MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR ACEH SELATAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Istilah Budaya atau kebudayaan sudah cukup banyak, definisi yang

dimunculkan oleh para ahli. Jika dilihat secra sekilas, redaksinya terbukti berbedabeda, tetapi pada substansinyadapat ditarik benang merah bahwa semua definisi
memiliki kesamaan.
Dari beberapa ahli dapat disederhanakan bahwa kebudayaan adalah cipta, rasa
dan karsa manusia yang diperoleh atau yang dihasilkan melalui proses berpikir dan
belajar. Definisi ini memberi isyarat bahwa hanya produk yang dihasilkan oleh
manusia dengan cara berfikir dan belajar saja yang di maksudkan dengan kebudayaan,
sementara selainya, seperti hasil gerak reflek dan aktivitas rutinitas lainyatidak
termasuk dalam kebudayaanya. Begitu juga dengan wujud budaya itu sendiri, hanya
dihasilkan oleh manusia disebut budaya, sementara sesuatu yang dihasilkan oleh
makhluk Allah yang lain yang tidak digolongkandalam ranahkajian kebudayaan .1
Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten yang mempunyai lebih dari satu
suku diantaranya suku Aneuk Jamee, suku Kluwet, dan suku Aceh. Labuhanhaji
adalah suatu kecamatan yang terdapat di perbatasan Aceh Barat Daya yang
penduduknya itu berbahsa Aneuek Jamee. Suku Aneuek Jamee konon berasal dari

suku Minang yang pergi berdagang ke Labuhanhaji.
Dewasa ini banyak masyarakat asli tidak mengenal bagaimana kebudayaan
daerah mereka karena terjadinya pergeseran budaya akibat adanya pendapat
masyarakat yang menganggap segala sesuatu yang datang dari luar itu lebik baik dari
pada kebudayaan yang telah berkembang di daerahnya.
Oleh karena itu, kami ingin membahas tentang kebudayaan atau adat
perkawinan yang terdapat di Kecamatan Aceh Selatan yang berbahasa atau bersuku
Aneuek Jamee.

1

Prof.DR. Misri A Muchsin, Ktuhanan Budaya Aceh Menghadapi Peraruran Budaya Global,(dalam rekor
kebudayaan dan Pariwisata Prov. NAD di tahun 2008 di Gedung Serba guna Gubernur Prov, NAD

1

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat rumusan masalahnya

yaitu Bagaimana adat perkawinan di daerah Aceh Selatan yang bersuku Aneuek
Jamee ?

1.3

Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini berdasarkan rumusan masalah di atas
adalah untuk mengetahui pelaksanaan adat istiadat di daerah Aceh Selatan yang
bersuku Aneuek Jamee.
1.4

Metode Penulisan
1.4.1

Metode penulisan yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini
adalah literatur atau kepustakaan.

1.4.2


Makalah ini menggunakan studi kepustakaan yang bersumber dari
berbagai media buku maupun media cetak/elektronik yang sesuai dengan
materi yang akan dibahas.

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Adat Perkawinan Suku Aneuek Jamee
Adat istiadat di kecamatan Labuhanhaji Kabupaten Aceh Selatan bisa dikatakan
sedikit berbeda dari adat aceh yang berlaku pada umumnya. Hal ini tidak terlepas
daripada proses asimilasi budaya Minang kabau (Pariaman) yang telah berbaur dengan
kebudayaan lokal ditambah dengan hadirnya budaya suku kluwat (kluet) yang
menyebabkan aturan dan simbol adat di daerahku semakin beragam. Perbedaan yang
sangat jelas terlihat adalah mengenai penamaan prosesinya yang menggunakan bahasa
minangkabau ( Pariaman).
Proses adat pernikahan di labuhanhaji adalah sebagai berikut :
1. Ma isiak
Setelah sepasang pemuda dan pemudi merasa ada kecocokan hati untuk
berumah tangga, maka si pemuda tersebut menemui salah seorang dari pihak

