Penyakit Tanaman Karet Dunie, doc

A. Penyakit Jamur Akar Putih ( JAP )
 Penyebab : Jamur Rigdoporus Lignosus ( Klotzch ) Imazaki atau Fomes lignosus


Klotzch atau Rigidoporus microporus
Morfologi Patogen :
Tumbuh buah berbentuk kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zone-zone
partumbuhan, sering mempunyai struktur serat yang radier, mempunyai tepi yang
tipis.Warna permukaan atas tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan
kandungan airnya. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah
kecoklatan, dengan zone berwarna gelapyang agak menonjol. Permukaan bawah
berwarna jingga, tepinya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan. Tubuh buah
yang tua umumnya ditumbuhi ganggang sehingga warnanya kehijauan. Jika menjadi tua
atau kering tubuh buah menjadi suram, permukaan atasnya cokelat kekuningan pucat,
permukaan bawahnya cokelat kemerahan. Tepinya menggulung ke bawah dan warnanya
tidak kuning lagi, tetapi putih kotor.Lapisan atas tubuh buah yang berwarna muda itu
terdiri atas benang-benang jamur yang terjalin rapat. Di bawahnya terdapat lapisan pori
kemerahan atau kecokelatan. Pori bergaris tengah 45-80 µm, panjangnya berbeda-beda,
umumnya 0,7-1,0 mm, meskipun kadang-kadang sampai 15 mm. Basidiospora bulat,
tidak berwarna, denagan garis tengah 2,8-5,0 µm, banyak di bentuk pada tubuh buah yang
masih muda. Basidium pendek (buntak), lebih kurang 16 x 4,5-5,0 µm, tidak berwarna,

mempunyai 4 sterigma (tangkai basidiospora). Di antara basidium-basidium terdapat
banyak sistidium yang berbentuk gada, berdinding tipis dan tidak berwarna. Tetapi Peglar
dan Waterston (1968, dalam Holliday, 1980) menyatakan bahwa R.lignosus tidak
membentuk sistidium, yang membedakannya dengan R.zonalis. Pada permukaan tubuh
buah benang-benang jamur berwarna kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 µm, mempunyai
banyak sekat (septum) yang tebal. Kadang-kadang jamur akar putih membentuk tubuh
buah seperti kerak yang melekat datar (resupinat) pada permukaan kulit batang atau akar.



Gejala Serangan Penyakit Jamur Akar Putih :
1. Tanaman terserang JAP , daunnya menguning dan gugur menyebabkan tajuk
menjadi jarang .

2. Akar , leher akar dan daun atau pangkal batang terserang JAP permukaannya
ditumbuhi meselium jamur berwarna putih . Sering terjadi pada serangan lanjut
terbentuk badan buah berwarna orange di pangkal batang .
3. Penyakit JAP dapat dijumpai di pembibitan , kebun entres , tanaman belum



menghasilkan ( TM ) dan Tanaman Tua ( TT )
Pengendalian Penyakit :
Pengendalian jamur akar putih dengan cara pencegahan JAP :
1. Menanam tanaman penutup tanah jenis kacang-kancangan, minimal satu tahun lebih
awal dari penanaman karet.
2. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum
yang dicampur dengan kompos sebanyak 200 gr/lubang tanam (1 kg T. Harzianum
dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk kandang).
3. Lubang penanaman diberi belerang 100 - 200 gram per lobang.
4. Disekitar tanaman muda yang berumur kurang dari 2 tahun ditanami tanaman
antagonis antara lain Lidah mertua, Kunyit dan Lengkuas.
Pengendalian pada areal yang sudah terserang JAP:
1. Pada serangan ringan masih dapat diselamatkan dengan cara membuka perakaran,
dengan membuat lubang tanam 30 cm disekitar leher akar dengan kedalaman sesuai
serangan jamur.
2. Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok dengan alat yang tidak melukai akar.
Bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar. Bekas kerokan dan potongan diberi ter
dan Izal kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida yang
direkomendasikan.
3. Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali dengan tanah.

Empat tanaman di sekitar tanaman yang sakit ditaburi dengan T. Harzianum dan
pupuk.
Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan dengan
membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles
dengan fungisida kembali.
4. Pengolesan dan penyiraman akar dengan fungsida dilakukan setiap 6 bulan sampai
tanaman sehat.
5. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar,
bagian pangkal batang dan akarnya dikubur diluar areal pertanaman, menggunakan
wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun.
6. Bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi 200 gram campuran Trichoderma
sp. dengan pupuk kandang 200 gr per lubang atau tanaman.



Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Penyakit Jamur Akar Putih :
1. Penggunaan bahan tanam , penyakit akar putih kurang dijumpai pada penanaman
karet dengan biji secara langsung di lapangan tanpa pengokulasian . Sedangkan
penanaman biji yang diikuti pengokulasian di lapangan mengalami serangan lebih
banyak dibandingkan bila tidak dilakukan pengokulasian , adapun penanaman karet

dengan stump , akan paling banyak menderita penyakit akar putih .
2. Ukuran inkulum dan umur tanaman , kemampuan Rigdoporus Lingnosus untuk
mengadakan infeksi dan mematikan tanaman karet bergantung kepada ukuran
inoculum dan umur tanaman karet . Tanaman karet yang berumur lebih tua
memerlukan waktu lebih lama sebelum mati akibat serangan Rigdoporus Lingnosus .
3. Penanaman kacang penutup tanah , penanaman kacang penutup tanah dapat
mengurangi intensitas serangan penyakit Jamur Akar Putih .
4. Pengaruh pemupukan dan perubahan pH , areal tanaman yang menerima pemupukan
Nitrogen dalam dosis yang tinggi dalam bentuk ammonium sulfat sehingga
mengakibatkan menurunnya pH tanah , sehingga menekan laju perkembangan jamur



akar putih .
Daur Penyakit Jamur Akar Putih :
Penularan jamur akar putih terjadi melalui persinggungan antara akar karet
dengan sisa-sisa akar tanaman lama, tunggul-tunggul atau pohon yang sakit.
Selain persinggungan, penyebarannya bisa terjadi karena hembusan angin yang
membawa spora jamur ini. Spora yang jatuh di tunggul atau sisa kayu akan
tumbuh dan membentuk koloni. Kemudian jamur akan merambat ke akar cabang

tunggul dan pindah ke akar tanaman di dekatnya melalui pertautan akar. Stum atau
bahan tanaman sebagai bibit juga dapat menjadi sebab tersebarnya pnyakit di areal
kebun karet . Penyebaran JAP yang paling efektif yaitu melalui kontak akar. Apabila
akar-akar tanaman sehat saling bersinggungan dengan akar tanaman karet yang sakit,
maka rizomorf JAP akan menjalar pada tanaman yang sehat kemudian menuju
leher akar dan selanjutnya menginfeksi akar lateral lainnya. Tanaman yang
terinfeksi ini akan menjadi sumber infeksi pada tanaman jirannya, sehingga

perkembangan penyakit semakin lama semakin meluas .

B. Penyakit Jamur Akar Merah ( JAM )
 Penyebab : Ganoderma pseudoferreum ( Wakef ) van Ov . Et Stein , Ganoderma


philippii ( Bres . et . P. Henn ) Bres , atau Fomes pseudoferreum Wakef
Gejala Serangan Penyakit Jamur Akar Merah :
1. Tanaman terserang JAM , daunnya kusam menguning atau akhirnya gugur .
2. Akar terserang ditumbuhi jamur berwarna merah dengan ujung berwarna putih .
3. Hifa jamur menempel kuat dan mengikat butiran-butiran tanah , membentuk semacam
kerak dan bila dibasahi akan berwarna merah .

4. Badan buah jamur berwarna coklat keras dan keriput sedangkan pada bagian bawah



berwarna putih kelabu dengan lubang-lubang kecil .
Daur Penyakit Jamur Akar Merah :
Penyakit akar merah menular karena adanya kontak antara akar yang sehat dengan
akar yang sakit . Meskipun jamur akar merah dapat membentuk rizomorf , tetapi
rizomorfnya tidak dapat menjalar bebas dalam tanah terlepas dari alas makannya . Spora
tidak dapat menginfeksi tanaman karet yang sehat , tetapi spora dapat menginfeksi
tunggul-tunggul segar dari tumbuhan rentan yang dapat menjadi sumber infeksi baru .
Seperti halnya dengan penyakit akar putih , tanaman karet terkena infeksi jamur akar
merah dari tunggul dan sisa-sisa akar pohon hutan atau pohon-pohon karet tua .

