,5
– 5,5 persen;
(iii) Suku Bunga SPN 3
Bulan 5,5 – 7,5 persen;
(iv) Nilai Tukar Rupiah
9.000 – 9.300 per
dolar AS; (v) Harga
Minyak Indonesia 75 – 95
US dolar per barel; (vi)
Lifting Minyak 950
- 970 ribu barel per hari.
Perekonomian Domestik
bagi Peningkatan dan
Perluasan Kesejahteraan
Rakyat”. Esensi dari
tema tersebut adalah
memberikan tekanan
pentingnya penguatan
daya saing
perekonomian domestik
untuk mendukung
pencapaian
kesejahteraan bagi
seluruh lapisan
masyarakat.
Berdasarkan pada
perkembangan
perekonomian terkini
baik domestik maupun
global serta
memperhatikan
proyeksinya pada satu
tahun mendatang,
Pemerintah
memproyeksikan asumsi
ekonomi makro dalam
KEM dan PPKF 2013
sebagai berikut :
(i) Pertumbuhan Ekonomi
sebesar 6,8% – 7,2%;
(ii) Inflasi sebesar 4,5% –
5,5%;
(iii) Suku Bunga SPN
Rata-rata 3 Bulan
sebesar 4,5% – 5,5%;
(iv) Nilai Tukar sebesar
Rp8.700 – Rp9.300 per
USD;
(v) Harga Minyak Mentah
Indonesia/ICP sebesar
2014
(ii) Meningkatkan kualitas
belanja negara melalui
efisiensi belanja yang kurang
produktif dan meningkatkan
belanja modal untuk memacu
pertumbuhan dan
peningkatan daya saing;
(iii) menjaga defisit anggaran
pada batas aman (
Kebijakan
Ekonomi
Makro
Kebijakan
Fiskal
Tahu
n
Pokok-pokok Kebijakan
Fiskal
Latar Belakang
Masalah Ekonomi
Makro
2008
Kebijakan fiskal dari sisi
penerimaan yang akan
ditempuh dalam tahun 2008
adalah mengupayakan
peningkatan rasio perpajakan
dari 13,4% di tahun 2007
menjadi 13,5% dari PDB di
tahun 2008 sera
mengoptimalkan penerimaan
negara dari PNBP. Upayaupaya yang dilakukan untuk
itu antara lain yaitu
Perbaikan admistrasi
dan pelayanan
perpajakan,
Penerapan pelaksanaan
UU perpajakan yang
baru,
Ekstensifikasi dan
intensifikasi perpajakan.
Di sisi belanja negara, pada
tahun 2008 arah kebijakan
belanja pemerintah pusat
difokuskan untuk
meningkatkan kualitas belanja
negara meliputi :
Perencanaan yang
tepat,
Eksekusi anggaran yang
prudent,
Penggunaan pada
kebutuhan yang
prioritas dan
emergency, dan
Pencatatan dan
pelaporan yang rapi dan
disiplin.
Sedangkan untuk belanja ke
daerah, pemerintah akan
melakukan konsolidasi defisit
APBN dan APBD untuk lebih
memantapkan desentralisai
fiskal. Hal ini ditujukan untuk :
Mengurangi
kesenjangan fiskal
antara pusat dan
daerah, serta antar
daerah;
Meningkatkan kapasitas
daerah dalam menggali
Indikator makro 2008
yang akan diupayakan
yaitu antara lain
pertumbuhan ekonomi
tahun 2008
diproyeksikan berkisar
pada angka 6,6% s/d
7,0% dan indikator
ekonomi lainnya
diharapkan dalam
keadaan stabil,
sedangkan sasaran
sektoral antar lain yaitu
pengangguran pada
tahun 2008 diperkirakan
dapat ditekan menjadi
8,0%-9,0% dan jumlah
tingkat kemiskinan turun
menjadi sekitar 15%16,8%.
Untuk mendukung upaya
pencapaian sasaran
indikator makro,
dibutuhkan kebijakan,
baik fiskal oleh
pemerintah maupun
moneter oleh BI. Kedua
kebijakan tersebut harus
dikoordinasikan dan
diharmonisasikan secara
maksimal. Hal ini sangat
penting dalam menjaga
stabilitas ekonomi makro
terutama dalam menjaga
indikator ekonomi inflasi,
suku bunga dan nilai
tukar rupiah. Sementara
itu, kebijakan
desentralisasi fiskal juga
merupakan hal vital
dalam mendukung
pertumbuhan.