/pertalian dengan ibunya atau pihak ayahnya untuk mendatangi pihak keluarga
pemudi (calon istri) untuk menanyakan beberapa perihal sehubungan dengan
hubungan anak – anak mereka itu. Prosesi ini tidak resmi karena pemangku adat dan
hukum belum mengetahuinya. Walaupun demikian prosesi ini sudah jamak dan lazim
dilakukan. Setelah kedua belah pihak mendapat jawaban dan kepastian, kemudian
pihak keluarga laki – laki pamit dan masing – masing pihak akan melakukan
musyawarah keluarga untuk tahap selanjutnya.
2. Manandoan
Sesuai dengan hasil kesepakatan sewaktu marisiak tempo yang lalu, maka
proses manendaipun dilaksanakan. Prosesi ini sering juga disebut dengan dengan
batunangan ( bertunangan). Pada proses ini pihak keluarga laki – laki harus membawa
jinamu (maskawin) berupa emas yang sudah ditetapkan ukurannya sesuai
kesepakatan. Pihak keluarga laki – laki bertemu lagi dengan pihak keluarga
perempuan yang disertai oleh hadirnya pimpinan adat dan hukum dirumah pihak
perempuan. Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak keluarga dan dipimpin oleh
pimpinan adat dan hukum juga akan membahas kapan ditentukannya proses
selanjutnya yaitu Ijab – Qabul dan hari peresmian.

3


3. Mendaftar ke Keuchik sebagai Pengurus Adat dan hukum / Imam Chik ( Imam
mesjid)
Kegunaan mendaftar ini untuk menyelesaikan administrasi seperti Biodata
Calon pengantin dan biaya pernikahan. Kemudian data kedua calon pengantin itu oleh
Keuchik (lurah) akan diserahkan kepada pihak KUA dikecamatan yang bersangkutan.
Sementara itu tugas Imam Chik adalah sebagai petugas P3N ( Panita Panitia
pelaksana Pencatatan Nikah) akan melakukan tes agar calon pengantin mendapatkan
sertifikat yang nantinya dibawa ke Kantor Urusan Agama pada saat pendaftaran.
4. Duduak Niniak Mamak
Niniak mamak merupakan sebutan terhadap pertalian wali dan garis keturunan
dari orang tua. Dalam hal khanduri (pesta) adat, mereka punya peranan penting
diantaranya sebagai penghubung pihak keluarga dengan pemangku adat dan hukum.
Tujuannya adalah untuk memusyawarahkan beberapa hal seputar pelaksanaan
khanduri ( pesta) yang akan dilangsungkan.
5. Rapek Umum
Dalam acara ini, warga gampong yang telah diundang akan datang. Tujuannya
adalah mendengarkan hasil musyawarah yang telah dilakukan antara pimpinan adat
dan hukum dengan pihak keluarga penyelenggara acara khanduri (pesta) sekaligus
menyatakan bahwa rumah dan isinya telah dipulangkan secara adat kepada pemangku
adat dan hukum dan diteruskan kepada masyarakat sebagai pengelolanya. Dalam

penyampaian itu, pihak pemangku adat dan hukum akan menjelaskan kapan prosesi –
prosesi selanjutnya dilaksanakan sehingga warga yang hadir akan mengetahui jadwal
dan tugas mereka nantinya.
6. Melapor Ke KUA
Sebelum datang ke Kantor Urusan Agama (KUA), semua kelengkapan
administrasi calon pengantin seperti surat pengantar dari Keuchik ( kepala desa) dan
sertifikat dari P3N Gampong ( Panitia pelaksana Pencatatan Nikah) serta peralatan
adat lainnya harus dibawa. Kedua calon pengantin hadir dengan menggunakan
pakaian adat atau pakaian yang disepakati oleh pemangku adat dan hukum dan
mereka akan menanda tangani surat keterangan menikah dihadapan pejabat KUA,
Adat dan hukum serta pihak keluarga masing – masing.

4

7. Ijab – Kabul
Prosesi ini ada yang dilaksanakan di masjid, di KUA dan ada juga
dilaksanakan dirumah pihak wanita. Semua itu akan disesuaikan dengan situasi yang
ada. Proses ijab qabul tersebut pada umumnya sama dengan kebiasaan yang ada di
provinsi aceh, mungkin yang berbeda cuma dari pengucapan lafalz nya saja. Kalau
didaerahku biasanya menggunakan bahasa indonesia.


Foto : ijab-qabul
Pada proses ini ada acar malam Bainai, semalam sebelum acara peresmian
kalau sebelah dara baroe harus bainai 3 hari 3 malam tetapi acara malam bainai yang
besarnya semalam sebelum acara karena pada malam ini ibuk-ibuk dan para tetangga
pergi untuk melihat dara baroe bainai dan ikut bainai juga sebagai tanda kesenangan
acara pernikahan tersebut. Sedangkan Linto baroe malam bainainya hanya semalam
sebelum acara resepsi.