 Pengendalian Penyakit Jamur Akar Merah :
1. Pada waktu melakukan pembukaan tanah atau peremajaan , semua tunggul dan sisa-sisa
akar harus dibersihkan dengan teliti dan dibakar , terutama kalau ada tanda-tanda bahwa
di daerah itu terdapat banyak serangan jamur akar merah .
2. Pohon-pohon yang sakit atau mati dibongkar , dan diusahakan agar sumber infeksinya
dapat ditemukan untuk dibinasakan .

3. Untuk mencegah meluasnya penyakit dibuat selokan isolasi atau pembukaan leher akar ,
seperti yang sudah diuraikan dalam pengelolaan penyakit akar putih .
4. Untuk merawat pohon sakit yang masih dapat ditolong , dan untuk melindungi pohonpohon disekitarnya , dapat dipakai drazoxolon ( Ganocide ) atau tridemorf ( Calixin CP )
( Collar Protectant ) untuk melumas leher akar dan panggal akar tunggang serta akar
samping .
5. Kebun kebun yang basah perlu dibuat drainase yang baik



Morfologi Patogen :
Badan buah dibentuk pada pangkal batang dari pohon yang telah mengalami
serangan lanjut , Seringkali beberapa badan buah dibentuk berdampingan atau bersusun .
Badan buah keras serta mengayu . Permukaan atas badan buah berwarna merah tua dan
berlekuk-lekuk sedangkan permukaan bawahnya berwarna putih kotor serta halus , penuh
dengan pori-pori . Tetapi badan buah berwarna putih dan agak membengkak . Basidia dan
basiospora sukar dicari , dibentuk pada dinding pori-pori pada bagian tandan buah .
Basidia pendek , berbentuk gada , tak berwarna , berukuran 20 x 7 U , mempunyai 4
buah sterigmata yang runcing . Spora sanagt kecil , dibentuk dalam jumlah sedikit , tidak
berwarna berbentuk ellips panjang dengan pangkal yang runcing . Kelak ujung spora
terpancung , dinding dalamnya berwarna coklat kekuningan dan mempunyai tonjolantonjolan , bagian dasarnya tidak berwarna . Spora mempunyai ukuran 6-9,6 U x 2,8-4U .




Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit Jamur Akar Merah
( JAM ) :
Penyakit akar merah umumnya terdapat pada tanaman karet dewasa atau tua .
Serangan penyakit akar merah tidak terbatas pada suatu jenis atau sifat tertentu .
Perkembangan penyakit akar mera berjalan sangat lambat karena jamur menghabiskan
cadangan makanannya dengan sangat lambat . Meskipun pohon mendapatkan infeksi
pada waktu muda akan tetapi gejalanya baru bertahun-tahun kemudian terlihat . Jamur ini
sangat berbahaya karena dapat bertahan lama pada akar di dalam tanah .

C. Penyakit Bidang Sadap Mouldyrot
 Penyebab : Jamur Ceratocystis fimbriata Ell . et Halse atau Ceratostomella fibriata ( Ell


Et Hall . Ell ) atau Sphaeronema fimbriata ( Ell . Et Hall ) Sacc
Gejala :
1. Permukaan kulit pulihan dekat irisan sadap bercak-bercak mengendap yang apabila
menyatu membentuk jalur yang berwarna hitam yang sejajar dengan alur sadap .

2. Pada kondisi lembab , permukaan jalur sadap baru akan ditumbuhi kapang seperti
beledu keabu-abuan .
3. Kulit pulihan tidak terbentuk sempurna , berbenjol-benjol karena rusaknya jaringan
kayu dibawahnya .



Daur Hidup Penyakit :
Beberapa hari setelah infeksi, jamur membentuk badan buah, yaitu peritesium yang
bulat dan mempunyai leher yang panjang. Dalam peritesium terdapat banyak askus
berbentuk bulat telur, mengandung 8 askospora bulat, tidak berwarna. Askospora keluar
dari peritesium bersama-sama dengan cairan dan membentuk tetes-tetes mengkilat.
Peritesium berukuran panjang 440-560µm (termasuk lehernya), dan lebar ±180µm.
Askospora berukuran 4,5-8,7 x 3,5-4,7µm Hifa yang tumbuh dari askopsora membentuk
dua macam spora lain, yaitu konidium (oidium) dan klamidospora. Konidium tidak
berwarna, ukuran sangat variabel rata-rata 20,8 x 5,3µm. Klamidospora bulat atau jorong,
berwarna coklat tua, pangkal agak menonjol berukuran 15,9 x 13,1µm. Klamidospora
tahan terhadap keadaan yang kurang baik seperti kekeringan dan adanya obat-obatan