Keserasian peraturan
pusat dan daerah serta
peningkatan pengelolaan
APBD akan merangsang
investasi untuk masuk ke
daerah yang pada
saatnya akan
potensi pendapatan asli
daerah,
Pengalihan secara
bertahap dana
dekonsentrasi dan tugas
pembantuan yang
ditujukan untuk
mendanai kegiatan yang
sudah menajadi urusan
daerah ke DAK, dan
Menghapus hold
harmless sehingga pada
tahun 2008 tidak
dialokasikan Dana
Penyesuaian.
Untuk menutupi defisit APBN
2008 yang diperkirakan masih
berada pada angka diatas 1 %
dari PDB, maka pemerintah
tetap mengutamakan strategi
pembiayaan yang murah dan
rendah resiko. Dalam tahun
2008, kebijakan pembiayaan
masih diprioritaskan dari
sumber-sumber dana dalam
negeri yaitu
Rekening pemerintah,
Penerbitan SBN rupiah,
Obligasi Ritel Indonesia
(ORI),
Surat Perbendaharaan
Negara (SPN) jangka
pendek,
Surat Berharga Negara
(SBN) syariah.
Sedangkan sumber
pembiayaan dari luar negeri
akan berasal dari pinjaman
program dan proyek dan
penerbitan SBN valas. Dari
semua upaya pembiayaan
yang ditempuh, pemerintah
tetap berkomitmen untuk
menurunkan ratio utang
Indonesia terhadap PDB
menjadi sebesar 35,2% thd
PDB pada tahun 2008,
sebagaimana yang telah
diupayakan pemerintah sejauh
ini.
mendukung
pertumbuhan secara
agregat.
Jenis
Kebijakan
Ekonomi
Makro
Kebijakan
Fiskal
Tahun
2009
Pokok-pokok Kebijakan
Fiskal
Latar Belakang
Masalah Ekonomi
Makro
Berdasarkan arah dan strategi
kebijakan fiskal di atas, maka
postur RAPBN 2009 akan
meliputi pokok-pokok besaran
sebagai berikut :
a. Pendapatan Negara dan
Hibah diperkirakan sebesar
Rp1.124,0 triliun (21,2 persen
terhadap PDB), yang terinci
dalam penerimaan perpajakan
sebesar Rp748,9 triliun (14,1
persen terhadap PDB),
penerimaan negara bukan pajak
sebesar Rp374,1 triliun (7,1
persen
terhadap PDB), dan hibah
sebesar Rp0,9 triliun;
b. Total Belanja Negara
diperkirakan sebesar Rp1.203,3
triliun (22,7 persen terhadap
PDB), yang terinci dalam
belanja pemerintah pusat
sebesar Rp867,2 triliun (16,4
persen
terhadap PDB), dan transfer ke
daerah sebesar Rp336,2 triliun
(6,3 persen terhadap PDB);
c. Keseimbangan Primer
(primary balance) diperkirakan
sebesar Rp29,9 triliun (0,6
persen terhadap PDB),
Kebijakan fiskal
digunakan untuk
mengatur permintaan
maupun penawaran
agregat
melalui komponen dan
besaran APBN untuk
kepentingan alokasi,
distribusi, dan
stabilisasi
untuk menggerakkan
sektor riil, dengan
memperhitungkan
besaran defisit dan
kemampuan
pembiayaan tanpa
merusak indikator
makro seperti inflasi.
postur RAPBN 2009
terinci
dalam pokok-pokok
besaran sebagai
berikut: (i)
pendapatan negara
dan hibah
diperkirakan
sebesar Rp1.124,0
triliun (21,2 persen
PDB) yang terinci
dalam penerimaan
perpajakan
sedangkan secara keseluruhan
RAPBN 2009 diperkirakan
mengalami defisit sebesar
Rp79,4 triliun (1,5 persen
terhadap PDB);
d. Pembiayaan Defisit dalam
RAPBN 2009 bersumber dari
dalam negeri sebesar Rp93,0
triliun (1,8 persen terhadap
PDB), dan pembiayaan luar
negeri (neto) sebesar minus
Rp13,6 triliun (0,3 persen
terhadap PDB).