5

Foto bainai
8. Antek Linto
Prosesi antar linto biasa dilaksanakan pada malam harinya. Antar Linto berarti
pihak keluarga laki – laki dibantu masyarakat (perangkat adat dan hukum harus
menyertai) mengantar sipengantin pria kerumah pengantin wanita. Pengantin pria
diharuskan memakai pakaian adat lengkap begitupun dengan pengantin wanita yang
menanti dirumahnya, juga mengenakan pakaian adat lengkap. Ada beberapa prosesi
adat yang menyertai acara Antar Linto ini seperti Lago payuang ( adu payung),
Basandiang (duduk dipelaminan), dan acara foto-foto.


Foto antek Linto

Foto pambaok linto

6

9. Antek nak Daroe
Jika sewaktu prosesi Antar Linto, pengantin pria diantar beramai – ramai ke
rumah pengantin wanita, maka pada prosesi panggil surut ini kedua pengantin baru
tersebut akan diantar oleh kaum ibu dari rumah pengantin wanita kerumah pengantin
pria pula. Kedua pengantin berpakaian adat aceh, mereka dipayungi payung berwarna
kuning dan bersama rombongan akan berkunjung kerumah pengantin pria untuk
melaksanakan

ritual

adat.Tujuan

acara


ini

adalah

bersilaturami

sambil

memperkenalkan keluarga masing – masing.

Foto antek nan daroe
10. Malam Mintak Izin
Pada prosesi ini salah seorang dari pemangku adat dan hukum akan berpidato
didepan tamu undangan yang hadir, dan menyatakan bahwa acara khanduri (pesta
pernikahan) sudah berakhir kemudian secara adat, rumah yang selama acara
berlangsung telah dipulangkan kepada adat dan hukum dikembalikan kepada tuan
rumah. Dalam acara ini pihak keluarga tuan rumah akan bersalaman sambil
mengucapkan terimakasih dengan pemangku adat dan hukum beserta tokoh
masyarakat lainnya.

11. Babaliak Hari
7

Setelah semua kegiatan pesta selesai, kira – kira satu atau dua minggu
setelahnya, kedua pengantin datang kembali kerumah keluarga pengantin pria dan
menginap semalam. Kedatangan mereka tidak lagi diiringi oleh penganjo atau pihak
keluarga wanita dan juga tidak membawa apa – apa. Mereka hanya datang dan
bermalam saja. Hal ini bermaksud bahwa walaupun sudah menikah dan tinggal jauh
dari orang tua, pengantin pria tidak melupakan kedua orang tuanya dan rumah yang
telah didiami selama ini.
Jadi, begitulah proses pernikahan di daerah Labuhanhaji yang berbahsa Aneuek
Jamee. Setelah proses pernikahan adat istiadatnya tidak hanya sampai di situ tetapi
berlanjut sampai pasangan tersebut mempunyai anak.2
2.2

Adat Apabila Istri dalam Keadaan Hamil dan Bayi Turun Tanah
Seorang isteri pada saat hamil anak pertama, maka sudah menjadi adat bagi mertua

atau maktuan dari pihak suami mempersiapkan untuk membawa atau mengantarkan nasi
hamil kepada menantunya. Acara bawa nasi ini disebut nasi bidan.

Upacara ini dilaksanakan dalam rangka menyambut sang cucu yang dilampiaskan
dengan rasa suka cita sehingga terwujud upacara yang sesuai dengan kemampuan maktuan.
Nasi yang diantar biasanya dibungkus dengan daun pisang muda berbentuk pyramid, ada juga
sebahagian masyarakat mempergunakan daun pisang tua. Terlebih dahulu daun tersebut
dilayur pada api yang merata ke semua penjuru daun, karena kalau apinya tidak merata maka
daun tidak kena layur semuanya.
Pada saat bayi telah lahir disambut dengan azan bagi anak laki-laki dan qamat bagi
anak perempuan. Teman bayi yang disebut adoi (ari-ari) dimasukkan ke dalam sebuah periuk
yang bersih dengan disertai aneka bunga dan harum-haruman untuk ditanam di sekitar rumah
baik di halaman, di samping maupun di belakang. Selama satu minggu tempat yang ditanam
ari-ari tersebut dibuat api unggun, hal ini untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan seperti : Adanya orang ilmu hitam yang memanfaatkan benda tersebut, tangisan
bayi diwaktu malam dan dari serangan binatang pemangsa seperti anjing. Pada hari ke tujuh
setelah bayi lahir, diadakan upacara cukuran rambut dan peucicap, kadang-kadang bersamaan
dengan pemberian nama. Acara mancicipi dilakukan dengan mengoles manisan pada bibir
bayi disertai dengan ucapan :
” Bismillahirahmanirrahim, bak manih lidah, panjang umue, mudah rasaki, taat dan beriman
serta terpandang dalam kaum”.