Pengendalian Penyakit :

Beberapa cara pengendalian penyakit Mouldy rot yang bisa diterapkan adalah secara kultur
teknis, secara mekanis, dan secara kimiawi. Cara pengendalian ini sebaiknya dilaksanakan secara
terpadu.
1. Secara Kultur Teknis
a. Di daerah beriklim basah atau daerah yang sering mengalami serangan penyakit Mouldy
rot tidak dianjurkan menanam klon karet yang peka terhadap penyakit tersebut. Beberapa
b.
c.
d.
e.

klon karet dan responnya terhadap penyakit Mouldy rot dapat dilihat pada Tabel 1.
Pengaturan jarak tanam untuk menjaga kelembaban kebun.
Melakukan pemangkasan terhadap tanaman penutup agar tidak terlalu lebat.
Mengendalikan gulma di dalam kebun.
Pemupukan tanaman karet sesuai dosis yang dianjurkan untuk mempercepat pemulihan
kulit.


Tabel 1. Jenis Klon dan Responnya terhadap Penyakit Mouldy rot
No

Jenis

Respon Terhadap

Keteranga

.
1
2
3

Klon
PR 107
LCB 479
LCB 1320

Mouldy Rot
Tinggi
Tinggi
Tinggi

n
Peka
Peka
Peka

4
5
6

WR 101
GT 1
AVROS

Tinggi
Rendah
Rendah

Peka
Toleran
Toleran

2037
Sumber : Tim Penulis PS, (2012) dimodifikasi.
2. Secara Mekanis
Tidak sering dan terlalu dalam saat melakukan penyadapan untuk mempercepat pemulihan
kulit. Intensitas penyadapan diturunkan dari semula, misalnya : ½ s, d/2 menjadi ½ s, d/3 atau
menjadi ½ s, d/4. Bila perlu penyadapan dihentikan sementara bila intensitas serangan berat.
3. Secara Kimiawi
Pengendalian dilakukan dengan pelumasan fungisida langsung ke permukaan kulit yang
terserang. Untuk mencegah penularan penyakit dari satu pohon ke pohon yang lain, sebaiknya
pisau sadap yang digunakan disterilkan terlebih dahulu dengan mencelupkan ke dalam larutan
clorox 2%. Larutan clorox 2% ditaruh di suatu wadah dan dibaur penyadap saat melakukan
penyadapan.
Fungisida yang digunakan untuk mengendalikan penyakit Mouldy rot dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Fungisida untuk Pengendalian Penyakit Mouldy rot.
No

Bahan Aktif

Nama

Cara Aplikasi

Dosis/phn/ Interval

1

Formulasi
Phenylmercury Antimucin

Pengolesan

2
3
4

acetate
Benlate
Derosal
Topsin M 75

bidang sadapan
sda
0,1-0,5%
sda
0,5%
sda
0,5%

WBR
Benomil
Karbendazim
Thiopanate

aplikasi
0,5%

WP
methyl
5
Actidione
Sikloheksimid sda
0,3%
6
Difolatan 4F
Kaptafol
sda
0,1-0,2%
7
Bayleton 2 AP Triadimefon
sda
0,5-1%
8
Sportak
Prokloraz
sda
0,4%
Sumber : Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sungei Putih, 2007.