2010
pokok kebijakan tahun 2010
meliputi kebijakan
melanjutkan/meningkatkan
seluruh program kesejahteraan
rakyat (PNPM, BOS, Jamkesmas,
Raskin, PKH, dan lainnya),
melanjutkan stimulus fiskal
melalui pembangunan
infrastruktur, pertanian, dan
energi serta proyek padat
karya.
sebesar Rp748,9
triliun (14,1 persen
PDB), penerimaan
negara bukan pajak
sebesar Rp374,1
triliun (7,1 persen
PDB), dan hibah
sebesar Rp0,9 triliun;
(ii) belanja negara
direncanakan sebesar
Rp1.203,3 triliun (22,7
persen PDB) yang
terinci dalam belanja
pemerintah pusat
sebesar Rp867,2
triliun (16,4 persen
PDB) dan transfer ke
daerah sebesar
Rp336,2 triliun
(6,3 persen PDB); (iii)
keseimbangan primer
(primary balance)
diperkirakan sebesar
Rp29,9
triliun (0,6 persen
PDB), sedangkan
secara keseluruhan
RAPBN 2009
diperkirakan
mengalami defisit
sebesar Rp79,4 triliun
(1,5 persen PDB); (iv)
pembiayaan defisit
dalam
RAPBN 2009
bersumber dari dalam
negeri sebesar Rp93,0
triliun (1,8 persen
PDB) dan
pembiayaan luar
negeri (neto) sebesar
minus Rp13,6 triliun
(0,3 persen PDB).
Pemerintah
mengajukan berbagai
sasaran ekonomi
makro tahun 2010
yaitu pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,06,0 persen, inflasi 4,55,5 persen, tingkat
suku bunga SBI 3
bulan 6,0-7,0 persen,
nilai tukar Rp9.500-
Selain itu juga mendorong
pemulihan dunia usaha
termasuk melalui pemberian
insentif erpajakan dan bea
masuk, meneruskan reformasi
birokrasi, memperbaiki
alutsista, dan menjaga
anggaran pendidikan minimal
20 persen.
Menkeu juga mengungkapkan
bahwa postur indikatif RAPBN
2010 akan defisit sebesar 1,3
persen dari produk domestik
bruto (PDB) atau Rp77,1 triliun
di mana pendapatan negara
dan hibah mencapai Rp871,9
triliun sementara belanja
negara mencapai Rp949,1
triliun.
2011
Perkembangan positif kinerja
ekonomi global maupun
domestik tersebut, harus kita
jadikan momentum untuk
melangkah lebih optimis lagi
di tahun 2011 nanti.
Pertumbuhan ekonomi tahun
2011 dirancang untuk lebih
berkualitas dalam artian
harus bisa memenuhi tiga
syarat, yaitu: (i) mampu
membuka lapangan kerja
serta bisa menurunkan angka
pengangguran dan
Rp10.500 per dolar
AS, harga minyak 4560 dolar AS per barel,
lifting minyak 0,9500,970 juta barel per
hari, gas bumi 8201
billion British Thermal
unit per Day (BBTUD),
dan batu bara 250
million ton per Annum
(MTPA).
Sasaran itu didasarkan
atas perkiraan
realisasi tahun 2009
untuk pertumbuhan
ekonomi sebesar 4-4,5
persen, inflasi 5,0-5,5
persen, tingkat bunga
SBI 3 bulan 7,0-7,5
persen, nilai tukar
Rp10.000-Rp10.500
per dolar AS, harga
minyak 50-60 dolar AS
per barel, lifting
minyak 0,960 juta
barel per hari, gas
bumi 7526,3 BBTUD,
dan baru bara 250
MTPA.
Ancaman dari sisi global
juga munculnya krisis
ekonomi di Eropa akibat
kebijakan fiskal yang
sangat ekspansif,
dengan tingkat defisit
anggaran yang sangat
tinggi dan dalam jangka
waktu lama, yang
menghasilkan krisis
utang negara (sovereign
debt crises). Negara
seperti Portugal, Italia,
Spanyol, Irlandia, dan
kemiskinan, (ii) bersifat
inklusif dan berdimensi
pemerataan; serta (iii)
strukturnya harus ditopang
secara proporsional oleh
berbagai sektor
pendukungnya baik dari
pendekatan aggregate
demand maupun aggregate
supply.
2012
substansi APBN dan
kebijakan fiskal pada tahun
2012 pada dasarnya akan
diarahkan pada 3 (tiga) hal,
yaitu:
(i) Mendukung kegiatan
pembiayaan infrastruktur
untuk menggalakkan
kegiatan
investasi, dunia usaha,
sekaligus menjaga
kelancaran arus distribusi
barang;
(ii) Meningkatkan jangkauan
pelayanan dengan
memberikan prioritas pada
pemanfaatan energi
terbarukan
setempat untuk daerah
remote area (terpencil),
tertinggal, dan terluar; dan
(iii) Menjamin keamanan
pasokan energi yang dicapai
melalui upaya-upaya untuk
meningkatkan kegiatan
eksplorasi produksi dan
optimasi
Yunani berpotensi
mengalami kondisi fiskal
yang sangat berat
dengan rasio utang
pemerintah jauh diatas
tingkat maksimum yang
disepakati yaitu 60%,
yang telah menjatuhkan
kepercayaan kepada
surat utang negaranegara tersebut, dan
menyeret perlemahan
mata uang Euro. Situasi
di Eropa tersebut akan
berpotensi menyebabkan
krisis keuangan yang
meluas, akibat dampak
sistemik kepercayaan
yang menurun,
perlemahan mata uang
Euro, dan jatuhnya harga
surat utang negara yang
berpotensi
mempengaruhi
kesehatan sektor
keuangan dan
perbankan.