2

Berdasarkan cerita salah satu orang tua pemateri dari Labuhanhaji, Aceh Selatan.

8

Upacara turun tanah, disimbolkan pada kesucian ibu bayi yang baru saja melewati
masa persalinan. Dalam prosesi upacara ini juga melibatkan bayi yang baru lahir, di mana
pada saat upacara berlangsung bayi dibawa ke luar rumah. Ibu yang baru melahirkan
dianggap tidak suci lalu tidak dibolehkan untuk ke luar rumah, disebabkan karena dia dalam
keadaan masa nifas, haids dan wiladah.
Pada saat turun tanah di sinilah puncaknya bahwa dia telah suci terbebas dari darah
kotor sehingga dia telah boleh ke luar rumah. Begitu juga dengan bayinya, sebetulnya bayi
yang belum berumur satu bulan masih dianggap rentan dengan penyakit sehingga bayi tidak
dibolehkan untuk ke luar rumah kecuali dalam keadaan terpaksa apa dia sakit dan sebab
lainnya yang sangat mendesak.
Namun, pada saat upacara turun tanah pertama sekali bayi mengenal dunia luar. Di
sinilah bayi diajarkan dengan dunia luar, di mana kita itu harus giat bekerja dan jangan
malas-malasan, karena kalau sifatnya malas akan berakibat buruk bagi kehidupannya kelak.
Rangkaian dari upacara ini adalah proses pembelajaran sehingga dapat kita ambil iktibar
dalam kehidupan kita sehari-hari, adat istiadat yang terdapat dalam suatu upacara harusnya
tetap dilestarikan karena adat merupakan salah satu cerminan dari budaya bangsa.3

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan paparan makalah kami yang sudah dibahas sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Proses adat istiadat pernikahan yaitu maisak, manandoan, mendaftar ke Keuchik
sebagai pengurus adat dan hukum / imam chik ( imam mesjid ), rapek niniak
3

Diposting 9 Desember 2007 oleh Blog Pemerintahan Nanggroe Aceh Darussalam, label Adat/Budaya,
http://gerbangaceh.blogspot.com/2007/12/ritual-masyarakat-aceh-dalam-menyambut bayi.html, diambil 21
april 2015

9

mamak, rapek umum, melapor ke KUA, ijab-kabul, antek linto, antek nak daroe,
malam mintak izin, dan malam babaliak hari.
2. Adat menyambut kelahiran anak adalah kebiasaan masyarakat Aceh dengan
mengadakan upacara yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam
ajaran Islam. Ketentuan tersebut telah menjadi kepercayaan dan tradisi orangorang tua yang dilakukan pada masa dahulu. Serangkaian upacara tersebut seperti
ba bu (bawa nasi ), cuko oek (cukur rambut), peucicap (memberi rasa makanan),
akikah dan turun tanah dinilai penting dan bermakna dalam kehidupan, sehingga
perlu untuk dijalankan sesuai dengan ketentuan adat yang telah ditetapkan. Di
zaman serba modern sekalipun, kegiatan ritual ini akan menjadi aset wisata
budaya. Zaman boleh saja modern, namun adat dan budaya jangan sampai hilang,
jadi kita berusaha bagaimana adat dan budaya tersebut tetap tampil disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
2.2.

Saran
Makalah yang sangat sederhana ini kami sadari masih sangat banyak kekurangan,
baik dari segi penulisan maupun isi yang kami sajikan, oleh sebab itu kami sangat
membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menghasilkan karya
lebih baik dan berkualitas. Walaupun berawal dari makalah yang jauh dari
kesempurnaan kami sangat berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
pribadi maupun pembaca yang budiman.

10