(minggu)
2-3
2-3
1-2
1-2
1-2
1-2
1-2
1-2

Beberapa merek dagang pestisida dari bahan aktif diatas dapat dilihat pada buku “Pestisida
Pertanian dan Kehutanan” yang dikeluarkan Departemen Pertanian, Sekretariat Jenderal, 2008.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Mouldy rot :
Faktor penyebab timbul dan berkembangnya serangan penyakit Mouldy rot pada tanaman
karet antara lain :
1. Klon yang rentan, diikuti sistem sadap yang tidak terkendali.
2. Jarak tanam yang terlalu rapat.
3. Pengendalian gulma yang tidak dilakukan dengan baik.
4. Serangan timbul pada musim hujan, pada kebun-kebun yang mempunyai kelembaban
tinggi atau daerah beriklim basah.
5. Tanaman disadap terlalu sering dan terlalu dalam.
6. Tanaman yang disadap dekat permukaan tanah.
7. Pada daerah rendah, drainase tidak baik.
8. Penggunaan pisau sadap yang mengandung jamur penyebab penyakit.
Morfologi Patogen :
Jamur mempunyai hifa berwarna coklat kehitaman . Beberapa hari setelah terjadinya infeksi
jamur membentuk badan buah yakni perithecia yang bagian dasarnya bulat dan lehernya panjang
. Asci berbentuk bulat telur atau bulat , mengandung 8 ascospora dan tak berwarna . Perithecia
mempunyai 440 -560 U dan lebar 180 U , serta dapat dilihat dengan lup . Askospora berukuran
panjang 4,5-8,7 U . Jamur membentuk alat perkembang biak yang lain yakni oidia dan
hlamydospora . Oidia hyaline , berukuran rata-rata 20,8 x 5,3 U . Chlamydospora berbentuk
bulat atau lonjong , berwarna coklat tua , berdinding tebal , sering pangkalnya agak menonjol ,
mempunyai ukuran 15,9 x 13,1 U . Chlamydospora sangat tahan akan keadaan luar yang kurang
baik .
D. Penyakit Bidang Sadap Kanker Garis

Penyebab : Phytophthora palmivora ( Butl ) Butl ., atau Phytophthora faberi Maubt
Gejala :
1. Permukaan bidang sadap berbecak cekung dan berwarna putih . Apabila kulit pulihan
dikerok akan tampak garis-garis vertical yang berwarna coklat kehitaman .
2. Permukaan bidang sadap menjadi luka berkayu yang merupakan gabungan garis vertikal
yang berkembang . Adakalanya garis-garis tersebut mengeluarkan lateks .
Morfologi Patogen :
Phytophthora palmivora mempunyai sporangium ( zoosporangium ) ber bentuk buah per (
pyriform ) dengan papilla yang jelas .Sporangium ini dapat berkecambah secara langsung dengan
membentuk pembuluh kecambah , oleh karena itu sporangium ini sering disebut konidum juga .
Disamping itu sporangium dapat berkecambah secara tidak langsung yaitu dengan membentuk
banyak spora kembara ( zoospore ) . Spora kembar berukuran 7-11µm , mempunyai dua bulu
cambuk untuk bergerak dalam air . Setelah mencapai tempat yang sesuai spora kembara
berkecambah dengan membentuk buluh kecambah . Dalam keadaan yang kurang optimum jamur
membentuk klamidospora bulat , bergaris tengah 23-50 µm . Klamidospora dapat dibentuk
ditengah atau pada ujung hifa . Spora ini berkecambah dengan membentuk buluh kecambah
dengan membentuk buluh kecambah . Karena mmepunyai dinding yang agak tebal ,
klamidospora dapat bertahan dalam tanah cukup lama . Disamping spora-spora aseksual tersebut
Phytophthora palmivora membentuk spora seksual , yaitu oospore . Spora ini berbentuk bulat ,
berdinding tebal , berwarna kecoklatan , dengan garis tengah 21-28 µm . Oospora dibentuk
dalam alat kelamin betina atau oogonium yang berbentuk bulat , bergaris tengah 28-34 µm . Alat
kelamin jantan , anteredium , berdinding tipis berukuran 10-16 x 13-17 µm , melekat pada dasar
oogonium , seperti leher baju yang mengelilingi tangkai oogonium ( amphigynus ) . Di dalam
biakan murni alat-alat kelamin tersebut hanya terbentuk bila Phytophthora palmivora bertemu
dengan Phytophthora palmivora yang berasal dari tempat yang berbeda .
Daur Penyakit :
Penyakit ditularkan dengan spora yang dapat di pencarkan oleh angin dan air hujan , Percikan air
hujan dari tanah dapat membawa jamur , sehingga makin rendah irisan sadapan kanker garis
makin banyak terjadi .