salah satu upaya yang
ditempuh Pemerintah
adalah menjaga
stabilitas
ekonomi makro secara
berkesinambungan
dalam rangka
memberikan kepastian
terhadap segenap
komponen masyarakat
khususnya pelaku usaha
dalam menjalankan
kegiatan ekonomi.
Dengan mendasarkan
pada perkembangan
terkini ekonomi dan
keuangan baik dalam
global serta
memperhatikan
proyeksinya pada satu
tahun
mendatang, asumsi
ekonomi makro dalam
APBN Tahun 2012
ditetapkan sebagai
berikut:
Ekonomi makro dalam
produksi. Selain itu, kebijakan
fiskal tahun 2012 juga
diarahkan untuk mendorong
berbagai kebijakan dalam
rangka akselerasi
pertumbuhan ekonomi dalam
rangka
perluasan akses lapangan
pekerjaan sekaligus
mengurangi tingkat
pengangguran dan
kemiskinan
2013
Dari sisi kebijakan fiskal,
Pemerintah menetapkan
tema arah kebijakan fiskal
tahun 2013 yaitu “Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkelanjutan melalui Upaya
Penyehatan Fiskal”. Esensi
dari tema tersebut
menekankan pada
pentingnya mengupayakan
terwujudnya kondisi fiskal
yang sehat dalam rangka
mendorong terjaganya
pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan untuk
mencapai kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Melalui tema tersebut,
kebijakan fiskal tahun 2013
juga diarahkan agar mampu
merespon dinamika
perekonomian global,
regional maupun domestik,
dan menjawab berbagai
tantangan sekaligus isu-isu
strategis serta memberi
dukungan yang optimal bagi
pencapaian sasaran
pembangunan yang telah
ditetapkan. Kebijakan fiskal
tahun 2013 juga tetap
diarahkan untuk tetap
menjaga kesinambungan
fiskal yang ditempuh melalui
4 (empat) hal pokok yaitu:
(i) Optimalisasi pendapatan
negara dengan tetap
menjaga iklim investasi dan
keberlanjutan dunia usaha;
APBN Tahun 2012
ditetapkan sebagai
berikut: (i) Pertumbuhan
Ekonomi sebesar 6,5 –
6,9 persen; (ii) Inflasi 3,5
– 5,5 persen;
(iii) Suku Bunga SPN 3
Bulan 5,5 – 7,5 persen;
(iv) Nilai Tukar Rupiah
9.000 – 9.300 per
dolar AS; (v) Harga
Minyak Indonesia 75 – 95
US dolar per barel; (vi)
Lifting Minyak 950
- 970 ribu barel per hari.
Perekonomian Domestik
bagi Peningkatan dan
Perluasan Kesejahteraan
Rakyat”. Esensi dari
tema tersebut adalah
memberikan tekanan
pentingnya penguatan
daya saing
perekonomian domestik
untuk mendukung
pencapaian
kesejahteraan bagi
seluruh lapisan
masyarakat.
Berdasarkan pada
perkembangan
perekonomian terkini
baik domestik maupun
global serta
memperhatikan
proyeksinya pada satu
tahun mendatang,
Pemerintah
memproyeksikan asumsi
ekonomi makro dalam
KEM dan PPKF 2013
sebagai berikut :
(i) Pertumbuhan Ekonomi
sebesar 6,8% – 7,2%;
(ii) Inflasi sebesar 4,5% –
5,5%;
(iii) Suku Bunga SPN
Rata-rata 3 Bulan
sebesar 4,5% – 5,5%;
(iv) Nilai Tukar sebesar
Rp8.700 – Rp9.300 per
USD;
(v) Harga Minyak Mentah
Indonesia/ICP sebesar
2014
(ii) Meningkatkan kualitas
belanja negara melalui
efisiensi belanja yang kurang
produktif dan meningkatkan
belanja modal untuk memacu
pertumbuhan dan
peningkatan daya saing;
(iii) menjaga defisit anggaran
pada batas aman (