Pengendalian Penyakit :
1. Tidak dianjurkan menanam kelon karet yang peka terhadap penyakit ini, seperti PR 107,
PR 261, LCB 1320, atau WR 101 di daerah yang mengalami serangan atau daerah
beriklim basah. Daerah seperti itu sebaiknya di tanami klon yang tahan penyakit kanker
garis, seperti PR 300 atau PR 303.
2. Jarak tanam diusahakan tidak terlalu rapat agar terhindar dari kelembaban yang tinggi
yang bisa membantu perkembangan penyakit.
3. Tanaman penutup tanah yang terlalu lebat di pangkas. Selain itu, gulma yang tumbuh
dikebun diberantas agar kelembaban berkurang.
4. Perlu diadak pemupukan yang sesuai dengan dosis yang tertentu, agar tanaman bisa
tumbuh dengan baik.
5. Dilakukan tindakan pengobatan dengan fungisida Difolatan 4 F 2%, Difolatan 80 WP
2%, Demosan 0,5%, atau Actidione 0,5%.
6. Bila sudah ada bagian yang membusuk, dilakuakan pengorekan seperlunya pada bagian
tersebut kemudian dilumasi dengan fungisida.
7. Sebelum melakukan penyadapan, pissau sadap diolesi dengan Difolatan 4 F 1% atau
Difolatan 80 WP 1%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :
Meliputi kelembaban , penyadapan , letak bidang sadap , keadaan penutup tanah , kerapatan
pohon dan kepekaan bahan tanaman . Serangan kanker garis umumnya timbul pada musim
penghujan , dimana kelembaban dalam kebun sangat tinggi . Demikian pula kanker garis banyak
terdapat dalam kebun-kebun yang tinggi kelembaban nya karena jarak tanam yang terlalu rapat
dan mempunyai penutup tanah yang rapat dan tidak terpelihara . Penyadapan yang
mengakibatkan luka-luka kayu pada bidang sadapan akan membuka kemungkinan serangan
kanker garis . Demikian pula semakin dekat irisan sadap ke permukaan tanah kemungkinan
tanaman mendapatkan infeksi semakin besar karena percika air hujan dari tanah yang membewa
benih penyakit .
E. Penyakit Gugur Daun Oidium
Penyebab : Jamur Oidium heveae Stein
Gejala :

1. Daun berumur 1-9 hari merupakan fase paling rentan , bila terserang oidium menjadi
cacat yaitu mengeriput permukaannya , ujung daun mongering dan daunnya gugur . Daun
berumur 10-15 hari yang terserang oidium menjadi cacat yaitu pada jaringan daun
tampak adanya bercak dan daun tidak gugur . Daun berumur > 15 hari bila terserang
oidium tidak separah yang disebutkan demikian .
2. Permukaan bawah dan atas daun ditumbuhi konidia jamur berwarna putih . Seranga yang
kuat dapat mengakibatkan daun-daun muda , bakal buah dan bunga menjadi gugur ,
sehingga tanaman muda maupun tua tampak gundul .
3. Penyakit gugur daun oidium dijumpai di peletakkan biji pembibitan kebun entres , TBM ,
TM dan TT .
Morfologi Patogen :
Oidium heveae hanya mempunyai satu konidia pada tiap pendukung konidia dan jarang dua .
Konidia berbentuk ellipsoid berukuran 28-42 U dan lebar 14-23 U , hyaline dan didalamnya
mempunyai beberapa vakuola besar . Jamur juga membentuk askospora yang dihasilkan dalam
peritesia . Akan tetapi badan buah jamur hingga kini belum dikenal . Jamur mempunya mtcelium
hyaline yang menjalar pada permukaan dari bagian tanaman yang terserang dan membentuk
haustoria menmbus epidermis untuk mengambil zat-zat makanna dari jaringan sel-sel
dibawahnya . Penyakit disebarkan dengan perantaraan konidia yang dapat diterbangkan oleh
angin . Jamur dapat bertahan pada daun semaian karet liar yang tumbuh di kebun-kebun atau
pada daun-daun dari cabang-cabang terbawah tanaman karet .
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Penyakit Gugur Daun Oidium :
Intensitas serangan Oidium dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh lamanya dan besarnya
curah hujan pada saat pembentukan daun-daun baru . Adanya hujan yang cukup pada saat
pembentukan daun –daun baru dapat mencegah berkembangnya penyakit karena akan mencuci
jamur dari permukaan daun-daun dan pembentukan daun baru berlangsung cepat . Apabila
gugur daun tahunan menjadi berkepanjangan akibat cuaca yang kering diselang-seling dengan
hujan yang singkat , maka bahaya infeksi oleh Oidium menjadi besar karena selalu adanya daundaun muda yang peka pada pohon .
Pengendalian Penyakit :

1. Sebaiknya tidak menanam klon-klon yang peka terhdap penyakit embun tepung seperti
GT 1, PR 255, PR 261, dan BPM 1. Klon yang tahan terhadap penyakit ini sperti,
AVROS 2037, PR 300, dan PR 303.
2. Tanaman yang terserang sebaiknya diberi pupuk nitrogen dengan dosis yang tinggi (dua
kali dosis anjuran) pada saat daun-daun baru mulai terbentuk.
3. Klon yang peka diokulasi dengan klon yang tahan sehingga diharapkan tajuknya bebas
dari serangan embun tepung.
4. Daun-daun tanaman harus digugurkan lebih awal, sebelum masa gugur daun
tahuanan,denagn asam kakodilik (1-5 kg/ 1 air/ha).
5. Pelindungan atas serangan embun tepung dilakukan cara pengembusan serbuk belerang
seminggu sekali selama lima minggu.

F. Penyakit Batang dan Cabang , Jamur Upas
Penyebab : Jamur Corticium salmonicolor B . et Br ., atau Upasia salmonicolor ( B . et Br ) T
jokr ., atau Pelliculania salmonicolor ( B . et Br ) Dast .
Gejala :
1. Permukaan kulit batang , cabang atau ranting dilapisi misellium cendawan yang
mengkilat seperti sutera ( Tahap laba-laba )
2. Permukaan kulit batang , cabang atau ranting ditumbuhi kumpulan hifa menyerupai bintil
( Tahap bintil )
3. Permukaan batang cabang atau ranting awalnya berwarna merah jambu kemudian
berubah menjadi putih ( Tahap kortisium ) biasanya batang , cabang atau ranting keluar
getahnya .
4. Kulit kayu dan jaringan dibawah kulit kayu busuk ( Tahap nekator )
Daur Penyakit :
Jamur upas mengadakan infeksi pada dahan dan ranting, patogen bersumber dari tanaman
disekitar yang telah terinfeksi dan sakit duluan, patogen dapat menyebar melalui angin, percikan
air hujan dan lain-lain. Setelah mengadakan infeksi, dalam waktu beberapa hari jamur pada
dahan atau ranting akan menghasilkan banyak sporangium, sporangium ini akan tersebar lagi ke
tanaman-tanaman yang lainnya.Corticium salmanicolor dapat bertahan pada ranting dan dahan

tanaman yang telah terserang dalam waktu yang agak lama, apabila kelembaban tinggi, maka
jamur akan menyebar dan berkembang dengan pesat, suhu yang sesuai untuk perkembangan
spora jamur upas berkisar antara 20- 270C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Penyakit Jamur Upas:
Penyakit jamur upas banyak dijumpai pada klon-klon yang bertajuk rindang dan pada
tanaman muda berumur 4 - 12 tahun yang ditanam pada areal yang selalu lembab. Di daerah
dekat persawahan atau rawa dan sungai merupakan daerah yang selalu lembab. Penyakit jamur
upas biasanya berjangkit pada musim hujan atau pada keadaan yang sangat lembab atau
berkabut. Disamping faktor-faktor tersebut kerentanan klon karet juga sangat berpengaruh
terhadap perkembangan penyakit. Klon-klon karet yang rentan terhadap jamur upas antara lain
GT 1, RRIM 600, RRIM 623, PR 255, PR 300, PR 226, dan PR 228 .
Morfologi Patogen :
Jamur tergolong dalam kelas basidiomycetes . Basidia tidak berwarna , berbentuk buah peer
dengan ujung yang meruncing berukuran 9-12 x 6-7 U. Basidia berbentuk gada dengan 4
sterigmata yang panjangnya 4-6 U . Pycnidia ( tingkat necator ) berwarna merah batu , kadangkadang oranye , berukuran 0,5 – 1,5 mm , mempunyai konidia berbentuk ellipsoid tidak teratur .
Pengendalian Penyakit :
1. Pengobatan untuk tanaman yang sakit dilakukan dengan melumaskan fungisida Fylomac
90 0,5%, Calixin MR, Dowco 262, atau bubur bordo pada bagian yang terserang hingga
30 cm keatas dan kebawahnya
2. Karena pengobatan dengan cara pelumasan sangat lambat, maka ditempuh cara
pengobatan dengan penyemprotan.
3. Bila percabangan sudah terkena serangan lanjut, maka pengendaliannya dilakukan
dengan cara mengupas kulit yang busuk. Kemudian, kulit batang yang tersisa dilumas
dengan Calixin MR. Secukupnya